Makalah Diare Kelompok 3 1
Makalah Diare Kelompok 3 1
OLEH KELOMPOK 3 :
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga makalah tentang “Konsep Diare Pada Anak dan Dewasa”. untuk mata
kuliah system pencernaan dapat terselesaikan. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
ialah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan kepada kami
kelompok 3 sebagai mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
Makalah ini dibuat untuk mengetahui materi tentang “Konsep Diare Pada Anak dan
Dewasa”. Dengan makalah ini, diharapkan dapat memudahkan kita dalam mempelajari
materi system pencernaan Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara
penulisan maupun isi dari makalah ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun
saran dari dosen pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam
pembuatan berikutnya.
Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini,
kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.
Penyusun
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................5
C. Tujuan Pembelajaran........................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
Konsep Diare Pada Dewasa.....................................................................................................6
A. Definisi Diare pada Dewasa............................................................................................6
B. Etiologi Diare pada Dewasa............................................................................................6
C. Manifestasi Klinis Diara pada Dewasa...........................................................................7
D. Patofisiologi Diare..........................................................................................................8
Konsep Diare Pada Anak......................................................................................................14
E. Definisi Diare pada Anak..............................................................................................14
F. Etiologi Diare pada Anak..............................................................................................15
G. Patofisiologi Diare pada Anak......................................................................................16
H. Rencana Terapi Diare pada Anak.................................................................................16
I. Evaluasi Diagnostik Diare pada Anak..........................................................................21
J. Penatalaksanaan Terapeutik Diare pada Anak..............................................................22
K. Klasifikasi Tingkat Dehidrasi Diare pada Anak...........................................................23
L. Asuhan keperawatan Diare pada Bayi/Anak.................................................................24
BAB III.....................................................................................................................................30
PENUTUP................................................................................................................................30
A. Kesimpulan....................................................................................................................30
B. Saran..............................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................31
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal atau cair. Diare akut adalah
defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dan kandungan
air tinja lebih banyak dari pada biasanya yaitu >200 gr atau 200 ml/24 jam (lebih dari
3x1 per hari). Penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari
penderita diare atau melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri patogen
yang berasal dari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan penderita dan jug adapat
melalui udara atau melalui aktifitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal. Lama
waktu diare yaitu diare akut berlangsung kurang dari 2 minggu, dan diare kronik
berlangsung lebih dari 2 minggu.
Adapun etiologi dari diare akut Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus
Parasit: Protozoa, Giardia lambdia, Entamoeba hystolitica, Trikomonas hominis, Isospora
sp, Cacing ( A lumbricoides, A. deodenale, N. americanus, T trichiura, O. vermicularis, S.
strecolaris, T. saginata, T. solllium) Bakteri: yang memproduksi enterotoksin (S aureus, C
perfringens, E coli, V cholera, C difficile) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa usus
(Shingella, Salmonella spp, Yersinia). Dan diare kronik Umumnya diare kronik dapat
dikelompokkan dalam 6 kategori pathogenesis terjadinya yaitu diare osmotic, diare
sekretorik, diare karena gangguan motilitas, diare inflamatorik, Malabsorbsi, Infeksi
kronik.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Diare pada Anak dan Dewasa ?
2. Bagaimana Etiologi Dari Penyakit Dire pada Anak dan dewasa ?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis Diare pada Anak dan Dewasa ?
4. Bagaimana Patofisiologi Diare pada Anak dann Dewasa ?
5. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Diare pada Anak dan Dewasa ?
6. Bagaimana Rencana Terapi Pada Kasus Diare pada Anak dan Dewasa ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Diare pada Anak dan Dewasa ?
C. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa Mampu Mengetahui Pengertian Diare pada Anak dan Dewasa
2. Mahasiswa Mampu Mengetahui Etiologi Diare pada Anak dan Dewasa
3. Mahasiswa Mampu Mengetahui Manifestasi Klinis Diare pada Anak dan Dewasa
4. Bagaimana Patofisiologi Diare pada Anak dan Dewasa
5. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Pada Diare pada Anak dan Dewasa
6. Mahasiswa Mampu Rencana Terapi Pada Diare pada Anak dan Dewasa
7. Mahasiswa Mampu Mengetahui Asuhan Keperawatan Diare pada Anak dan
Dewasa
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
- Diare sekretorik
- Diare karena gangguan motilitas
- Diare inflamatorik
- Malabsorbsi
- Infeksi kronik
7
D. Patofisiologi Diare
Diare
Mual muntah
Hilang cairan dan elektrolit Kerusakan integritas kulit
berlebihan perianal
8
E. Pemeriksaan Penunjang Diare pada Dewasa
1. Pemeriksaan tinja
- Makroskopis dan mikroskopis
- Ph dan kadar gula dalam tinja
- Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
2. Analisa gas darah apabila didapatkantanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa
(pernapasan kusmaul)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Ca dan Fx
9
5. Identifikasi faktor penyebab dari diare
6. Monitor tanda dan gejala diare
7. Observasi turgor kulit secara rutin
8. Ukur diare dan keluaran BAB
9. Hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus
10. Instruksikan pasien untuk makan rendah serat, tinggi prtein dan tinggi
kalori jika memungkinkan
11. Instruksikan untuk menghindari laksatif
12. Ajarkan teknik menurunkan stress
13. Menurunkan persiapan makanan yang aman
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
NOC : mempertahankan urine output sesuai dengan usisa dan berat badan, berat jenis
urine normal, HT normal
TTV dalam batas normal
Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan
NIC : Manajemen cairan
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa,nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik) jika diperlukan
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
5. Kolaborasi pemberian cairan IV
6. Monitor status nutrisi
7. Dorong masukan oral
8. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
9. Tawarkan snack (jus buah atau buah segar)
10. Kolaborasi dengan dokter
11. Atur kemungkinan transfusi
3. Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
NOC :integritas kulit yang baik bisa dipertahankan ( sensasi,elastisitas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi)
Tidak ada luka, lesi pada kulit
Perfusi jaringan baik
10
Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
Monitor nutrisi
11
4. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
5. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
6. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
7. Monitor kalori dan intake nutrisi
5. Risiko syok (hipovolemi) b.d kehilangan cairandan elektrolit
NOC : Natrium serum dalam batas normal
Kalium srum dalam batas normal
Klorida serum dalam batas normal
Kalsium serum dalam batas normal
Magnesium serum dalam batas normal
pH darah serum dalam bats normal
Irama dan frekuensi nafas dalam batas normal
Nadi dan irama jantung dalam batas yang diharapkan
NIC : Manajemen syok
1. Monitor tekanan nadi
2. Monitor status cairan input dan output
3. Monitor gas darah arteri dan monitor jaringan oksigenasi
4. Memantau faktor penentu pengiriman jaringan oksigen (misalnya paO2,
kadar Hb, SaO2,CO) jika tersedia
5. Monitor nilai laboratorium
6. Masukkan dan memelihara akses intravena
7. Monitor gejala gagal pernafasan
6. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
NOC : Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol
cemas
TTV dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
NIC : Penurunan kecemasan
1. Gunakan pendekatan yang menyenangkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
3. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
4. Dorong keluarga untuk menemani pasien
12
5. Identifikasi tingkat kecemasan
6. Dengarkan dengan penuh perhatian
7. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.
8. Instruksiakn pasien menggunakan teknik relaksasi.
[ CITATION Nur15 \l 1057 ]
13
Konsep Diare Pada Anak
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi
pencernaa,penyerapan, dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang
abnormal dalam usus[ CITATION Won08 \l 1057 ].
Gangguan diare dapat melibatkan lambung, dan usus (gastroentiritis), usus halus
(enteritis), kolon (kolitis), atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare diklasifikasikan menjadi
dua :
1. Diare Akut
2. Diare kronis
14
membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang paling sering adalah diare
infeksius akut yang tidak ditangani secara memadai.
4. Diare kronis nonspesifik
Dikenal juga dengan istilah kolon iritabel pada anak atau diare todler,
merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada anak-anak yang
berusia 6 hingga 54 minggu. Anak-anak ini memperlihatkan feses yang
lembek yang sering disertai partikel makanan yang tidak tercerna, dan
lamanya diare melebihi 2 minggu. Anak-anak yang menderita diare kronis
nonspesifik ini akan tumbuh secara normal dan pada anak-anak ini tidak
terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnyaserta tidak tampak
infeksi enterik (Huftman, 1999). Kesalahan makan dan sensitivitas terhadap
makanan pernah dikaitkan dengan diare kronis, khususnya konsumsi jus dan
pemanis buatan seperti sorbitol yang banyak dijumpai dalam produk makanan
serta minuman kemasan mungkin menjadi faktor pemicunya.
Rotavirus merupakan agens paling penting yang menyebabkan penyakit diare disertai
dengan dehidrasi pada anak-anak kecil di seluruh dunia. Gejalanya dapat berkisar mulai dari
gambaran klinik tanpa manifesatsi gejala hingga kematian akibat dehidrasi. Infeksi rotavirus
menyebabkan sebagian besar perawatan rumah sakit karena diare berat pada anak-anak kecil
dan merupakan infeksi nosokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit) yang signifikan oleh
mikroorganisme patogen.
15
Pemakaian antibiotik juga berkaitan dengan diare. Antibiotik dapat mengubah flora
usus yang normal, dan penurunan jumlah bakteri kolon akan mengakibatkan absorpsi hidrat
arang yang berlebihan sera diare osmotik (Behrman,Kliegman, dan Arvin, 2000). Antibiotik
dapat pula menimbulkan kolonisasi dan produk toksin Clostridium difficile yang bisa
menyebabkan diare dan kolitis pseudomembranosa (Cerquetti, dkk, 1995 ; Jobe dkk, 1995).
Rencana terapi A
Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah: beri cairan tambahan, beri
tablet zinc, lanjutkan pemberian makan, kapan harus kembali[ CITATION Won08 \l
1057 ]
- Anak telah diobati dengan rencana terapi B atau C dalam kunjungan ini
- Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah
16
Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit (200 ml)
untuk digunakan di rumah.
Tunjukkan pada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan
sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-hari:
Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi sedang/ringan dengan oralit . Beri Oralit di klinik sesuai yang
dianjurkan selama periode 3 jam. Tentuka jumlah oralit untuk 3 jam pertama
Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman diatas, berikan sesuai
kehilangan cairan yang sedang berlangsung
Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100-200 ml
air matang selama periode ini
Mulailah memberi makan segera setelah anak ingin makan
Lanjutkan pemberian ASI
17
Tunjukkan kepada ibu cara memberikan larutan oralit.
Rencana Terapi C
Ikuti tanda panah : Jika jawaban “ya” lanjutkan ke kanan, jika jawaban “tidak” lanjutkan ke
bawah
18
Beri cairan intravena secepatnya, Jika anak bisa
Mulai minum, beri oralit melalui mulut, sementara
infuse disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan Ringer
Laktat atau Ringer asetat yang dibagi sebagai
beikut :
Umur Pemberian Pemberian
Dapatkah pertama 30 berikut 70
saudara segera
ya ml/kg selama ml/kg selama
memberi cairan
intravena ? : :
Bayi 1 jam 5 jam
(Di bawah
umur 12
bulan)
Anak 30 menit 2 ½ jam
Tidak (12 bln – 5
thn)
19
Mulai melakukan rehidrasi dengan oralit melalui
pipa nasogastrik atau mulut : beri 20 ml/kg/jam
Apakah saudara telah
selama 6 jam (total 120 ml/kg)
ya Periksa anak kembali setiap 1-2 jam :
- Jika anak muntah terus-menerus atau perut
makin kembung, beri cairan lebih lambat
- Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak
Tidak membaik, rujuk anak untuk pengobata IV
Sesudah 6 jam periksa kembali anak.
Klasifikasikan dehidrasi. Kemudia tentukan
Apakah anak masih bisa rencana terapi yang sesuai (A,B,C) untuk
minum ?
melanjutkan penanganan.
20
Pemeriksaan laboratorium yang ekstensif bukan merupakan indikasi bagi anak diare
tanpa disertai komplikasi dan dehidrasi. Pemeriksaan laboratorium diperlukan bila anak
menderita dehidrasi sedang hingga berat. Spesimen feses harus diperoleh pada semua anak
dengan diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari lamanya. Diare cair dan menyembur
menunjukkan intoleransi glukosa; diare dengan feses yang banyak, berminyak, dan berbau
busuk menunjukkan malabsorbsi lemak. Diare yang timbul sesudah meminum susu sapi,
mengonsumsi buah atau sereal, untuk pertama kalinya dapat berkaitan dengan defisiensi
enzim atau intoleransi protein. Sel neutrofil dan sel darah merah dalam feses menunjukkan
gastroenteritis bakterialis atau penyakit inflamasi usus. Keberadaan sel eosinofil
memperlihatkan kemungkinan intoleransi protein atau infeksi parasit.
Pemeriksaan kultur feses harus dikerjakan bila di dalam feses tersebut terdapat darah
atau mukus, bila gejalanya berat dan bila ditemukan leukosit polimorfonuklear di dalam
feses. Pemeriksaan ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) dapat dilakukan untuk
memastikan keberadaan rotavirus atau Giardia. Jika terdapat riwayat pemakaian antibiotik
yang baru saja, pemeriksaan toksin C difficle pada feses harus dikerjakan. Pemeriksaan feses
untuk menemukan telur cacing dan parasit harus dilakukan bila hasil kultur bakteri serta
virusnya negatif dan bila diare berlangsung lebih dari beberapa hari.
Nilai pH feses yang kurang dari 6 dan keberadaan zat pereduksi dapat menunjukkan
adanya malabsorbsi hidrat arang atau defisiensi sekunder enzim laktase. Pengukuran kadar
elektrilolit dalam feses dapat membantu mengindentifikasi anak-anak yang menderita diare
sekretorik.
Berat jenis urin harus ditentukan jika dicurigai kemungkinan dehidrasi. Pemeriksaan
hitung darah lengkap, kadar elektrolit serum, kreatinin dan ureum harus dilakukan pada anak
yang memerlukan perawatan rumah sakit. Biasanya hemoglobin, hematokrit, kadar ureum,
serta kreatinin meninggi pada diare akut dan harus menjadi normal kembali setalah dilakukan
rehidrasi.
21
Tindakan pertama yang harus dilakukan bagi bayi dan anak-anak yang menderita diare
akut dan dehidrasi adalah terapi rehidrasi oral (oral rehydration theraphy, ORT) atau
pemberian oralit. Pemakaian oralit merupakan salah satu kemajuan dalam bidang
pelayanan kesehatan di dunia. Cara ini dipandang lebih efektif, lebih aman, tidak
memberikan rasa nyeri, dan juga biayanya lebih murah dibang=dingkan dengan terapi
rehidrasi intravena. Larutan oralit meningkatkan dan mempermudah reabsorbsi natrium
serta air, dan sejumlah penelitian menunjukkan bahwa larutan ini sangat mengurangi
gejala muntah, kehilangan cairan akibat diare serta lamanya sakit. Larutan ini
memberikan hasil yang memuaskan dalam pengobatan sejumlah besar bayi dengan
dehidrasi isotonik, hipotonik, atau hipertonik[ CITATION Won08 \l 1057 ].
Setelah rehidrasi, oralit dapat digunakan dalam terapi rumatan cairan lewat pemberian
oralit secara bergantian dengan cairan rendah natrium seperti air, air susu ibu, formula
susu bebas laktosa atau yang kandungan laktosanya rendah. Pada anak-anak yang lebih
besar, dapat diberikan larutan oralit, sedangkan makanan yang biasa dikonsumsi
diteruskan. Kehilangan cairan lewat diare harus digantikan dengan pemberian oralit
dengan perbandingan 1 : 1. Jika volume fesesnya tidak diketahui untuk menetukan jumlah
kehilangan cairan tersebut, pemberian oralit dengan takaran kurang lebih 10 ml/kg BB (4
– 8 ons) harus dilakukan pada setiap kali diare.
Anak yang muntah harus mendapatkan oralit dengan pemberian sedikit demi sedikit
tetapi sering. Pada anak kecil, pemberian oralit dapat dilakukan oleh perawatnya dengan
menggunakan sendok atau semprit kecil dan pemberian sebanyak 5 hingga 10 ml setiap 1
hingga 5 menit sekali. Bayi tanpa tanda-tanda klinis dehidrasi tidak memerlukan rehidrasi
oral namun direkomendasikan pemberian cairan oralit untuk menggantikan kehilangan
cairan yang sedang terjadi. Bayi yang disusui oleh ibunya harus terus mendapat ASI dan
pemberian oralit dilakukan hanya untuk menggantikan cairan yang hilang pada bayi.
Pada kasus dehidrasi berat dan syok, pemberian infus cairan dapat dimulai ketika
anak tidak dapat mengonsumsi cairan dan elektrolit dengan jumlah yang cukup untuk:
Biasanya pasien yang mendapatkan infus adalah pasien dehidrasi berat, pasien muntah
tidak terkendali, pasien yang tidak bisa minum dengan sebab apapun dan pasien dengan
22
distensi lambung yang berat. Larutan IV dipilih berdasarkan pengetahuan tentang tipe dan
penyebab dehidrasi, biasanya larutan tersebut berupa larutan salin yang mengandung
dekstrosa 5% dalam air.
Setelah efek dehidrasi berat berhasil dikendalikan, tindakan diagnostik dan terpeutik
yang spesifik harus segera dimulai untuk mendeteksi dan menangani penyebab diare.
Terapi anti-mikroba yang spesifik merupakan indikasi hanya untuk bakteri atau parasit
dengan lama sakit, intensitas gejalanya, eliminasi mikroorganisme dan penyebaran
sekunder mikroorganisme tersebut yang dapat dikurangi. Terapi anti-mikroba yang efektif
biasanya tidak diperlukan pada diare infeksius akut dan terapi ini dapata menimbulkan
efek samping yang merugikan seperti keadaan diare yang makin memburuk, karena
perlambatan motilitas usus[ CITATION Won08 \l 1057 ].
Menurut [ CITATION Won08 \l 1057 ], membagi beberapa klasifia tingkat dehidrasi diare pada
anak :
23
L. Asuhan keperawatan Diare pada Bayi/Anak
a. Pengkajian
Dimulai dengan mengamati keadaan umum pada bayi atau anak. Pengkajian
fisik meliputi semua parameter yang dijelaskan untuk pengkajian dehidrasi
seperti : berkurangnya haluaran urin, penurunan berat bada, membrane mukosa
kering, turgor kulit jelek, ubun-ubun cekung, kulit pucat, dingin serta kering.
Dehidrasi yang berat gejalanya : frekuensi nadi meningkat, respirasi
meningkat, tekanan darah menurun, dan waktu pengisian ulang kapiler
memanjang (>2 detik) dapat menunjukkan syok yang mengancam jiwa.
Riwayat penyakit akan memberikan informasi mengenai agen penyebabnya,
seperti : pengenalan makanan yang baru, kontak dengan agens yang menular,
berwisata ke daerah dengan suseptibilitas tinggi.
b. Diagnose Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang berlebihan dari traktus
GI ke dalam feses atau muntahan
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kehilangan cairan akibat
diare dan asupan cairan yang tidak adekuat
3. Risiko menularkan infeksi b.d mikroorganisme yang menginvasi traktus GI
4. Kerusakan integritas kulit b.d iritasi karena iritasi defekasi yang sering dan
feses yang cair
5. Ansietas b.d keterpisahan anak dari orang tuanya, lingkungan yang tidak
biasa, dan prosedur yang menimbulkan distress
6. Perubahan proses keluarga b.d situasi dan kurangnya pengetahuan
c. Perencanaan
1. Bayi atau anak akan mempertahankan hidrasi yang memadai
2. Bayi atau anak akan mempertahankan nutrisi yang tepat menurut usia
3. Bayi atau anak tidak akan menyebabkan infeksi agens pada orang lain
4. Keluarga akan mendapatkan dukungan dan penyuluhan yang tepat khususnya
berhubungan dengan perawatan dirumah
d. Implementasi
1. Penatalaksanaan kasus diare akut yang dilaksanakan dirumah :
24
Pemberian pendidikan yang tepat terhadap pengasuh anak tentang
penyebab diare, komplikasi yang potensial, dan terapi yang tepat.
Pengasuh anak diajarkan untuk memantau tanda-tanda dehidrasi,
memantau cairan yang masuk lewat mulut, dan menilai frekuensi
defekasi serta jumlah cairan yang hilang lewat feses
2. Jika anak diare akut, dan dehidrasi yang dirawat di rumah sakit :
Penimbangan BB dikerjakan dengan akurat disamping dilakukannya
pemantauan asupan dan haluaran cairan yang cermat
Anak dapat memperoleh terapi cairan parenteral tanpa pemberian
apapun lewat mulut (puasa selama 12 hingga 48 jam)
Perawat harus yakin bahwa cairan serta elektrolit yang diberikan lewat
infus tersebut sudah memiliki konsentrasi yang benar, kecepatan
tetesan diatur untuk memberikan cairan dengan volume yang
dikehendaki dalam periode tertentu
25
darah ortostatik syok
(perubahan > 10
mm Hg)
Perilkau Normal Rewel, lebih haus Sangat rewel
hingga letergik
Rasa haus Sedikit Sedang Sangat besar
Membran Normal kering Sangat kering
mukosa
Air mata Ada Berkurang Tidak ada, mata
cekung
Ubun-ubun Normal Normal hingga Cekung
depan cekung
Vena jugularis Terlihat ketika Tidak terlihat Tidak terlihat
eksterna dibaringkan kecuali jika sekalipun
terlentang dilakukan tekanan dilakukan tekanan
supraklavikular supraklavikular
Kulit (kurang Pengisian Pengisisan ulang Pengisisan ulang
bermanfaat ulang kapiler > kapiler lambat (2- kapiler sangat
pada anak> 2 2 detik 4 detik lambat (>4 detik )
tahun) [penurunan dan terlihat
turgor]) tenting, kulit
teraba dingin,
tampak
akrosianotik dan
mottled
(berbintik-bintik)
Berat jenis >1,020 >1,020 oliguria Oliguria atau
urine anuria
26
Tong spatel yang bersih digunakan untuk mengambil specimen
pemeriksaan lab atau sebagai aplikator untuk memindahkan specimen
ke dalam media kultur
Pemeriksaan pH, darah, dan zat pereduksi dilaksanakan di unit
perawatan
4. Dukungan bagi anak dan keluarga :
Orang tua harus memperoleh informasi mengenai perkembangan
kondisi anaknya, kebiasaan tertentu yang perlu diperhatikan sperti :
membasuh tangan, menyingkirkan popok bekas, pakaian serta linen
tempat tidur dengan benar. Dan orang tua harus memahami mana
daerah yang “bersih”dan mana daerah yang “kotor”
5. Pencegahan
Orang tua dapat melakukan tindakan pencegahan diare pada anak dengan
memperhatikan : hygiene (kebersihan) mandiri, perlindungan suplai air
terhadap kontaminasi, dan pengelolaan makan yang sehat.
e. Evaluasi
1. Memantau kehilangan cairan dengan mengukur asupan serta haluaran cairan
denga cermat dan menimbang BB anak setiap hari
2. Memantau asupan makanan, khususnya jumlah kalori dari makanan
3. Mengamati tanda-tanda yang membuktikan adanya komplikasi dari penyakit
yang mendasari
4. Mengamati dan mewawancarai keluarga untuk menentukan derajat dan
keefektivan perawatan .
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal atau cair. Diare akut adalah
defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dan kandungan
air tinja lebih banyak dari pada biasanya yaitu >200 gr atau 200 ml/24 jam (lebih dari
3x1 per hari). Penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari
penderita diare atau melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri patogen
yang berasal dari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan penderita dan jug adapat
melalui udara atau melalui aktifitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal.
B. Saran
Mengingat Diare merupakan penyakit yang membahayakan bagi keberlangsungan
hidup manusia, maka penanganan penyakit ini harus diupayakan secara maksimal dengan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan baik melalui tenaga kesehatan, prasarana dan
sarana kesehatan lainnya yang ikut bertanggung jawab dalam proses penyembuhan
penyakit tersebut.
28
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, A. H. (2015). NANDA (North American Nursing Diagnosis association) NIC-NOC
Jilid 1. Jogjakarta: MediAction.
Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P.
(2008). Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik . Jakarta: EGC.
29