Anda di halaman 1dari 10

JURNAL STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN


PRE EKLAMPSIA BERAT DI RUANG GAYATRI
RSUD WAHIDIN SUDIROHUSODO

WAWAN DWI HADI PUTRA


1514401018

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN
PRE EKLAMPSIA BERAT DI RUANG GAYATRI
RSUD WAHIDIN SUDIROHUSODO

WAWAN DWI HADI PUTRA


1514401018

Subject : Asuhan, Keperawatan, Eklampsia, Ibu Hamil

Description
Preeklampsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal.
Tanda dan gejala seperti tekanan darah darah tinggi pada usia kehamilan lima bulan,
pandangan kabur, kaki bengkak, sakit kepala, nyeri ulu hati, mual bahkan muntah.
Tujuan studi kasus ini adalah melakukan asuhan keperawatan pada partisipan dengan
masalah yang sama.
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus, jumlah partisipan
2 (dua) orang yang mengalami masalah kelebihan volume cairan. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara melakukan asuhan keperawatan yaitu pengkajian, analisa data,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
Hasil pengkajian keperawatan pada partisipan 1 dengan keluhan utama yaitu
bengkak kedua kaki, partisipan 2 mengeluh pusing. Pada pemeriksaan fisik partisipan
1 terdapat tekanan darah 160/100 mmHg, lekosit tinggi (15.410ˆ3/ul), eritrosit rendah
(3.72 10ˆ6/ul), hematokrit rendah (33.9%), albumin rendah (2,9 g/dl), dan edema
ekstremitas bawah, pada partisipan 2 terdapat tekanan darah 150/100 mmHg, lekosit
tinggi (13.4 10ˆ3/ul), eritrosit rendah (3.22 10ˆ6/ul), hematokrit rendah (35.6%),
albumin rendah (2,9 g/dl), dan edema ekstremitas bawah. Didapatkan diagnosa utama
pada kedua partisipan yang sama yaitu kelebihan volume cairan. Pada kedua
partisipan dilakukan intervensi dan implementasi keperawatan yaitu monitor tanda
vital, pertahankan intake output, anjurkan untuk membatasi minum, anjurkan tirah
baring miring kanan atau kiri, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.
Hasil evaluasi hari ketiga pasien selama 3x24 jam masalah teratasi sebagian dengan
kriteria hasil terbebas dari edema, intake output dalam batas normal, tanda vital
dalam batas normal.
Pemantauan dalam setiap kunjungan ulang antenatal maka perlu kerjasama dan
peran perawat untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, serta memelihara
kesehatan melalui upaya promotif dan preventif dengan pemeriksaan kehamilan
secara teratur, perhatikan intake dan output yang sesuai.

ABSTRACT
Preeclampsia is a major cause of maternal morbidity and mortality. Signs and
symptoms such as high blood pressure at five months of pregnancy, blurred vision,
swollen feet, headaches, heartburn, nausea and even vomiting . The purpose of this
case study is to conduct nursing care for participants with the same problem.

1
The design used in this study was case study, the number of participants were 2
(two) people who had problems with excess fluid volume. Data collection was done
by conducting nursing care, namely assessment, data analysis, diagnosis,
intervention, implementation and evaluation of nursing.
The results of nursing studies in participant 1 with the main complaint was
swollen in both legs, participant 2 complained of feeling dizzy. On the physical
examination participant 1 had a weak general condition, blood pressure was 160/100
mmHg, high leukocytes (15,410ˆ3 / ul), low erythrocytes (3.72 10ˆ6 / ul), low
hematocrit (33.9%), low albumin (2.9 g / dl), and edema in the lower extremities, in
participant 2 there was blood pressure of 150/100 mmHg, high leukocytes (13.4
10ˆ3/ul), low erythrocytes (3.22 10ˆ6 / ul), low hematocrit (35.6%), low albumin (2,9
g/dl), there was edema in the lower extremities. The main diagnosis obtained in the
two participants, was the same namely excess fluid volume. In both participants the
intervention and implementation of nursing care were monitored vital signs, assessed
the location and extents of edema, maintained an accurate intake output, suggested to
limiting drinking, suggested to have bed rest with sloping to right and left, did
collaboration with medical teams in therapy. The evaluation results of the two
patients during 3x24 hours showed the problems were resolved with the patients were
free from edema, balanced fluid, intake and output within normal limits, vital signs
within normal limits
Monitoring in each antenatal visit requires collaboration and the role of nurses
to improve health, prevent disease, and maintain health through promotive and
preventive efforts with regular antenatal care, pay attention to the intake and output
accordingly.

Keywords: Care, Nursing, Eclampsia, Pregnant Women

Contributor : 1. Dwiharini Puspitaningsih, S.Kep,.Ns,.M.Kep


2. Siti Rachmah, SKM, M.Kes
Date : 28 Juli 2018
Type : Laporan Penelitian
Identifier :-
Right : Open Document

A. LATAR BELAKANG
Pre eklampsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
maternal dan perinatal di seluruh dunia. Menurut WHO, UNFPA dan UNICEF,
preeklampsia-eklampsia merupakan penyebab utama masalah di Indonesia,
preeklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu yang
berkisar 1,5% sampai 25%, sedangkan kematian bayi antara 45% sampai 50%.
Sedangkan eklampsia menyebabkan 50.000 kematian/tahun di seluruh dunia,
10% dari total kematian maternal. Banyak faktor yang menyebabkan
meningkatnya insiden preeklampsia pada ibu hamil seperti pernah mengalami

2
preeklampsia pada kehamilan sebelumnya, kekurangan nutrisi, mengandung
janin lebih dari satu. (Djannah dan Arianti, 2010).
Di Indonesia berada di peringkat 11 (dari 18 negara ASEAN) untuk
angka kematian ibu yaitu 240 per 100.000 kelahiran hidup, berdasarkan data
SDKI 2007, angka nasional untuk angka kematian ibu di Indonesia adalah 228
per 100.000 kelahiran hidup (kemenkes RI, 2015). Salah satu faktor penting
dalam tingginya angka kejadian infeksi nifas adalah kurangnya pengetahuan ibu
tentang perawatan masa nifas, dan salah satu perawatan masa nifas yang sering
diabaikan oleh ibu nifas yaitu pentingnya vulva hygiene, terutama pada luka
jahitan episiotomi, karena itu biasanya takut menyentuh luka yang ada di
perineum sehingga memilih untuk tidak membersihkannya (Manuaba, 2014).
Komplikasi yang timbul pada persalinan dan masa nifas merupakan penyebab
langsung kematian maternal. Komplikasi yang terjadi menjelang persalinan, saat
dan setelah persalinan terutama adalah perdarahan, partus macet atau partus lama
dan infeksi akibat trauma pada persalinan (Kartiningrum, E.D. 2014).
Berdasarkan data dari SDKI tahun 2007, penyebab kematian ibu di
Indonesia tetap merupakan trias klasik yaitu perdarahan yang menduduki
peringkat pertama dengan 28%, eklampsia 24%, dan infeksi 11%. Dalam profil
kesehatan Indonesia tahun 2006 disebutkan bahwa jumlah kasus preeklampsia
yang terjadi sebanyak 7.848 (5,8%) kasus (Indriani, 2011).
SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu
menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan
penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan
hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, (Kemekes RI, 2016),
sedangkan AKI di Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 mencapai 89,6 per 100.000
kelahiran hidup, adapun pada tahun 2016 AKI mencapai 91,00 per 100.000
kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2016
sebanyak 22 kasus yang terdiri dari 3 kasus pada Kematian Ibu Hamil, 7 kasus
pada kematian pada ibu bersalin dan 12 kasus pada kematian ibu nifas (Dinkes
Kabupaten Mojokerto, 2016).
Di Jawa Timur, capaian AKI cenderung meningkat dilihat dalam rentang
waktu tahun 2008 – 2012. Gambaran capaian tersebut adalah sebagai berikut :
tahun 2008 sebesar 83/100.000 kelahiran hidup (KH) dan tahun 2012 sebesar
97,43/100.000 KH. Faktor penyebab AKI paling dominan di Jawa Timur adalah
pre eklampsia dan eklampsia. Dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012
kematian yang di sebabkan oleh pre eklampsia dan eklampsia semakin meningkat.
Pada tahun 2010 proporsi pre eklampsia dan eklampsia sebesar 26,92%, tahun
2011 sebesar 27,27% dan tahun 2012 sebanyak 34,88%. Proporsi tempat kejadian
kematian ibu 78,18% terjadi di RS Umum (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2012).
Data kasus pre eklampsia berat di RS Wahidin tahun 2017 dari bulan September
sampai bulan Desember berjumlah 10 kasus, sedangkan data kasus tahun 2018
dari bulan Januari sampai bulan Juli berjumlah 24 kasus. Jumlah kematian ibu di
Kabupaten Mojokerto pada tahun 2014 sebanyak 11 kasus. Penyebab kematian
ibu yang terbanyak yakni karena pre eklampsia dan perdarahan pasca persalinan
(Haemorrhage Post Partum/HPP) (Nurudin Akbar, 2014).

3
Penyebabnya pre eklampsia belum diketahui partisipan. Namun pre
eklampsia berat yaitu adanya peningkatan tekanan darah tinggi pada waktu hamil,
Pre eklampsia dengan tanda dan gejala seperti tekanan darah tinggi pada usia
kehamilan 5 bulan, pandangan kabur, kaki bengkak, sakit didaerah kepala dan di
ulu hati, mual bahkan sampai muntah. Pre eklampsia merupakan suatu kondisi
spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke 20 pada wanita
yang sebelumnya memiliki tekanan darah rendah. Biasanya tanda-tanda pre
eklampsia timbul secara berurutan yaitu pertumbuhan berat badan yang
berlebihan, disertai edema, hipertensi dan akhirnya proteinuria. Gejala-gejala ini
sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat lebih tinggi, edema
menjadi lebih umum dan proteinuria bertambah banyak dan pre eklampsia terjadi
karena adanya riwayat hipertensi. Asuhan keperawatan intrapartum pada ibu
dengan pre eklampsia berat atau sindrom HELLP meliputi pemeriksaan ibu dan
janin seiring kemajuan persalinan, pemeriksaan dan pencegahan hipoksia dan
perdarahan jaringan, keduanya dapat menimbulkan gangguan permanen pada
organ penglihatan yang berlangsung sepanjang periode intrapartum dan
pascapartum. Masalah kesehatan yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan
hipertensi adalah nyeri, perubahan perfusi jaringan, risiko cedera, kelebihan
volume cairan dan lain-lain. Peran perawat yang dapat dilakukan pada ibu hamil
yang menunjukkan gejala awal hipertensi adalah pemantauan nadi dan tekanan
darah, melakukan pemeriksaan pada ibu hamil, menganjurkan untuk melakukan
tes laboratorium dan berkolaborasi dalam memberikan obat anti hipertensi,
menganjurkan ibu melakukan tirah baring dengan posisi miring kiri (Mitayani,
2011). Perawat sebagai tenaga profesional mempunyai beberapa peran dan fungsi.
Salah satu fungsi utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, serta memelihara kesehatan melalui upaya promotif dan,preventif sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab perawat (Asmadi, 2008).
Upaya untuk menurunkan AKI di mojokerto tersebut perlu dikembangkan
upaya peningkatan fungsi posyandu dalam Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) melalui peran kader kesehatan untuk
mempersiapkan persalinan aman dan pencegahan komplikasi bagi ibu hamil
termasuk penerapan sistem rujukan. Hal tersebut dimaksudkan agar terjadi
perubahan paradigma di masyarakat bahwa yang tadinya persalinan adalah
masalah wanita menjadi persoalan semua pihak (Kemekes RI, 2016). Upaya
untuk mencegah agar pre eklampsia tidak menjadi berat atau bahkan menjadi
eklampsia, perlu di pantau dalam setiap kunjungan ulang antenatal yaitu
pertambahan berat badan yang terlalu meningkat setiap minggu, tekanan darah
tinggi serta kadar protein dalam urin. Selain itu peran perawat pada kasus pre
eklampsia berat yaitu ada 2 peran, peran mandiri dan kolaborasi. Peran mandiri
perawat ialah menganjurkan tirah baring agar pasien lebih banyak berisitarahat
dan tidak mudah lelah sehingga dapat menurunkan tekanan darah, menganjurkan
mengurangi garam dapat mempercepat kenaikan darah, memposisikan pasien
ditempat yang nyaman dan tenang seperti posisi semi fowler atau sesuai
keinginan pasien, dan memberikan nutrisi yang cukup pada ibu seperti
mengkonsumsi sayuran dan vitamin yang lengkap dan buah-buahan. Peran

4
kolaborasi seperti berkolaborasi dalam pemberian terapi MgSO4 sebagai
anitdiuretik untuk menurunkan tekanan darah (Juliartini, 2014).
B. METODE PENELITIAN
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus
ini adalah studi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada
ibu hamil dengan preeklampsia di ruang Gayatri RSUD Wahidin Sudirohusodo.
Studi kasus menurut Bimo Walgito (2010) adalah metode yang bertujuan
untuk mempelajari dan menyelidiki suatu kejadian atau fenomena mengenai
individu, seperti riwayat hidup seseorang yang menjadi objek penelitian dan juga
menambahkan bahwa dibutuhkan banyak informasi dan integrasi data yang
diperoleh dari metode lain guna mendapatkan informasi mendalam pada metode
studi kasus yang dilakukan.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Pada penelitian hari pertama sampai hari ketiga pada tanggal 17 - 19
Juli 2018 pukul 13.10 WIB, partisipan 1 berusia 36 tahun mengeluh bengkak
pada kaki sejak lebaran dan saat malam tidak bisa tidur. Saat pengkajian
tanda dan gejala yang dialami pasien yaitu adanya bengkak pada kedua kaki
kedalamannya 2-4 mm dan waktu kembali 5 detik, hasil pemeriksaan pada
penelitian pertama didapatkan Tekanan Darah: 160/100 mmHg Nadi: 80
x/menit Suhu: 360C Respirasi Rate: 20 x/menit. Pengkajian partisipan ke 2
berusia 41 tahun, pada tanggal 17 – 19 Juli 2018 pukul 14.20 WIB, mengeluh
merasa pusing, dan penglihatan kabur, dan dilakukan pemeriksaan penelitian
pertama dengan tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 36,90C
respirasi rate 18 x/menit. Asupan cairan yang berlebihan dapat mengakibatkan
kenaikan berat badan, edema, bronkhi basah dalam paru-paru kelopak mata
bengkak dan sesak napas yang diakibatkan kelebihan volume cairan yang
berlebihan (Tovazazi & Mazzoni 2012).
Pada pemeriksaan fisik head to toe partisipan 1 dan partisipan 2 yang
menunjang yaitu pada, ekstremitas atas : simetris, tidak ada edema, terpasang
infus ditangan kanan, CRT ˂ 2 detik, akral hangat. bawah : simetris, reflek
patella (+/+), terdapat edema pada kaki, genetalia terpasang selang kateter.
Pada kedua partisipan, tanda dan gejala pre eklampsai berat hampir
sama dengan teori yang ada pada kelebihan volume cairan yaitu odema, sakit
kepala (pusing) dan proteinuria. Sesuai dengan tanda dan gejala yang ada
kedua pasien termasuk kedalam pre eklampsia berat dengan masalah yang
sama pada partisipan 1 dan patisipan 2 yaitu kelebihan volume cairan
berhubungan dengan kerusakan fungsi glumerolus sekunder terhadap
penurunan kardiak output.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan
diagnosa yang sama yaitu Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
kerusakan fungsi glumerolus sekunder terhadap penurunan kardiak output.
Pada diagnosa Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan
fungsi glumerolus sekunder terhadap penurunan kardiak output, terdapat data

5
yang mencakup dari masalah tersebut yaitu pemeriksaan edema, yaitu
mengkaji lokasi dan luas edema, pada partisipan 1 terdapat edema
kedalamannya 2-4 mm dengan waktu 5 detik, tanda-tanda vital hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital Tekanan Darah: 160/100 mmHg Nadi: 80
x/menit Suhu: 360C Respirasi Rate: 20 x/menit. Pada diagnosa kelebihan
volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi glumerolus sekunder
terhadap penurunan kardiak output, terdapat data yang mencakup dari masalah
tersebut yaitu pemeriksaan, yaitu mengkaji tekanan darah, pada partisipan 2
merasakan pusing, terdapat tanda-tanda vital tekanan darah 150/100 mmHg,
nadi 88 x/menit, suhu 36,90C respirasi rate 18 x/menit.
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan teori yaitu Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi glumerolus sekunder
terhadap penurunan kardiak output (Nurari dan Kusuma, 2015).
Masalah keperawatan pada kedua partisipan berdasarkan batasan
karakteristik yang ditemukan saat pengkajian, ternyata masalah keperawatan
yang tercantum dalam teori terdapat 1 masalah keperawan yang sama. Kedua
pasien mengalami masalah utama yang sama yaitu kelebihan volume caian
berhubungan dengan kerusakan fungsi glumerolus sekunder terhadap
penurunan kardiak output.
3. Perencanaan
Perencanaan yang akan dilakukan pada partisipan 1 dan 2 sama yaitu:
perencanaan yang pertama Memonitor vital sign, perencanan yang kedua
Monitor balance cairan, perencanaan ke tiga mengkaji lokasi dan luas edema,
perencanaan ke empat menganjurkan pasien untuk membatasi minum,
perencanaan ke lima anjurkan untuk tirah baring miring kiri/miring kanan,
perencanaan ke enam yaitu kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
terapi.
Tujuan perencanaan pada pasien yang dilakukan yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan cairan dapat
terpenuhi dengan kriteria hasil terbebas dari edema, efusi anarsaka, intake
output dalam batas normal, tanda-tanda vital dalam batas normal.
4. Implementasi
Penulis melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari. Setelah
diberikan tindakan seperti intervensi didapatkan bengkak pada kedua kaki
sudah agak bekurang. Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan
yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Nugroho, 2012).
Berdasarkan fakta yang ada implementasi yang dilakukan terhadap
pasien sudah sesuai dengan teori sebagian dan kriteria hasil yang didapatkan
setelah dilakukan implementasi ada sebagian yang sesuai dengan teori. Pada
perkembangan partisipan 1 dan 2 mengalami peningkatan. Implementasi
yang dilakukan pada pastisipan 1 di hari pertama implementasi pasien masih
edema. pada implementasi kedua perkembangan pasien masih edema, dan
pada implementasi ketiga pasien membaik, pasien mengatakan edema
berkurang menjadi kedalaman 2-4 mm dengan waktu kembali 5 detik serta

6
hasil observasi TTV dari TD: 160/100 mmHg menjadi 130/70 mmHg.
Implementasi yang dilakukan pada partisipan 2 dihari pertama pasien masih
merasa pusing, pada implementasi kedua pusing sudah agak berkurang, dan
pada hari ke tiga tidak ada merasa pusing.
5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan selama 3x24 jam pada evaluasi hari pertama
kondisi partisipan 1 masih edema kedalaman 2-4 mm dengan waktu kambali 5
detik, hasil pemeriksaan pada penelitian pertama didapatkan Tekanan Darah:
160/100 mmHg Nadi: 80 x/menit Suhu: 360C Respirasi Rate: 20 x/menit,
Pada evaluasi hari kedua, partisipan 1 nampak masih odema, kedalaman 2-4
mm dengan waktu kambali 5 detik, dengan Tekanan darah 130/90 mmHg,
Suhu 360C, Nadi 86 x/menit, Respirasi 20 x/menit. Pada evaluasi hari ketiga
edema sudah agak berkurang dengan kedalaman 2 dengan waktu kembali 5
detik, Tekanan darah 130//80 mmHg, Suhu 3650C, Nadi 86 x/menit, Respirasi
20 x/menit. Partisipan 2 evaluasi pada hari pertama masih merasa pusing,
tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 36,90C respirasi rate 18
x/menit., evaluasi hari kedua pusing sudah agak berkurang, tekanan darah
130/70 mmHg, Suhu 36,40C, Nadi 82 x/menit, Respirasi 18 x/menit. Pada
evaluasi hari ketiga tidak ada keluhan dengan hasil tekanan darah 130/70
mmHg, Suhu 36,40C, Nadi 82 x/menit, Respirasi 18 x/menit. Intervensi masih
dipertahankan dari intervensi 1–6, pada partisipan 1 maupun 2.
Menurut Nurarif & Kusuma, 2015 Tindakan keperawatan yang dilakukan
penulis selama 3 hari sudah dilakukan sesuai dengan pengelolaan asuhan
keperawatan. Hasil evaluasi yang sudah didapatkan diagnosa pertama pada
partisipan 1 yaitu kelebihan volume caian berhubungan dengan kerusakan
fungsi glumerolus sekunder terhadap penurunan kardiak output.
Pada kenyataan yang ada dari hasil tindakan pada partisipan 1 dan 2 yang
dilakukan intervensi dan implementasi selama 3 hari, evaluasi yang didapat
ada masalah keperawatan yang belum teratasi dan ada yang teratasi sebagian
sesuai dengan teori.
D. KESIMPULAN
1. Pengkajian
Dari data hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan hasil yang berbeda
antara pasien 1 dan 2. Pasien 1 dengan usia 36 tahun dengan keluhan bengkak
pada kaki, terdapat edema kedalamannya 2-4 mm dengan waktu kembali 5
detik, dan pasien 2 dengan usia 41 tahun dengan keluhan merasa pusing.
2. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian dan ditunjang dengan data yang ada ditegakkan
diagnosa Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi
glumerolus sekunder terhadap penurunan kardiak output, pada pasien 1 dan 2
diagnosanya sama.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dilakukan yaitu diagnosa keperawatan untuk kedua pasien
yang masing-masing mempunyai intervensi, tujuan dan kriteria hasil yang

7
sama, yang sudah sesuai dengan kondisi pasien yang mangacu pada teori yang
sudah ada.
4. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada kedua pasien pada hari pertama
dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah direncanakan. Pada hari kedua
adanya perencanaan tindakan keperawatan yang dimodifikasi pada partisipan
2. Selanjutnya implementasi dilakukan sesuai dengan rencana intervensi yang
sudah ada.
5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan selama 3x24 jam, setelah dilakukan tindakan pada
hari pertama yaitu kondisi kedua pasien masih tetap tidak ada perubahan. Pada
hari kedua kondisi pasien 1 masih belum ada perubahan dan pasien 2 sudah
mulai ada perubahan, pada hari ketiga adanya perubahan kondisi pada pasien
1 dan 2, dengan pernyataan pasien 1 bahwa odema sudah agak berkurang
dengan kedalaman 2 mm dan kembali 3 detik, pada pasien 2 pusing sudah
agak berkurang. Intervensi masih dipertahankan dari 1 – 6 pada partisipan 1
maupun 2.
E. SARAN
1. Bagi Peneliti
Selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan kasus yang sama
disarankan supaya memperluas intervensi dan lebih memodifikasi intervensi
yang sesuai dengan kondisi pasien.
2. Bagi Partisipan
Supaya lebih memperhatikan intake dan output sesuai yang ditentukan dari
tenaga medis dan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur pada
tenaga kesehatan serta minum obat teratur sesuai resep yang di berikan.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Perawat dan anggota tim kesehatan yang paling banyak berhubungan dengan
pasien dituntut meningkatkan secara terus-menerus dalam hal pemberian
informasi dan pendidikan kesehatan sesuai dengan latar belakang pasien. Serta
dalam melakukan kolaborasi dengan tim medis lebih ditingkatkan lagi sebagai
upaya promotif dan upaya preventif perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma Aplikasi Asuhan Keperawatan dan Diagnosa
Medis Nanda Nic Noc (2015).
Cameron, Peter., Jelinek, George., Kelly, Maree. A., Murray, Lindsay & Brown,
Anthony.FT. (2009). Textbook Of Adult Emergency Medicine. Third
Edition. China: Elsevier
Djannah Nur, S & Arianti Sukma, I. (2010). Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan. Gambaran Epidemiologi Kejadian Preeklampsia/Eklampsia di
RSKU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2007-2009.Vol. 13 No. 4,
Hal. 378.

8
Damayanti, Ika Putri., Pitriani, Risa & Ardhiyanti, Yulrina.(2015). Panduan Lengkap
Keterampilan Dasar Kebidanan II. Ed. 1. Yogyakarta: Deepublish
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, (2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur.
Dinkes Jatim (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur.Surabaya : Dinkes Jatim
Dinkes Kabupaten Mojokerto. (2016). Profil Dinkes Kabupaten Mojokerto. Jakarta.
Kartiningrum, E.D., (2014). Faktor Yang Mempengaruhi Kematian Ibu Di Propinsi
Jawa Timur Tahun 2010.Hospital Majapahit, Vol 6 No. 1 Pebruari 2014.
Kemenkes RI. (2015). KEMENTRIAN KESEHATAN INDONESIA. PROFIL
KSEHATAN MOJOKERTO.
Kemenkes RI. (2015). kesehatan dalam kerangka sustainable development goals
(SDGs). KEMENTRIAN INDONESIA.
Kemekes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia. jakarta.

Alamat Correspondensi
Email : wawandwi096@gmail.com
Alamat : Lendang Bagian, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok
Utara, Provinsi NTB
No. Hp : 085338070099

Anda mungkin juga menyukai