A. Hakekat Teori
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling
Sebuah teori harus memiliki konsep-konsep dengan lingkup tertentu dan saling berhubungan.
Pengertian teori juga dikemukakan oleh Kerlinger, yakni: a set of interrelated constructs
specifying relations among variables, with the purpose of explaining and predicting the
saling berhubungan yang menghadirkan suatu fenomena yang sistematis dengan memerincikan
hubungan antara variabel-variabel dengan tujuan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena
tersebut). Dengan demikian, sebuah teori terdiri atas konsep, definisi, dan proposisi yang saling
Definisi teori Kerlinger di atas juga dikemukan oleh Soetriono dan Hanafie (2007:142-
143) yang menyatakan bahwa teori bukanlah suatu spekulasi melainkan suatu konstruksi yang
jelas yang dibangun atas jalinan fakta-fakta secara keseluruhan. Fakta mempunyai peranan dalam
teori, yakni: (a) memulai teori; (b) menolak dan mereformasi teori yang telah ada; serta (c)
1. Teori sebagai orientasi, yakni memfokuskan cakupan fakta-fakta mana saja yang diperlukan.
2. Teori sebagai konseptual dan klasifikasi, yakni dapat memberikan petunjuk kejelasan
3. Teori sebagai generalisasi, yakni memberikan rangkuman terhadap generalisasi empirik dari
berbagai proposisi.
4. Teori sebagai peramal fakta, yakni membuat prediksi-prediksi tentang adanya fakta dengan
cara membuat ektrapolasi (ramalan) dari yang sudah diketahui kepada yang belum diketahui.
Mudyahardjo (2001:91) mengartikan sebuah teori dalam sosok teori yang terdiri dari
bentuk dan isi. Dilihat dari bentuknya, teori merupakan sistem konsep-konsep yang terpadu,
menerangkan, dan meramalkan (prediktif). Hal ini sejalan dengan definisi teori yang dikemukan
sebelumnya. Dilihat dari isinya, sebuah teori berisi konsep-konsep yang berfungsi
definisi-definisi di atas, dapat penulis simpulakan bahwa teori adalah beberapa atau kumpulan
konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain dan berfungsi untuk menerangkan dan
B. Teori Pendidikan
Menurut N.R. Campbell (dalam Sudjana, 1989:7), teori adalah perangkat proposisi
(pernyataan ilmiah) yang terintegrasi secara sintaksis dan berfungsi sebagai alat untuk
Kemudian Snelbecker (dalam Miarso, 2011:103) mengemukakan bahwa teori adalah segala
aspek ilmuan tidak semata-mata bersifat empirik, dan yang sangat khusus adalah ringkasan
Berdasarkan kedua pengertian tersebut, teori adalah pernyataan ilmiah yang berfungsi
sebagai alat untuk menjelaskan, membedakan, meramalkan, melukiskan dan menata sejumlah
Dalam pendidikan terdapat klasifikasi teori pendidikan yang akan dijabarkan lebih luas
a. Behaviorisme
bahwa untuk menjadi ilmu pengetahuan, psikologi harus memfokuskan perhatiannya pada
sesuatu yang bisa diteliti lingkungan dan perilaku-dari pada fokus pada apa yang tersedia dalam
sebagainya. Kemudian Sukardjo (2009:33) melanjutkan bahwa kerangka kerja (frame work) dari
teori pendidikan Behaviorisme adalah Empirisme. Asumsi filosofis dari Behaviorisme adalah
Aliran Behaviorisme didasarkan pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Oleh
karena itu, aliran itu, aliran ini berusaha mencoba menerangkan dalam pembelajaran bagaimana
lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Dalam aliran ini tingkah laku dalam
belajar akan berubah kalau ada stimulus dan respons. Dalam aliran behavior, faktor lain yang
penting adalah reinforcement (penguatan), yaitu penguatan yang dapat memperkuat respons.
Tokoh aliran Behaviorisme antara lain (1) Pavlov; (2) Watson; (3) Skinner; (4) Hull; (5) Guthrie;
(6) Thorndike.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa apabila terkurung binatang itu sering melakukan
gosokkan badannya ke sisi-sisi kotak. Cepat atau lambat binatang itu akan tersandung palang dan
lepaslah ia ke tempat makanan. Kalau pengurungan itu berkali-kali, maka tingkah laku yang
tidak ada hubunganna dengan lepas dari kurungan berkurang. Tentu saja waktu yang diperlukan
Dalam penelitiannya, Thorndike menyimpulkan bahwa respons lepas dari kurungan itu
lambat laun diasosiasikan dengan situasi dalam belajar melalui coba-coba, by trial and error.
Respons benar lambat laun tertanam atau diperkuat melalui percobaan yang berulang-ulang.
Respons yang tidak benar diperlemah. Gejala ini disebut substitution response atau dikenal
dengan teori mental conditioning karena pemilihan suatu respons itu merupakan alat atau
Thorndike (dalam Uno, 2006:7) proses interaksi antara stimulus antara stimulus (yang
mungkin berupa pikiran, perasaan, gerakan) dan respons (yang juga bisa berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan). Berdasarkan hal tersebut, perubahan tingkah laku boleh berwujud
sesuatu yang konkret (dapat diamati) atau yang nonkonkret (tidak dapat diamati). Sukardjo
(2009:47) menyatakan terkait dengan belajar, Thorndike menyampaikan tiga hukum belajar yang
utama dan itu diturunkan dari hasil penelitiannya. Ketiga hukum tersebut adalah hukum efek,
Menurut Sukardjo (2009:48) yang terpenting bagi pendidikan ialah penelitian Thorndike
mengenai pengaruh jenis kegiatan belajar tertentu pada belajar berikutnya. Pertama, serangkaian
studi yang dilakukan oleh Thorndike dan Woodwoorth (1901) menemukan bahwa berlatih dalam
tugas tertentu memudahkan belajar di waktu kemudian hana untuk tugas yang serupa, tidak
untuk tugas yang tidak serupa. Hubungan ini dikenal sebagai alih latihan, transfer of training.
Kedua, Thorndike (1924) menyelidiki konsep disiplin mental yang popular yang mula-
mula diuraikan oleh Plato. Menurut paham penganjur disiplin mental, mempelajari kurikulum
tertentu, terutama matematika dan bahasa-bahasa klasik dapat meningkatkan fungsi intelek.
Thorndike menguji konsep itu dengan cara membandingkan hasil belajar siswa-siswa sekolah
menengah. Setelah mengikuti pelajaran dalam kurikulum klasik dan kurikulum vokasional ia
menemukan bahwa ada perbedaan yang berarti dari keduanya. Dalam tahun-tahun berikutnya,
penelitian Thorndike ini disebut sebagai pembawa pengaruh yang penting dalam mengalihkan
pandangan pada perancang kurikulum konsep disiplin mental dan mengarahkan pelaksanaan
b. Kognitivisme
Menurut Sukardjo (2009:50) Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori pendidikan
kognitivisme adalah dasarnya rasional. Teori ini memiliki asumsi filosofis, yaitu the way in
which we learn. Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan pemikiran. Inilah yang disebut
dengan filosofi Rasionalism. Menurut aliran ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita
bagaimana orang-orang berpikir. Menurut Uno (2006:10) teori ini menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Aliran ini menjelaskan bagaimana belajar terjadi dan
menjelaskan secara alami kegiatan mental internal dalam diri kira. Oleh karena itu dalam aliran
kognitivisme lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Tokoh aliran
c. Konstruktivisime
muncul pada abad ke-20 dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan
disebarkan oleh Jean Piaget. Namun apabila ditelusuri lebih jauh, gagasan pokok
konstruktivisme sebenarnya sudah dimulai oleh Giambastissta Vico, seorang epistomolog dari
Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Terkait dengan hal
itu, dia menjelaskan bahwa mengetahui bermakna berarti mengetahui bagaimana membuat
sesuatu. Ini berarti bahwa seseorang itu baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan
unsur-unsur apa yang dapat membangun sesuatu itu. Menurut Vico, pengetahuan tidak lepas dari
orang (subjek) yang tahu. Pengetahuan merupakan struktur konsep dari pengamat yang berlaku.
konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena
keaktifan siswa itu sendiri. Kemudian Sukardjo melanjutkan bahwa konsep pembelajaran
menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengondisikan siswa
untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetauan baru
berdasarkan data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian
pengetahuan yang bermakna. Jadi dalam pandangan konstruktivisme sangat penting peran siswa
untuk dapat membangun constructive habits of mind. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir,
Menurut Sukardjo (2009:56) Teori belajar humanistik pada dasarnya memiliki tujuan
belajar untuk memanusiakan manusia. Menurut Uno (2006:14) proses belajar harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan
proses dalam belajar dalam bentuknya yang paling ideal yaitu memanusiakan manusia (mencapai
aktualisasi diri). Oleh karena itu proses belajar dapat dianggap berhasil apabila si pembelajar
telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, si pembelajar dalam
proses belajarnya harus berusaha berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya.
pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan
bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang, untuk menajdi lebih baik, dan
juga belajar. Secara singkat Sukardjo (2009:57) menyimpulkan bahwa pendekatan humanistik
dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada
potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan
mengembangkan kemampuan tersebut. Dalam teori humanistik, belajar dianggap berhasil jika
pembelajar memahami lingkungannya, dan dirinya sendiri. Terdapat beberapa tokoh teori belajar
1. Teori Pendidikan
Teori pendidikan dapat dilihat dari 3 segi yaitu bentuk, isi, dan asumsi pokok
(Mudyahardjo, 2001:91-92). Dari segi bentuk, teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-
konsep yang terpadu, menerangkan, dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Isi
sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep tentang peristiwa pendidikan.
Konsep ini ada yang berperan sebagai asumsi atau titik tolak pendidikan dan ada yang berperan
sebagai definisi atau keterangan yang menyatakan makna. Sedang, asumsi pokok pendidikan
meliputi:
a. pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari
b. pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yan baik atau
c. pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian
kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar, tertuju pada
pendidikan dan teori khusus pendidikan. Berikut penjelasan kedua teori tersebut.
peristiwa pendidikan telah dan sedang terjadi dalam masyarakat. Teori pendidikan yang
telah, sedang, dan diperkirakan terjadi di masyarakat. Teori yang termasuk kelompok ini
Orthopedagogik: studi ilmiah tentang situasi pendidikan untuk anak dan remaja
yang berkebutuhan khusus, yakni menyandang kelainan fisik, mental, dan atau
perilaku.
Politika Pendidikan: studi ilmiah tentang aspek politik atau kebijaksanaan dalam
pendidikan.
penyelenggaraan pendidikan.
Rangkuman
dan humanistik. Sedangkan untuk konsep pendidikan yang penulis simpulkan berdasarkan dari
beberapa pendapat yaitu Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan secara terencana
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di
luar sekolah untuk mengembangkan seluruh kemampuan (potensi) yang dimiliki seseorang baik
itu pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk digunakan dalam memainkan peranan dalam
1) Teori pendidikan dapat dilihat dari 3 segi yaitu bentuk, isi, dan asumsi pokok. Dari segi
bentuk, teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan,
2) Konsep pendidikan meliputi pendidikan adalah kehidupan, pendidikan adalah sekolah, dan
Latihan
Daftar Pustaka
Mudyaharjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Miarso, Yusufhadi. Kuliah umum Dasar-dasar Teknologi Pendidikan program studi Magister
Soetriono dan Rita Hanafie. 2007. Filasafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi.
Karya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa