Anda di halaman 1dari 3

A.

Nyamuk

I. PENGENDALIAN NON KIMIAWI :

a. Pada Larva / jentik nyamuk:

1. dilakukan dengan cara menjaga sanitasi / kebersihan lingkungan yaitu pada umumnya
3M: Menguras dan menyikat dinding bak penampungan air kamar mandi; karena
jentik / larva nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) akan menempel pada dinding
bak penampungan air setelah dikuras dengan ciri-ciri berwarna kehitam-hitaman pada
dinding, hanya dengan menguras tanpa menyikat dinding maka jentik / larva nyamuk
demam berdarah (Aedest Aegypti) tidak akan mati karena mampu hidup dalam keadaan
kering tanpa air sampai dengan 6 (enam) bulan, jadi setelah dikuras diding tersebut harus
disikat. Menutup rapat – rapat bak – bak penampungan air; yaitu seperti gentong
untuk persediaan air minum, tandon air, sumur yang tidak terpakai karena nyamuk
demam berdarah (Aedest Aegypti) mempunyai ethology lebih menyukai air yang jernih
untuk reproduksinya, Mengubur barang-barang yang tidak berguna tetapi dapat
menyebabkan genangan air yang berlarut-larut ini harus dihindari karena salah satu
sasaran tempat nyamuk untuk bereproduksi.

2. dilakukan dengan cara pencegahan preventive yaitu memelihara ikan pada tempat
penampungan air

b. Pada Nyamuk Dewasa :

1. Dengan memasang kasa nyamuk atau screening yang berfungsi untuk pencegahan agar
nyamuk dewasa tidak dapat mendekat pada linkungan sekitar kita.

2. Dengan menggunkan Insect Light Killer yaitu perangkap untuk nyamuk yang
menggunakan lampu sebagai bahan penariknya (attractan) dan untuk membunuhnya
dengan mengunakan aliran listrik. Cara kerja tersebut sama dengan Electric Raket.

II. PENGENDALIAN KIMIAWI :

a. Pada Larva / jentik nyamuk:

Yaitu dikakukan dengan menaburkan bubuk larvasida atau yang biasa disebut dengan
ABATE Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk
ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini
setiap 2-3 bulan sekali. Selama 3 bulan bila tempat penampungan air tersebut akan
dibersihkan/diganti airnya, hendaknya jangan menyikat bagian dalam dinding tempat
penampungan air tersebut Air yang telah dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar, tidak
membahayakan dan tetap aman bila air tersebut diminum

Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut :

Untuk 10 liter air, ABATE yang diperlukan = (100/10) x 1 gram = 10 gram ABATE
Untuk menakar ABATE digunakan sendok makan. Satu sendok makan peres berisi 10 gram
ABATE.

b. Pada Nyamuk Dewasa :

1. Dilakukan Space Treatment : Pengasapan  (Fogging) dan Pengkabutan (Ultra Low


Volume) dengan insectisida yang bersifat knock down mampun menekan tingkat populasi
nyamuk dengan cepat.

2. Dilakukan Residual treatment : Penyemprotan (Spraying) pada tempat hinggapnya


nyamuk biasanya bekisaran antara 0 – 1 meter diatas permukaan lantai bangunan.

3. Dengan memasang obat nyamuk bakar maupun obant nyamuk semprot yang siap pakai
dan bisa juga memakai obat oles anti nyamuk yang memberikan daya fungsi menolak
(repellent) pada nyamuk yang akan mendekat.

Nah setelah kita mengetahui cara pengendalian nyamuk dengan cara non kimiawi maupun
dengan cara kimiawi, pengendalian non kimiawi mempunyai tingkat penolakan (repellensi) yang
sangat tinggi terhadap nyamuk dan pengendalian yang sempurna dihasilkan dengan cara non
kimiawi karena melakukan pendekatan sanitasi atau kebersihan lingkungan. seyogyanya kita
lebih mendahulukan pengendalian non kimiawi dikarenakan penggunaan pestisida yang berlarut-
larut akan berdampak negative terhadap kita serta lingkungan sekitar kita.  
B. Lalat

Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo diphtera, mempunyai
sepasang sayap berbentuk membran. Lalat juga merupakan species yang berperan dalam masalah
kesehatan masyarakat, yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan seperti:
kolera, typhus, disentri, dan lain lain. Pada saat ini dijumpai ± 60.000 – 100.000 spesies lalat,
tetapi tidak semua species perlu diawasi karena beberapa diantaranya tidak berbahaya terhadap
kesehatan masyarakat. Penularan penyakit dapat terjadi melalui semua bagian dari tubuh lalat
seperti: bulu badan, bulu pada anggota gerak, muntahan serta faecesnya.

Dalam upaya pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari upaya peningkatan kesehatan
lingkungan salah satu kegiatannya adalah pengendalian vektor penyakit. Pengendalian vektor
penyakit merupakan tindakan pengendalian untuk mengurangi atau melenyapkan gangguan yang
ditimbulkan oleh binatang pembawa penyakit, seperti lalat (Budiman dan Suyono, 2010). Dalam
melakukan pengendalian perlu juga dilakukan pengukuran tingkat kepadatannya dimana data ini
dapat dipakai untuk merencanakan upaya pengendalian yaitu tentang kapan, dimana, dan
bagaimana pengendalian akan dilakukan.

Adapun peralatan yang dipakai untuk mengukur dan menghitung kepadatan lalat, antara lain:

· Dalam Bangunan : Perangkap lalat ultraviolet, dan Sticky trap

· Luar Bangunan : Fly grill, Sticky trap, dan Perangkap umpan

Anda mungkin juga menyukai