Anda di halaman 1dari 12

BAB 3

Teori – Teori Pendidikan

Tujuan Mempelajari Pokok Bahasan Ini :

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat mendiskripsikan dan

menjelaskan : Teori – Treori Pendidikan

A. Hakekat  Teori

Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling

berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan

menentukan hubungan antar variabel, dan bertujuan untuk menjelaskan fenomena alamiah. Teori

terdiri dari 3 elemen, yaitu concept (konsep), scope  (lingkup), dan relationship (hubungan).

Sebuah teori harus memiliki konsep-konsep dengan lingkup tertentu dan saling berhubungan.

Gambar 3. Teori Pendidikan

Pengertian teori juga dikemukakan oleh Kerlinger, yakni: a set of interrelated constructs

(concepts), definitions, and propositions that present a systematic view of phenomena by

specifying relations among variables, with the purpose of explaining and predicting the

phenomena (teori adalah seperangkat  konstruksi {konsep}, definisi, dan preposisi yang yang

saling berhubungan yang menghadirkan suatu fenomena yang sistematis dengan memerincikan

hubungan antara variabel-variabel dengan tujuan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena
tersebut). Dengan demikian, sebuah teori terdiri atas konsep, definisi, dan proposisi yang saling

berhubungan, sehingga dapat menjelaskan dan meramalkan suatu fenomena dengan memerinci

terlebih dahulu hubungan antara konsep, definisi, dan preposisi tadi

Definisi teori Kerlinger di atas juga dikemukan oleh Soetriono dan Hanafie (2007:142-

143) yang menyatakan bahwa teori bukanlah suatu spekulasi melainkan suatu konstruksi yang

jelas yang dibangun atas jalinan fakta-fakta secara keseluruhan. Fakta mempunyai peranan dalam

teori, yakni: (a) memulai teori; (b) menolak dan mereformasi teori yang telah ada; serta (c)

mendefinisikan kembali atau memperjelas definisi-definisi yang ada. Dalam pengembangan

ilmu, teori memiliki peranan sebagai berikut.

1. Teori sebagai orientasi, yakni memfokuskan cakupan fakta-fakta mana saja yang diperlukan.

2. Teori sebagai konseptual dan klasifikasi, yakni dapat memberikan petunjuk kejelasan

hubungan antarkonsep atas dasar klasifikasi tertentu.

3. Teori sebagai generalisasi, yakni memberikan rangkuman terhadap generalisasi empirik dari

berbagai proposisi.

4. Teori sebagai peramal fakta, yakni membuat prediksi-prediksi tentang adanya fakta dengan

cara membuat ektrapolasi (ramalan) dari yang sudah diketahui kepada yang belum diketahui.

5. Teori menunjukkan adanya kesenjangan dalam pengetahuan kita, sehingga memberi

kesempatan kepada kita untuk melengkapi, menjelaskan, dan mempertajamnya.

Mudyahardjo (2001:91) mengartikan sebuah teori dalam sosok teori yang terdiri dari

bentuk dan isi. Dilihat dari bentuknya, teori merupakan sistem konsep-konsep yang terpadu,

menerangkan, dan meramalkan (prediktif). Hal ini sejalan dengan definisi teori yang dikemukan

sebelumnya. Dilihat dari isinya, sebuah teori berisi konsep-konsep yang berfungsi

sebagai asumsi (dasar/titik tolak pemikiran sebuah teori)dan definisi  (konotatif atau denotatif,


yang menyatakan makna dari istilah-istilah yang dipergunakan dalam menyusun teori)Dari

definisi-definisi di atas, dapat penulis simpulakan bahwa teori adalah beberapa atau kumpulan

konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain dan berfungsi untuk menerangkan dan

meramalkan suatu fenomena (gejala atau kejadian).

B. Teori Pendidikan

Menurut N.R. Campbell (dalam Sudjana, 1989:7), teori adalah perangkat proposisi

(pernyataan ilmiah) yang terintegrasi secara sintaksis dan berfungsi sebagai alat untuk

menjelaskan, membedakan, meramalkan dan mengontrol fenomena yang dapat diamati.

Kemudian Snelbecker (dalam Miarso, 2011:103) mengemukakan bahwa teori adalah segala

aspek ilmuan tidak semata-mata bersifat empirik, dan yang sangat khusus adalah ringkasan

pernyataan yang melukiskan dan menata sejumlah pengamatan empirik.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut, teori adalah pernyataan ilmiah yang berfungsi

sebagai alat untuk menjelaskan, membedakan, meramalkan, melukiskan dan menata sejumlah

fenomena melalui pengamatan yang terintegrasi secara sintaksis.

Dalam pendidikan terdapat klasifikasi teori pendidikan yang akan dijabarkan lebih luas

lagi sehingga menambah referensi mengenai teori-teori pendidikan.

a.    Behaviorisme

Menurut Sukardjo (2009:33) Behaviorisme adalah posisi filosofis yang mengatakan

bahwa untuk menjadi ilmu pengetahuan, psikologi harus memfokuskan perhatiannya pada

sesuatu yang bisa diteliti lingkungan dan perilaku-dari pada fokus pada apa yang tersedia dalam

individu-persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, berbagai citra, perasaan-perasaan, dan

sebagainya. Kemudian Sukardjo (2009:33) melanjutkan bahwa kerangka kerja (frame work) dari
teori pendidikan Behaviorisme adalah Empirisme. Asumsi filosofis dari Behaviorisme adalah

nature of human being (manusia tumbuh secara alami).

Aliran Behaviorisme didasarkan pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Oleh

karena itu, aliran itu, aliran ini berusaha mencoba menerangkan dalam pembelajaran bagaimana

lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Dalam aliran ini tingkah laku dalam

belajar akan berubah kalau  ada stimulus dan respons. Dalam aliran behavior, faktor lain yang

penting adalah reinforcement (penguatan), yaitu penguatan yang dapat memperkuat respons.

Tokoh aliran Behaviorisme antara lain (1) Pavlov; (2) Watson; (3) Skinner; (4) Hull; (5) Guthrie;

(6) Thorndike.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa apabila terkurung binatang itu sering melakukan

bermacam-macam kelakuan, seperti menggaruk-garuk, mengigit, mencakar, dan menggosok-

gosokkan badannya ke sisi-sisi kotak. Cepat atau lambat binatang itu akan tersandung palang dan

lepaslah ia ke tempat makanan. Kalau pengurungan itu berkali-kali, maka tingkah laku yang

tidak ada hubunganna dengan lepas dari kurungan berkurang. Tentu saja waktu yang diperlukan

untuk lepas menjadi lebih pendek.

Dalam penelitiannya, Thorndike menyimpulkan bahwa respons lepas dari kurungan itu

lambat laun diasosiasikan dengan situasi dalam belajar melalui coba-coba, by trial and error.

Respons benar lambat laun tertanam atau diperkuat melalui percobaan yang berulang-ulang.

Respons yang tidak benar diperlemah. Gejala ini disebut substitution response atau dikenal

dengan teori mental conditioning karena pemilihan suatu respons itu merupakan alat atau

instrument untuk memperoleh ganjaran.

Thorndike (dalam Uno, 2006:7) proses interaksi antara stimulus antara stimulus (yang

mungkin berupa pikiran, perasaan, gerakan) dan respons (yang juga bisa berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan). Berdasarkan hal tersebut, perubahan tingkah laku boleh berwujud

sesuatu yang konkret (dapat diamati) atau yang nonkonkret (tidak dapat diamati). Sukardjo

(2009:47) menyatakan terkait dengan belajar, Thorndike menyampaikan tiga hukum belajar yang

utama dan itu diturunkan dari hasil penelitiannya. Ketiga hukum tersebut adalah hukum efek,

hukum latihan, dan hukum kesiapan.

Menurut Sukardjo (2009:48) yang terpenting bagi pendidikan ialah penelitian Thorndike

mengenai pengaruh jenis kegiatan belajar tertentu pada belajar berikutnya. Pertama, serangkaian

studi yang dilakukan oleh Thorndike dan Woodwoorth (1901) menemukan bahwa berlatih dalam

tugas tertentu memudahkan belajar di waktu kemudian hana untuk tugas yang serupa, tidak

untuk tugas yang tidak serupa. Hubungan ini dikenal sebagai alih latihan, transfer of training.

Kedua, Thorndike (1924) menyelidiki konsep disiplin mental yang popular yang mula-

mula diuraikan oleh Plato. Menurut paham penganjur disiplin mental, mempelajari kurikulum

tertentu, terutama matematika dan bahasa-bahasa klasik dapat meningkatkan fungsi intelek.

Thorndike menguji konsep itu dengan cara membandingkan hasil belajar siswa-siswa sekolah

menengah. Setelah mengikuti pelajaran dalam kurikulum klasik dan kurikulum vokasional ia

menemukan bahwa ada perbedaan yang berarti dari keduanya. Dalam tahun-tahun berikutnya,

penelitian Thorndike ini disebut sebagai pembawa pengaruh yang penting dalam mengalihkan

pandangan pada perancang kurikulum konsep disiplin mental dan mengarahkan pelaksanaan

penyusunan kurikulum ke tujuan, keguruan masyarakat.

b.  Kognitivisme

Menurut Sukardjo (2009:50) Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori pendidikan

kognitivisme adalah dasarnya rasional. Teori ini memiliki asumsi filosofis, yaitu the way in

which we learn. Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan pemikiran. Inilah yang disebut
dengan filosofi Rasionalism. Menurut aliran ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita

dalam menafsirkan peristiwa/kejadian yang terjadi dalam lingkungan.

Kemudian Sukardjo (2009:50) Teori kognitivisme berusaha menjelaskan dalam belajar

bagaimana orang-orang berpikir. Menurut Uno (2006:10) teori ini menyatakan bahwa ilmu

pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang

berkesinambungan dengan lingkungan. Aliran ini menjelaskan bagaimana belajar terjadi dan

menjelaskan secara alami kegiatan mental internal dalam diri kira. Oleh karena itu dalam aliran

kognitivisme lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Tokoh aliran

kognitivisme adalah Piaget, Bruner, dan Ausebel.

c.   Konstruktivisime

Menurut Von Glasersfeld (dalam Sukardjo, 2009:54) pengertian konstruktif kognitif

muncul pada abad ke-20 dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan

disebarkan oleh Jean Piaget. Namun apabila ditelusuri lebih jauh, gagasan pokok

konstruktivisme sebenarnya sudah dimulai oleh Giambastissta Vico, seorang epistomolog dari

italia (Suparno dalam Sukardjo, 2009:54).

Pada tahun 1710, Vico mengungkapkan filsafatnya denggan berkata,

Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Terkait dengan hal

itu, dia menjelaskan bahwa mengetahui bermakna berarti mengetahui bagaimana membuat

sesuatu. Ini berarti bahwa seseorang itu baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan

unsur-unsur apa yang dapat membangun sesuatu itu. Menurut Vico, pengetahuan tidak lepas dari

orang (subjek) yang tahu. Pengetahuan merupakan struktur konsep dari pengamat yang berlaku.

Sukardjo (2009:55) menyatakan bahwa kaitannya dengan pembelajaran, menurut teori

konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena
keaktifan siswa itu sendiri. Kemudian Sukardjo melanjutkan bahwa konsep pembelajaran

menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengondisikan siswa

untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetauan baru

berdasarkan data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian

rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamanna sendiri menjadi

pengetahuan yang bermakna. Jadi dalam pandangan konstruktivisme sangat penting peran siswa

untuk dapat membangun constructive habits of mind. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir,

maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar.

d.  Teori Belajar Humanistik

Menurut Sukardjo (2009:56) Teori belajar humanistik pada dasarnya memiliki tujuan

belajar untuk memanusiakan manusia. Menurut Uno (2006:14) proses belajar harus berhulu dan

bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan

proses dalam belajar dalam bentuknya yang paling ideal yaitu memanusiakan manusia (mencapai

aktualisasi diri). Oleh karena itu proses belajar dapat dianggap berhasil apabila si pembelajar

telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, si pembelajar dalam

proses belajarnya harus berusaha berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri

dengan sebaik-baiknya.

Kemudian Sukardjo (2009:56) menjelaskan bahwa menuru aliran humanistik, para

pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan

kurikulum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapa psikolog humanistik melihat

bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang, untuk menajdi lebih baik, dan

juga belajar. Secara singkat Sukardjo (2009:57) menyimpulkan bahwa pendekatan humanistik
dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada

potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan

mengembangkan kemampuan tersebut. Dalam teori humanistik, belajar dianggap berhasil jika

pembelajar memahami lingkungannya, dan dirinya sendiri. Terdapat beberapa tokoh teori belajar

Humanistik yaitu sebagai berikut.

C. Pendidikan dan Konsep Pendidikan

1.  Teori Pendidikan

Teori pendidikan dapat dilihat dari 3 segi yaitu bentuk, isi, dan asumsi pokok

(Mudyahardjo, 2001:91-92). Dari segi bentuk, teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-

konsep yang terpadu, menerangkan, dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Isi

sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep tentang peristiwa pendidikan.

Konsep ini ada yang berperan sebagai asumsi atau titik tolak pendidikan dan ada yang berperan

sebagai definisi atau keterangan yang menyatakan makna. Sedang, asumsi pokok pendidikan

meliputi:

a. pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari

individu yang belajar dab lingkungan belajarnya;

b. pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yan baik atau

norma-norma yang baik, dam

c. pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian

kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar, tertuju pada

pencapaian individu yang diharapkan.

Klasifikasi Teori Pendidikan


Mudyahardjo (2001:100-110) mengklafikasikan teori pendidikan menjadi teori umum

pendidikan dan teori khusus pendidikan. Berikut penjelasan kedua teori tersebut.

