PERKERASAN JALAN
BAGIAN III
REHABILITASI PERKERASAN
JALAN LALU LINTAS RENDAH
Beban Roda
Distribusi Beban
DIREKTORAT JENDERAL
BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN RAKYAT
HALAMAN KOSONG
DITERBITKAN OLEH:
DIREKTORAT JENDERAL
BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN RAKYAT
RIWAYAT REVISI
# Revisi Tanggal Bagian Penjelasan Disetujui
PUBLIKASI TERKAIT:
MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN, Nomor 02/M/BM/2017 BAGIAN I & II
Manual ini dilindungi hak cipta. Bisa diperbanyak untuk pelatihan atau tujuan pendidikan.
Manual ini tersedia dan dapat diunduh dari www. http://binamarga.pu.go.id/bm/
© 2017. Hak cipta dilindungi
Front cover:
Created by New7ducks - Freepik.com
Picture by Teguh WS
Edited by Riduan Sihombing
KEMITRAAN INDONESIA AUSTRALIA UNTUK INFRASTRUKTUR
Dokumen ini diterbitkan oleh Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur (KIAT), suatu
program yang didanai oleh Pemerintah Australia, diimplementasikan oleh Cardno. KIAT dirancang
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan merata melalui peningkatan akses
terhadap infrastruktur bagi semua orang.
Pandangan yang diungkapkan dalam publikasi ini adalah pandangan pengarangnya sendiri dan
belum tentu mencerminkan pandangan KIAT atau Pemerintah Australia. Silahkan sampaikan
komentar atau pertanyaan kepada Direktur Fasilitas KIAT, tel. +62 (21) 8086-9800. Website:
www.kiat.or.id.
UCAPAN TERIMAKASIH
Buku ini dipersiapkan oleh AECOM bekerjasama dengan ARRB Group, tergabung dalam KIAT untuk
mendukung pelaksanaan Program Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Propinsi (PRIM).
November 2017
Tim Review:
Sutarso Joko Susilo
Kemas Ahmad Zamhari
Inisiatip Bantuan Australia yang dilaksanakan oleh Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur
(KIAT) atas nama Pemerintah Australia
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Kata Pengantar
Pengetahuan tentang teknologi perkerasan sangat penting bagi semua lembaga transportasi di
Indondesia. Bina Marga dan lainnya (misalnya Otoritas Jalan Propinsi, Kabupaten dan industri) telah
mempelajari banyak pengetahuan tentang teknologi perkerasan, teknik dan pertimbangan. Tujuan
rangkaian manual ini adalah untuk menghimpun pengetahuan ini ke dalam publikasi elektronik
otoritas tunggal yang akan menjadi sumber yang tersedia, mudah diakses, komprehensif dan gratis
bagi praktisi di Indonesia.
Target pengguna manual Desain Perkerasan adalah mencakup semua pihak yang terlibat dalam
pengelolaan jalan, termasuk industri, dan siswa yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang konsep
dasar, prinsip, isu dan prosedur yang berkaitan dengan teknologi perkerasan.
Panduan ini yang akan membantu memastikan perkerasan jalan yang berkualitas tinggi dapat
disediakan untuk semua jalan di Indonesia.
DRAFT
Yet to be approved and signed
Arie Setiadi Moerwanto
Halaman | 1 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
DAFTAR ISI
Ringkasan Eksekutif 4
Singkatan dan Akronim 5
1. PENDAHULUAN 6
1.1. RUANG LINGKUP 6
1.2. STRUKTUR DAN ISI MODUL 6
2. DIFINISI PROYEK 7
2.1. BATASAN PROYEK, RUANG LINGKUP DAN PELAPORAN 7
2.2. LAPORAN PEKERJAAN PERENCANAAN 8
3. UMUR RENCANA DAN LALU LINTAS RENCANA 9
4. EVALUASI PERKERASAN EKSISTING 10
4.1. PENDAHULUAN 10
4.2. INSPEKSI VISUAL 10
4.3. DEFLEKSI PERKERASAN 14
4.3.1. Pengukuran Defleksi 14
4.3.2. Penilaian Terhadap Kekuatan Struktur Perkerasan Jalan yang ada 14
4.4. PENELITIAN PERKERASAN DENGAN TEST PIT 15
4.4.1. Pendahuluan 15
4.4.2. Prosedur 16
4.4.2.1. Lokasi Test Pit arah memanjang jalan 16
4.4.2.2. Lokasi Test Pit arah melintang jalan 17
4.4.2.3. Pengamatan dan Pengambilan Sample pada Test Pit 17
4.4.3. Komposisi dan Kualitas Material 18
4.4.3.1. Kekuatan struktural perkerasan eksisting 18
4.4.3.2. Kualitas Material 19
5. PERENCANAAN PENANGANAN 21
5.1. PENDAHULUAN 21
5.2. OVERLAY 21
5.3. PENANGANAN KERUSAKAN PERKERASAN SEBELUM DILAKUKAN OVERLAY 24
5.4. PERENCANAAN PENAMBALAN BERAT 24
5.5. REKONSTRUKSI 24
5.6. PERENCANAAN STRUKTURAL BAHU JALAN TANPA PENUTUP 28
6. REFERENSI 31
Lampiran A: Contoh Laporan Perencanaan Perkerasan 32
Lampiran B: Contoh Laporan Pengambilan Sampel Tanah dan Perkerasan 50
Lampiran C: Contoh Perencanaan Mill and Inlay 56
Lampiran D: Contoh Perencanaan Rekonstruksi Perkerasan 59
Halaman | 2 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1: Beberapa jenis kerusakan jalan.................................................................................... 10
Gambar 4.2: Lembar Lapangan Penyelidikan Perkerasan Jalan......................................................... 18
Gambar 5.1: Overlay Berdasarkan Lendutan Balik Benkelman Beam (D0) Untuk WMAPT 41oC. ........ 21
Gambar 5.2: Tebal Overlay Tipis Aspal Konvensional Untuk Mencegah Retak Akibat Lelah pada
WMAPT > 350 C. .............................................................................................................................. 22
Gambar 5.3: Tebal Overlay Tebal Aspal Konvensional Untuk Mencegah Retak Akibat Lelah pada
WMAPT > 350C. ............................................................................................................................... 22
Gambar 5.4: Bagan Desain – 7 MDP-2017 Bagian I ........................................................................... 29
Gambar 5.5: Bagan Desain Perkerasan Tanpa Penutup Beraspal dan Lapis Permukaan Beraspal Tipis
dengan lalu lintas kurang dari 100000 ESA4. .................................................................................... 29
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1: Contoh pengisian data survei lapangan – Formulir RM-1 ................................................. 11
Tabel 4.2: Kode kategori kerusakan jalan ......................................................................................... 12
Tabel 4.3: Laporan kondisi jalan dan penilaian – Formulir RM-2 ....................................................... 13
Tabel 4.4: Jarak Pengukuran Defleksi ............................................................................................... 14
Tabel 4.5: Jumlah Test Pit Minimum ................................................................................................ 16
Tabel 5.1: Bagan Desain – 3A MDP-2017 Bagian I ............................................................................ 25
Tabel 5.2: Bagan Desain – 2 MDP-2017 Bagian I ............................................................................... 25
Tabel 5.3: Bagan Desain – 3B MDP-2017 Bagian I............................................................................. 27
Tabel 5.4: Bagan Desain – 3C MDP-2017 Bagian I............................................................................. 27
Tabel 5.5: Lalu Lintas Rencana Pada Bahu Jalan ............................................................................... 29
Halaman | 3 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
RINGKASAN EKSEKUTIF
Modul ini dimaksudkan sebagai panduan dalam perencanaan rehabilitasi perkerasan jalan dibawah
naungan Kerjasama Indonesia Australia untuk Infrastructure (KIAT) Provincial Road Improvement
and Maintenance (PRIM) yang mengacu kepada Manual Desain Perkerasan Jalan 2017, agar dapat
membantu menjamin kualitas pelayanan perkerasan jalan, khususnya di jalan lalu lintas rendah.
Sebagai tambahan Manual Desain Perkerasan Jalan 2017, dan terkait dengan jalan-jalan lalu lintas
rendah, modul ini mencakup hal-hal berikut:
• Pentingnya standar uraian singkat perencanaan dan standar pelaporan perencanaan
• Perhitungan lalu lintas rencana, termasuk umur rencana
• Saran khusus mengenai prosedur evaluasi perkerasan tingkat proyek, termasuk penyelidikan
perkerasan dan pengukuran defleksi perkerasan
• Pedoman khusus untuk ketebalan pelapisan ulang/Overlay (termasuk pra-perawatan retak),
tambalan berat, penggunaan kembali bahan perkerasan yang ada dalam rekonstruksi dan
penguatan bahu jalan tanpa lapisan penutup.
Halaman | 4 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Halaman | 5 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
1. PENDAHULUAN
Halaman | 6 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
2. DIFINISI PROYEK
Halaman | 7 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Lampiran 1 memberikan contoh laporan pekerjaan perencanaan untuk jalan lalu lintas rendah.
Halaman | 8 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Umur rencana suatu penanganan rehabilitasi perkerasan jalan harus dicantumkan di dalam uraian
singkat proyek. Untuk berbagai jenis penanganan rehabilitasi perkerasan jalan lalu lintas rendah,
umur rencana didasarkan pada total beban lalu lintas seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1 MDP-2017
Bagian II. Umur rencana ini digunakan baik untuk perhitungan kelelahan aspal maupun deformasi
permanen.
Analisis lalu lintas lainnya, penentuan nilai factor kerusakan beban, dan lain-lain, mengacu pada
MDP-2017 Bagian I Struktur Perkerasan Baru.
Halaman | 9 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
4.1. PENDAHULUAN
Bab 3 dari Bagian II Manual (MDP 2017) memberikan informasi sehubungan dengan analisis
perkerasan jalan yang ada. Analisis ini sangat penting untuk mengidentifikasi penyebab kesusahan di
perkerasan yang ada dan ini terkait erat dengan pemilihan penanganan rehabilitasi yang tepat.
Dalam setiap perencanaan penanganan rehabilitasi, fase pertama dan terpenting adalah identifikasi
bentuk atau model kerusakan yang terlihat di perkerasan dan penyebabnya atau sebab yang terkait.
Jika salah dalam menilai model atau penyebab kerusakan perkerasan, maka sangat tidak mungkin
penanganan rehabilitasi yang dipilih akan efektif, terlepas dari kualitas perencanaan dan
konstruksinya.
Dalam melakukan bagian dari perencanaan rehabilitasi ini, kita perlu menganalisis data yang
dikumpulkan untuk mencari korelasi yang berarti antara:
• kondisi visual dan data uji pada perkerasan yang ada dan,
• berbagai faktor yang diketahui mempengaruhi kinerja perkerasan.
Identifikasi bentuk dan penyebab kerusakan :
• definisi lokasi, sifat dan tingkat keparahan kerusakan;
• penilaian awal hal apa yang menyebabkan kerusakan, termasuk pentingnya faktor beban
dan lingkungan pada kinerja perkerasan.
Bab-bab berikutnya memberikan saran tambahan yang diperlukan untuk perencanaan penanganan
rahabilitasi perkerasan berdasarkan program PRIM.
Sumber : Per. Men. PU&PR 2007, Pedoman survei kondisi jalan tanah dan atau kerikil dan jalan
beraspal untuk jalan antar kota.
Halaman | 10 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Sumber : Manual No. 001-01/M/BM/2011, Survei Kondisi Jalan untuk Pemeliharaan Rutin.
Halaman | 11 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Sumber : Manual No. 001-01/M/BM/2011, Survei Kondisi Jalan untuk Pemeliharaan Rutin.
Halaman | 12 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Sumber : Manual No. 001-01/M/BM/2011, Survei Kondisi Jalan untuk Pemeliharaan Rutin.
Halaman | 13 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Untuk perkerasan dengan desain lalu lintas kurang dari 105 ESA4, pada Bab 6 Bagian II MDP-2017,
perencanaan hanya memerlukan pengukuran defleksi maksimum (D0) untuk menilai perkuatan
untuk mencegah deformasi permanen. Hal ini juga berlaku untuk perkerasan yang diantisipasi hanya
membutuhkan pelapisan HRS yang tipis (<70 mm), karena retak lelah bukanlah tipe kerusakan yang
umum untuk pelapisan HRS. Untuk proyek semacam itu, lendutan dapat diukur dengan
menggunakan Benkelman Beam atau Falling Weight Deflectometer (FWD). Pengukuran defleksi
Benkelman Beam harus dilakukan sesuai dengan standar nasional (SNI, 2011).
Untuk perkerasan dengan lalu lintas rencana yang lebih besar dari 105 ESA4 dan akan menggunakan
campuran aspal beton (misal, AC WC, AC BC) untuk pelapisan ulang atau penambalan berat, Bagian II
MDP-2017 memerlukan penilaian perkuatan:
• Untuk mencegah deformasi permanen berdasarkan analisis data defleksi maksimum (D0)
• Pemeriksaan apakah overlay atau penambalan berat memiliki umur kelelahan yang memadai
berdasarkan analisis data fungsi kelengkungan (D0 - D200).
Aleh karenanya, untuk menilai potensi retak kelelahan, diperlukan defleksi yang diukur 200 mm
(D200) disamping dari beban D0. Pengukuran semacam itu dilakukan dengan FWD di bawah beban
40 kN sesuai dengan prosedur perancangan Bagian II MDP-2017.
Tabel 4.4. merangkum jarak yang direkomendasikan dan jarak maksimum antara lokasi pengukuran
defleksi.
Tabel 4.4: Jarak Pengukuran Defleksi
Jarak antar titik pengujian (m)
Disarankan Maksimum
25 100
Halaman | 14 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Data defleksi dapat memberikan informasi yang signifikan tentang kekuatan struktural perkerasan.
Contohnya:
· Defleksi maksimum lokal yang sangat tinggi (nilai Benkelman Beam> 1,5 mm) dapat
mengindikasikan kondisi tanah dasar yang lemah.
· Defleksi yang sangat berbeda antara jalur roda kiri dan kanan dapat mengindikasikan adanya
pelebaran perkerasan, tambalan, masuknya air dari sekitar atau efek kelembaban musiman.
· Puncak defleksi yang tinggi di dekat tepi perkerasan mungkin disebabkan oleh drainase lokal
yang buruk seperti contohnya drainase bawah permukaan yang tersumbat.
· Serangkaian puncak defleksi yang tinggi di lokasi yang sama di kedua jalur roda pengujian
dapat mengindikasikan pemadatan tanah yang buruk pada gorong-gorong atau parit
layanan, atau drainase yang buruk pada pertemuan dua jenis perkerasan.
· Pola defleksi yang umumnya rendah tapi sangat bervariasi dapat mengindikasikan
perkerasan yang sudah lama/tua, sudah gagal, bahan pengikat yang mungkin sudah retak
atau penambalan dengan tidak benar.
· Defleksi Benkelman Beam residual (> 0,15 mm) yang besar menyiratkan suatu perkerasan
yang lemah, mungkin pemadatan yang buruk. Defleksi residual negatif dapat menunjukkan
adanya pergeseran di dalam perkerasan, namun lebih umum diartikan sebagai perkerasan
yang terdiri dari lapisan-lapisan berbahan pengikat dimana mistar alat berada di dalam
lengkung defleksi. Daerah defleksi rendah yang terdefinisikan dengan baik dengan defleksi
residual yang positif dan tinggi dapat mengindikasikan material perkerasan yang tidak stabil.
Gambaran defleksi maksimum setiap jarak tertentu, bersama dengan data komposisi perkerasan
dapat membantu dalam mengidentifikasi perubahan komposisi perkerasan.
Halaman | 15 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
menentukan apakah variasi komposisi perkerasan pada permukaan (misalnya ketebalan lapisan,
kondisi material perkerasan) telah berkontribusi terhadap atau menyebabkan perbedaan kinerja.
Bila catatan konfigurasi perkerasan tidak tersedia atau dianggap tidak dapat diandalkan, test pit atau
parit akan memungkinkan profil diamati dan diambil sampel representatifnya.
Test pit akan memungkinkan untuk:
· penentuan jenis, ketebalan, kualitas dan kondisi (kepadatan dan kadar air) masing-masing
bahan perkerasan
· penentuan lapisan di mana rutting dan / atau cracking terjadi secara signifikan
· penentuan delaminasi antara lapisan
· penentuan Kekuatan tanah dasar menggunakan dynamic cone penetrometer (DCP)
Untuk perkerasan dengan permukaan aspal atau berbahan pengikat, penyelidikan perkerasan bisa
juga termasuk coring dari lapisan terikat karena ini adalah cara yang lebih efektif untuk
memperkirakan ketebalan lapisan.
Untuk perkerasan dengan kerusakan substansi alur, parit selebar jalur penuh atau coring pada alur
dan di antara roda juga mungkin diperlukan untuk menentukan tingkat deformasi lapisan perkerasan
individu dan tanah dasar. Jika perkerasan telah melebar, penggalian juga akan memungkinkan
penilaian terhadap perbedaan material antar jalur.
4.4.2. Prosedur
4.4.2.1. Lokasi Test Pit arah memanjang jalan
Lokasi Test pit ditentukan sedemikian rupa sehingga sampel representatif dapat diperoleh dari
sebagian besar tanah dan bahan perkerasan yang ada. Dalam hal ini, variasi geologi sepanjang
proyek perlu dipertimbangkan. Peta geologi mungkin bisa membantu dalam merencanakan sampling
dan pengujian perkerasan.
Selain itu, mungkin ada variasi jenis tanah antara lokasi timbunan dan penggalian dan juga
ketinggian air tanah dan drainase yang perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi test pit.
Bila dilakukan pengambilan sampel bahan perkerasan, lokasi test pit harus ditempatkan dengan
memperhatikan kondisi perkerasan dan struktur perkerasan. Perhatian harus dilakukan untuk
mencari lokasi sehingga sampel perkerasan diperoleh untuk memberi percontohan terhadap semua
kondisi permukaan yang ada. lokasi harus dipilih sehingga bisa memberikan informasi tentang
bagian yang mantap dan rusak dari perkerasan yang ada. Lokasi pengukuran defleksi sering berguna
dalam pemilihan lokasi test pit.
Jarak antar test pit bergantung pada panjang proyek rehabilitasi, keseragaman dan apakah
konstruksi memiliki batasan tingkat atau tidak. Ini penting untuk menguji lokasi yang memadai
sehingga kemungkinan variasi variasi sifat material dapat disimpulkan. Jarak harus lebih dekat untuk
proyek yang lebih penting atau besar. Di jalan yang kurang penting, jarak antar test pit mungkin bisa
lebih jauh terutama bila kondisinya lebih seragam.
Tabel 4.5 mencantumkan jumlah minimum test pit di sepanjang jalur lalu lintas dan bahu yang tidak
diperkeras. Dalam kasus jalan raya dengan pemisah, nilai minimum ini berlaku untuk setiap arah.
Tabel 4.5: Jumlah Test Pit Minimum
Halaman | 16 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
106 - 107 21 21
>107 31 31
Catatan :
1. Untuk Proyek kurang dari 500m, minimum 1 test pit.
2. Dimana pelebaran perkerasan dan penguatan bahu jalan tidak berpenutup dicantumkan dalam uraian
singkat proyek.
Pada penguatan bahu jalan tidak berpenutup atau pelebaran perkerasan dicantumkan dalam uraian
singkatproyek, test pit juga diperlukan di bahu jalan untuk mengukur ketebalan bahan perkerasan,
mengidentifikasi jenis material perkerasan dan mengukur CBR subgrade lapangan dengan DCP.
Seperti tercantum pada Tabel 4.5, jumlah minimum pit test sama halnya seperti pada jalur lalu
lintas. Test pit pada bahu jalan harus ditempatkan di antara test pit lajur lalu lintas untuk
memberikan informasi lebih lanjut tentang variasi subgrade sepanjang proyek.
Halaman | 17 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Halaman | 18 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Aspal
Di dalam hal menilai kualitas aspal yang ada, pengujian berikut dapat dilakukan pada sample dari
jalan yang ada:
• kandungan bahan pengikat
• distribusi ukuran partikel (gradasi)
• rongga udara
Sebelum dilakukan pengujian laboratorium, sample aspal harus diperiksa untuk menentukan:
• ketebalan masing-masing lapisan bepengikat
• Kerekatan antara lapisan
• terjadinya pengelupasan aspal
• kedalaman retak
Deformasi aspal adalah bentuk keruasakan yang umumnya terkait dengan pemilihan campuran yang
tidak tepat, komponen campuran atau perencanaan campuran (kandungan pengikat yang
berlebihan) tetapi mungkin juga disebabkan oleh pemadatan yang tidak memadai pada saat
konstruksi (rongga udara tinggi) atau pemadatan berlebihan di bawah lalu lintas campuran (void
udara rendah). Bentuk kerusakan retak dan mengelupas juga disebabkan oleh perencanaan
campuran yang tidak memadai (pengikat yang tidak memadai atau penyerapan zat pengikat ke
agregat yang tidak memadai) tetapi juga dapat merupakan hasil oksidasi / penuaan pengikat dan /
atau penghamparan perkerasan yang lemah.
Material granular
Untuk menilai penggunaan bahan granular yang tidak berpengikat yang ada saat ini pada perkerasan
yang direhabilitasi, material granular yang diambil dari test pit harus diuji sesuai dengan spesifikasi
Bina Marga. Sifat yang umum dari bahan granular yang digunakan pada penyelidikan perkerasan
adalah kepadatan lapangan dan kadar air, plastisitas dan distribusi ukuran partikel. Ini akan
memberikan informasi tentang apakah bahan granular yang ada tersebut cocok untuk digunakan di
perkerasan dan bahu jalan yang direhabilitasi sebagai base, subbase atau timbunan pilihan.
Sebagai bahan granular yang mengandalkan ikatan interlock antar agregat untuk kekuatan mereka,
kinerja mereka bergantung pada daya tahan partikel batu individu. Kualitas dan kuantitas dari
material halus dalam bahan granular juga mempengaruhi kinerja.
Modus karakteristik kerusakan pada bahan granular biasanya meliputi:
• alur
• retak di permukaan pelapisan ulang
• lubang
Halaman | 19 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
• Kekasaran meningkat akibat perubahan volume, beban geser atau kadar air yang
mengakibatkan mengembang atau menyusut.
Semua bentuk kerusakan ini adalah hasil dari material berkualitas rendah, tingkat kejenuhan yang
tinggi atau pemadatan yang buruk atau kombinasi dari faktor-faktor ini. Alur juga dapat dihasilkan
dari tekanan yang tinggi yang disebabkan oleh lalu lintas yang padat pada area pengereman dan
putaran. Bila perkerasan telah gagal sebelum waktunya, perhatian khusus harus diberikan pada
kadar air lapangan dan kemungkinan tingkat kejenuhan lapangan.
Subgrade/tanah dasar
Kinerja tanah dasar diukur dengan kemampuannya untuk mencegah alur, dan karenanya tergantung
pada tingkat tekanan yang membebaninya. Pada gilirannya, hal ini ditentukan oleh ketebalan dan /
atau kekakuan perkerasan di atasnya dan intensitas serta beban lalu lintas yang melewatinya.
Penyediaan formasi drainase yang baik, pemadatan dan kadar air yang seragam, adalah faktor
penting bagi ketahanan tanah dasar/subgrade.
