Anda di halaman 1dari 34

HALAMAN KONSULTASI

PROPOSAL PERANCANGAN MESIN PENEPUNG


PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Kelompok : IV
Anggota : Erika Safitri (1722041013) Sunandar (1722040004)
Fin (1722041007) Hezron Agung K (1722040002)
Arman Syam (1722042002) Julio Karis (1722040009)
Ottonius R (1722042016)
Jurusan : Pendidikan Teknik Mesin (S-1)
Fakultas : Teknik

No Hari/Tanggal Revisi Paraf

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karenadengan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis
masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan tugas Proposal Perancangan ini.
Adapun didalam penyelesaian tugas ini penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari
banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis berterimakasih terutama kepada kedua orang tua
penulis yang telah memberikan kasih saying dan dukungan baik moril maupun materiil sehingga
penulis dapat menyelesaikan Proposal Perancangan Mesin Penepung ini. Ucapan terimakasih
pula kepada pihak-pihak lainnya seperti dosen dan teman-teman yang telah memberi dukungan
dan bantuan setiap harinya dalam pembuatan proposal ini.

Akhir kata penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Tidak dapat dipungkiri masih ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan proposal ini, oleh
karena itu kritikdan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan proposal ini.

Makassar, 8 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN KONSULTASI............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan Perancangan..............................................................................................................2
D. Manfaat Perancangan............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Beras.....................................................................................................................................3
B. Definisi Perancangan Teknik................................................................................................6
C. Metode Perancangan Teknik................................................................................................7
D. Fase dalam Proses Perancangan...........................................................................................8
E. Sistem Penggiling...............................................................................................................10
F. Elemen Mesin Penepung....................................................................................................12
G. Uji Kinerja Mesin Penepung..............................................................................................21
BAB III METODOLOGI PERANCANGAN
A. Tempat dan Waktu Perancangan........................................................................................22
B. Alat dan Bahan...................................................................................................................22
C. Alur Perancangan................................................................................................................24
D. Estimasi Biaya....................................................................................................................25
E. Prosedur Pengujian.............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................28
L a m p i r a n.................................................................................................................................29

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Mekanisme penggilingan hammer mills…………………………………………11

Gambar 2.2 Standar dimensi penampang sabuk V…………………………………………….19

Gambar 3.1 Diagram alur proses perancangan………………………………………………...24

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Nilai nutrisi pada beras……………………………………………………………..3

Tabel 2.2. Faktor-faktor koreksi daya………………………………………………………...14

Tabel 3.1. Rincian estimasi biaya perakitan mesin………………...…………………………25

Tabel 3.2. Rincian estimasi biaya perakitan miniature mesin………………………………..25

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki komoditas pertanian yang cukup
melimpah.Komoditas ini cukup menjanjikan mengingat komoditas pertanian merupakan
sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Berbeda dengan sumber daya alam lainnya seperti
minyak bumi, batu bara dan bahan tambang lainnya walupun Indonesia memiliki kekayaan
bahan tambang yang melimpah namun suatu saat bahan tambang akan habis. Pada saat itulah
komoditas pertanian akan menjadi primadona.Walaupun komoditas pertanian cukup
menjanjikan, namun pada kenyataannya kekayaan tersebut tidak bisa dinikmati secara
langsung oleh petani.Sebagian besar petani di Indonesia cukup kesulitan dalam masalah
ekonomi.Penjualan hasil pertanian terkadang tidak mampu menutupi besarnya kenaikan harga
pupuk dan biaya untuk pengelolaan pertanian.Walupun harga komoditas pertanian cenderung
naik, tetapi dampaknya kurang dirasakan oleh para petani.Salah satu upaya untuk
meningkatkan daya saing para petani, selain memperbaiki mutu hasil pertanian mereka juga
harus mampu memvariasikan hasil pertanian menjadi komoditas yang memiliki nilai jual
tinggi. Dengan kata lain mereka harus menguasai teknologi penanganan pasca panen. Salah
satu teknologi penanganan pasca panen adalah menjadikan hasil pertanian menjadi tepung
seperti tepung beras, tepung gandum dan tepung kedelai. Tepung beras dan tepung gandum
merupakan bahan baku dalam pembuatan kue yang sudah terkenal dan banyak digunakan di
Indonesia sedangkan tepung kedelai merupakan bahan baku susu kedelai. Jika petani terlebih
dahulu mengolah hasil pertanian menjadi tepung, maka nilai jual komoditas pertanian akan
lebih tinggi.Seiring dengan kemajuan teknologi tepat guna banyak ditemukan alat-alat
teknologi yang diciptakan untuk mengolah hasil pertanian.Hal ini dimaksudkan untuk
membantu para petani dalam mengolah hasil pertanian agar lebih mudah, cepat (produktivitas
tinggi) tetapi dengan biaya yang terjangkau.
Salah satu teknologi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah mesin penepung yaitu
mesin yang digunakan untuk mengolah hasil pertanian menjadi tepung beras, tepung gandum

1
dan tepung kedelai.Secara sederhana proses pembuatan tepung yang biasa dilakukan oleh para
petani dengan jumlah kecil adalah dengan ditumbuk kemudian disaring. Namun tentu proses
tersebut sulit dilakukan untuk pembuatan dengan kapasitas besar karena memerlukan tenaga
kerja yang banyak sehingga proses tersebut hanya dilakukan untuk kepentingan sendiri. Proses
pembuatan tepung di industri-industri besar menggunakan mesin penggiling tepung dengan
kapasitas besar. Sistem penggilingan biasanya menggunakan roda gigi pengiling.Mesin
penggiling tepung harganya sangat mahal sehingga tidak memungkinkan untuk dimiliki oleh
para petani.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin membuat mesin penepung
menggunakan konsep tumbukan seperti halnya para petani menumbuk beras menjadi tepung.
Tetapi peda mesin ini proses penumbukan dilakukan dengan mengunakan tenaga listrik. Oleh
karena itu mesin ini dinamakan mesin penepung sistem sentripugal. Penggunaan penggerak
motor listrik selain akan memiliki nilai ekonomis juga memiliki beberapa keuntungan
diantaranya produktifitas bisa lebih tinggi, keseragaman produk dapat terkontrol, biaya tenaga
kerja bisa ditekan dan tentunya dengan kualitas yang lebih tinggi.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, penulis menyimpulkan bahwa yang menjadi rumusan masalah
ialah bagaimana membuat mesin penepung berbasis teknologi tepat guna.

C. Tujuan Perancangan

Tujuan dari dibuatnya proposal perancangan mesin penepung ini ialah agar kita dapat
membuat suatu mesin penepung yang berdaya guna juga ekonomis bagi masyarakat

D. Manfaat Perancangan

Manfaat dari perancngan mesin penepung ini ialah agar kita dapat menentukan desain
rancanga yang ideal dengan kebutuhan masyarakat dan hemat dari segi biaya

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Beras

1. Definisi dan Deskripsi Beras

Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Pada salah
satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling
sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya.Bagian isi inilah, yang
berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras. Beras
umumnya tumbuh sebagai tanaman tahunan. Tanaman padi dapat tumbuh hingga setinggi
1 - 1,8 m. Daunnya panjang dan ramping dengan panjang 50 – 100 cm dan lebar 2 - 2,5
cm. Beras yang dapat dimakan berukuran panjang 5 – 12 mm dan tebal 2 – 3 mm.

Beras putih, panjang, biasa


Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz)
Energi 1527 kJ (365 kkal)
Karbohdirat 79 g
-Gula 0.12 g
-Serat pangan 1.3 g
Lemak 0.66 g
Protein 7.13 g
Air 11.62 g
Tiamina (Vit. B₁) 0.070 mg (5%)
Riboflavin (Vit. B₂) 0.049 mg (3%)
Niasin (Vit. B₃) 1.6 mg (11%)
Asam Pantotenat (B₅) 1.014 mg (20%)
Vitamin B₆ 0.164 mg (13%)
Folat (Vit. B₉) 8 µg (2%)
Kalsium 28 mg (3%)
Besi 0.80 mg (6%)
Magnesium 25 mg (7%)
Mangan 1.088 mg (54%)
Fosfor 115 mg (16%)
Kalium 115 mg (2%)
Zinc 1.09 mg (11%)

3
Tabel 2.1. Nilai Nutrisi Pada Beras
*Persentase merujuk kepada rekomendasi Amerika Serikat untuk dewasa.
Sumber: Data Nutrisi USDA

Beras dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok


terpenting warga dunia.Beras juga digunakan sebagai bahan pembuat berbagai macam
penganan dan kue-kue, utamanya dari ketan, termasuk pula untuk dijadikan tapai.
Selain itu, beras merupakan komponen penting bagi jamu beras kencur dan param.
Minuman yang populer dari olahan beras adalah arak dan air tajin. Dalam bidang
industri pangan, beras diolah menjadi tepung beras.Sosohan beras (lapisan aleuron),
yang memiliki kandungan gizi tinggi, diolah menjadi tepung bekatul (rice
bran).Bagian embrio juga diolah menjadi suplemen makanan dengan sebutan tepung
mata beras. Untuk kepentingan diet, beras dijadikan sebagai salah satu sumber pangan
bebas gluten dalam bentuk berondong.

Di antara berbagai jenis beras yang ada di Indonesia, beras yang berwarna merah
atau beras merah diyakini memiliki khasiat sebagai obat.Beras merah yang telah
dikenal sejak tahun 2.800 SM ini, oleh para tabib saat itu dipercaya memiliki nilai nilai
medis yang dapat memulihkan kembali rasa tenang dan damai. Meski, dibandingkan
dengan beras putih, kandungan karbohidrat beras merah lebih rendah (78,9 gr : 75,7
gr), tetapi hasil analisis Nio (1992) menunjukkan nilai energi yang dihasilkan beras
merah justru di atas beras putih (349 kal : 353 kal). Selain lebih kaya protein (6,8 gr :
8,2 gr), hal tersebut mungkin disebabkan kandungan tiaminnya yang lebih tinggi (0,12
mg : 0,31 mg).

Kekurangan tiamin bisa mengganggu sistem saraf dan jantung, dalam keadaan
berat dinamakan beri-beri, dengan gejala awal nafsu makan berkurang, gangguan
pencernaan, sembelit, mudah lelah, kesemutan, jantung berdebar, dan refleks
berkurang.

Unsur gizi lain yang terdapat pada beras merah adalah fosfor (243 mg per 100 gr
bahan) dan selenium. Selenium merupakan elemen kelumit (trace element) yang
merupakan bagian esensial dari enzim glutation peroksidase.Enzim ini berperan
4
sebagai katalisator dalam pemecahan peroksida menjadi ikatan yang tidak bersifat
toksik.Peroksida dapat berubah menjadi radikal bebas yang mampu mengoksidasi
asam lemak tidak jenuh dalam membran sel hingga merusak membran tersebut,
menyebabkan kanker, dan penyakit degeneratif lainnya. Karena kemampuannya itulah
banyak pakar mengatakan bahan ini mempunyai potensi untuk mencegah penyakit
kanker dan penyakit degeneratif lain.

Beras sendiri secara biologi adalah bagian biji padi yang terdiri darialeuron, lapis
terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit,endosperma,
tempat sebagian besar pati dan protein beras berada, danembrio, yang merupakan
calon tanaman baru (dalam beras tidak dapat tumbuh lagi, kecuali dengan bantuan
teknik kultur jaringan). Dalam bahasa sehari-hari, embrio disebut sebagai mata beras.

2. Kandungan beras

Sebagaimana bulir serealia lain, bagian terbesar beras didominasi oleh pati
(sekitar 80-85%). Beras juga mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian
aleuron), mineral, dan air.
Pati beras tersusun dari dua polimer karbohidrat:
 amilosa, pati dengan struktur tidak bercabang
 amilopektin, pati dengan struktur bercabang dan cenderung bersifat lengket
Perbandingan komposisi kedua golongan pati ini sangat menentukan warna
(transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau pera).Ketan hampir
sepenuhnya didominasi oleh amilopektin sehingga sangat lekat, sementara beras pera
memiliki kandungan amilosa melebihi 20% yang membuat butiran nasinya terpencar-
pencar (tidak berlekatan) dan keras.
Warna beras yang berbeda-beda diatur secara genetik, akibat perbedaan gen yang
mengatur warna aleuron, warna endospermia, dan komposisi pati pada endospermia.

Beras putih, sesuai namanya, berwarna putih agak transparan karena hanya
memiliki sedikit aleuron, dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20%.Beras ini

5
mendominasi pasar beras.Beras merah, akibat aleuronnya mengandung gen yang
memproduksi antosianin yang merupakan sumber warna merah atau ungu.Beras hitam,
sangat langka, disebabkan aleuron danendospermia memproduksi antosianin dengan
intensitas tinggi sehingga berwarna ungu pekat mendekati hitam.Ketan (atau beras
ketan), berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hampir seluruh patinya
merupakan amilopektin.Ketan hitam, merupakan versi ketan dari beras hitam.

B. Definisi Perancangan Teknik

Perancangan teknik adalah bagian dari kegiatan untuk menemukan dan menciptakan
solusi baru bagi suatu masalah yang belum dapat dipecahkan, atau dengan solusi baru untuk
masalah lain yang sebelumnya sudah dipecahkan namun menggunakan cara yang berbeda.
Perancangan teknik juga memanfaatkan kemampuan kecerdasan intelektual untuk dapat
menerapkan pengetahuan tersebut secara ilmiah dan memastikan produk yang dibuat sesuai yang
dibutuhkan pasar dengan spesifikasi desain produk yang telah disepakati, tetap dapat diproduksi
menggunakan metode yang optimum. Kegiatan desain tidak dapat dikatakan selesai sebelum
hasil akhir produk dapat digunakan dengan tingkat kepuasan tinggi yang dapat diterima dan
dengan alur proses kerja yang dibuat dengan jelas (Hurst, 1999)

C. Metode Perancangan Teknik

Metode dalam proses perancangan teknik dalam bentuknya secara sederhana yaitu proses
pemecahan masalah, penggunaan suatu proses adalah untuk mendukung dalam suatu
perancangan dengan menyediakan suatu kerangka kerja atau metodologi. Sehingga dapat
membantu seorang perancang teknik untuk tahu bagaimana memulainya.Dengan cara

6
menggunakan metode pendekatan yang sistematis dan dokumentasi yang jelas dan logis dapat
membantu dalam perkembangan desain. Hal ini berguna jika produk akan dikembangkan lebih
lanjut dan didesain ulang dikemudian hari. Menggunakan referensi dokumentasi pendukung
yang lengkap dapat membantu membuktikan bahwa praktik dalam proses perancangan
menggunakan metode yang terbaik yang digunakan dalam ketentuan hukum. Ketaatan mengikuti
proses tahapan yang telah ditetapkan dan dijelaskan kemudian akan membebaskan pikiran, yang
biasanya terbagi-bagi dalam mengerjakan suatu proyek, sehingga dapat menghasilkan solusi
yang lebih inovatif dan masuk akal.
Menurut Hurst (1999) terdapat dua pendekatan sistematis yang diusulkan yang berbeda
detailnya namun memiliki konsep dasar yang sama yaitu:
1. Proses desain sistematis yang direkomendasikan oleh Pahl dan Beitz Pahl dan Beitz
mengusulkan metode merancang produk sebagaimana sudah dijelaskan didalam bukunya;
Engineering Design : A Systematic Approach. Prosedur proses merancang yang digagas oleh
Pahl dan Beitz tersebut secara umum terdiri dari 4 kegiatan atau fase, yang masing-masing terdiri
dari beberapa langkah. Keempat fase tersebut adalah :
a. Perencanaan dan penjelasan tugas

b. Perancangan konsep produk

c. Perancangan bentuk produk (embodiment design)

d. Perancangan detail

Untuk tiap-tiap fase dari keempat proses perancangan diatas akan menentukan proses
pada fase selanjutnya, seperti untuk fase pertama prosesnya akan menghasilkan suatu daftar yang
berisi persyaratan dan spesifikasi suatu perancangan, dan hasil dari fase pertama tersebut akan
diteruskan ke proses fase selanjutnya dan pada tiap fase akan saling berkaitan sehingga jika salah
satu fase mengalami perubahan maka akan mempengaruhi fase sebelumnya dan juga fase
setelahnya.

2. Proses desain sistematis yang direkomendasikan oleh SEED (Pugh)


Pada sistematika proses desain yang direkomendesaikan oleh Pugh memiliki kesamaan
dengan rekomendasi dari Pahl dan Beitz yaitu proses dasar untuk mengidentifikasi masalah,

7
menghasilkan potensi solusi, memilih solusi-solusi tersebut, menyempurnakan dan menganalisis
konsep solusi yang dipilih, melaksanakan desain detail, dan menghasilkan deskripsi produk yang
memungkinkan masuk ke proses pabrikasi.
Agar proses desain menjadi lebih lengkap, proses desain dapat diperluas dengan
menyertakan cara penggunaan dan daur ulang atau penguraian agar dapat membantu dalam
pemahaman konsep desain suatu produk.

D. Fase dalam Proses Perancangan

Perancangan yang dilakukan adalah rangkaian yang saling berurutan, karena melingkupi
keseluruhan kegiatan yang terdapat di dalam proses perancangan. Kegiatan-kegiatan tersebut
yang dalam proses perancangannya dinamakan fase. Di dalam Fase untuk proses perancangan
memiliki perbedaan satu dengan yang lain, dan setiap dari fase proses perancangan tersebut yang
terdiri dari beberapa kegiatan dinamakan langkah-langkah dalam suatu fase.
Menurut model proses desain Pugh terdapat 4 fase umum secara berurutan yaitu terdiri
dari:

1. Spesifikasi
Dalam menyusun spesifikasi yang lengkap dan detail mengenai suatu masalah, harus
melakukan banyak penyelidikan awal tentang suatu kebutuhan. Spesifikasi harus bersifat
dinamis karena akan mengalami perubahan selama berlangsungnya proses perancangan dan
pembuatan suatu produk.
Spesifikasi desain produk meliputi beberapa kategori kebutuhan yang terdiri dari:
a. Ketentuan performa yang terdiri dari fungsi-fungsi penampilan, kehandalan, kondisi
lingkungan, biaya produksi, ergonomis, kualitas, berat, dan kebisingan.
b. Ketentuan operasi meliputi instalasi, penggunaan, pemeliharaan, dan keamanan.
c. Ketentuan pabrikasi berupa pemilihan material, proses-proses perakitan, kemasan,
kuantitas, dan tanggal penyerahan.
d. Standar Penerimaan berisi tentang inspeksi, pengujian, standar-standar, dan hak paten.

8
e. Penguraian produk berupa standar, peraturan, kebijakan perusahaan, dan peringatan
bahaya.

2. Perumusan Konsep Desain


Tujuan dari proses perumusan konsep desain adalah untuk merumuskan alternatif-
alternatif konsep yang ada, setelah itu melakukan proses diskusi dan evaluasi pada hasil
perancangan konsep desain yang akan menghasilkan salah satu atau beberapa konsep terbaik
yang pada prinsipnya dianggap memenuhi spesifikasi, yang akan berlanjut untuk
dikembangkan pada fase selanjutnya. Konsep desain yang dihasilkan pada fase ini adalah
masih berupa skema atau dalam bentuk sketsa.

3. Pemodelan dan Desain Detail


Pada fase ini pada intinya yaitu bertujuan untuk mengembangkan desain produk dari
solusi alternatif yang telah dipilih dalam bentuk skema atau sketsa kedalam bentuk
pemodelan matematika dan bentuk perancangan detail elemen-elemen produk yang
kemudian dituangkan kedalam gambar detail untuk proses pembuatan.
Menurut Hurst (1999) ada tiga tipe pokok pemodelan, yaitu model matematika, termasuk
optimasi, model skala fisik, dan model simulasi yang biasanya dilakukan dengan bantuan
software komputer. Terdapat berbagai jenis software yang dapat digunakan untuk proses 3D
parametric modeling salah satunya yaitu AutoCAD.
Secara umum sebuah model dapat didefinisikan sebagai representasi realita yang
disederhanakan, yang diciptakan untuk tujuan tertentu. Setelah itu tahap selanjutnya adalah
mempertimbangkan komponen-komponen individu dan memastikan bahwa komponen yang
dipilih sudah optimal.
Selanjutnya selama proses desain detail, desain yang telah dibuat dan komponen-
komponen yang telah dipilih harus diverifikasi dan diberikan informasi yang lengkap
sebelum dilakukan pabrikasi atau pembuatan. Informasi tersebut dapar berupa gambar
produksi disertai dokumentasi yang lengkap yang berupa:
a. Gambar dari semua elemen produk harus lengkap yang terdiri dari bentuk geometrinya,
dimensi, kekasaran permukaan, dan pemilihan material yang digunakan.
b. Gambar susunan komponen (assembly).

9
c. Gambar susunan produk.
d. Spesifikasi yang terdiri dari keterangan-ketarangan yang tidak dapat dimuat dala gambar.
e. Bill of material dari semua komponen produk.

4. Pabrikasi
Setelah proses desain detail selesai maka proses selanjutnya adalah pembuatan atau
pabrikasi alat berupa purwarupa degan pengujian-pengujian kualitas produk sebelum masuk
kedalam produksi massal.

E. Sistem Penggiling

Mesin penepung termasuk kedalam golongan mesin pengecilan ukuran (size reduction)
material atau mesin yang berfungsi untuk merubah ukuran suatu material dari yang lebih besar
menjadi ukuran yang lebih kecil. Metode yang digunakan yaitu membuat material hancur dengan
cara memberikan gaya luar yang besarnya melebihi tegangan maksimal material tersebut. Ada
tiga gaya yang digunakan dalam proses penggilingan secara umum yaitu dengan cara tekanan
(compression), benturan (impact), dan geseran (shear) (Brennan, 2005).
Pada metode gaya tekanan umumnya digunakan untuk material yang keras seperti mesin
penghancur (crushing) untuk material tambang. Metode penggilingan dengan gaya benturan
(impact) digunakan untuk menggiling jenis material yang luas, dari jenis material yang keras
sampai yang lunak, termasuk juga untuk bahan makanan yang berserat. Sedangkan penggiling
dengan gaya geseran (shear) cocok untuk jenis material yang lunak dan dapat menghasilkan
produk yang paling halus dari metode penggilingan lainnya. Penerapan dari mekanisme gaya-
gaya ini mendistorsi dan merubah bentuk partikel sehingga melampaui batas elastisitas
materialnya yang menyebabkan material tersebut menjadi pecah menjadi material yang memiliki
ukuran yang lebih kecil.
Hammer Mills adalah mesin penggiling dari jenis Impact Mills dengan rotor yang
berputar pada poros horizontal atau vertikal didalam sebuah wadah (casing) dengan kecepatan
putar tinggi antara 2000-6000 rpm. Rotor yang berputar dipasangkan oleh pemukul (hammer)
yang bergerak bebas dan memiliki jarak yang kecil dari sisi dalam wadah (casing).Pemukul yang
terpasang bisa berayun bebas sehingga pada saat berputar dapat berayun keluar kearah sisi

10
wadah (casing) ataupun yang terpasang secara kaku.Pada sisi dalam wadah diberikan tambahan
pelat yang disebut juga (breaker plate) yang berfungsi untuk media alas penghancur material
yang dibawa oleh pemukul. Pemukul dan pelat alas umumnya menggunakan material yang lebih
keras seperti baja agar tidak mudah rusak.pada saluran bawah di dalam wadah juga ditambahkan
media penyaring supaya material yang memiliki ukuran yang sudah sesuai dapat keluar melewati
media penyaring tersebut. Material yang dapat diproses dalam hammer mills ini bisa berupa
material yang keras, rapuh (mudah hancur), berserat, ataupun material yang lengket. Mekanisme
penggilingan hammer mills dapat dilihat pada gambar 2.1. dibawah ini.

Gambar 2.1. Mekanisme penggilingan hammer mills (Brennan, 2005)

F. Elemen Mesin Penepung

Elemen mesin merupakan komponen pendukung dari suatu sistem mesin yang memiliki
fungsi dan tugas tertentu dan saling bersinergi dengan komponen pendukung yang lain. Dalam
sistem mesin penepung, elemen mesin yang terdapat didalam mesin penepung digolongkan
menjadi beberapa kelompok yaitu:

11
1. Motor Penggerak Mula
Motor penggerak mula merupakan elemen mesin yang penting dalam suatu sistem
mesin sebagai sumber daya gerak. Terdapat banyak jenis mesin motor penggerak awal
yang dapat menghasilkan daya, sehingga dalam memilih jenis motor penggerak harus
berdasarkan jumlah ukuran daya yang digunakan, tujuan penggunaan, dan lingkungan
mesin yang akan digunakan. Motor bensin yang digunakan pada mesin pembuat tepung
ini menggunakan daya 6,5 HP(4,8 kW)/3600 rpm.
Jenis mesin motor penggerak tersebut dapat dikategorikan menjadi:
a. Motor Listrik
Motor listrik mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
• Mudah dihidupkan dengan hanya menekan saklar.
• Memiliki suara dan getaran yang relatif kecil.
• Tidak membutuhkan udara untuk dihisap dan tidak menghasilkan gas buang,
sehingga tidak perlu mengukur tingkat emisi gas buang dan pembuatan ventilasi
udara khusus.
• Motor jenis DC memiliki daya besar pada putaran rendah, sehingga cocok utuk
jenis penggiling dengan material yang keras seperti batu.

Selain kelebihan tersebut, motor listrik juga memiliki beberapa kekurangan yaitu:
• Motor listrik membutuhkan sumber daya sehingga perlu kabel untuk
menghubungan dengan stopkontak, sehingga letak motor terbatas oleh panjang
kabel.
• Butuh ukuran batrai yang besar untuk sumber daya jika dibandingan dengan
motor bakar untuk jumlah daya yang sama.
• Rasio perbangingan berat motor listrik akan lebih berat dibandingkan dengan
motor bakar jika untuk penggunaan daya yang sama.
• Motor jenis AC jika digunakan untuk motor penggerak umumnya tidak mudah
untuk mengubah putarannya.

b. Motor Pembakaran Luar


Motor pembakaran luar adalah jenis motor pembakaran yang letak ruang bakar
terpisah dengan ruang penghasil daya yang berupa uap air. Umumnya jenis untuk

12
pembakaran luar adalah mesin uap dan turbin uap. Karena ruang yang terpisah
tersebut efisiensi termalnya agak rendah, sehingga mesin uap lebih cocok untuk
penggerak ukuran besar, seperti lokomotif, kapal, atau pembangkit listrik.

c. Motor Pembakaran Dalam


Motor penggerak dalam memiliki beberapa keuntungan yaitu:
• Ringan, ukuran yang kecil, sehingga sangat praktis.
• Dapat dioperasikan di mana saja, dengan syarat ada udara dan bahan bakar.
• Efisiensi termal yang tinggi sehingga dapat menghasilkan daya yang cukup besar
dengan jumlah bahan bakar yang relatif sedikit.
• Mudah dihidupkan, dan mudah untuk diubah kecepatannya, juga memiliki daya
tahan yang tinggi.

Selain kelebihan tersebut, mesin pembakaran dalam juga memiliki beberapa


kekurangan yaitu:
• Menghasilkan suara kegaduhan dan getaran yang cukup tinggi.
• Menghasilkan gas buang yang dapat meningkatkan polusi udara.
• Menggunakan jenis bahan bakar minyak bumi yang terbatas, dan sewaktu-waktu
akan habis.

Setiap mesin penggerak memiliki jumlah daya P yang dapat dihasilkan sesuai
kebutuhan, untuk dapat menggerakkan suatu elemen mesin seperti poros maka perlu
dirancang daya rencana Pd dengan pertimbangan berbagai macam faktor keamanan yang
digunakan dalam proses perancangan, sehingga faktor koreksi yang diambil bernilai
kecil.
Menurut Sularso dan Kiyokatsu Suga (1978) jika faktor koreksi daya fc maka
mencari daya rencana dapat menggunakan persamaan berikut :
𝑃𝑑= 𝑓𝑐 ×𝑃.......................................................(2.1)

Dimana:
Pd = Daya rencanga (kW)
fc = Faktor koreksi daya
P = Daya motor (kW)

13
Untuk menghitung momen puntir rencana T menggunakan persamaan berikut:
𝑇=9,74×105(𝑃𝑑𝑛).............................................(2.2)

Dimana:
T = Momen puntir (N.mm)
Pd = Daya rencana (kW)
n = Putaran poros (rpm)

Pada pemilihan nilai faktor koreksi daya fc dapat menggunakan tabel berikut:

Tabel 2.2 Faktor-faktor koreksi daya


Daya yang Akan Ditransmisikan Faktor Koreksi Daya (fc)

Daya rata-rata yang diperlukan 1,2-2,0

Daya maksimum yang diperlukan 0,8-1,2

Daya normal 1,0-1,5

Sumber: Sularso dan Kiyokatsu Suga (1978)

2. Poros
Poros adalah batang yang umumnya berbentuk silinder dan merupakan elemen
mesin yang sangat penting yang berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran dari suatu
elemen ke elemen mesin lain. Poros dirancang untuk memiliki kekuatan dan kekakuan
utuk menahan beban puntir, beban lentur, maupun keduanya, dan juga dirancang untuk
bekerja di bawah putaran kritisnya, tahan terhadap korosi, menggunakan bahan yang
sesuai, dan menentukan diameter yang sesuai dengan standar yang ada. Menurut Sularso
dan Kiyokatsu Suga (1978) perancangan poros berdasarkan beban yang bekerja dibagi3
menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Poros dengan Beban Lentur Murni

Perhitungan dilakukan untuk mencari diameter poros jika beban yang bekerja
hanya beban lentur murni pada poros untuk poros bulat, pejal, dan masif. Diameter
poros yang didapat adalah nilai minimum, sehingga yang dipilih adalah diameter

14
yang lebih besar. Umumnya as pada roda kereta api (gandar) yang hanya terdapat
beban lentur murni.
Persamaan untuk mencari tegangan lentur yaitu:

𝜎=𝑀𝑣𝐼.............................................(2.3)
Dimana:
σ = Tegangan lentur (N/mm2)
M = Momen lentur (N.mm)
v = Jarak dari titik pusat sumbu netral (mm)
I = Momen inersia (mm4)

b. Poros dengan Beban Puntir Murni

Syarat dalam perhitungan poros pada beban puntir murni sama halnya dengan
beban lentur murni, namun hanya untuk beban puntir. Poros transmisi (spindel) yang
cukup pendek yang hanya mengalami beban puntir murni.
Persamaan untuk mencari tegangan geser yaitu:

𝜏=𝑇.𝑟𝐽...........................................(2.4)
Dimana:
τ = Tegangan geser (N/mm2)
T = Momen puntir (N.mm)
r = Jari-jari poros (mm)
J = Momen inersia polar (Ix +Iy) (mm4)

c. Poros dengan Beban Keduanya (Torsi dan Lentur)

Poros yang digunakan pada umumnya untuk dapat menahan dua beban yaitu torsi
dan lentur sehingga pada perancangan poros mesin penggiling sekam padi ini
menggunakan beban keduanya. Persamaan untuk mencari tegangan kombinasi keduanya
yaitu:
𝜏𝑘=(16𝜋.𝑑3⁄)√(𝐾𝑚.𝑀)2+(𝐾𝑡.𝑇)2 (2.5)
Dimana:

15
τk = Tegangan kombinasi (N/mm2)
d = Diameter poros (mm)
Km = Faktor koreksi momen lentur
M = Momen lentur (N.mm)
Kt = Faktor koreksi momen puntir
T = Momen puntir (N.mm)

3. Bantalan
Bantalan merupakan elemen mesin yang berfungsi sebagai tumpuan poros yang
berputar sehingga putaran poros dapat berlangsung secara halus, aman, dan awet.
Bantalan harus cukup kuat untuk menahan beban dari elemen-elemen mesin yang lain
agar bekerja dengan baik, jika tidak maka kinerja keseluruhan sistem akan terganggu.
Pemilihan jenis bantalan harus sesuai dengan kebutuhan dan perancangan bantalan harus
bisa menyesuaikan dengan ukuran diameter poros yang dirancang. Bantalan dapat
digolongkan berdasarkan gerakan poros terhadap bantalan yaitu:

a. Bantalan Luncur
Bantalan luncur adalah jenis bantalan yang terjadi gesekan luncur antara
permukaan poros dengan permukaan bantalan yang dibatasi oleh pelapis pelumas.
b. Bantalan Gelinding
Bantalan gelinding adalah jenis bantalan yang terjadi gesekan gelinding atara
bagian yang berputar terhadap bagian bantalan yang diam seperti bola atau rol
silider.

Berdasarkan arah pembebanannya, bantalan dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

a. Bantalan Aksial
Bantalan aksial adalah jenis bantalan yang dapat menahan pembebanan dengan
arah sejajar dengan sumbu poros.
b. Bantalan Radial

16
Bantalan radial adalah jenis bantalan yang dapat menahan pembebanan dengan
arah tegak lurus dengan sumbu poros.
c. Bantalan Khusus
Bantalan khusus adalah jenis bantalan yang dapat menahan pembebanan dengan
arah sejajar dan tegak lurus dengan sumbu poros.

4. Transmisi
Transmisi adalah suatu sistem elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan
daya dan putaran dari suatu poros ke poros lain yang terpisah. Menurut Sularso dan
Kiyokatsu Suga (1978) sistem transmisi dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu:
transmisi langsung yang berupa piringan atau roda dari satu poros menggerakkan roda
poros kedua melalui kontak langsung, seperti sistem roda gigi, sedangkan transmisi tidak
langsung menggunakan tambahan elemen penghubung antara berupa sistem sproket dan
rantai atau puli dan sabuk. Perancangan pada transmisi dibutuhkan untuk menyesuaikan
kebutuhan daya dan putaran untuk elemen mesin lain. Jenis transmisi yang digunakan
dalam desain mesin penepung ini ialah transmisi puli/sabuk.
Transmisi yang terdiri dari elemen sabuk dan puli dimana sabuk adalah elemen
mesin yang bersifat fleksibel dan mudah digunakan dalam sistem transmisi penghubung
dan penerus daya dan putaran antara dua poros sejajar dengan jarak tertentu. Faktor
terpenting dari penggunaan sabuk adalah kekuatan dan kelembutannya dimana dapat
bertahan terhadap pelengkungan yang berulang-ulang disekeliling puli, dan juga
koefisien gesek antara sabuk dengan puli, dan ketahanan terhadap pengaruh luar (lembab,
kalor, debu, dan sebagainya).Puli digunakan untuk mentransmisikan daya dan putaran
poros yang satuke poros yang lain dengan bantuan sabuk (belt). Kecepatan putaran
merupakanperbandingan dari diameter puli penggerak ke diameter puli yang digerakan.
Untuk mesin pembuat tepung yang digunakan mempunyai spesifikasi :
a) Bahan : Alumunium
b) Diameter Puli Penggerak : 100 mm
c) Diameter Puli yang digerakan: 78 mm

17
Ada beberapa jenis dari sabuk(belt), yaitu:

• Sabuk Rata
Penggunaan sabuk rata umumnya menggunakan kulit, karet, atau kain
yang ujungnya disambung dengan penjepit, pengait, engsel, ataupun lem.Sabuk
rata memiliki kelebihan seperti memiliki efisien yang tinggi dan tidak bising,
dapat menyalurkan daya yang besar dalam jarak sumbu yang jauh, dan dapat
menghubungkan poros dengan sumbu tegak lurus.

• Sabuk V
Sabuk V memiliki penampang sabuk trapesium dan banyak diterapkan
dalam keadaan yang paling tidak menguntungkan seperti jarak sumbu yang kecil,
pra tegangan yang kecil dan perbandingan transmisi yang besar.

Transmisi sabuk V sebagian besar digunakan karena mudah dalam


penanganannya dan harganya relatif lebih murah dari jenis transmisi jenis lain.
Gesekan yang dihasilkan lebih besar dari pada sabuk rata akibat efek baji dari
penampang trapesium sehingga menghasilkan tegangan yang rendah dan tidak
mudah slip dari sabuk rata. Dapat digunakan pada kecepatan umum antara 10-20
m/s dan maksimum hingga 25 m/s. Daya yang dapat ditransmisikan sampai 500
kW. Pemilihan penampang sabuk V dapat dilakukan dengan cara melihat standar
huruf kapital A sampai E dan untuk tipe profil sempit seperti 3V, 5V, dan 8V dan
untuk tipe beban ringan dapat menggunakan tipe 3L, 4L, dan 5L, tipe profil-profil
tersebut dapat dilihat pada gambaar 2.12. dibawah ini.

Gambar 2.2. Standar dimensi penampang sabuk V (Sumber: Sularso dan


Kiyokatsu Suga. 1978)

18
Perhitungan perbandingan putaran untuk perancangan transmisi sabuk v dapat
menggunakan persamaan berikut:

n 1 Dp
= =vs
n 2 dp

Dimana:
vs = Kecepatan sabuk (m/s)
n1 = Putaran puli penggerak (rpm)
n2 = Putaran puli yang digerakkan (rpm)
Dp = Diameter nominal puli penggerak (mm)
dp = Diameter nominal puli yang digerakkan (mm)

5. Pengayak atau Penyaring


Pengayakan atau penyaringan adalah metode pemisahan secara mekanis pada
jenis material berdasarkan ukurannya menggunakan media penyaring dengan ukuran
lubang sesuai standar yang ada. Tujuan dari pengayakan adalah untuk mengontrol dan
mendapatkan ukuran material yang seragam sesuai yang diingkan. Dalam Proses
pengayakan akan didapat produk yang berupa oversize dan undersize material, oversize
material adalah kelompok material yang tidak lolos pada media penyaring karena ukuran
yang lebih besar dari lubang penyaring, sedangkan undersize adalah kelompok material
yang lolos media penyaring karena ukurannya lebih kecil dari lubang penyaring. Untuk
mendapatkan ukuran partikel yang dinginkan perlu adanya standar yang biasanya
digunakan untuk media pengayak dalam proses pengayakan, standar yang biasanya
digunakan adalah standar Amerika yaitu ASTM Sieve Chart. Ukuran Standar mesh
ditentukan dengan jumlah lubang dalam tiap ukuran luas 1 in2 media penyaring, jadi
untuk standar mesh 20 maka terdapat 20 lubang dengan ukuran luas 0.841 mm dalam 1
in2.

6. Rangka
Rangka (frame) adalah struktur yang disusun oleh batang-batang yang saling
menyambung membentuk kesatuan sistem kokoh yang dapat menopang beban dari

19
elemen mesin yang lain sehingga tidak terjadi kerusakan ketika diaplikasikan. Beban
yang bekerja dan di terima oleh rangka berupa gaya (F) dan momen (M).
Dalam pinsip mekanika struktur, struktur rangka harus mencapai titik
keseimbangan bila semua gaya yang bekerja, momen dan reaksi sama dengan nol, pada
kondisi seimbang tersebut pergerakan struktur tidak terjadi. Pada saat menganalisis
statika, ada 3 syarat yang harus dipenuhi pada bidang datar untuk mencapai titik
keseimbangan yaitu: (Alisjahbana, 2013)

ΣFH=0,ΣFV=0,dan ΣM=0 .......................... (2.11)

Dimana:
FH = Gaya dalam arah sumbu horizontal (N)
FV = Gaya dalam arah sumbu vertikal (N)
M = Momen lentur (N.mm)

Tegangan akan bernilai positif jika arah gaya menghasilkan tegangan tarik (tensile), dan
akan bernilai negatif jika arah gaya menghasilkan tegangan tekan (compression).
Bahan rangka utama mesin penepung ini menggunakan besi hollow ukuran, 4x4 cm
dengan panjang rangka 600 mm, lebar 450 mm dan tinggi 500 mm. Bentuk rangka
mendukung untuk dudukan motor bensin, corong pemasukan, corong pengeluaran
dan ruang penggilingan.

G. Uji Kinerja Mesin Penepung

Terdapat beberapa parameter untuk menguji kinerja dari mesin penggiling yang telah di buat,
namun ada parameter-parameter umum yang sering digunakan untuk menguji kinerja suatu
mesin yang telah dibuat, yaitu:

1. Kapasitas penggilingan

20
Kapasitas penggilingan dipengaruhi oleh dua factor yaitu jumlah bahan yang
digiling dibagi dengan waktu yang dibutuhkan untuk menggiling bahan sekam tersebut,
dan untuk menghitung kapasitas penggilingan dapat menggunakan persamaan berikut:

Jumlah bahan yang digiling( kg)


Kapasitas penggiling =
Waktu penggilingan( jam)

2. Konsumsi bahan bakar


Nilai konsumsi bahan bakar didapat dari jumlah bahan bakar yang habis
digunakan tiap percobaan dibagi dengan waktu tiap percobaan, untuk menghitung
konsumsi bahan bakar dapat menggunakan persamaan berikut:

Konsumsi bahanbakar ( L)
Konsumsi bahan bakar =
Waktu penggilingan( jam)

21
BAB III

METODOLOGI PERANCANGAN

A. Tempat dan Waktu Perancangan

Perancangan dan perakitan(miniatur) dilakukan di Jl. Traktor IV untuk proses desain


dan merancang mesin penepung berlangsung selama 2 minggu dimulai dari 28 agustus 2019
sampai 11 september 2019, selanjutnya proses pembuatan mesin penepung, dalam hal ini
berbentuk miniatur yang dikerjakan oleh kelompok penyusun.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada proses penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Alat Pembuatan dan Pengujian


Adapun alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan dan pengujian adalah sebagai
berikut:

a. Mesin Bubut
Mesin bubut digunakan untuk proses pengerjaan poros yang bertingkat.
b. Las Listrik
Las listrik digunakan untuk menyambungkan secara permanen pada bahan yang terbuat
dari logam.
c. Mesin Gerinda Potong
Mesin gerinda potong digunakan untuk memotong bahan sesuai bentuk dan ukuran yang
diinginkan.
d. Mesin Bor
Mesin bor digunakan untuk melubangi bahan.
e. Timbangan
Timbangan digunakan untuk mengukur berat (Kg) beras yang akan digiling.
f. Tachometer

22
Tachometer digunakan untuk mengukur kecepatan putar (rpm) poros mesin penggiling
beras, dan untuk memantau kecepatan putar mesin stabil atau tidak.
g. Gelas Ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume (ml) bahan bakar yang digunakan pada
proses penggilingan beras.
h. Kuas
Kuas digunakan untuk membersihkan dan mengumpulkan butiran beras hasil
penggilingan yang menempel pada mesin penggiling beras.

i. Kunci Pas
Kunci pas digunakan untuk melepas dan mengencangkan baut-baut pengunci tutup
penggiling beras.
j. Kunci L
Kunci L digunakan untuk melepas dan mengencangkan baut pengunci poros di bantalan
yang berada ditutup penggiling beras.
k. Pelat Penyaring
Pelat penyaring digunakan untuk menyaring butiran beras yang sudah digiling agar
produk memiliki ukuran yang seragam dengan ukuran standar penyaring tertentu.

2. Mesin Penepung
Mesin penepung digunakan untuk menggiling beras menjadi partikel lebih kecil
berbentuk bubuk.

3. Bahan Pembuatan dan Pengujian


Adapun bahan yang digunakan dalam proses pembuatan dan pengujian yaitu sebagai
berikut:
a. Besi Hollow
Besi hollow digunakan untuk membuat rangka pada mesin penepung.
b. Pelat Besi
Pelat besi digunakan untuk membuat tempat penampung tepung hasil gilingan dan
wadah penggilingan
.

23
c. Besi Silinder Pejal
Besi silinder pejal digunakan untuk poros penggiling.
d. Motor Penggerak
Motor penggerak digunakan sebagai penggerak utama mesin penepung.
e. Puli dan Sabuk
Puli dan sabuk digunakan sebagai sistem transmisi penerus daya dan putaran dari
motor penggerak ke penggiling.
f. Bantalan
Bantalan digunakan sebagai tumpuan poros penggiling yang berputar.
g. Beras
Beras yang digunakan adalah beras putih pada umumnya yang biasa dikonsumsi
oleh masyarakat.

C. Alur Perancangan

Pada proses perancangan mesin penepung mengadaptasi alur proses desain Pugh
yang dapat dilihat dibawah ini

Mulai

Identifikasi masalah

Pengumpulan informasi

Menentukan spesifikasi

Perumusan konsep desain

Pemodelan dan desain detail

selesai

Gambar 3.1 Diagram alur proses perancangan.


24
D. Estimasi Biaya
Untuk pembuatan mesin penepung sederhana, diperlukan biaya yang cukup besar dengan
rincian sebagai berikut :

No Bahan Harga Satuan Jumlah


1 Motor bensin sumura Rp 500.000 1 buah Rp. 500.000
2 Besi silinder pejal Rp 150.000 1 buah Rp 150.000
3 Vanbelt (belt tipe A) Rp 50.000 1 buah Rp 80.000
4 Bantalan Rp 10.000 5 buah Rp 50.000
5 Puli Rp 400.000 2 buah Rp 800.000
6 Pelat tipis Rp 100.000/m 2m Rp 200.000
7 Besi hollow 4x4 cm Rp 90.000/6m 6m Rp 375.000
8 Saringan/ayakan Rp 50.000 1 buah Rp 50.000
Total Rp 2.205.000
Tabel 3.1. Rincian estimasi biaya perakitan mesin.

Rincian biaya untuk pembuatan miniature mesin penepung, sebagai berikut :


No Bahan Harga Satuan Jumlah
1 Dinamo Rp 100.000 1 buah Rp 100.000
2 Pipa paralon - 1 cm -
3 Kardus bekas Rp 1.000 5 buah Rp 5.000
4 Saklar Rp 10.000 1 buah Rp 10.000
5 Kabel - 30 cm – 50 cm -
6. Ban dalam bekas - 1 buah -
Batu Gerinda (grinding
7. Rp. 80.000 2 buah Rp. 160.000
wheel)
8. Saringan halus Rp. 25.000 1 buah Rp. 25.000
Total Rp 300.000
Tabel 3.2. Rincian estimasi biaya perakitan miniature mesin.

E. Prosedur Pengujian

Adapun pada prosedur pengujian mesin penggiling sekam padi meliputi beberapa hal
yaitu :

1. Prosedur Persiapan Pengujian

25
Adapun prosedur persiapan pengujian sebelum pengambilan data yaitu sebagai
berikut:
a. Menyiapkan mesin penepung.
b. Memasang penyaring dengan cara membongkar tutup penggiling, lalu menarik
rangka penyaring keluar dari wadah penggiling lalu pelat penyaring dengan
standar mesh 20 dijepit dengan baut ke rangka penyaring, lalu memasukkan
kembali rangka penyaring ke wadah penggiling dan menutup kembali tutup
penggiling.
c. Mengecek komponen mesin penggiling sebelum digunakan meliputi mengecek
sambungan baut dan mur, mengecek transmisi sabuk, mengecek komponen yang
bergerak harus bergerak bebas tanpa hambatan.
d. Mengisi bahan bakar dan mengukur bahan bakar menggunakan gelas ukur ke
tangki motor penggerak.
e. Menutup pintu saluran masuk penggilingan.
f. Menimbang beras sebanyak 1 Kg menggunakan timbangan.
g. Memasukkan beras yang telah ditimbang kedalam penampung (hopper).
h. Memasang wadah penampung dan mengencangkannya di saluran keluar mesin
penggiling.

2. Prosedur Pengoperasian Mesin Penepung


Adapun prosedur pengoperasian mesin penepung dan yaitu sebagai berikut:
a. Menghidupkan motor penggerak dengan cara menekan saklar ke posisi ON,
menarik tuas gas sedikit, dan menarik tuas tali starter hinggal motor menyala.
b. Menarik tuas gas dan mengukur putaran poros menggunakan tachometer hingga
putaran mesin mencapai 3600 rpm.
c. Membuka pintu saluran masuk penggiling.
d. Mematikan motor penggerak setelah beras di penampung sudah masuk semua
kedalam mesin penggiling.
e. Mengisi kembali bahan bakar dan mengukur bahan bakar yang digunakan
menggunakan gelas ukur.

26
f. Membongkar pengikat wadah penampung, membersihkan bubuk beras yang
menempel di mesin penggiling menggunakan kuas dan memindahkan bubuk hasil
penggilingan ke wadah yang lebih kecil.
g. Membongkar tutup penggiling dengan cara melepaskan baut-baut tutup
penggiling menggunakan kunci pas dan baut bantalan menggunakan kunci L lalu
menarik tutup penggiling hingga terlepas dari wadah penggiling.
h. Membersihkan dan memindahkan beras yang belum tergiling menggunakan kuas
ke wadah yang lebih kecil.
i. Memasang kembali tutup penggiling dan mengencangkan baut-baut
menggunakan kunci pas dan kunci L.

27
DAFTAR PUSTAKA

Website.Unpar: https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.unpar.ac.id/bitstream/handle/123456789/4759/
lpmsc9_Budi%2520Husodo_Penerapan%2520Teknologi%2520Tepat%2520Guna-p.pdf
%3Fsequence%3D1%26isAllowed%3Dy&ved=2ahUKEwje5-
qUwKfkAhUG7XMBHberCYgQFjAEegQIBBAB&usg=AOvVaw049Subnl91fhv7yoM2GUQE120

Website.Unila: https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib.unila.ac.id/54880/3/SKRIPSI%2520TANPA
%2520BAB%2520PEMBAHASAN.pdf&ved=2ahUKEwjU1vLYvqfkAhW-
63MBHaAMBUsQFjAIegQIBhAB&usg=AOvVaw229r6RWcwLu-
6f9EyFFb1F&cshid=1567061586302

Blog.Herman: https://hermanuloh79.blogspot.com/2012/04/perancangan-mesin-penepung-
sistem.html?m=1

Website.Unair: https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://fst.unair.ac.id/pdf/pedoman-skripsi-%5Brevisi23-
24januari2015%5D.pdf&ved=2ahUKEwiImf--
2bbkAhWJiXAKHe1OBqIQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw24F_3Kab_F5AqN6yx_hZ1O

Wikipedia: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Beras

28
Lampiran

29

Anda mungkin juga menyukai