Anda di halaman 1dari 30

1.

Analisa kebijakan publik merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting didalami dan

dipelajari oleh mahasiswa pasca sarjana

a. Saya sependapat bahwa analisa kebijakan publik sangat penting didalami dan dipelajari

oleh mahasiswa pasca sarjana karena :

- Study Analisa Kebijakan publik dipelajari dengan maksud dalam rangka pertimbangan

ilmiah (scientific reasons) yaitu untuk menambah pengetahuan yang lebih mendalam,

mulai dari proses pembuatan kebijakan, perkembangannya, serta akibat-akibat yang

ditimbulkannya bagi masyarakat. Pada gilirannya hal ini akan meningkatkan pemahaman

kita mengenai sistem politik dan masyarakat pada umumnya. Untuk tujuan ilmiah,

kebijakan publik dapat dipandang baik sebagai variabel dependen maupun variabel

independen. Dikatakan sebagai variabel dependen manakala perhatiannya tertuju pada

faktor politik dan lingkungannya yang mempengaruhi atau menentukan konten

kebijakan. Jika kebijakan publik dipandang sebagai variabel independen, maka,

sebaliknya, perhatian kita beralih pada dampak kebijakan pada sistem politik dan

lingkungannya.

- Study Analisa Kebijakan publik dipelajari untuk membahas tentang bagaimana

individu, kelompok, atau pemerintah dapat bertindak untuk menyelesaikan

persoalan yang sedang dihadapi oleh warga. Pendapat semacam ini dapat

digunakan untuk menunjukkan kebijakan apa yang dapat digunakan untuk

mencapai tujuan tertentu ataupun faktor politik apa yang menghasilkan

pengembangan kebijakan yang ada.

- Study Analisa Kebijakan publik dipelajari untuk menetapkan pengetahuan ilmiah

dibidang kebijakan publik guna memecahkan masalah-masalah sosial sehari-hari.

baik nantinya kita selaku akademisi maupun sebagai pelaku kebijakan

(pemerintah).

1
- Study Analisa Kebijakan publik dipelajari untuk membawa kita pada upaya untuk

memastikan bahwa pemerintah menggunakan kebijakan yang cocok untuk

mencapai tujuan. Dalam pertimbangan politis ini perlu dibedakan antara policy

analysis dan policy advocacy. Policy analisys pada dasarnya berhubungan dengan

pengetahuan tentang sebab-sebab dan akibat-akibat yang ditimbulkan dari suatu

kebijakan publik. Yang biasa dianalisis adalah formulasi, konten kebijakan, dan

dampak dari suatu kebijakan tertentu, seperti: hak-hak sipil atau perdagangan

internasional tanpa persetujuan atau ketidaksetujuan dari mereka. Sedangkan,

policy advocacy khususnya berhubungan dengan apa yang harus dikerjakan oleh

pemerintah, dengan kemajuan kebijakan tertentu, melalui diskusi, pendekatan, dan

aktivitas politik.

- Study Analisa Kebijakan publik dipelajari agar kita (akedemisi) dapat berperan

menempuh kebijakan yang tepat guna mencapai tujuan yang tepat pula. Oleh

karena kita (akademisi-Pasca sarjana) bisa memberikan saran-saran kepada

pemerintah maupun pemegang otoritas pembuat kebijakan agar kebijakan yang

dihasilkannya mampu memecahkan persoalan- persoalan dengan baik. Tentunya

pengetahuan yang didasarkan pada fakta adalah prasyarat untuk menentukan dan

menghadapi masalah-masalah masyarakat.

b. Masalah yang mengemuka belum tentu merupakan masalah yang sebenarnya

Not all problems become public, not all public problems became issues, and not all

issues are acted on in government agenda ( tidak semua masalah menjadi masalah

publik, tidak semua masalah publik dapat menjadi issu dan tidak semua issu dapat

menjadi agenda pemerintah). Tidak semua masalah publik bisa menjadi masalah

kebijakan. Apabila menginginkan suatu kebijakan publik mampu memecahkan

2
masalah publik (public problem), masalah publik harus dirumuskan menjadi masalah

kebijakan (policy problems). Karenanya, menemukan masalah yang benar dan benar-

benar merupakan masalah merupakan langkah awal dalam proses kebijakan publik.

Masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan organisasi publik sangat beragam, baik

variasi, maupun intensitasnya. Dalam proses inilah ada ruang untuk memaknai apa

yang disebut sebagai masalah publik dan agenda publik perlu diperhitungkan.

c. Pemecahan masalah seringkali gagal di lapangan, hal-hal yang menyebabkan itu

terjadi :

1. Isi  kebijakan 

- Implementasi kebijakan gagal karena masih samarnya isi kebijakan, maksudnya

apa yang menjadi tujuan tidak cukup terperinci, sarana-sarana  dan  penerapan

prioritas, atau program-program kebijakan terlalu umum atau sama sekali tidak

ada.

- Karena kurangnya ketetapan intern  maupun ekstern dari kebijakan yang akan

dilaksanakan.   

- Kebijakan yang akan diimplementasikan dapat juga menunjukkan adanya

kekurangan-kekurangan yang sangat berarti.

- Penyebab lain dari timbulnya kegagalan implementasi suatu kebijakan publik

dapat terjadi karena kekurangan-kekurangan yang menyangkut sumber daya daya

pembantu, misalnya yang menyangkut waktu, biaya/dana dan tenaga manusia.

2. Informasi

Implementasi kebijakan public mengasumsikan bahwa para pemegang peran yang

terlibat langsung mempunyai  informasi yang perlu atau sangat berkaitan untuk dapat

memainkan perannya dengan baik.informasi ini justru   tidak ada, misalnya akibat

adanya gangguan komunikasi.

3
3.  Dukungan

Pelaksanaan suatu kebijakan publik akan sangat sulit apabila pada pengimplementasi

tidak   cukup  dukungan untuk pelaksanaan kebijakan tersebut.

4.  Pembagian potensi

Sebab musabab yang berkaitan dengan gagalnya implementasi suatu kebijakan 

publik juga ditentukan aspek pembagian potensi diantara  para pelaku yang terlibat

dalam  implementasi. Dalam hal ini berkaitan dengan diferensiasi tugas dan

wewenang organisasi pelaksana. Struktur organisasi pelaksanaan dapat 

menimbulkan masalah-masalah apabila pembagian wewenang dan tanggung jawab

kurang disesuaikan dengan pembagian tugas atau ditandai oleh adanya pembatasan-

pembatasan yang kurang jelas.

Dan faktor-faktor yang menyebabkan anggota masyarakat tidak mematuhi dan

melaksanakan suatu kebijakan publik, yaitu :

- Adanya konsep ketidak patuhan selektif terhadap  hukum, dimana terdapat beberapa

peraturan perundang-undangan atau   kebijakan publik  yang bersifat kurang

mengikat individu-individu:

- Karena anggota masyarakat dalam suatu kelompok atau perkumpulan dimana

mereka mempunyai gagasan atau pemikiran yang tidak sesuai atau bertentangan

dengan peraturan hukum dan keinginan pemerintah:

- Adanya keinginan untuk mencari keuntungan dengan cepat diantaranya anggota

masyarakat yang mencenderungkan orang bertindak dengan menipu atau dengan

jalan melawan hukum:

4
- Adanya ketidakpastian hukum atau ketidakjelasan “ukuran” kebijakan yang mungkin

saling bertentangan satu sama lain, yang dapat menjadi sumber ketidak patuhan

orang pada hukum atau kebijakan publik:

- Apabila suatu kebijakan ditentang secara tajam (bertentangan) dengan system nilai

yang dianut masyarakat secara luas atau kelompok-kelompok tertentu dalam

masyarakat.

d. Kebijakan publik adalah :

Berikut ini beberapa definisi tentang kebijakan publik :

Chandler dan Plano ( 1988 ) Kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis

terhadap sumberdaya - sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah

publik atau pemerintah. Kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang

dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang

kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi

dalam pembangunan secara luas.

Thomas R. Dye ( 1981 ) Kebijakan publik dikatakan sebagai apa yang tidak

dilakukan maupun apa yang dilakukan oleh pemerintah. Pokok kajian dari hal ini

adalah negara. Pengertian ini selanjutnya dikembangkan dan diperbaharui oleh para

ilmuwan yang berkecimpung dalam ilmu kebijakan publik.

Easton ( 1969 ) Kebijakan publik diartikan sebagai pengalokasian nilai-nilai

kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam hal ini

hanya pemerintah yang dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan

tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang

merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.

Anderson ( 1975) Kebijakan publik adalah sebagai kebijakan-kebijakan yang

dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi dari

5
kebijakan tersebut adalah : Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau

mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijakan publik berisi

tindakan-tindakan pemerintah. Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar

dilakukan oleh pemerintah jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk

dilakukan. Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan

tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif

dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada

peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.

Woll (1966) Kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk

memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai

lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Definisi kebijakan publik

menurut Woll ini dapat diklasifikasikan sebagai intervensi pemerintah ( intervensi

sosio kultural ) yaitu dengan mendayagunakan berbagai instrumen untuk mengatasi

persoalan publik.

Jones ( 1977 ) menekankan studi kebijakan publik pada dua proses, yaitu :

Proses-proses dalam ilmu politik, seperti bagaimana masalah-masalah itu sampai pada

pemerintah, bagaimana pemerintah mendefinisikan masalah itu, dan bagaimana

tindakan pemerintah. Refleksi tentang bagaimana seseorang bereaksi tehadap

masalah-masalah, terhadap kebijakan negara, dan memecahkannya.

Menurut Charles O. Jones ( 1977 ) kebijakan terdiri dari komponen-komponen :

Goal atau tujuan yang diinginkan, Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik

untuk mencapai tujuan, Program, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan

Decision atau keputusan, yaitu tindakan-tindakan untuk menentukan tujuan, membuat

6
rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program, Efek, yaitu akibat-akibat dari

program ( baik disengaja atau tidak, primer atau sekunder ).

Heclo ( 1972 ) menggunakan istilah kebijakan secara luas, yakni sebagai rangkaian

pemerintah atau tidak bertindaknya pemerintah atas sesuatu masalah. Jadi lebih luas

dari tindakan atau keputusan yang bersifat khusus.

Henz Eulau dan Kenneth Previt ( 1973 ) Merumuskan kebijakan sebagai keputusan

yang tetap, ditandai oleh kelakuan yang berkesinambungan dan berulang-ulang pada

mereka yang membuat kebijakan dan yang melaksanakannya.

Robert Eyestone Secara luas kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai hubungan

suatu unit pemerintah dengan lingkungannya. Definisi ini dapat diklasifikasikan

sebagai governance, dimana didalamnya terdapat interaksi negara dengan  rakyatnya

dalam rangka mengatasi persoalan publik.

Richard Rose Kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang

sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi- konsekuensinya bagi mereka yang

bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri. Kebijakan ini dipahami

sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekedar suatu keputusan untuk melakukan

sesuatu.

Carl Friedrich Ia memandang kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan

oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkup tertentu, yang

memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan kesempatan terhadap kebijakan

yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu

tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu.

James Anderson Kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang

ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah

atau persoalan.

7
Amir Santoso Pada dasarnya pandangan mengenai kebijakan publik dapat dibagi

kedalam dua kategori, yaitu : Pendapat ahli yang menyamakan kebijakan publik

sebagai tindakan-tindakan pemerintah. Semua tindakan pemerintah dapat disebut

sebagai kebijakan publik. Dan Pendapat ahli yang memberikan perhatian khusus pada

pelaksanaan kebijakan.

Presman dan Wildvsky, Kebijakan publik terdiri dari rangkaian keputusan dan

tindakan. Kebijakan publik sebagai suatu hipotesis yang mengandung kondisi-kondisi

awal dan akibat-akibat yang bisa diramalkan.

 Berdasarkan pendapat tersebut, kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai

serangkaian kegiatan yang sadar, terarah, dan terukur yang dilakukan oleh pemerintah

yang melibatkan para pihak yang berkepentingan dalam bidang-bidang tertentu yang

mengarah pada tujuan tertentu. Sehingga untuk efektivitas kebijakan publik

diperlukan kegiatan sosialisasi, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan.

 Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang

diikuti dan dilaksanakan oleh pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan

masalah tertentu. Suatu keputusan yang dibuat dengan melibatkan publik atau yang

mewakilinya dan substansinya untuk kepentingan atau berpihak pada publik.

e. Tidak mungkin sebuah Negara bisa bebas dari proses pembuatan kebijakan publik

Karena dalam kehidupan tidak terlepas dari permasalahan yang menyangkut masalah

publik. Dalam kehidupan modern permasalahan menyangkut masalah publik yang

dihadapi pemerintah dimanapun sama saja. Apalagi di negara berkembang seperti

Indonesia yang dilihat dari sudut pandang geografis, demografi dan budaya yang

berbeda-beda tentu saja permasalahan yang ada lebih kompleks. Kebijakan yang

dikeluarkan pemerintah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di masyarakat

dan untuk itu diperlukan kebijakan yang komprehensif. Dengan kondisi demikian

8
memang bukanlah hal yang mudah bagi para pembuat kebijakan publik dalam

merumuskan kebijakan publik yang benar-benar dapat menyelesaikan permasalahan

publik. Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan adalah menciptakan kesejahteraan

masyarakat.

Kebijakan publik menurut Thomas Dye(1981:1) adalah apa pun pilihan pemerintah

untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy is whatever governments choose

to do or not to do). Konsep tersebut sangat luas karena kebijakan publik mencakup

sesuatu yang tidak dilakukan pemerintah disamping yang dilakukan oleh pemerintah

ketika pemerintah menghadapi suatu masalah publik. Sebagai contoh, ketika pemerintah

mengetahui bahwa ada jalan yang rusak dan dia tidak membuat kebijakan untuk

memperbaikinya, berarti pemerintah sudah mengambil kebijakan.

f. Yang dimaksud aktor kebijakan publik di Indonesia adalah

Aktor-aktor kebijakan publik : Pemerintah dan Non Pemerintah

Pemerintah antara lain : Legislatif, Eksekutif, Yudikatif , Instansi Administrasi


Non Pemerintah antara lain : Kelompok Kepentingan, Partai politik, Warga Negara
(Individu).
Aktor pemerintah dalam pembuat kebijakan publik :
1.   Legislatif

Legislatif berhubungan dengan tugas politik sentral dalam pembuatan peraturan dan

pembentukan dalam pembuatan peraturan dan pembentukan kebijakan dalam suatu

sistem politik. Legislatif ditunjuk secara formal yang mempunyai fungsi

memutuskan keputusan-keputusan politik secara bebas. Dalam melakukan penetapan

perundangan, parlemen mempunyai peran sentral dalam mempertimbangkan,

meneliti, mengoreksi sampai menyebarluaskan kebijakan kepada masyarakat.

·       2.  Eksekutif (Presiden)

9
Presiden sebagai kepala eksekutif mempunyai peran yang sangat pengting dalam

pembuatan kebijakan publik. Keterlibatan presiden dalam pembuatan kebijakan

dapat dilihat dalam komisi-komisi presidensial atau dalam rapat-rapat kabinet.

Dalam beberapa kasus, presiden terlibat secara personal dalam pembuatan kebijakan.

Selain keterlibatan secara langsung, kadangkala presiden juga membentuk

kelompok-kelompok atau komisi-komisi penasehat yang terdiri dari warga negara

swasta maupun pejabat-pejabat yang ditunjuk untuk menyelidiki kebijakan tertentu

dan mengembangkan usulan-usulan kebijakan.

3. Yudikatif

Lembaga yudikatif mempunyai kekuasaan yang cukup besar untuk mempengaruhi

kebijakan publik melalui pengujian kembali suatu undang-undang atau peraturan .

(melalui peninjauan yudisial dan penafsiran undang-undang). Tinjauan yudisial

merupakan kekuasaan pengadilan untuk menentukan apakah tindakan-tindakan yang

diambil oleh eksekutif atau legislatif sesuai dengan konstitusi atau tidak. Bila

keputusan-keputusan tersebut bertentangan dengan konstitusi, maka yudikatif berhak

membatalkan atau menyatakan tidak sah terhadap peraturan perundangan yang sudah

ditetapkan.

4. Instansi Administrasi

Meskipun terdapat suatu doktrin dalam ilmu politik bahwa intansi administrasi hanya

dipengaruhi kebijakan yang ditentukan oleh pemerintah, namun saat ini diakui

bahwa politik dan administrasi dapat berbaur dan intansi administrasi sering terlibat

dalam pengembangan kebijakan publik. Konsep administrasi baru New Public

Administratian  (George Frederickson :1980) tidak lagi membahas dikotomi

administrasi publik dengan politik. Hal inilah yang memberikan kesempatan yang

lebih luas kepada instansi administrasi untuk menjadi aktor dalam kebijakan.

10
Aktor non pemerintah dalam pembuat kebijakan publik :
1. Kelompok kepentingan

Hampir di semua sistem politik di dunia, kelompok kepentingan mempunyai fungsi

mempertemukan kepentingan “warga tertentu” yang tidak hanya mengemukakan

tuntunan dalam dukungan tetapi juga memberikan alternatif bagi tindakan kebijakan.

2. Partai Politik

Selain berfikir untuk memperoleh kekuasaan partai politik juga berusaha

menghasilkan kebijakan publik yang menguntungkan bagi konsistuensinya,

manakala mereka memenangkan pemilihan umum. Ketika partai politik sudah duduk

di parlemen, mereka sering memberikan suara yang berhubungan dengan posisi

kebijakan partai, hal ini menunjukkan posisi tawar yang cukup besar ketika mereka

mengusulkan kebijakan-kebijakan. Pada masyarakat pascamodern seperti saat ini

umumnya partai politik menerapkan fungsi sebagai “kumpulan kepentingan”, yaitu

mereka berusaha untuk mengubah permintaan khusus dari kelompok kepentingan

menjadi usulan kebijakan atau bahkan alternatif kebijakan.

7. Warga Negara (Individu)

Meskipun tugas untuk membuat kebijakan biasanya diberikan kepada pejabat publik,

namun dalam beberapa kejadian warga Negara sebagai individu masih mempunyai

peluang untuk berpartisipasi secara langsung dalam pembuatan kebijakan. Dalam

tata normatif demokratik, warga Negara mempunyai kewajiban untuk didengarkan

dan pejabat mempunyai kewajiban untuk mendengarkan.

g. Pemerintah mempunyai fungsi politik dan fungsi administrasi dalam proses


kebijakan publik :

Pemerintah sebagai pelaku utama implementasi kebijakan publik memiliki dua fungsi

yang berbeda yakni fungsi politik dan fungsi administrasi :

11
1. Fungsi politik terkait dengan fungsi pemerintah sebagai pembuat kebijakan politik (publik),

menetapkan apa yang menjadi keinginan publik.

2. Fungsi administrasi terkait dengan fungsi pemerintah sebagai pelaksana kebijakan politik.

When the political process is end, the administrative process is begun.

Oleh karena itu pemerintah sebagai lembaga pembuat dan pelaksana kebijakan publik memiliki

kekuatan diskretif (discretionary power) dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan tersebut.

2 . Fungsi pemerintah sangat strategis dan penting di dalam hubungannya dengan

kebijakan publik

a. Tiga proses yang harus dilakukan pemerintah dalam kegiatan kebijakan publik :

1. Formulasi Kebijakan

Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para

pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari

pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai

alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Tahapannya : Agenda Setting :

menemukan masalah kebijakan, Policy Problem Formulation : rumusan masalah

kebijakan, Policy Design: kebijakan apa yang perlu dilakukan

2. Implementasi Kebijakan

Dalam tahap implementasi kebijakan akan menemukan dampak dan kinerja dari

kebijakan tersebut. Disini akan ditemukan apakah kebijakan yang dibuat mencapai

tujuan yang diharapkan atau tidak. Tahapannya : Interpretasi : menjabarkan

kebijakan, Organization : mengorganisir pelaksanaan kebijakan, Application :

pelaksanaan kebijakan

3. Evaluasi Kebijakan

Evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau

penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal

12
ini, evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi

kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam

seluruh proses kebijakan. Tahapannya : Spesifikasi : menetapkan kebijakan,

Pengukuran : komparasi kinerja kebijakan, Analisis : analisis kinerja kebijakan,

Rekomendasi : rekomendasi kebijakan, memutuskan masa depan kebijakan.

b. Diantara 3 (tiga) proses tersebut, proses mana yang terpenting :

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang terpenting dalam keseluruhan

struktur kebijakan. Tahap ini menentukan apakah kebijakan yang ditempuh oleh

pemerintah benar-benar aplikabel di lapangan dan berhasil menghasilkan  output  dan 

outcomes seperti direncanakan. Untuk dapat mewujudkan output dan outcomes yang

ditetapkan, maka kebijakan publik perlu untuk diimplementasian tanpa

diimplementasikan maka kebijakan tersebut hanya akan menjadi catatan-catatan elit

sebagaimana dipertegas oleh Udoji (dalam Agustino, 2006) yang mengatakan bahwa

pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting

daripada pembuatan kebijakan. kebijakan-kebijakan hanya akan sekedar berupa impian

atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan.

Sejalan dengan pendapat Udoji, George Edward III (dalam Winarno, 2008)

berpandangan bahwa implementasi adalah krusial bagi administrasi publik dan

kebijakan publik. Implementasi merupakan tahap kebijakan antara pembentukan

program dan konsekwensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Apabila

suatu program tidak tepat atau tidak bisa mengurangi masalah yang merupakan sasaran

kebijakan, maka program itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun program

itu diimplementasikan dengan baik, sedangkan suatu program yang cemerlang

mungkin juga akan menghadapi kegagalan bila program tersebut kurang

diimplementasikan dengan baik. Beranjak dari pandangan tersebut, dapat diperoleh

13
gambaran bahwa implementasi suatu program mempunyai peran penting dan

menentukan dalam menanggulangi masalah yang merupakan sasaran kebijakan.

c. Fungsi DPRD dan Eksekutif bila dilihat dari perspektif kebijakan publik dan

dilengkapi dengan proses penyelenggaraan pemerintah daerah

Penyelenggara pemerintah daerah terdiri dari pemerintahan daerah dan DPRD.

Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Sedangkan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

Otonomi dan desentralisasi pemerintahan yang diatur dalam UU Nomor 23 Tahun

2014, telah menggariskan bahwa pelaksanaan pemerintahan daerah dilakukan secara

bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD. Keduanya merupakan mitra dalam

melaksanakan pemerintahan di daerah dalam mewujudkan kesejahteraan

masyarakat. Terlibatnya DPRD dalam pemerintahan di daerah dimaksudkan untuk

meningkatkan keterlibatan/ partisipasi masyarakat, sehingga jalannya pemerintahan

diharapkan lebih ideal yaitu dari, oleh dan untuk rakyat.

F un gs i D P RD :

- Fungsi legislasi : adalah bersama-sama dengan Kepala Daerah membuat dan

menetapkan Peraturan daerah.

- Fungsi anggaran, fungsi DPRD bersama-sama dengan pemerintah daerah untuk

menyusun dan menetapkan APBD yang di dalamnya termasuk anggaran untuk

pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang DPRD.

- Fungsi pengawasan (control), fungsi DPRD untuk melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan undang-undang, peraturan daerah, dan keputusan

bupati/walikota serta kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah

14
Pemerintah diantaranya memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Fungsi Service (Pelayanan)

Perbedaan pelaksanaan fungsi pelayanan yang dilakukan Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah terletak pada kewenangan masing-masing. Kewenangan

pemerintah pusat mencakup urusan Pertahanan Keamanan, Agama, Hubungan luar

negeri, Moneter dan Peradilan. Secara umum pelayanan pemerintah mencakup

pelayanan publik (Public service) dan pelayanan sipil (Civil service) yang

menghargai kesetaraan.

2. Fungsi Regulasi (Peraturan)

Fungsi ini dilaksanakan pemerintah dengan membuat peraturan perundang-

undangan untuk mengatur hubungan manusia dalam masyarakat. Pemerintah

adalah pihak yang mampu menerapkan peraturan agar kehidupan dapat berjalan

secara baik dan dinamis. Seperti halnya fungsi pemerintah pusat, pemerintah

daerah juga mempunyai fungsi pengaturan terhadap masyarakat yang ada di

daerahnya. Perbedaannya, yang diatur oleh Pemerintah Daerah lebih khusus, yaitu

urusan yang telah diserahkan kepada Daerah. Untuk mengatur urusan tersebut

diperlukan Peraturan Daerah yang dibuat bersama antara DPRD dengan eksekutif.

3. Fungsi Empowerment (Pemberdayaan)

Fungsi ini untuk mendukung terselenggaranya otonomi daerah, fungsi ini menuntut

pemberdayaan Pemerintah Daerah dengan kewenangan yang cukup dalam

pengelolaan sumber daya daerah guna melaksanakan berbagai urusan yang

didesentralisasikan. Untuk itu Pemerintah Daerah perlu meningkatkan peran serta

masyarakat dan swasta dalam kegiatan pembangunan dan penyelenggaraan

pemerintahan.

d. 5 (lima) elemen dari kebijakan publik yaitu :

15
1. Selalu mempunyai tujuan

Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu.

Kebijakan adalah suatu tindakan pemerintah yang mempunyai tujuan menciptakan

kesejahteraan masyarakat.

2. Berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah.

Kebijakan dibuat melalui tahap-tahap yang sistematis sehingga semua variabel

pokok dari semua permasalahan yang akan dipecahkan tercakup.

3.  Apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah

Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, dan bukan apa

yang dimaksud akan dilakukan. Kebijakan harus dapat dilaksanakan oleh (unit)

organisasi pelaksana.

4.   Bersifat positif atau negatif

Kebijakan publik bersifat positif (merupakan tindakan pemerintah mengenai

sesuatu dalam memecahkan masalah publik tertentu) dan bersifat negatif

(keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu). Kebijakan perlu

dievaluasi sehingga diketahui berhasil atau tidaknya dalam menyelesaikan

masalah.

5.   Berdasarkan pada peraturan dan bersifat otoritatif

Kebijakan publik (positif) selalu berdasarkan pada peraturan perundangan tertentu

yang bersifat memaksa (otoritatif). .    Kebijakan adalah produk hukum yang harus

ditatati dan berlaku mengikat terhadap warganya.

3. Policy Problem Formulation merupakan persiapan awal dalam merumuskan

kebijakan publik

a. Policy Problem Formulation perlu dilakukan karena :

16
Policy Problem Formulation (Formulasi kebijakan publik) adalah langkah yang paling

awal dalam proses kebijakan publik secara keseluruhan. Oleh karenanya, apa yang

terjadi pada fase ini akan sangat menentukan berhasil tidaknya kebijakan publik yang

dibuat itu pada masa yang akan datang. Formulasi kebijakan sebagai bagian dalam

proses kebijakan publik merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi dan

evaluasi kebijakan hanya dapat dilaksanakan apabila tahap formulasi kebijakan telah

selesai, disamping itu kegagalan suatu kebijakan atau program dalam mencapai tujuan-

tujuannya sebagian besar bersumber pada ketidaksempurnaan pengolaan tahap

formulasi (Wibawa; 1994, 2).  Tjokroamidjojo (Islamy; 1991, 24) mengatakan

bahwa folicy formulation sama dengan pembentukan kebijakan merupakan serangkaian

tindakan pemilihan berbagai alternatif yang dilakukan secara terus menerus dan tidak

pernah selesai, dalam hal ini didalamnya termasuk pembuatan keputusan. 

b. Syarat yang diperlukan agar problem umum bisa masuk menjadi Policy Problem

- Bila problema baru dapat membangkitkan orang banyak untuk melakukan tindakan

terhadap problema-problema itu (only those that move people to action become

policy problems).

- Masyarakat mempunyai “Political Will” untuk memperjuangkan problema itu

menjadi problema kebijakan.

- Problema itu ditanggapi positif oleh pengambil kebijakan, dan mereka bersedia

memperjuangkan problema itu menjadi problema kebijakan, dan memasukkan

dalam agenda pemerintah, serta mengusahakan menjadi kebijakan negara.

c. Government Agenda adalah :

Suatu istilah yang pada umumnya digunakan untuk menggambarkan issue yang dinilai

oleh publik perlu diambil suatu tindakan (Charles O. Jones, 1984).

17
Suatu kesepakatan umum, belum tentu tertulis, tentang adanya suatu masalah pubik

yang perlu menjadi perhatian bersama, dan menuntut campur tangan pemerintah untuk

memecahkannya (Muhadjir, 1995).

Isu bisa tampil ke agenda pemerintah : Issue itu dinilai penting dan membawa dampak

yang besar pada banyak orang, Issue tersebut mendapatkan perhatian dari para policy

maker, Issue tersebut sesuai dengan platform politik (program politik) dan Issue

tersebut kemungkinan besar dapat dipecahkan.

d. Yang dimaksud Agenda Setting adalah :

Kumpulan isu atau masalah merupakan tahap pertama dan penting dalam pembuatan

kebijakan publik. Tahap ini adalah proses di mana isu didiskusikan dan mendapatkan

atau tidak mendapatkan perhatian dari publik dan pejabat pemerintah (Birkland, 2015:

168). Agenda setting adalah proses yang menentukan kebijakan publik apa yang akan

dirumuskan karena kebijakan publik dibuat berdasarkan suatu isu dan agenda setting-

lah yang akan menentukan isu apa yang akan menjadi landasan dibuatnya kebijakan

publik. Isu yang dianggap penting dan mendapat perhatian publik yang lebih luas akan

memiliki kesempatan lebih besar untuk dijadikan landasan suatu kebijakan publik.

Sementara itu, tahap- tahap proses penyusunan agenda setting menurut Anderson

secara runtut adalah; private problems, public problems, political issues, systemic

agenda dan institusional agenda.

4. Kebijakan publik yang telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang,

seharusnya segera diimplementasikan agar permasalahan yang ada cepat

mendapatkan pemecahan.

a. Yang dimaksud dengan Implementasi kebijakan publik

Menurut Mazmanian dan Sabatier (dalam Wahab, 2001:68) arti implementasi

kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam

18
bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau

keputusan eksekutif yang penting atau badan peradilan lainnya, keputusan tersebut

mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan

atau sasaran yang ingin di capai dengan berbagai cara untuk menstruktur atau

mengatur proses implementasinya.

- Menurut teori Van Meter dan Van Horn (dalam Agostino, 2006:139)

mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai suatu proses yang melibatkan

sejumlah sumber-sumber yang ada di dalamnya termasuk manusia, dana

dan kemampuan organisasional atau tindakan-tindakan yang dilakukan baik

oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah

atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan

dalam keputusan kebijakan.

- Implementasi adalah suatu proses menimbulkan dampak atau hasil agar dapat

bermanfaat atau dinikmati oleh kelompok sasaran ( Target Groups).

Perbedaan masing-masing definisi :

Menurut Mazmanian dan Sabatier (dalam Wahab, 2001:68) pelaksanaan keputusan

kebijakan dasar, menurut teori Van Meter dan Van Horn (dalam Agostino,

2006:139) melibatkan sejumlah sumber-sumber yang ada di dalamnya termasuk

manusia, dana dan kemampuan organisasional dan menurut Target Groups

menimbulkan dampak atau hasil .

b. Proses yang harus ditempuh dalam mengimplementasikan kebijakan publik

Implementasi kebijakan publik terdiri dari beberapa proses yaitu:

1. Interpretasi : Tahap penjabaran dan penerjemahan kebijakan yang masih dalam

bentuk abstrak menjadi serangkaian rumusan yang sifatnya teknis dan operasional.

Hasil interpretasi biasanya berbentuk petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis.

19
2. Organization : pembentukan organisasi pelaksana, penetapan SOP, penetapan

sumber daya anggaran dan peralatan, manajemen pelaksanaan (kepemimpinan,

koordinasi, pengendalian, dan pelaporan). Tahap pengaturan dan penetapan

beberapa komponen pelaksanaan kebijakan yakni: lembaga pelaksana kebijakan;

anggaran yang diperlukan; sarana dan prasarana; penetapan tata kerja; penetapan

manajemen kebijakan.

3. Aplication : hasil yang dicapai (outcomes dan impacts, hambatan yang ditemukan,

solusi yang ditawarkan). Tahap penerapan rencana implementasi kebijakan ke

kelompok target atau sasaran kebijakan yang berupa penyediaan layanan,

pembayaran, atau pelaksanaan instrumen atau tujuan yang telah disepakati

bersama.

c. Hal-hal yang bisa memperlancar pelaksanaan kebijakan publik di lapangan :

1. Communication (komunikasi)

Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator kepada

komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan proses

penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy makers) kepada

pelaksana kebijakan (policy implementors) (Widodo, 2011:97).

Komunikasi dalam implementasi kebijakan mencakup beberapa dimensi penting

yaitu tranformasi informasi (transimisi), kejelasan informasi (clarity) dan

konsistensi informasi (consistency).

2. Resouces (sumber daya)

Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan. Edward III

dalam Widodo (2011:98) mengemukakan bahwa: bagaimanapun jelas dan

konsistensinya ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan serta bagaimanapun

akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut, jika para

20
pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan

kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan kebijakan secara

efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif. Sumber daya di

sini berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan untuk mendukung

keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya ini mencakup sumber daya

manusia, anggaran, fasilitas, informasi dan kewenangan.

3. Bureaucraitic structure (struktur birokrasi)

Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi

kebijakan. Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan

struktur birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme, dalam

implementasi kebijakan biasanya sudah dibuat standart operation procedur (SOP).

SOP menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak agar dalam

pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek

kedua adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang dan

terfragmentasi akan cenderung melemahkan pengawasan dan menyebabkan

prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang selanjutnya akan menyebabkan

aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.

4. Disposisition (sikap pelaksana)

Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana kebijakan berperan

penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan tujuan atau

sasaran. Karakter penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan misalnya

kejujuran dan komitmen yang tinggi.

d. Jika saya sebagai implementor kebijakan publik, langkah-langkah yang

ditempuh untuk melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan

publik di lapangan adalah :

21
1. Sosialisasi dan Desiminasi : agar rakyat mengetahui tentang adanya kebijakan

tersebut

2. Pembentukan organisasi pelaksana : pembagian tugas dan fungsi, penyusunan

lembaga/ unit kerja, tata kerja dan juklak, koordinasi

3. Penyusunan program kerja : hirarkhi, kategori, system dan proses LOLA, factor

pengaruh, pemahaman masalah

4. Perincian program kerja :volume target, sumber daya dan biaya, waktu dan

networking, sarana dan prasarana

5. Pelaporan berkala : pengendalian, evaluasi, pertanggungjawaban

5. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan publik (PPE) merupakan kunci

utama keberhasilan dalam melaksanakan kebijakan publik di masyarakat

a. Perlu adanya Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan publik (PPE)

Sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas begitu saja, tanpa dilakukan pengawasan

dan evaluasi. Monitoring adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh

kebijakan untuk menjamin agar pelaksanaannya berjalan sesuai dengan rencana atau

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Evaluasi kebijakan dilakukan untuk menilai

sejauhmana keefektifan kebijakan publik untuk dipertanggung jawabkan kepada

publiknya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.  Evaluasi dibutuhkan

untuk melihat kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

Evaluasi kebijakan untuk mengukur dampak (to measure the effects) dengan bertumpu

pada metodologi riset yang digunakan. Dampak (effects) tadi menekankan pada suatu

hasil (outcomes), daripada efisiensi, kejujuran, moral yang melekat pada aturan-aturan

atau standar. Perbandingan antara dampak (effects) dengan tujuan (goals) menekankan

pada penggunaan kriteria (criteria) yang jelas dalam menilai bagaimana suatu

22
kebijakan telah dilaksanakan dengan baik. Memberikan kontribusi pada pembuat

keputusan selanjutnya dan perbaikan kebijakan pada masa mendatang adalah

merupakan tujuan social (the social purpose) dari evaluasi.

b. Macam-macam evaluasi kebijakan publik :

Putra (2003:100-101) mengemukakan tiga macam evaluasi kebijakan publik, yaitu:

(1) evaluasi administratif, yaitu evaluasi yang dilakukan di dalam lingkup

pemerintahan atau di dalam instansi-instansi.  Sorotan dari evaluasi ini adalah hal-

hal yang berkaitan dengan prosedur kebijakan publik dan aspek finansial;

(2) evaluasi yudisial; yaitu evaluasi yang berkaitan dengan objek-objek hukum. 

Apakah terdapat pelanggaran hukum atau tidak dari kebijakan publik yang sedang

dievaluasi tersebut;

(3) evaluasi politik, yaitu evaluasi yang menyangkut pertimbangan-pertimbangan

politik dari suatu kebijakan.

Dane (Wibawa, 1994) menyebutkan ada dua tipe evaluasi yaitu:

1. Sumative evaluation, adalah penilaian dampak dari suatu program, disebut juga

dengan evaluasi dampak (out come evaluation)

2. Formative evaluation, adalah penilaian terhadap proses dari program, disebut pula

evaluasi proses.

Anderson dalam Winarno (2008:227) membagi evaluasi kebijakan ke dalam tiga

tipe. Masing-masig tipe evaluasi yang diperkenalkan ini didasarkan pada pemahaman

para evaluator terhadap evaluasi. sebagai berikut:

a. Tipe pertama : Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional. Bila

evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional, evaluasi kebijakan

dipandang sebagai kegiatan yang sama pentingnya dengan kebijakan itu sendiri.

23
b. Tipe kedua Merupakan tipe evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya

kebijakan atau program-program tertentu. Tipe evaluasi ini lebih membicarakan

sesuatu mengenai kejujuran atau efisiensi dalam melaksanakan program.

c. Tipe ketiga Tipe evaluasi kebijakan sistematis, tipe kebijakan ini melihat secara

obyektif program-program kebijakan yang dijalankan untuk mengukur

dampaknya bagi masyarakat dan melihat sejauhmana tujuan-tujuan yang telah

dinyatakan tersebut tercapai.

c. Proses Pengawasan dan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Publik (PPE)

Monitoring

 Monitoring adalah aktifitas yang ditujukan untuk memberikan informasi tentang

sebab dan akibat dari suatu kebijakan yang sedang dilaksanakan.

 Monitoring dilakukan ketika sebuah kebijakan sedang diimplementasikan.

 Monitoring diperlukan agar kesalahan awal dapat segera diketahui dan dapat

dilakukan tindakan perbaikan, sehingga mengurangi risiko yang lebih besar.

Jenis-jenis Monitoring:

 Kepatuhan (compliance): jenis monitoring untuk menentukan tingkat kepatuhan

implementor terhadap standar dan prosedur yang telah ditetapkan.

 Pemeriksaaan (auditing): jenis monitoring untuk melihat sejauh mana sumberdaya

dan pelayanan sampai pada kelompok sasaran.

 Akuntansi (accounting): jenis monitoring untuk mengkalkulasi perubahan sosial

dan ekonomi yang terjadi setelah diimplementasikan suatu kebijakan.

 Eksplanasi (explanation): jenis monitoring untuk menjelaskan adanya perbedaan

antara hasil dan tujuan kebijakan.

Pendekatan terhadap Monitoring:

24
 Akuntansi sistem sosial: pendekatakan monitoring untuk mengetahui perubahan

kondisi sosial yang objektif dan subjektif dari waktu ke waktu.

 Eksperimental sosial: pendekatan monitoring untuk mengetahui perubahan sosial

yang terjadi dalam sebuah kelompok eksperimen dengan cara membandingkan

dengan kelompok kontrol.

 Akuntansi sosial: pendekatan monitoring yang berusaha untuk mengetahui

hubungan antara masukan, proses, keluaran/hasil, dan dampak.

 Sintesis riset dan praktek: pendekatan monitoring yang menerapkan kompilasi,

perbandingan, dan pengujian secara sistematis terhadap hasil-hasil dari

implementasi kebijakan publik di masa lampau.

Evaluasi

adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi baru dapat

dilakukan kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup waktu.

Pendekatan evaluasi

 Evaluasi Semu: pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk

menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan,

tanpa menanyakan manfaat atau nilai dari hasil kebijakan tersebut pada individu,

kelompok, atau masyarakat.

 Evaluasi formal: pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk

menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan

berdasarkan sasaran program kebijakan yang telah ditetapkan secara formal oleh

pembuat kebijakan.

 Evaluasi keputusan teoritis: pendekatan evaluasi yang menggunakan metode

deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-

hasil kebijakan yang secara eksplisit diinginkan oleh berbagai stakeholders.

25
Indikator Evaluasi

 Efektivitas: apakah hasil yang diinginkan telah tercapai.

 Kecukupan: seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat memecahkan masalah?

 Pemerataan: apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata kepada kelompok

masyarakat berbeda?

 Responsivitas: apakah hasil kebijakan memuat preferensi/nilai kelompok dan dapat

memuaskan mereka?

 Ketepatan: apakah hasil yang dicapai bermanfaat?

Tahapan Evaluasi :

- Spesifikasi adalah mengidentifikasi tujuan-tujuan serta kriteria-kriteria yang harus

dievaluasi dalam suatu proses atau kebijakan tertentu, spesifikasi adalah

merupakan cara dimana “manfaat” harus dinilai atau dipertimbangkan.

- Pengukuran (Measurement), secara sederhana mengacu pada pengumpulan

informasi yang relevan dengan tujuan kebijakan .

- Analisis adalah penyerapan dan penggunaan informasi yang dikumpulkan guna

membuat kesimpulan.

- Rekomendasi, merupakan suatu penentuan apa yang seharusnya dilakukan

selanjutnya.

d. Evaluasi Kinerja Kebijakan (EKK) yang sudah dipelajari :

Pengertian evaluasi kebijakan publik:

Merupakan suatu aktivitas yang dirancang untuk menilai hasil-hasil kebijakan

pemerintah yang mempunyai perbedaan-perbedaan yang sangat penting dalam

spesifikasi objeknya, teknik-teknik pengukurannya, dan metode analisisnya.

26
Karenanya kegiatan-kegiatan spesifikasi, pengukuran, analisis dan rekomendasi

adalah mencirikan segala bentuk evaluasi.

Prinsip-prinsip evaluasi kebijakan publik :

1. Fokus nilai, evaluasi ditujukan kepada pemberian nilai terhadap manfaat atau

kegunaan dari suatu kegiatan, program atau kebijakan.

2. Interdependensi Fakta-Nilai, hasil evaluasi tidak hanya tergantung pada bukti-

bukti (fakta) tetapi juga terhadap nilai. Tuntutan evaluasi tergantung baik “fakta”

maupun “nilai”.

3. Orientasi masa kini dan masa lalu, evaluasi mempersoalkan hasil sekarang dan

masa lalu. Tuntutan evaluatif, berbeda dengan tuntutan-tuntutan advokatif,

diarahkan pada hasil sekarang dan masa lalu, ketimbang hasil di masa depan.

4. Dualitas nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai

kualitas ganda, karena mereka dipandang sebagai tujuan dan sekaligus

cara. Evaluasi sama dengan rekomendasi sejauh berkenaan dengan nilai

yang ada (misalnya, kesehatan) dapat dianggap sebagai intrinsik

(diperlukan bagi dirinya) ataupun ekstrinsik (diperlukan karena hal itu

mempengaruhi pencapaian tujuan-tujuan lain).

Metoda Evaluasi Kinerja Kebijakan Publik

 Cross Impact Analysis

Cross-impact analysis adalah suatu teknik yang menghasilkan penilaian atas dasar

informasi tentang probabilitas kejadian dari peristiwa masa depan dengan berbasis

pada terjadi atau tidak terjadinya peristiwa-peristiwa yang terkait. Tujuan dari

analisis ini adalah untuk mengidentifikasi peristiwa yang akan mendukung

berlangsungnya suatu peristiwa terkait.

27
Cross Impact Analysis bekerja atas prinsip-prinsip probabilitas kondisional yang

menyatakan bahwa kemungkinan terjadinya suatu peristiwa tergantung pada

terjadinya suatu peristiwa lain.

1. Sajian Grafik

Banyak informasi tentang hasil kebijakan disajikan dalam bentuk grafik, yaitu

gambar yang mewakili nilai dari satu atau lebih variabel tindakan atau hasil. Sajian

grafik dapat digunakan untuk melukiskan sebuah variabel pada satu titik waktu

atau lebih, atau untuk merangkum hubungan antara dua variabel. Tampilan tabel

Cara lain yang berguna untuk mengevaluasi hasil kebijakan adalah dengan

tampilan tabel. Teknik penggunaannya hampir mirip dengan pelaksanaan

monitoring. Sebuah tabel dimaksudkan untuk merangkum gambaran penting dari

sebuah variabel atau lebih sehingga dapat diketahui hubungan antar variabel.

2. Indeks

Angka indeks adalah alat yang mengukur seberapa besar nilai suatu indikator atau

seperangkat indikator berubah antarwaktu secara relatif dihadapkan pada waktu

tertentu. Angka indeks banyak digunakan dalam analisis kebijakan publik, meliputi

angka-angka indeks untuk memantau perubahan dalam harga barang konsumen,

produksi industri, peningkatan kejahatan, polusi, pelayanan kesehatan, kualitas

hidup, dan lain-lain. penduduk), sedangkan angka indeks padat mengandung

banyak indikator yang berbeda.

3. Control-series Analysis

Metoda atau teknik ini memanfaatkan satu atau lebih kelompok kontrol bagi suatu

desain seri waktu yang terinterupsi. Hal ini untuk menentukan apakah karakteristik

dari kelompok menimbulkan akibat independen terhadap hasil kebijakan, terpisah

dari tindakan kebijakannya sendiri.

28
Teknik pengukuran evaluasi kebijakan publik dengan teknik balance scorecard

(BSC)

Balanced scorecard secara singkat adalah suatu sistem manajemen untuk mengelola

implementasi strategi, mengukur kinerja secara utuh, mengkomunikasikan visi,

strategi dan sasaran kepada  stakeholders. Selanjutnya dalam menerapkan balanced

scorecard, Robert Kaplan dan David Norton, mensyaratkan dipegangnya lima

prinsip utama berikut: Menerjemahkan sistem manajemen strategi berbasis balanced

scorecard  ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang dapat

memahami, Menghubungkan dan menyelaraskan organisasi dengan strategi itu. Ini

untuk memberikan arah dari eksekutif kepada staf garis depan, Membuat strategi

merupakan pekerjaan bagi semua orang melalui kontribusi setiap orang dalam

implementasi strategis, Membuat strategi suatu proses terus menerus melalui

pembelajaran dan adaptasi organisasi dan Melaksanakan agenda perubahan oleh

eksekutif guna memobilisasi perubahan.

Munculnya Balanced Scorecard disebabkan karena adanya pergeseran tingkat

persaingan bisnis dari industrial competition ke information competition, sehingga

mengubah alat ukur atau acuan yang dipakai oleh perusahaan untuk mengukur

kinerjanya. Perubahan Teknologi → Persaingan ketat di dunia bisnis → Mendorong

kebutuhan akan Informasi → Mengakibatkan persaingan Informasi → Untuk

membantu ambil keputusan, adanya kata Balance itu sendiri menunjukkan sebuah

keseimbangan dalam pengelolaan organisasi sehingga dapat berjalan dengan baik

dan mampu meningkatkan kinerja organisasi dengan baik. Untuk mewujudkan itu

maka dalam Balance Scorecard dalam konsep ini memperkenalkan suatu sistem

pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu.

Kriteria tersebut sebenarnya merupakan penjabaran dari apa yang menjadi misi dan

29
strategi perusahaan dalam jangka panjang, yang digolongkan menjadi empat

perspektif yang berbeda yaitu :

1. Perspektif finansial yaitu Bagaimana kita berorientasi pada para pemegang

saham.

2. Perspektif customer adalah Bagaimana kita bisa menjadi supplier utama yang

paling bernilai bagi para customer.

3. Perspektif proses, bisnis internal, yakni Proses bisnis apa saja yang terbaik yang

harus kita lakukan, dalam jangka panjang maupun jangka pendek untuk

mencapai tujuan finansial dan kepuasan customer.

4. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran ialah Bagaimana kita dapat

meningkatkan dan menciptakan value secara terus menerus,terutama dalam

hubungannya dengan kemampuan dan motivasi .

30

Anda mungkin juga menyukai