1)   Teori Umum Pendidikan

a. Teori Umum Pendidikan Preskriptif Adalah seperangkat konsep-konsep tentang

keseluruhan aspek-aspek pendidikan yang bertujuan menerangkan bagaimana sebaiknya

peristiwa-peristiwa pendidikan diselenggarakan. Teori yang termasuk kelompok ini

adalah Filsafat Pendidikan.

b. Teori Umum Pendidikan Deskriptif Adalah seperangkat konsep-konsep tentang

keseluruhan aspek-aspek pendidikan yang bertujuan menerangkan bagaimana peristiwa-

peristiwa pendidikan telah dan sedang terjadi dalam masyarakat. Teori pendidikan yang

termasuk dalam kelompok ini yaitu:

1) Pendidikan luar negeri atau pendidikan internasional

2) Pendidikan perbandingan atau pendidikan komparatif

3) Pendidikan historis atau sejarah pendidikan

 2)  Teori Khusus Pendidikan

a. Teori Khusus Pendidikan Preskriptif adalah seperangkat konsep-konsep tentang sesuatu

aspek pendidikan yang bertujuan menjelaskan bagaimana seharusnya sesuatu kegiatan

pendidikan dilakukan. Teori yang termasuk kelompok ini adalah Teknologi Pendidikan.

b. Teori Khusus Pendidikan Preskriptif adalah seperangkat konsep-konsep tentang sesuatu

aspek pendidikan yang bertujuan menjelaskan bagaimana peristiwa-peistiwa pendidikan

telah, sedang, dan diperkirakan terjadi di masyarakat. Teori yang termasuk kelompok ini

adalah ilmu-ilmu pendidikan, antara lain:


 Pedagogik: studi ilmiah tentang situasi pendidikan meliputi komponen

pendidikan, yakni: tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik, metode pendidikan, isi

pendidikan, lingkungan pendidikan, dan sarana prasarana pendidikan

 Orthopedagogik: studi ilmiah tentang situasi pendidikan untuk anak dan remaja

yang berkebutuhan khusus, yakni menyandang kelainan fisik, mental, dan atau

perilaku.

 Psikologi Pendidikan: studi ilmiah tentang aspek individu dalam pendidikan.

 Sosiologi Pendidikan: studi ilmiah tentang aspek sosial dalam pendidikan.

 Ilmu Pendidikan Demografis/Kependudukan: studi ilmiah tentang aspek

demografis dalam pendidikan atau hubungan penduduk manusia dengan lingkungan.

 Andragogi: studi ilmiah tentang membantu orang dewasa dalam belajar.

 Antropologi Pendidikan dan Etnografi Pendidikan: studi ilmiah tentang aspek

budaya dalam pendidikan.

 Ekonomika Pendidikan: studi ilmiah tentang aspek ekonomi dalam pendidikan

 Politika Pendidikan: studi ilmiah tentang aspek politik atau kebijaksanaan dalam

pendidikan.

 Ilmu Administrasi Pendidikan: studi ilmiah tentang aspek cara mengatur

penyelenggaraan pendidikan.

Rangkuman

terdapat empat teori pendidikan yaitu teori behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisime,

dan humanistik. Sedangkan untuk konsep pendidikan yang penulis simpulkan berdasarkan dari

beberapa pendapat yaitu Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan secara terencana
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di

luar sekolah untuk mengembangkan seluruh kemampuan (potensi) yang dimiliki seseorang baik

itu pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk digunakan dalam memainkan peranan dalam

berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. 

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1) Teori pendidikan dapat dilihat dari 3 segi yaitu bentuk, isi, dan asumsi pokok. Dari segi

bentuk, teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan,

dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Isi sebuah teori pendidikan adalah

sebuah sistem konsep-konsep tentang peristiwa pendidikan. Sedang, asumsi

pokok menyatakan pendidikan adalah aktual, normatif, dan proses.

2) Konsep pendidikan meliputi pendidikan adalah kehidupan, pendidikan adalah sekolah, dan

pendidikan sekolah dan luar sekolah.

Latihan

1. Menjelaskan Hakikat Teori

2. Menjelaskan peranan teori dalam Pendidikan

3. Membedakan teori umum perspektif dan teori umum prediktif

Daftar Pustaka
Mudyaharjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar

Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Miarso, Yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Miarso, Yusufhadi. Kuliah umum Dasar-dasar Teknologi Pendidikan program studi Magister

Teknologi Pendidikan Universitas Sriwijaya semester satu pada 2 September 2013.

Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan.  Jakarta: Rineka Cipta.

Soetriono dan Rita Hanafie. 2007. Filasafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi.

Sukardjo. 2009. Landasan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sukmadiata, N.S. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kusuma

Karya.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai