Anda di halaman 1dari 10

SPESIFIKASI TEKNIS

A. KETENTUAN UMUM
1. Penyedia Jasa wajib meneliti seluruh dokumen pengadaan setelah diterima,
mempelajarinya secara keseluruhan, apabila ada ketidaksesuaian antara rencana hasil
kegiatan dengan dokumen lelang, Penyedia Jasa wajib menyampaikan pada acara rapat
penjelasan pekerjaan untuk mendapat penjelasan dari PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)
dan Konsultan Perencana yang akan dituangkan dalam berita acara Aanwizing;
2. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa terlebih dahulu harus
memberitahukan dan mengajukan secara tertulis awal mulai pekerjaan beserta data
seorang wakil pemborong sebagai pimpinan pelaksana di tempat pekerjaan yang
bertindak atas namanya dilapangan kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) untuk
mendapat persetujuan, tindasan surat kepada Konsultan Pengawas, Kepala Kantor,
Camat setempat dan Kepala Desa;
3. Penyedia jasa bersama dengan Konsultan Pengawas menjunjung tinggi dan
melaksanakan kaidah-kaidah nilai normatif yang berlaku pada masyarakat setempat
selama tidak bertentangan dengan aturan dalam Kontrak Kerja Jasa Pemborongan,
menjaga semua fasilitas umum yang ada, menjaga aktifitas sosial masyarakat tetap
berjalan serta tidak menggunakan dan memanfaatkan sesuatu apapun yang bukan
menjadi hak dan wewenang Penyedia Jasa sesuai yang tercantum dalam Kontrak Kerja
Jasa Pemborongan;
4. Penyedia Jasa harus memperhatikan ketentuan perundangan dan peraturan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dan bertanggung jawab atas keselamatan kerja di lapangan;
5. Penyedia Jasa dilarang membuat iklan dalam bentuk apapun pada area pelaksanaan
pekerjaan tanpa persetujuan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen);
6. Batas terakhir mulai awal pelaksanaan pekerjaan dilapangan sesuai dengan SPMK (Surat
Perintah Mulai Kerja) dari PPK (Pejabat Pembuat Komitmen);
7. Penyedia Jasa harus menyediakan Direksi Keet dan Los Kerja dalam bentuk yang layak
untuk aktivitas yang disetujui oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen);
8. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa harus meneliti kembali semua
dokumen yang ada untuk disesuaikan dengan Berita Acara Aanwizing;
9. Semua gambar bestek harus ada dan terpasang pada Direksi Keet berikut Syarat-Syarat
Teknis Pelaksanaan Pekerjaan, Schedul Kerja, Berita Acara Aanwizing, Buku Direksi
dan Buku Tamu;
10. Pihak Penyedia Jasa harus menyiapkan dan menyediakan gambar kerja yang telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas dan PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan);
11. Papan nama kegiatan harus terpasang paling lambat 14 (empat belas) hari setelah
diterbitkannya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja). Papan nama berukuran lebar 200cm
x tinggi 100cm, atas biaya rekanan;
12. Pada saat pengukuran awal untuk memulai pelaksanaan pekerjaan harus dihadiri oleh
Konsultan Pengawas sebagai Direksi Pekerjaan, dan personel dari Dinas PU Cipta Karya,
Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan;
13. Dilarang bagi Penyedia Jasa untuk merubah desain rencana gambar kerja. Desain gambar
kerja bisa dirubah setelah ada SPPD (Surat Perintah Perubahan Desain) dari PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen) setelah mendapat analisis teknis dari Konsultan Pengawas /
Konsultan Perencana tentang kesesuaian hasil Dokumen Perencanaan dengan kondisi
nyata di lapangan dan dituangkan dalam Berita Acara Perubahan Desain yang disahkan
oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) untuk selanjutnya akan diatur dalam amandemen
dan atau adendum sesuai dengan ketentuan yang ada pada Kontrak Kerja Jasa
Pemborongan;
14. Penyedia Jasa harus memaksimalkan penyerapan tenaga kerja setempat dan memakai
bahan material setempat bila memungkinkan selama tidak bertentangan dengan
spesifikasi teknis yang sudah ditentukan;
15. Sumber Daya Manusia (SDM), peralatan kerja, dan pengadaan bahan material yang
digunakan dan didatangkan harus secara efektif dapat memenuhi kebutuhan jadwal dan
kualitas pekerjaan;
16. Penyedia Jasa harus mengajukan contoh material terlebih dahulu kepada Konsultan
Pengawas dan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) untuk disetujui sebelum melakukan
pengiriman ke lokasi kegiatan. Contoh tersebut disimpan sebagai dasar penolakan bila
ternyata bahan yang dipakai dilapangan tidak sesuai dengan spesifikasi contoh yang
diajukan. Semua material yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan sudah terlanjur
didatangkan di lokasi kegiatan harus dikeluarkan dari lokasi paling lambat 2 x 24 ( dua
puluh empat ) jam sejak material didatangkan, semua biaya dan resiko mutlak menjadi
tanggung jawab pihak Penyedia Jasa;
17. Konsultan Pengawas wajib menolak semua bahan material yang tidak sesuai dengan
spesifikasi teknis yang telah ditentukan; Memerintahkan kepada Penyedia Jasa untuk
memberhentikan dan mengganti siapa saja tenaga kerja yang tidak berkualitas dan
menjunjung etika normatif; Membongkar dan memberhentikan pekerjaan yang tidak
sesuai dengan spesifikasi pekerjaan yang diinginkan; Dan semua hal ini oleh Konsultan
Pengawas harus dilaporkan kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) secepatnya;
18. Penyedia Jasa diwajibkan membuat gambar pelaksanaan yang sesuai dengan apa yang
dilaksanakan di lapangan (As Build Drawing) rangkap 3 (tiga) dan kelengkapan lain
yang ditentukan oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen);
19. Bila terdapat perbedaan gambar, antara gambar rencana dan gambar hasil detail maka
gambar detail yang dipakai; Bila terdapat skala gambar dan ukuran angka dalam gambar
tidak sesuai maka ukuran angka dalam gambar yang dipakai; Bila spesifikasi kuantitas
dan kualitas dalam Syarat-Syarat Teknis Pekerjaan tidak sama dengan gambar rencana
maka yang dipakai Syarat-Syarat Teknis Pekerjaan; Dalam hal ini secara umum apabila
ada yang tidak dipahami dan menimbulkan keraguan bagi Penyedia Jasa maka wajib bagi
Penyedia Jasa menanyakan ke pihak Direksi Pekerjaan secara tertulis, dan Pihak Direksi
berkewajiban pula menjawab secara tertulis; Semua resiko akibat hal ini mutlak menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa untuk itu;
20. Penyedia Jasa diwajibkan untuk membuat laporan harian yang berisi kegiatan, jumlah
tenaga kerja, peralatan kerja, kuantitas dan kualitas bahan material yang didatangkan,
kondisi cuaca, dan perintah/saran dari pihak Direksi; Laporan harian ini harus
ditindaklanjuti kebenarannya dan disahkan oleh Konsultan Pengawas sebagai data dasar
pembuatan laporan mingguan oleh Konsultan Pengawas;
21. Seluruh dokumen pekerjaan mulai dari pekerjaan persiapan, pelaksanaan, pengawasan,
serah terima, dan pemeliharaan harus didokumentasikan secara sistimatis sesuai dengan
kelompok pekerjaan, urutan waktu, atau katagori lain yang dianggap penting;
22. Laporan mingguan wajib dibuat serta disampaikan oleh Konsultan Pengawas paling
lambat 2 (dua) hari tiap minggunya kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen);
23. Untuk jenis kontrak lumpsum data yang tercantum di dalam daftar kuantitas dan harga
tidak dapat dijadikan acuan pelaksanaan pekerjaan baik volume maupun kualitas material
dan pelaksanaan; Sedangkan untuk jenis kontrak harga satuan volume pekerjaan
diperhitungkan sesuai volume terpasang tetapi kualitas material dan pelaksanaan tetap
mengikuti yang disyaratkan di dalam Syarat-Syarat Teknis Pelaksanaan Pekerjaan;
24. Hal-hal lain yang belum tertuang dalam Ketentuan Umum dan Syarat – Syarat Teknis
Pelaksanaan Pekerjaan akan ditentukan lebih lanjut oleh PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen) dan Penyedia Jasa wajib melaksanakannya.
PEMASANGAN JALAN PAVING

B. BAHAN MATERIAL
Bahan material untuk pelaksanaan pekerjaan ini terdiri dari :
1. Kansteen adalah beton yang dipasang dipinggir paving berfungsi agar pasangan paving
tidak berubah posisinya pada waktu menerima beban lalu lintas sehingga tiap paving
tetap pada posisinya dan tetap saling mengunci; pada pelaksanaan pekerjaan ini memakai
- Kansteen 15/25/40 cm K-300
2. Untuk Material Paving perlu dilakukan Uji Laboratorium = 1 : 2500 bh (setara 56 m2).
Pada kegiatan diperlukan 18 buah paving untuk diuji di laboratorium atas biaya rekanan.
pada pelaksanaan pekerjaan ini memakai :
- Paving Stone tebal 8 cm K-300
- Blok beton terkunci (topi uskup) tebal 8cm K-300
3. Timbuan biasa dari sumber galian
- Timbunan lokal kualitas baik, bersih dari bahan – bahan organik
4. Pasir urug ( alas )
- Pasir alas adalah pasir yang dihampar diatas permukaan jalan dan berfungsi
sebagai lapis perata blok terkunci sehingga blok terkunci dapat mengatur
posisinya pada waktu proses penguncian terjadi; pasir alas juga berfungsi untuk
mengisi bagian bawah celah-celah antar blok;
- Pasir pengisi adalah pasir yang digunakan untuk mengisi celah-celah antara blok
agar blok saling mengunci.
5. Beton mutu rendah fc’10 Mpa
- Beton yang di pasang di awal dan akhir pemasangan paving. Berfungsi untuk
mengunci dan penghubung antara paving yang baru terpasang dan jalan
sebelumnya.

C. PERALATAN KERJA
Peralatan kerja untuk pelaksanaan pekerjaan ini terdiri dari
1. Benang plastik (Benang pembantu)
2. Sapu lidi/ Sikat ijuk
Digunakan untuk meratakan dan memasukan tebaran pasir pengisi ( sand filler ) setelah
pemasangan pola blok beton terkunci selesai dikerjakan.
3. Gerobak barang
Digunakan untuk mengangkut blok-blok beton terkunci dan tanah urug untuk bahu jalan.
4. Jidar aluminium / Jidar kayu
Digunakan untuk meratakan pasir alas. Permukaan jidar harus rata karena berpengaruh
besar pada hasil perataan pasir alas yang nantinya akan mempengaruhi tampilan rata atas
blok-blok beton terkunci yang tersusun.
5. Bangku plastik / kayu
Digunakan sebagai tempat duduk pekerja pada saat pemasangan blok-blok beton
terkunci.
6. Alat pemotong blok beton terkunci
Digunakan untuk memotong blok beton terkunci apabila penyusunan akhir pola tidak
bisa terpasang penuh dengan 1 (satu) buah blok beton terkunci.
7. Ayakan pasir
Digunakan untuk mengayak pasir yang digunakan sebagai pasir pengisi diantara celah-
celah blok beton terkunci yang sudah terpasang.
8. Water pas/selang plastik transparan
Digunakan untuk menentukan water level permukaan dari keseluruhan rencana hasil
pemasangan pola blok-blok beton terkunci.
9. Kayu dan palu kayu
Digunakan untuk meratakan permukaan blok-blok beton terkunci pada saat pemasangan
awal.
10. Pemadat penggetar (Vibro compactor)
Digunakan untuk memadatkan blok-blok beton terkunci yang sudah terpasang
11. Potongan besi beton
Potongan besi tersebut ujungnya dibuat pipih untuk membantu menggeser-geser blok
beton terkunci pada waktu penyesuaian celah.

D. PELAKSANAAN PEKERJAAN
➢ PEKERJAAN PEMASANGAN PAVING
1. Pekerjaan Persiapan
1.1 Pemeriksaan pondasi
1.1.1 Permukaan pondasi yang berhubungan dengan pasir alas harus rata, tidak
bergelombang dan rapat; pasir alas tidak boleh dipergunakan untuk
memperbaiki ketidaksempurnaan pondasi; apabila ada perbaikan kondisi
eksisting badan jalan karena jelek/lembek atau bergelombang harus
dikerjakan pengurukan sesuai dengan material yang dipakai sesuai dengan
tinggi rencana dan atau minimal rata badan jalan yang lain secara
keseluruhan; kemudian dipadatkan.
1.1.2 Permukaan pondasi untuk jalan kendaraan harus mempunyai kemiringan
minimum 2.5%
1.2 Penyiapan bahan
Penyiapan bahan akan membantu pekerjaan pelaksanaan agar lancar ;
1.2.1 Penempatan material blok beton terkunci, pasir alas, pasir pengisi harus
dekat dengan tempat pemasangan; bilamana blok disimpan secara
bertumpuk, maka tinggi penumpukan jangan terlalu tinggi maksimal
1.5m;
1.2.2 Pengadaan peralatan dan tenaga kerja harus sesuai dengan volume
pekerjaan;
1.2.3 Untuk menghindari genangan air di musim hujan agar dibuat saluran
sementara;
1.2.4 Plastik digunakan untuk penutup blok beton yang sudah terpasang rapi
tetapi belum sempat terisi pasir pengisi.
1.3 Lokasi titik awal
1.3.1 Titik awal ini penting diperhatikan khususnya lokasi dengan tanahnya
miring; pemasangan harus berawal dari titik terendah agar blok yang telah
terpasang tidak bergeser;
1.3.2 Pemasangan secara berurutan yang dimulai dari satu sisi; hindarkan
pemasangan secara acak.

1.4 Benang Pembantu


Digunakan agar pola pemasangan blok dilakukan secara baik dan cermat.
Bilamana pada lokasi pemasangan terdapat lubang saluran, bak bunga dan
konstruksi lain, maka harus ada benang pembantu tambahan agar pola blok terkunci
tetap dapat dipertahankan.
Benang-benang tersebut harus dipasang tiga arah untuk pola susun pemasangan
yang menggunakan pola tulang ikan 45 yaitu :
- Arah Horisontal; 3 (tiga) benang; 2 (dua) benang masing-masing pada bagian
tepi luar paving pola susun bata (strecher) dan 1 (satu) bagian tengah / as
jalan. Arah tarikan minimum 10m dan harus bersambung lurus tidak boleh
patah-patah kecuali karena adanya pengaruh dari kondisi existing badan jalan
yang ada
- Arah Vertikal; harus dipasang jarak antara maksimum tiap 5 m
- Arah Diagonal; harus dipasang jarak antara maksimum tiap 5 m

2. Pemasangan Beton Pembatas dan Beton Penyokong


Beton pembatas adalah salah satu bagian perkerasan blok beton terkunci yang fungsinya
menjepit dan menahan lapisan blok beton terkunci agar tidak bergeser pada waktu
menerima beban lalu lintas, sehingga blok saling tetap mengunci. Beton pembatas harus
terpasang sebelum penebaran pasir alas :
2.1 Galian tanah disesuaikan dengan kondisi gambar rencana kedalaman pemasangan
beton pembatas;
2.2 Tanah harus digali dengan menggunakan gancu / cangkul kecil sehingga bentuk
galian tidak terlalu lebar yang menyebabkan rusaknya struktur tanah dasar di
sekitar galian;
2.3 Beton pembatas dipasang satu persatu dengan menggunakan benang pembantu
untuk mendapatkan rata permukaan baik terhadap beton pembatas yang lain atau
dengan permukaan pola blok-blok beton terkunci yang telah terpasang;
2.4 Beton pembatas yang telah terpasang sisi bagian luarnya dipadatkan dengan sisa-
sisa bekas galian.
3. Penebaran Pasir Alas
Pasir alas adalah pasir dengan ketebalan tertentu sebagai alas perletakan blok beton
terkunci. Pasir alas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
3.1 Butiran pasir alas adalah pasir kasar dengan besar butiran maksimum 9.5mm
seperti pasir beton, tajam, keras dan bersih dari lumpur, garam, atau kotoran lain;
3.2 Pada saat penebaran harus dalam keadaan kering atau kadar air kurang dari 10%
dan bersifat gembur; kemudian dipadatkan dengan alat pemadat tanah (vibro /
stamper)
3.3 Tebal pasir setelah dipadatkan tidak boleh kurang dari 10 cm; untuk mendapatkan
ketebalan yang seragam, agar menggunakan alat perata yaitu jidar kayu / jidar
aluminium dengan mengikuti rel pembantu dari blok beton yang disusun sejajar
memanjang; selain itu juga dapat digunakan benang pembantu sebagai referensi;
3.4 Pasir alas ini tidak boleh digunakan untuk mengisi lubang – lubang pada pondasi
untuk memperbaiki tinggi pondasi;
3.5 Lapis atas pondasi di bawah pasir alas harus diratakan atau diperbaiki sebelum
penebaran pasir alas dimulai;
3.6 Untuk jalan dengan lebar kurang dari 3 m beton pembatas yang sudah dipasang
dapat berfungsi sebagai rel pembantu;
3.7 Untuk jalan dengan lebar lebih dari 3 m, perataan pasir alas dilaksanakan secara
bertahap;
3.8 Sebaiknya pasir alas diletakkan secara gundukan kecil di daerah lokasi pemasangan
agar sewaktu menarik jidar tidak terlalu berat dan dapat mudah pelaksanaannya;
3.9 Pasir alas yang sudah diratakan dijaga agar tidak terganggu seperti terinjak atau
dipakai menumpuk bahan;
3.10 Setiap tahap luas maksimum adalah 30m2 dengan demikian pada sore hari dapat
tertutup seluruhnya oleh blok beton terkunci;
3.11 Untuk pekerjaan yang akan dilanjutkan maka pasir alas disisakan 1m dari baris
terakhir blok beton terkunci;
3.12 Pasir alas yang belum sempat ditutup oleh blok beton, keesokan harinya agar
digemburkan dan diratakan kembali;
3.13 Volume pasir yang diperlukan sebagai pasir alas setebal 50mm adalah 5m 3 setiap
100m2 blok beton terkunci.