Kerusakan tanah dasar/subgrade biasanya dimanifestasikan sebagai perubahan bentuknya atau alur
dan bentuk kerusakan lainnya meliputi:
• retak
• jembul dan / atau amblas.
Alur mencerminkan salah satu antara ketebalan yang tidak memadai atau kualitas material
perkerasan di atasnya yang tidak memadai, yang mungkin merupakan hasil dari rancangan yang
tidak memadai (misalnya, melebih-lebihkan kekuatan tanah dasar), konstruksi yang buruk atau
perlemahan tanah dasar selama masa pelayanan, terutama disebabkan oleh masuknya air.
Keretakan longitudinal umumnya terkait dengan subgrades ekspansif dan tepi yang terangkat yang
relatif seragam juga dapat terjadi.
Penanganan untuk subgrades yang lunak dijelaskan pada Bagan Desain 2 MDP-2017.
Halaman | 20 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
5. PERENCANAAN PENANGANAN
5.1. PENDAHULUAN
Seperti dicantumkan dalam MDP-2017 Bagian II, lingkup penanganan untuk rehabilitasi dan
rekonstruksi perkerasan jalan:
• overlay struktural dan overlay non struktural,
• daur ulang perkerasan (recycling),
• stabilisasi dengan foam bitumen,
• stabilisasi dengan semen.
Saat ini hanya ada sedikit penggunaan stabilisasi di NTB dan oleh karena itu penganganan stabilisasi
tidak dibahas lebih lanjut modul ini.
5.2. OVERLAY
Sesuai MDP-2017 pendekatan perencanaan penentuan Overlay secara umum terdiri dari dua
kriteria:
1. Lalu Lintas lebih kecil atau sama dengan 100.000 ESA4, penilaian dibuat untuk penguatan
perkerasan agar dapat mencegah deformasi permanen selama periode pelayanan, data yang
digunakan adalah defleksi maksimum (D0), dan
2. Lalu Lintas lebih dari 100.000 ESA4, umur kelelahan overlay dinilai dengan menggunakan
data fungsi kelengkungan (D0 - D200).
Beberapa proyek rehabilitasi jalan memiliki data lalu lintas rencana kurang dari 100.000 ESA4. Untuk
perkerasan semacam itu, Bagian II MDP-2017 hanya memerlukan pengukuran defleksi maksimum
(D0) untuk menilai seberapa penguatan yang diperlukan untuk menghambat deformasi permanen.
Hal ini juga berlaku untuk perkerasan yang diantisipasi hanya membutuhkan overlay HRS tipis (<70
mm), karena pada umumnya kelelahan/fatique bukan tipe kerusakan yang utama untuk HRS. Ini
menyederhanakan proses perencanaan overlay karena ketebalan lapisan aspal yang dibutuhkan
hanya didasarkan pada pengurangan karakteristik defleksi maksimum Benkelman Beam (D0)
terhadap defleksi desain yang sesuai untuk lalu lintas rencana menggunakan Gambar 6.1. MDP-2017
Bagian II.
Gambar 5.1: Overlay Berdasarkan Lendutan Balik Benkelman Beam (D0) Untuk WMAPT 41oC.
Halaman | 21 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Halaman | 23 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
5.5. REKONSTRUKSI
Beberapa perkerasan sangat rusak dan berkekuatan dibawah standar, yang memerlukan
rekonstruksi penuh atau sebagian.
Dalam kasus tersebut diperlukan penanganan penguatan dan pemberian lapis penutup baru yang
ditentukan dengan mempertimbangkan:
• Ketebalan dan kualitas dari setiap bahan perkerasan yang tersisa
• CBR tanah dasar rencana
• Lalu lintas rencana
Dengan menggunakan grafik desain untuk perkerasan jalan baru yang tercantum dalam MDP-2017
Bagian I, jenis dan ketebalan lapisan perkerasan yang diperlukan untuk CBR tanah dasar rencana dan
lalu lintas rencana yang ditentukan.
Penilaian perlu dibuat apakah bahan perkerasan yang ada dapat didaur ulang untuk mengurangi
ketebalan perkerasan perkerasan yang dibutuhkan dan memilih bahan pengisi.
Lampiran 4 mencakup contoh perencanaan.
Halaman | 24 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Saran tambahan untuk perencanaan rekonstruksi jalan lalu lintas rendah disediakan di bawah ini.
Halaman | 25 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Namun diingatkan bahwa, kinerja perkerasan granular dengan permukaan aspal 50 mm tunggal
memiliki risiko kerusakan prematur lebih besar daripada perkerasan dengan ketebalan aspal yang
lebih tebal. Khususnya:
• Kinerja lapis fondasi agregat granular: Kinerja perkerasan granular yang permukaannya
diberi lapisan aspal tipis sangat bergantung pada sifat lapisan granular bagian atas, yang
pada gilirannya bergantung pada pemadatan dan tingkat kelembaban di bagian dasar lapisan
granular. Para perencana perlu menyadari bahwa kinerja yang diprediksi dari perkerasan
granular yang permukaannya diberi lapisan aspal tipis mungkin tidak dapat dicapai pada
situasi dimana kelembapan dalam lapisan granular lebih tinggi daripada yang diantisipasi.
• Ikatan antarmuka: Asumsi ikatan antarmuka yang penuh seringkali tidak dapat tercapai
untuk aspal permukaan tipis yang ditempatkan diatas lapisan granular, di mana substrat
tidak dilapiskan sebelum penghamparan aspal. Dalam beberapa kasus, bahkan di mana
prime coat diterapkan, penumpukan tekanan uap terjadi sebagai akibat tingkat kelembaban
yang lebih tinggi di perkerasan dapat menyebabkan pelepasan ikatan permukaan. Maka dari
itu pentingnya mengendalikan kelembaban perkerasan yang dibangun.
• Variasi konstruksi: Seringkali sulit untuk meletakkan lapisan aspal tipis secara akurat dan
mencapai ketebalan dan standar pemadatan yang seragam. Lapisan aspal tipis akan
mendingin dengan cepat dan mungkin kurang seragam dari pada lapisan yang lebih tebal.
Hal ini dapat menyebabkan varian yang lebih banyak dalam kinerja lapisan aspal tipis.
Desain perkerasan granular dengan lapis permukaan HRS WC setebal 30 mm dan HRS BC 35 mm
Untuk perencanaan perkerasan baru dengan lalu lintas rencana dari 5 x 105 ESA5 sampai 4 x 106
ESA5, Bagan 3A Bagian I MDP-2017 menyediakan perencanaan perkerasan granular dengan
permukaan yang terdiri dari dua lapis HRS: yaitu HRS WC 30 mm dan HRS BC 35 mm. Namun, Bagan
Halaman | 26 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Desain ini hanya berlaku untuk desain subgrade CBR sebesar 6%. Maka dari itu saran tambahan
diberikan di bawah untuk desain jalan lalu lintas rendah.
Bagan Desain 3A. dan 3B. Bagian I MDP-2017 adalah bagan desain tambahan untuk jalan lalu lintas
rendah dengan CBR subgrade rencana 6%. Untuk subgrades dengan desain CBR selain dari 6%,
pondasi harus dirancang dengan menggunakan bagan desain 3C. di Bagian I MDP-2017.
Tabel 5.3: Bagan Desain – 3B MDP-2017 Bagian I
Halaman | 27 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Halaman | 28 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
<4 0,3
4-5 0,1
Dengan menggunakan Perancangan Bagan 7 sesuai dengan beban lalu lintas rencana, diperlukan
ketebalan lapisan penutup tanah dasar yang ditentukan dari nilai CBR subgrade rencana dari bahu
Jalan dan lalu lintas rencana bahu jalan.
Gambar 5.4: Bagan Desain – 7 MDP-2017 Bagian I
Gambar 5.5: Bagan Desain Perkerasan Tanpa Penutup Beraspal dan Lapis Permukaan Beraspal
Tipis dengan lalu lintas kurang dari 100000 ESA4.
Formula :
Halaman | 29 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Halaman | 30 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
6. REFERENSI
Dir.Jen. Bina Marga, Kementrian PU&PR 04/SE/DB/2017, Manual Desain Perkerasan, Jakarta,
Indonesia.
Dir.Jen. Bina Marga, Kementrian PU&PR 001-01/M/BM/2011, Survei Kondisi Jalan untuk
Pemeliharaan Rutin, Jakarta, Indonesia.
Indonesia Infrastructure Initiative, Provincial Road Improvement and Maintenance, Program
Implementation Unit Consultant, 2016, Technical advisory note for the design of pavement
rehabilitation treatments of sub-national roads.
Austroads 2012. Guide to pavement technology. Part 2 Pavement structural design, AGPT 02-12,
Sydney, Australia.
Austroads 2011. Guide to pavement technology. Part 5 Pavement evaluation and treatment design,
AGPT 05-11, Sydney, Australia.
SNI 2416, 2011. Cara Uji Lendutan Perkerasan Lentur Dengan Alat Benkelman Beam.
Per. Men. PU&PR 2007, Pedoman survei kondisi jalan tanah dan atau kerikil dan jalan beraspal untuk
jalan antar kota, Jakarta. Indonesia.
Dir.Jen. Bina Marga, Kementrian PU&PR Pd T-21-2004-B, Pedoman survei rinci kondisi jalan beraspal
di perkotaan, Jakarta. Indonesia.
Halaman | 31 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Beberapa contoh perencanaan dan opsi-opsi penanganan ruas jalan dijelaskan dalam rincian berikut.
Panjang
No. No. Ruas Nama Ruas STA Km
1 042.043. Tetar - Lunyuk 220.915 - 221.801 0.886
Tetar - Lunyuk Segmen-2 228.357 - 229.957 1.600
Tetar - Lunyuk Segmen-3 230.357 - 231.339 0.982
Tetar - Lunyuk Segmen-4 232.339 - 237.307 4.968
Tetar - Lunyuk Segmen-5 245.650 - 246.750 1.100
2 042.048.1 Rembiga - Pemenang 5.088 - 13.588 8.500
3 042.084. Kruak - LB. Haji 59.000 - 69.250 10.250
4 042.089. Sp. Pengantap - Ajan - Kuta 75.600 - 91.125 15.525
5 042.091. Kruak - Pancor 54.000 - 66.850 12.850
6 042.115.1 Lab.Kenanga - Kawinda Toi 164.660 - 182.780 18.120
Catatan : Beberapa data berikut hanya ilustrasi semata, bukan data sebenarnya.
1 042.043.1 11,044.86 3,478.71 3,528.86 1,696.00 135.14 22.57 239.86 223.71 3.00 4.57 3.29 -
2 042.048.1 9,960.00 2,212.57 1,278.14 325.86 32.86 20.43 202.86 121.14 43.00 7.00 0.14 24.86
3 042.084. 2,974.00 251.43 125.71 396.29 9.14 1.57 362.00 - - - - -
4 042.089. 854.57 104.14 20.43 220.14 - - 179.29 - - - - -
5 042.091. 11,586.00 797.29 450.00 616.29 6.43 2.14 330.71 - - - - -
1 042.043.1 5,522.43 1,739.36 1,764.43 848.00 67.57 11.29 119.93 111.86 1.50 2.29 1.64 -
2 042.048.1 4,980.00 1,106.29 639.07 162.93 16.43 10.21 101.43 60.57 21.50 3.50 0.07 12.43
Halaman | 32 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
2021 4,892 51,990 48,491 650 712 164,514 870,170 185,958 1,066,148
2022 5,064 53,809 50,188 673 737 170,272 1,040,442 192,467 1,258,615
Halaman | 33 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
2023 5,241 55,693 51,944 697 763 176,231 1,216,673 199,203 1,457,818
2024 5,424 57,642 53,762 721 790 182,399 1,399,072 206,175 1,663,993
2025 5,614 59,659 55,644 746 817 188,783 1,587,856 213,392 1,877,385
2026 5,811 61,747 57,592 772 846 195,391 1,783,247 220,860 2,098,245
2027 6,014 63,909 59,607 799 875 202,229 1,985,476 228,590 2,326,835
10 Tahun 1.99.E+06 2.33.E+06
2028 6,225 66,145 61,694 827 906 209,307 2,194,783 236,591 2,563,426
2029 6,442 68,461 63,853 856 938 216,633 2,411,417 244,872 2,808,298
2030 6,668 70,857 66,088 886 971 224,215 2,635,632 253,442 3,061,740
2031 6,901 73,337 68,401 917 1,005 232,063 2,867,695 262,313 3,324,053
2032 7,143 75,903 70,795 949 1,040 240,185 3,107,880 271,494 3,595,546
2033 7,393 78,560 73,273 983 1,076 248,592 3,356,472 280,996 3,876,542
2034 7,652 81,310 75,837 1,017 1,114 257,292 3,613,764 290,831 4,167,373
2035 7,919 84,155 78,492 1,053 1,153 266,298 3,880,062 301,010 4,468,383
2036 8,197 87,101 81,239 1,089 1,193 275,618 4,155,680 311,545 4,779,928
2037 8,483 90,149 84,082 1,128 1,235 285,265 4,440,944 322,449 5,102,377
20 Tahun 4.44.E+06 5.10.E+06
Halaman | 34 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Halaman | 35 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Halaman | 36 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
2021 - - - - - - - - -
2022 - - - - - - - - -
2023 - - - - - - - - -
2024 - - - - - - - - -
2025 - - - - - - - - -
2026 - - - - - - - - -
2027 - - - - - - - - -
10 Tahun 0.00.E+00 0.00.E+00
2028 - - - - - - - - -
2029 - - - - - - - - -
2030 - - - - - - - - -
2031 - - - - - - - - -
2032 - - - - - - - - -
2033 - - - - - - - - -
2034 - - - - - - - - -
2035 - - - - - - - - -
2036 - - - - - - - - -
2037 - - - - - - - - -
20 Tahun 0.00.E+00 0.00.E+00
OPSI-OPSI PENANGANAN :
1. Ruas 042.043. Tetar – Lunyuk :
- Kumulatif ESA4 10 tahun 1.99E+06
- Kumulatif ESA4 20 tahun 4.44E+06
- Kumulatif ESA5 10 tahun 2.33E+06
- Kumulatif ESA5 20 tahun 5.10E+06
- Umur rencana (Tabel L.1. MDP-2017) :
20 Tahun jika rekonstruksi
10 Tahun jika overlay struktural
10 Tahun jika overlay non struktural
Sesuai kebutuhan untuk penanganan sementara
- Data defleksi tidak ada.
Halaman | 37 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Halaman | 38 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
ii. Opsi 2, Do - D2oo=0.212mm; ESA4=2.07E+06; Nilai yang terlalu kecil tidak dapat
digunakan pada Gambar 6.3 dan 6.4.
iii. Kesimpulan penanganan pada segmen ini adalah overlay HRS setebal 50 mm.
Halaman | 39 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
i. Opsi 1, karena nilai Do=2.72 terlalu tinggi, gambar 6.1 tidak dapat
mengakomodasi lendutan lebih dari 2.4 mm, sehingga tidak cocok
menggunakan HRS.
ii. Opsi 2, Nilai D0 – D200 =0.371, sesuai Gambar 6.3 diperoleh overlay setebal 80
mm dengan aspal beton bergradasi rapat.
iii. Opsi 3, Nilai D0 – D200 =0.371, sesuai Gambar 6.4 diperoleh overlay setebal 70
mm dengan aspal beton penetrasi 60/70
Halaman | 40 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
iv. Opsi 4, adalah mengupas lapisan aspal dan melakukan stabilisasi material
granular yang ada dan dilanjutkan dengan overlay. Namun karena tidak ada data
Test Pit dan data kondisi perkerasan eksisting. Proses perencanaan opsi ini tidak
dapat dilanjutkan
v. Opsi 5, hanya jika perkerasan lama benar-benar rusak dan tidak dapat
dimanfaatkan, dan lebih dari 30% luas permukaan, maka harus dibongkar dan
dibangun konstruksi HRS baru yang sesuai Bagan Desain 3A :
HRS WC = 30 mm
HRS Base = 35 mm
LFA kelas A = 250 mm
LFA kelas A/LFA kelas B/kerikil atau sabilisasi CBR>10% = 125 mm
vi. Opsi 6, hanya jika perkerasan lama benar-benar rusak dan tidak dapat
dimanfaatkan, dan lebih dari 30% luas permukaan, maka harus dibongkar dan
dibangun konstruksi AC baru yang sesuai Bagan Desain 3B dan Bagan 3C :
AC WC = 40 mm
AC BC = 60 mm
AC Base = 70 mm
LFA A = 150 mm
Halaman | 41 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
i. Opsi 1, Penanganan dari STA 7+513 sampai 13+588 belum dapat ditentukan
karena Tidak ada data Defleksi dan Test Pit dan data kondisi perkerasan eksiting
ii. Opsi 2, hanya jika perkerasan lama benar-benar rusak dan tidak dapat
dimanfaatkan, dan lebih dari 30% luas permukaan, maka harus dibongkar dan
dibangun konstruksi HRS baru yang sesuai Bagan Desain 3A :
HRS WC = 30 mm
HRS Base = 35 mm
LFA kelas A = 250 mm
LFA kelas A/LFA kelas B/kerikil atau sabilisasi CBR>10% = 125 mm
Halaman | 42 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
iii. Opsi 3, hanya jika perkerasan lama benar-benar rusak, dan lebih dari 30% luas
permukaan, dan tidak dapat dimanfaatkan maka harus dibongkar dan dibangun
konstruksi baru yang sesuai Bagan Desain 3B dan Bagan 3C
AC WC = 40 mm
AC BC = 60 mm
AC Base = 70 mm
LFA A = 150 mm
Halaman | 43 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
i. Opsi 1, nilai Do=1.96 mm dan ESA4=5.02E+05, dapat digunakan pada Gambar 6.1. dengan
kebutuhan overlay HRS setebal 75 mm.
ii. Opsi 2, nilai Do-d2oo=0.128mm dan ESA5= 4.56E+05, terlalu kecil dan tidak dapat
digunakan pada Gambar 6.3. dan gambar 6.4.
Halaman | 44 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
iii. Kesimpulan penangnan pada segmen ini adalah overlay HRS setebal 75 mm.
b. Segmen 60+400 sampai 63+100 :
60+400 - 60+700 1+600 2.50 2.39
60+700 - 60+900 1+800 2.86 2.72
62+900 - 63+100 4+000 2.23 2.10
Jumlah 7.59 7.21
Jumlah Titik 3 3 Do-D2oo
Rata-rata 2.53 2.40 0.13
Standar Deviasi 0.32 0.31 0.79
Faktor Keseragaman 12% 0.100
Lendutan = Dr + 1.28*SD 2.93
i. Opsi 1, Data lendutan yang ada>2.40, mengarah kepada opsi rekonstruksi, namun
selayaknya dilengkapi dengan data-data lainnya, seperti survei visual, data drainase,
data test pit dan data laboratorium. Terutama jika kerusakan > 30% luas permukaan.
Dengan jumlah ESA5= 4.56E+05 kebutuhan rekonstruksi sesuai Bagan desain 3A adalah :
ii. Opsi 2, Bilamana penggunaan HRS di daerah sekitar menunjukan kinerja yang kurang
baik, maka penggunaan AC dapat dipertimbangkan sesuai bagan desain 3B:
iii. Opsi 3, Bilamana nilai CBR > 6%, maka tebal LFA kelas A dapat dikurangi sesuai Bagan
desain 3C berikut :
Halaman | 45 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
i. Opsi 1, nilai Do=0.97mm dan ESA4=5.02E+05, terlalu kecil dan tidak dapatdigunakan pada
Gambar 6.1.
ii. Opsi 2, nilai Do-d2oo=0.064mm dan ESA5= 4.56E+05, terlalu kecil dan tidak dapat
digunakan pada Gambar 6.3. dan gambar 6.4.
iii. Kesimpulan di segmen ini belum membutuhkan overlay ataupun rekonstruksi.
Halaman | 46 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
i. Opsi 1, nilai ESA4 = 2.45E+05 dan Do=1.28 terlalu kecil dan tidak dapat digunakan pada
gambar 6.1. Dengan kata lain perkerasan belum memerlukan overlay dengan HRS.
ii. Opsi 2, nilai ESA5 = 2.23E+05 dan Do-D2oo = 0.156 terlalu kecil dan tidak dapat menggunakan
Gambar 6.3 dan 6.4. Jadi tidak memerlukan overlay AC.
iii. Kesimpulan pada segmen ini belum memerlukan overlay.
i. Opsi 1, nilai ESA4 = 2.45E+05 dan Do=2.31 diterapkan pada gambar 6.1. maka diperoleh
tebal kebutuhan overlay dengan HRS setebal 75 mm.
Halaman | 47 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
ii.
Opsi 2, nilai ESA5 = 2.23E+05 dan Do-D2oo = 0.261 terlalu kecil dan tidak dapat menggunakan
Gambar 6.3 dan 6.4.
iii. Kesimpulan pada segmen ini memerlukan overlay HRS setebal 75 mm.
c. Segmen STA 84+900 - 91+125
•i. Tidak ada data, sehingga perencanaan tidak dapat dilanjutkan
Halaman | 48 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Halaman | 49 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
1.0 Tujuan
Metode ini dimaksudkan untuk memberikan panduan pengambilan yang berkaitan dengan
penyelidikan lapangan terhadap perkerasan dan tanah dasar yang ada, yang telah selesai
ataupun yang diusulkan.
Untuk memungkinkan penilaian yang akurat dari investigasi semacam itu, semua aspek
lapangan harus dapat diperiksa di laboratorium, baik secara deskriptif dari catatan lapangan
dan secara visual dari sampel yang representatif.
2.0 ACUAN
Methods of Testing Soils for Engineering Purposes - Preparation of Disturbed Soil Samples for
Testing, AS 1289.1.
Geotechnical Site Investigations, AS 1789
3.0 DEFINISI
Nihil.
Halaman | 50 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
4.2 Material
Material untuk penimbunan ulang.
6.0 PROCEDUR
6.1.2 Hal berikutnya, lokasi pengambilan sampel, lubang bor harus terkait dengan titik awal
dan juga jarak offset dari garis tengah jalan.
Hole 1; 0.130 km; 10 m di Timur As Jalan
Jika lebih dari satu lapisan tanah dasar/subgrade yang harus dicatat, setiap lapisan harus
diberi label secara berusutan misalnya: A, B, C dst., dalam kaitannya dengan peningkatan
kedalaman misalnya :
0.1 km Lubang 1: 230-340 mm subgrade 'A' Tanah merah lunak berair (CH)
0.1 km Lubang 1: 340-590 mm subgrade 'B' Pasir mengandung lanau dan mika (SM)
Halaman | 51 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Halaman | 52 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
dengan material lapisan berikutnya. Ulangi prosedur seperti pada lapisan pertama.
6.5.5 Ulangi 6.5.3 dan 6.5.4 sampai mencapai level subgrade. Material subgrade dapat
diambil dengan bot tangan, juga dengan hati-hati agar tidak tercampur dengan
material perkerasan.
Departemen Perencanaan, Transportasi & Infrastruktur
Seksi Pelayanan Lapangan
Grup Pelayanan Teknis
Prosedure
6.5.6 Secara umum, kedalaman tanah dasar yang diselidiki harus sedemikian rupa
sehingga kedalaman lubang lebih besar dari 450 mm dan, bila ditemui, kedalaman
subgrade setidaknya 150 mm.
6.5.7 Sampel kadar air harus diambil, sesuai dengan keadaan yang diteliti, dan segera
ditempatkan di kotak sampel kelembaban yang diberi nomor. Catat nomor kotak.
6.5.8 Semua sampel harus dimasukkan dalam kantong dan diberi label dengan benar
dengan semua informasi penting untuk memudahkan identifikasi.
Hal berikut umumnya cukup untuk menandai:
o Nomor Ruas Jalan
o Bagian/seksi
o Lapisan
o Tebal
o Kedalaman
o Contoh No.
Catatan: Bila sampel tanah bawah tanah yang tidak terganggu diperlukan, ini umumnya
diperoleh dari tabung Shelby dinding tipis. Tabung harus dilumasi secara internal dan sampel
disegel seluruhnya.
6.6 Ukuran Sampel
Sifat alami yang sering membatasi jenis sampling ini adalah melarang penyediaan sampel
yang cukup untuk memenuhi semua persyaratan pengujian individual.
Ini bisa berarti bahwa tes tertentu dapat dikompromikan dan catatan yang tepat harus
disampaikan pada laporan pengujian mis. Sampel 3kg digunakan untuk pengujian P.S.D. pada
bahan berukuran nominal 19mm dan bukan 5kg yang ditentukan dalam AS 1289.1, Tabel 1.
Tes yang dikompromikan semacam itu dapat memberi informasi yang memadai untuk
penilaian teknik yang harus dilakukan.
Sebagai panduan, berikut ini memberi massa kering yang dibutuhkan untuk memenuhi tes
yang biasa dilakukan pada sampel survei perkerasan:
Distribusi ukuran Partikel :
• Ukuran Nominal maximum 2.36mm - 0.2kg.
• Ukuran Nominal maximum 9.5mm - 1kg.
• Ukuran Nominal maximum 19.0mm - 5kg.
Halaman | 53 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Pemadatan Laboratorium
• Ukuran Nominal maximum 19mm - 15kg.
• Ukuran Nominal maximum lebih besar dari 19mm - 50kg.
Catatan: standar kantong sampel DRT menampung sekitar 20kg.
7.0 PERHITUNGAN
NIHil.
8.0 KETELITIAN
Penentuan kesalahan pengukuran tidak dianggap perlu untuk prosedur ini.
9.1 Pelaporan
Nihil.
9.2 Dokumentasi
Formulir TP310-1 (hanya untuk penggunakan DPTI saja).
Halaman | 54 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
KODE LAPANGAN: AC – Aspal Beton, SS – Aspal Semprot, UP – Perkerasan tanpa Penutup, SH – Bahu tanpa Penutup, TS – Bahu dengan Penutup, EO – Garis Tepi,
NA –Alinyemen Baru
KLASIFIKASI KONDISI PERMUKAAN PERKERASAN ASPAL STRUKTUR LAPANGAN
B. Deformasi Transversal di bawah tepi C. Derajat Keretakan (Retak yang terlihat) TANAH KOHESIF UCS kN/m2 TANAH MEMILIKI KADAR AIR
lurus 2 meter FRIKSI RELATIF
Komentar:
………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………
……….
Form TP310-1, Revn.1.6, DPTI-AU.
Halaman | 55 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Pendahuluan
Pengupasan dengan mesin (milling) adalah cara efektif untuk memperbaiki ketidakrataan
permukaan perkerasan yang disebabkan oleh alur, sungkur, keriting dan retak permukaan.
Umumnya, pengupasan dilakukan untuk mengupas permukaan aspal. Peralatan pengupasan modern
juga mampu mengupas lapisan stabilisasi semen dan beton. Akan tetapi hasil kupasan material
tersebut lebih halus dan tidak dapat digunakan untuk daur ulang seperti pada pengupasan lapisan
aspal.
Alat milling (cold planner) dapat digunakan sebagai bagian peralatan pekerjaan overlay.
Dalam hal ini, pengupasan dilakukan untuk meratakan permukaan eksisting sehingga menghasilkan
overlay dengan ketebalan yang seragam dan permukaan yang rata.
Pada segmen yang memerlukan tebal overlay lebih dari 50 mm, penanganan yang lebih efektif
dengan tebal yang lebih tipis dapat dilakukan dengan cara memperkuat titik-titik yang lemah dengan
cara pengupasan dan pelapisan ulang (milling and reinstatement atau inlay).
Lampiran ini menguraikan metode desain mill and inlay.
Catatan bahwa metode perencanaan ini memerlukan ketersediaan data defleksi yang diukur dengan
jarak dekat (≤ 25 m) sehingga area yang akan ditambal dapat diidentifikasi.
Metode Penentuan Tebal Rencana untuk Jalan dengan lalu lintas rendah
Untuk rehabilitasi perkerasan jalan dengan lalu lintas rencana kurang dari 106 ESA5, Tabel 3-1
mencantumkan metode yang disederhanakan, yang sesuai dengan Bagian II MDP-2017, dengan
mengasumsikan bahwa retak lelah bukanlah bentuk kerusakan yang umum terjadi pada jalan
dengan lalu lintas ringan ini.
Table 3-1 Prosedur yang disederhanakan untuk perencanaan tebal rencana aspal mill and inlay yang hanya
dimaksudkan untuk mencegah kerusakan deformasi permanen saja
Langkah Aktifitas
1 Hitung ketebalan lapisan overlay yang diperlukan tanpa pengupasan untuk mencegah deformasi
permanen dan pembebanan lalu lintas rencana seperti yang dijelaskan pada Bagian 3.
2 Jika diperlukan overlay melebihi 50 mm, pilih ketebalan rencana setelah mill and inlay.
3 Ketebalan pengupasan yang dibutuhkan dan penghamparan aspal kembali untuk mencegah
deformasi permanen ketebalan aspal yang ada ditambah ketebalan lapisan butiran yang
diperoleh dari gambar 3-1 MDP-2017 Bagian II.
Contoh perhitungan
Halaman | 56 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Suatu Proyek memiliki beban lalu lintas rencana sebesar 5 x 105 ESA4. Perkerasan yang ada terdiri
dari aspal seteban 30 mm dengan kondisi retak dan material granular setebal 300 mm.
Defleksi maksimum Benkelman Beam diukur pada jarak 25 m sepanjang proyek (Gambar 3-1).
Pengukuran defleksi jaraknya dekat untuk mengurangi biaya penanganan rehabilitasi dengan
mengidentifikasi area-area yang memerlukan penguatan lokal.
Gambar 3-1: Hasil Pengukuran Defleksi Maksimum Benkelman Beam
3.0
2.8
2.6
2.4
2.2
2.0
1.8
Benkelman
beam 1.6
Do 1.4
(mm)
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Project chainage (m)
Dari Gambar 3.1, ada 2 area yang memiliki defleksi tinggi, masing-masing sepanjang 100m. Diluar
dari area defleksi tinggi ini, karakteristik defleksi maximumnya adalah sekitar 1.6 mm. Untuk beban
lalu lintas rencana sebesar 5 x 105 ESA4, dari Gambar 3.2 diperoleh overlay setebal 40 mm sudah
cukup untuk menangani 80% dari total panjang proyek.
Untuk 2 area dengan defleksi tinggi, karakteristik defleksi maximumnya sebesar 2.9 mm. Dengan
menggunakan Gambar 3.2, kedua area ini membutuhkan overlay setebal 125 mm untuk dapat
mencegah permanen deformasi.
Karena ada kendala tentang tinggi permukaan (Kerb dan saluran), sepanjang proyek diijinkan overlay
40 mm tetapi tidak untuk overlay 125 mm, suatu perencanaan mill and inlay perlu diteliti.
Mengikuti langkah prosedur pada Tabel 3.1. tebalnya penambalan yang dibutuhkan ditentukan dari
kedalaman material granular yang ada pada perkerasan eksisting yang perlu digali dan diganti
dengan aspal. Seperti terlihat pada Gambar 3.4., dengan asumsi 40 mm ovelay di keseluruhan
proyek, material granular yang ada harus dipotong setebal 165mm dan diganti dengan aspal.
Dengan demikian, perencanaan penambalan berat dan overlay yang diambil adalah:
• menggali permukaan aspal yang retak setebal 30 mm dan 165 mm material granular yang
mendasarinya
• padatkan material granular yang tersisa
• hamparkan lapisan aspal 195 mm dalam dua lapisan
• Tempatkan hamparan tebal 40 mm di atas keseluruhan proyek
Jika lendutan diukur pada interval 100 m bukan 25 m, area lemah mungkin tidak teridentifikasi.
Dalam kasus ini, penanganan rehabilitasi yang diambil mungkin merupakan ketebalan overlay yang
melebihi 100 mm untuk keseluruhan proyek
Halaman | 57 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
5x105
140
2x105
120
105
100 5x104
Asphalt
thickness 2x104
(mm) 80
104
5x103
60
2x103
103
40
20
0
1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4 2.6 2.8 3.0 3.2 3.4
Characteristic maximum deflection (mm)
Gambar 3.3: Ketebalan material granular yanf dibutuhkan untuk mencegah deformasi permanen
200
180
160
140
20
0
50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200
Asphalt overlay thickness without heavy patching (mm)
Halaman | 58 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Suatu jalan antar kota dua lajur dua arah dengan bahu jalan tidak berpenutup kondisinya sangat
rusak dan membutuhkan rekonstruksi.
Karena lebar perkerasan yang berpenutup hanya 4,5 m, sebagian lalu lintas mamanfaatkan bahu
jalan yang tidak berpenutup.
Di lapangan masih ada cukup ruang lebar untuk memberikan perencanaan bahu jalan yang tidak
berpenutup agar dapat melayani lalu lintas ini.
Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana merencanakan penanganan rehabilitasinya.
Beban lalu lintas rencana untuk lalu lintas jalur lambat adalah 106 ESA5 dan 5 x 105 ESA4.
Berdasarkan kondisi buruknya saat ini dan analisis persyaratan overlay berdasarkan pengukuran
defleksi permukaan jalan, rekonstruksi sebagian adalah penanganan dengan biaya paling efektif.
Berdasarkan test pit, Gambar 4-1 menunjukkan komposisi perkerasan yang ada.
Gambar 4.1: Komposisi perkerasan dan bahu jalan yang ada
Bahu Jalan tidak berpenutup Lajur lalu lintas Bahu Jalan tidak berpenutup
200 mm tebal
Material granular tanpa bahan
150 mm tebal 150 mm tebal
pengikat
Timbunan pilihan (CBR > 10%) Timbunan pilihan (CBR > 10%)
150 mm tebal
Timbunan pilihan (CBR > 10%)
Halaman | 59 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Menggunakan Bagan Desain 2 dan Bagan Desain 3A pada Bagian I MDP-2017, struktur perkerasan
baru yang dibutuhkan disajikan pada table 4.1.
HRS WC 30
HRS BC 35
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
• Mendatangkan dan menempatkan agregat base Kelas A yang baru dalam dua lapisan
masing-masing setebal 125 mm
• Menempatkan lapisan HRS dengan ketebalan total 65 mm dalam dua lapis
Gambar 4.2: Komposisi perkerasan sebelum dan sesudah penanganan.
Eksisting Penanganan rehabilitasi yang diusulkan
70 mm 30 mm HRS WC
Aspal Rusak Parah 35 mm HRS BC
200 mm tebal
250 mm tebal
Material tanpa bahan pengikat
aggregate base Kelas A
150 mm tebal
Timbunan pilihan (CBR ≥ 10)
225 mm tebal
Timbunan pilihan (CBR ≥ 10)
Halaman | 61 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
`
Dari pengujian sampel dari test pit, Bahu jalan yang ada saat ini terdiri dari:
• 100 mm tebal dari Aggregat Kelas S
• 150 mm tebal dari timbunan pilihan dengan CBR sampel rendaman 15%
Jelas bahwa bahu jalan yang ada memiliki ketebalan penutup yang tidak memadai di atas tanah
dasar untuk menahan beban roda truk yang diantisipasi selama periode rencana. Hal ini diusulkan
untuk dilakukan rekonstruksi bahu jalan pada saat yang bersamaan dengan jalur lalu lintas yang
direkonstruksi.
Dalam hal kedalaman total penutup di atas dasar tanah dasar, seperti yang dijelaskan di atas 370
mm diperlukan, yaitu sekitar 270 mm kurang dari yang dibutuhkan untuk jalur lalu lintas. Untuk
mengurangi risiko kelembaban yang dapat menumpuk di lapisan timbunan pilihan di jalur lalu lintas
dan diberikan:
Diputuskan bahwa permukaan subgrade dari bahu jalan 640 mm di bawah permukaan yang sama
dengan jalur lalu lintas.
Dari pengujian laboratorium terhadap sampel pit test, disimpulkan bahwa bahan bahu yang ada
cocok untuk digunakan di masa depan sebagai timbunan pilihan bahu jalan yang direkonstruksi.
Diusulkan agar lapisan timbunan pilihan ditempatkan dalam dua lapisan yang menutupi sepenuhnya
lebar bahu jalan dan jalur lalu lintas. Artinya, ketebalan total timbunan pilihan (325 mm) di bahu
sama dengan jalur lalu lintas.
Untuk mengurangi risiko akumulasi air dalam agregat Kelas A di jalur lalu lintas, sedapat mungkin
lapisan ini harus diperluas ke bahu. Konsekuensinya, diusulkan agar Kelas A agregat ditempatkan
dalam dua lapis penuh yang juga menutupi bahu jalan dan jalur lalu lintas.
Untuk bahu yang tidak dilapisi, lapisan aspal yang disediakan dalam perancangan jalur lalu lintas
yang berdekatan diganti dengan bahan bahu granular kedap air (Agregat Kelas S) dengan ketebalan
Halaman | 62 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
yang sama. Untuk jalan dengan trafik ringan total ketebalan aspal umumnya 100 mm atau kurang.
Namun, mengingat bahan Kelas S memiliki ukuran maksimal 40 mm, ketebalan minimum yang bisa
dipadatkan dalam satu lapisan adalah 150 mm. Oleh karena itu, dalam membangun lapisan bahu
granular atas, biasanya praktik pertama-tama membuka 50-100 mm lapisan agregat kelas A yang
paling mendasar, menyebarkan material Class S yang longgar dan menyatukan lapisan bahu
gabungan ini.
Oleh karenanya, kombinasi penanganan jalur lalu lintas dan bahu jalan terdiri dari:
• Menggali bahan perkerasan yang ada di jalur lalu lintas dan di bahu jalan dan
menyimpannya untuk digunakan sebagai timbunan pilihan.
• Lalu menggali jalur lalu lintas dan bahu sampai kedalaman 540 mm.
• Di jalur lalu lintas dan bahu jalan, dihampar timbunan pilihan setebal 225 mm dalam dua
lapisan dengan menggunakan material hasil galian tadi.
• hamparkan agregat base Kelas A setebal 250 mm dalam dua lapisan di jalur lalu lintas dan
bahu jalan.
• Penghamparan 35 mm HRS BC pada lajur lalu lintas saja dan dipadatkan
• Penghamparan 30 mm HRS WC pada lajur lalu lintas saja dan dipadatkan
• Hamparkan 65 mm agregat Kelas S pada bahu jalan, dan padatkan dan bentuk kombinasi
agregat base Kelas A dan bahu jalan base kelas S.
Gambar 4-4 mengilustrasikan penanganan rehabilitasi untuk jalur lalu lintas dan bahu yang tanpa
lapisan penutup
250 mm tebal
agregat base kelas A
225 mm tebal
Timbunan pilihan (CBR ≥ 10%)
Halaman | 63 dari 70
No. Revisi: A
REHABILITASI PERKERASAN JALAN LALU LINTAS RENDAH
Halaman | 64 dari 70
No. Revisi: A
DIREKTORAT JENDERAL
BINA MARGA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN RAKYAT
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum
Jalan Pattimura No. 20 Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan 12110