4. Pemasangan Blok Beton Terkunci


4.1 Sebelum Pemasangan
Sebelum pemasangan dimulai ihkwal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut :
4.1.1 Pengaturan penempatan tumpukan-tumpukan blok beton terkunci sedekat
mungkin ke lokasi pekerjaan;
4.1.2 Pemasangan blok sesuai dengan gambar rencana dan detailnya;
4.1.3 Pengangkutan blok beton terkunci dengan cara menggunakan kereta
dorong yang dilengkapi bangku kayu; tujuannya agar memperkecil
benturan;
4.2 Saat Pemasangan
Sebelum pemasangan dimulai ikhwal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut :
4.2.1 Pekerjaan pemasangan diawali setelah ditentukan arah dan bentuk pola
dengan menggunkan benang-benang pembantu;
4.2.2 Pekerjaan pemasangan harus dimulai dari satu arah untuk menghindari
garis pertemuan yang tidak menyambung karena dapat mengurangi
kekuatan dan keindahan;
4.2.3 Celah antara blok beton terkunci adalah 3mm jarak yang rapat
menyebabkan pasir pengisi (sand filter) tidak masuk ke celah antara
sehingga blok beton sangat mudah pecah pada waktu lalu lintas lewat;
Jarak yang terlalu lebar mengakibatkan gaya saling mengunci tidak
tercapai.
4.3 Sesudah Pemasangan
Sesudah pemasangan seluas 20 – 30m2 harus diikuti dengan ikhwal sebagai berikut;
4.3.1 Pemadatan dengan pelat getar, agar blok beton terkunci segera melesak
kedalam pasir alas, sehingga akan timbul gaya saling mengunci akibat
dari masuknya atau mengisinya pasir alas dan pasir pengisi ke dalam
celah antara;
4.3.2 Pelat penggeser agar dijaga jaraknya dari ujung/baris akhir yang masih
terbuka, tidak boleh kurang dari 1m dengan tujuan blok beton terkunci
pada bagian tersebut tidak bergeser atau melebarnya celah antara.

5. Pemasangan Pola
Pemasangan baris pertama harus dijaga dengan hati-hati. Untuk membentuk pola yang
baik untuk blok beton terkunci harus mengikuti benang pembantu dengan sudut yang
tetap terhadap beton pembatas. Lubang-lubang pinggir kemudian diisi dengan
pemadatan. Bila pemasangan dari dua arah yang berlawanan tidak dapat dihindarkan atau
pola harus tetap dipertahankan pada tikungan, terutama pada penggunaan pola tulang
ikan maka sudut pada pola pertemuan atau perubahan sudut diberi pembatas dengan pola
susun bata melintang.

6. Pasir Pengisi
Pasir pengisi yang digunakan untuk mengisi celah-celah antara blok beton terkunci harus
berbutir tajam, bersih dari kotoran, kering dan ukuran butiran harus lebih kecil dari
lubang ayakan no. 8. Pasir harus segera ditebar setelah pemadatan blok beton terkunci
selesai. Penebaran dilakukan dengan sikat ijuk dibantu dengan plat penggetar. Sebagai
perkiraan jumlah pasir yang diperlukan untuk setiap 100m 2 adalah 0.75 – 1m3. Setelah
pelaksanaan pekerjaan selesai permukaan blok beton terkunci harus rata, celah antara 2 –
4mm kemiringan sesuai dengan gambar rencana. Perkerasan blok beton terkunci yang
telah selesai dapat dibuka untuk lalu lintas (open trafic), kecuali pada bagian tepi-tepi
yang masih terbuka harus dibatasi agar tidak terganggu.
7. Pertemuan dengan Perkerasan Lain
Pada daerah pertemuan perkerasan blok beton terkunci dengan perkerasan lain seperti
perkerasan aspal harus dipasang pola susun bata selebar 3 (tiga) baris atau bagian
pertemuan di sambung dengan spesi beton dengan campuran 1 bagian portland semen ber
– SNI : 2 bagian pasir : 3 bagian batu pecah mesin 2/3cm; pekerjaan permukaan spesi
beton harus rata dan diberi tekstur
alur garis – garis menyesuaikan dengan menyambung alur garis dari pola susun blok
beton terkunci yang telah terpasang.

8. Penggunaan Topi Uskup


Pada penggunaan blok segi – 4 dengan pola ikan bersudut 45, topi uskup digunakan
untuk pengisian lubang – lubang terluar yang telah tersusun dari pola yang berhubungan
dengan pola susun bata lurus sebelum beton pembatas.

9. Pengurukan dan Pemadatan Bahu Jalan


Pengurukan untuk bahu jalan menggunakan material tanah urug dan tidak boleh
menggunakan tanah setempat yang digali; lebar bahu jalan rata-rata + 30cm dengan
ketebalan yang dipadatkan rata-rata + 10cm

E. PERSONIL DAN PERALATAN


Dalam melaksanakan pekerjaan ini, kontraktor harus mempersiapkan personil dan peralatan
yang cukup untuk mencapai hasil pekerjaan yang sesuai dengan rencana. Untuk itu
kontraktor diwajibkan menyiapkan / menyediakan beberapa personil dan alat yang sesuai
dengan pekerjaan yang dilakukan.
Untuk Personil minimal :
• 1 Pelaksana, Pendidikan minimal STM Bangunan pengalaman 3 tahun, bersertifikat
bidang Sipil
• 1 Logistik, Pendidikan minimal SMA/Sederajat pengalaman 3 tahun
• 1 Tenaga Administrasi, Pendidikan minimal SMA/Sederajat pengalaman 3 tahun
Untuk Peralatan minimal :
• 1 Buah Vibroroller
• 1 Buah Stamper
• Alat ukur/ Waterpass

F. KETENTUAN PENJELASAN DAN PENUTUP


1. Apabila Penyedia Jasa tidak melaksanakan semua ketentuan yang tercantum dalam
Syarat – Syarat Teknis Pelaksanaan Pekerjaan maka menjadi kewajiban Konsultan
Pengawas sebagai pihak Direksi Pekerjaan untuk memberikan surat tegoran dengan
melaporkan secara tertulis kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) sebagai Pengguna
Jasa;
2. Apabila di dalam Syarat – Syarat Teknis Pelaksanaan Pekerjaan ini, untuk uraian bahan
material, peralatan kerja, tenaga kerja, metodologi penyelesaian pelaksanaan pekerjaan,
baik sebagian atau secara keseluruhan pekerjaan, yang tidak disebut baik didalam kata
maupun kalimat diselenggarakan tetapi menjadi bagian nyata yang termasuk didalam hal
untuk menyelesaikan pekerjaan ini secara keseluruhan, maka harus dianggap sebagai hal
yang disebutkan dan wajib diselenggarakan oleh Penyedia Jasa;
3. Hal – hal lain yang tidak dan belum tercantum dalam Syarat – Syarat Teknis Pelaksanaan
Pekerjaan ini akan ditentukan lebih lanjut secara seksama oleh PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen)

Anda mungkin juga menyukai