Anda di halaman 1dari 29

KONSEP DAN ASKEP DIARE PADA ANAK & DEWASA

OLEH KELOMPOK 3 :

SARINA SUKRI C12115505


ANDI FEBRINA S. C12115517
ANDI NILA KUSUMA C12115514
ANDI MUH. ALI IMRAN C12115502
INGGRID APRILIANTY R. C12115308
RIRIN ANDI LOLO C12115317
KAMELIA DARUS C12115010
REGITA A. MOHAMAD C12115015
SRI REZKY BADRUNI C12115311
PEGI YULIANI C12115501
RASDIANA C12115023
ZAKIA FITRI RADIANI C12115001
RIKA ARIF C12115011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga makalah tentang “Konsep Diare Pada Anak dan Dewasa”. untuk mata
kuliah system pencernaan dapat terselesaikan. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
ialah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan kepada kami
kelompok 3 sebagai mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.

Makalah ini dibuat untuk mengetahui materi tentang “Konsep Diare Pada Anak dan
Dewasa”. Dengan makalah ini, diharapkan dapat memudahkan kita dalam mempelajari
materi system pencernaan Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara
penulisan maupun isi dari makalah ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun
saran dari dosen pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam
pembuatan berikutnya.

Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini,
kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.

Makassar, 19 September 2017

Penyusun

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................5
C. Tujuan Pembelajaran........................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
Konsep Diare Pada Dewasa.....................................................................................................6
A. Definisi Diare pada Dewasa............................................................................................6
B. Etiologi Diare pada Dewasa............................................................................................6
C. Manifestasi Klinis Diara pada Dewasa...........................................................................7
D. Patofisiologi Diare..........................................................................................................8
Konsep Diare Pada Anak......................................................................................................14
E. Definisi Diare pada Anak..............................................................................................14
F. Etiologi Diare pada Anak..............................................................................................15
G. Patofisiologi Diare pada Anak......................................................................................16
H. Rencana Terapi Diare pada Anak.................................................................................16
I. Evaluasi Diagnostik Diare pada Anak..........................................................................21
J. Penatalaksanaan Terapeutik Diare pada Anak..............................................................22
K. Klasifikasi Tingkat Dehidrasi Diare pada Anak...........................................................23
L. Asuhan keperawatan Diare pada Bayi/Anak.................................................................24
BAB III.....................................................................................................................................30
PENUTUP................................................................................................................................30
A. Kesimpulan....................................................................................................................30
B. Saran..............................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................31

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal atau cair. Diare akut adalah
defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dan kandungan
air tinja lebih banyak dari pada biasanya yaitu >200 gr atau 200 ml/24 jam (lebih dari
3x1 per hari). Penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari
penderita diare atau melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri patogen
yang berasal dari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan penderita dan jug adapat
melalui udara atau melalui aktifitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal. Lama
waktu diare yaitu diare akut berlangsung kurang dari 2 minggu, dan diare kronik
berlangsung lebih dari 2 minggu.
Adapun etiologi dari diare akut Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus
Parasit: Protozoa, Giardia lambdia, Entamoeba hystolitica, Trikomonas hominis, Isospora
sp, Cacing ( A lumbricoides, A. deodenale, N. americanus, T trichiura, O. vermicularis, S.
strecolaris, T. saginata, T. solllium) Bakteri: yang memproduksi enterotoksin (S aureus, C
perfringens, E coli, V cholera, C difficile) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa usus
(Shingella, Salmonella spp, Yersinia). Dan diare kronik Umumnya diare kronik dapat
dikelompokkan dalam 6 kategori pathogenesis terjadinya yaitu diare osmotic, diare
sekretorik, diare karena gangguan motilitas, diare inflamatorik, Malabsorbsi, Infeksi
kronik.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Diare pada Anak dan Dewasa ?
2. Bagaimana Etiologi Dari Penyakit Dire pada Anak dan dewasa ?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis Diare pada Anak dan Dewasa ?
4. Bagaimana Patofisiologi Diare pada Anak dann Dewasa ?
5. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Diare pada Anak dan Dewasa ?
6. Bagaimana Rencana Terapi Pada Kasus Diare pada Anak dan Dewasa ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Diare pada Anak dan Dewasa ?

C. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa Mampu Mengetahui Pengertian Diare pada Anak dan Dewasa
2. Mahasiswa Mampu Mengetahui Etiologi Diare pada Anak dan Dewasa
3. Mahasiswa Mampu Mengetahui Manifestasi Klinis Diare pada Anak dan Dewasa
4. Bagaimana Patofisiologi Diare pada Anak dan Dewasa
5. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Pada Diare pada Anak dan Dewasa
6. Mahasiswa Mampu Rencana Terapi Pada Diare pada Anak dan Dewasa
7. Mahasiswa Mampu Mengetahui Asuhan Keperawatan Diare pada Anak dan
Dewasa

5
BAB II

PEMBAHASAN

Konsep Diare Pada Dewasa


A. Definisi Diare pada Dewasa
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal atau cair. Diare akut adalah
defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dan kandungan
air tinja lebih banyak dari pada biasanya yaitu >200 gr atau 200 ml/24 jam (lebih dari
3x1 per hari). Defekasi tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari
penderita diare atau melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri patogen
yang berasal dari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan penderita dan jug adapat
melalui udara atau melalui aktifitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal.
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1. Lama waktu diare:
- Akut : berlangsung kurang dari 2 minggu
- Kronik: berlangsung lebih dari 2 minggu
2. Mekanismi patofisiologis: osmotic atau sekretorik
3. Berat ringan diare: kecil atau besar
4. Penyebab infeksi atau tidak : infeksi atau non infeksi
5. Penyebab organik atau tidak: organik atau fungsional

B. Etiologi Diare pada Dewasa


1. Diare akut
Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus
Parasit: Protozoa, Giardia lambdia, Entamoeba hystolitica, Trikomonas hominis,
Isospora sp, Cacing ( A lumbricoides, A. deodenale, N. americanus, T
trichiura, O. vermicularis, S. strecolaris, T. saginata, T. solllium)
Bakteri: yang memproduksi enterotoksin (S aureus, C perfringens, E coli, V cholera,
C difficile) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa usus (Shingella,
Salmonella spp, Yersinia)
2. Diare kronik
Umumnya diare kronik dapat dikelompokkan dalam 6 kategori pathogenesis
terjadinya yaitu
- Diare osmotik

6
- Diare sekretorik
- Diare karena gangguan motilitas
- Diare inflamatorik
- Malabsorbsi
- Infeksi kronik

C. Manifestasi Klinis Diara pada Dewasa


1. Diare akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak, dan nyeri perut
- Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
- Demam
2. Diare kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
- Penurunan BB dan nafsu makan
- Demam indikasi terjadi infeksi
- Dehidrasi, tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah

7
D. Patofisiologi Diare

Infeksi Makanan Psikologi

Perkembangan di usus Toksis tak dapat di serap Ansietas

Hipersekresi air dan


elektrolit hiperperistaltik Malabsorbsi KH, lemak,
protein

Isi usus Penyerapan makanan di


usus menurun Mening tekanan osmotik

Pergeseran air dan


elektrolit ke usus

Diare

Frekuensi BAB meningkat Distensi abdomen

Mual muntah
Hilang cairan dan elektrolit Kerusakan integritas kulit
berlebihan perianal

Nafsu makan menurun

Gangguan keseimbangan Asidosis metabolik


cairan dan elektrolit Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Sesak tubuh
Dehidrasi

Gangguan pertukaran gas

Kekurangan volume cairan Risiko syok (hipovolemi)

8
E. Pemeriksaan Penunjang Diare pada Dewasa
1. Pemeriksaan tinja
- Makroskopis dan mikroskopis
- Ph dan kadar gula dalam tinja
- Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
2. Analisa gas darah apabila didapatkantanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa
(pernapasan kusmaul)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Ca dan Fx

G. Asuhan Keperawatan Diare Pada Dewasa

Diagnosa yang lazim muncul pada diare :

1. Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi usus


2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi / BAB sering
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake
makanan
5. Risiko syok (hipovolemi) b.d kehilangan cairan dan elektrolit
6. Ansietas b.d perubahan status kesehatan

Intervensi dan implementasi :

1. Diare b.d proses infeksi


NOC : Feses berbentuk, BAB sehari sekali
Menjaga daerah sekitar rektal dari iritasi
Tidak mengalami diare
Menjelaskan penyebab diare dan rasional tindakan
Mempertahankan turgor kulit
NIC : Manajemen diare
1. Evaluasi efek samping tindakan terhadap gastrointestinal
2. Ajarkan pasien untuk menggunakan obat anti diare
3. Instruksikan pasien/ keluarga untuk mencatat warna, jumlah, frekuensi,
dan konsistensi dari feses
4. Evaluas intake makanan yang masuk

9
5. Identifikasi faktor penyebab dari diare
6. Monitor tanda dan gejala diare
7. Observasi turgor kulit secara rutin
8. Ukur diare dan keluaran BAB
9. Hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus
10. Instruksikan pasien untuk makan rendah serat, tinggi prtein dan tinggi
kalori jika memungkinkan
11. Instruksikan untuk menghindari laksatif
12. Ajarkan teknik menurunkan stress
13. Menurunkan persiapan makanan yang aman
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
NOC : mempertahankan urine output sesuai dengan usisa dan berat badan, berat jenis
urine normal, HT normal
TTV dalam batas normal
Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan
NIC : Manajemen cairan
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa,nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik) jika diperlukan
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
5. Kolaborasi pemberian cairan IV
6. Monitor status nutrisi
7. Dorong masukan oral
8. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
9. Tawarkan snack (jus buah atau buah segar)
10. Kolaborasi dengan dokter
11. Atur kemungkinan transfusi
3. Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
NOC :integritas kulit yang baik bisa dipertahankan ( sensasi,elastisitas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi)
Tidak ada luka, lesi pada kulit
Perfusi jaringan baik

10
Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami

NIC : Manajemen tekanan

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar


2. Hindari kerutan pada tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar teta bersih dan kering
4. Monitor kulit aan adanya kemerahan
5. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
6. Monitor status nutrisi pasien
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d penurunan intake makanan
NOC : Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC : Manajemen nutrisi

1. Kaji adanya alergi makanan


2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
4. Berikan substansi gula
5. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Monitor nutrisi

1. Berat badan pasien dalam batas normal


2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor interaksi pasien atau keluarga selama makan

11
4. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
5. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
6. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
7. Monitor kalori dan intake nutrisi
5. Risiko syok (hipovolemi) b.d kehilangan cairandan elektrolit
NOC : Natrium serum dalam batas normal
Kalium srum dalam batas normal
Klorida serum dalam batas normal
Kalsium serum dalam batas normal
Magnesium serum dalam batas normal
pH darah serum dalam bats normal
Irama dan frekuensi nafas dalam batas normal
Nadi dan irama jantung dalam batas yang diharapkan
NIC : Manajemen syok
1. Monitor tekanan nadi
2. Monitor status cairan input dan output
3. Monitor gas darah arteri dan monitor jaringan oksigenasi
4. Memantau faktor penentu pengiriman jaringan oksigen (misalnya paO2,
kadar Hb, SaO2,CO) jika tersedia
5. Monitor nilai laboratorium
6. Masukkan dan memelihara akses intravena
7. Monitor gejala gagal pernafasan
6. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
NOC : Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol
cemas
TTV dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
NIC : Penurunan kecemasan
1. Gunakan pendekatan yang menyenangkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
3. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
4. Dorong keluarga untuk menemani pasien

12
5. Identifikasi tingkat kecemasan
6. Dengarkan dengan penuh perhatian
7. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.
8. Instruksiakn pasien menggunakan teknik relaksasi.
[ CITATION Nur15 \l 1057 ]

13
Konsep Diare Pada Anak

E. Definisi Diare pada Anak

Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi
pencernaa,penyerapan, dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang
abnormal dalam usus[ CITATION Won08 \l 1057 ].

Gangguan diare dapat melibatkan lambung, dan usus (gastroentiritis), usus halus
(enteritis), kolon (kolitis), atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare diklasifikasikan menjadi
dua :

1. Diare Akut

Merupakan penyebab utamakeadaan sakit pada anak-anak balita. Diare akut


didefenisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi
yang disebabkan oleh agen infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai
infeksi saluran napas atas (ISPA) atau saluran kemih (ISK), terapi antibiolitik atau
pemberian obat pencahar (laksatif). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya
sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik oleh virus,
bakteri dan parasit yang patogen.

2. Diare kronis

Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan


kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 1 hari. Kerap kali
diare kronis terjadi keadaan kronis seperti sindrom malaborpsi, penyakit inflamasi
usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi laktosa atau diare nonspesifik
yang kronis atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.

3. Diare yang mebandel (intraktabel) pada bayi


Merupakan sindrom yang terjadi pada bayi dalam usia beberapa minggu
pertama serta berlangsung lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya
mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya dan bersifat resisten atau

14
membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang paling sering adalah diare
infeksius akut yang tidak ditangani secara memadai.
4. Diare kronis nonspesifik
Dikenal juga dengan istilah kolon iritabel pada anak atau diare todler,
merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada anak-anak yang
berusia 6 hingga 54 minggu. Anak-anak ini memperlihatkan feses yang
lembek yang sering disertai partikel makanan yang tidak tercerna, dan
lamanya diare melebihi 2 minggu. Anak-anak yang menderita diare kronis
nonspesifik ini akan tumbuh secara normal dan pada anak-anak ini tidak
terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnyaserta tidak tampak
infeksi enterik (Huftman, 1999). Kesalahan makan dan sensitivitas terhadap
makanan pernah dikaitkan dengan diare kronis, khususnya konsumsi jus dan
pemanis buatan seperti sorbitol yang banyak dijumpai dalam produk makanan
serta minuman kemasan mungkin menjadi faktor pemicunya.

F. Etiologi Diare pada Anak


Kebanyakan mikroorganisme patogen penyebab diare disebarluaskan lewat jalur
fekal-oral melalui makanan atau air yang terkontaminasi atau ditularkan antar-manusia
dengan kotak yang erat . Kurangnya air bersih,tinggal berdesakan, higiene yang buruk,
kurrang gizi dan sanitasi yang jelek merupakan faktor risiko utama, khusunya untuk
terjangkit infeksi bakteri atau parasit yang patogen. Peningkatan insidensi dan beratnya
penyakit diare pada bayi juga berhubungan dengan perubahan yang spesifik menurut usia
pada kerentanan terhadap mikroorganisme patogen. Sistem kekebalan bayi belum pernah
terpajan dengan banyak mikroorganisme patogen sehingga tidak memiliki antibodi pelindung
yang didapat[ CITATION Won08 \l 1057 ].

Rotavirus merupakan agens paling penting yang menyebabkan penyakit diare disertai
dengan dehidrasi pada anak-anak kecil di seluruh dunia. Gejalanya dapat berkisar mulai dari
gambaran klinik tanpa manifesatsi gejala hingga kematian akibat dehidrasi. Infeksi rotavirus
menyebabkan sebagian besar perawatan rumah sakit karena diare berat pada anak-anak kecil
dan merupakan infeksi nosokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit) yang signifikan oleh
mikroorganisme patogen.

Salmonella, Shingella dan Campylobacter merupaka bakteri parogen yang paling


sering diisolasi. Mikroorganisme Giardia Lamblia dan Cryptosporidium merupakan parasit
yang paling sering menimbulkan diare infeksius akut

15
Pemakaian antibiotik juga berkaitan dengan diare. Antibiotik dapat mengubah flora
usus yang normal, dan penurunan jumlah bakteri kolon akan mengakibatkan absorpsi hidrat
arang yang berlebihan sera diare osmotik (Behrman,Kliegman, dan Arvin, 2000). Antibiotik
dapat pula menimbulkan kolonisasi dan produk toksin Clostridium difficile yang bisa
menyebabkan diare dan kolitis pseudomembranosa (Cerquetti, dkk, 1995 ; Jobe dkk, 1995).

G. Patofisiologi Diare pada Anak


Invasi mikroorganisme patogen pada traktus GI menyebabkan diare lewat (1) produki
enterotoksin yang menstimulasi sekresi air serta elektrolit, (2) invasi serta distruksi langsung
sel-sel epitel usus, dan (3) inflamasi lokal serta invasi sistemik oleh mikroorganisme tersebut.
Kendati demikian, gangguan fisiologis paling serius dan segera terjadi terkait dengan
penyakit diare yang berat adalah (1) dehidrasi, (2) gangguan keseimbangan asam-basa
dengan asidosis, dan (3) syok yang terjadi ketika keadaan dehidrasi berlanjut hingga titik
terjadinya ganggun yang serius pada status sirkulasi.

H. Rencana Terapi Diare pada Anak

 Rencana terapi A

Penanganan diare di rumah

Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah: beri cairan tambahan, beri
tablet zinc, lanjutkan pemberian makan, kapan harus kembali[ CITATION Won08 \l
1057 ]

1. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)


Jelaskan kepada ibu:
- Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang
utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian
- Jika anak memperoleh ASI ekslusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan
- Jika anak tidak memperoleh ASI ekslusif, beri 1 atau lebih cairan berikut ini:
oralit, cairan makanan (kuah sayur atau tajin) atau air matang.

Anak harus diberi larutan oralit di rumah jika:

- Anak telah diobati dengan rencana terapi B atau C dalam kunjungan ini
- Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah

16
Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit (200 ml)
untuk digunakan di rumah.

Tunjukkan pada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan
sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-hari:

< 2 tahun 50 sampai 100 ml setiap kali BAB

>2 tahun 100 sampai 200 ml setiap kali BAB

Katakan kepada ibu:

- Agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk/cangkir/gelas.


- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat.
- Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti
2. Beri tablet Zinc
Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet zinc selama 10 hari dengan dosis:
- Umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg) per hari
- Umur > 6 bulan: 1 tablet (20 mg) per hari
3. Lanjutkan pemberian makan/ ASI
4. Kapan harus kembali.

 Rencana terapi B

Penanganan dehidrasi sedang/ringan dengan oralit . Beri Oralit di klinik sesuai yang
dianjurkan selama periode 3 jam. Tentuka jumlah oralit untuk 3 jam pertama

Umur Sampai 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-3 tahun


Berat badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400
Jumlah oralit yang diperlukan = 75 ml/kgBB

 Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman diatas, berikan sesuai
kehilangan cairan yang sedang berlangsung
 Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100-200 ml
air matang selama periode ini
 Mulailah memberi makan segera setelah anak ingin makan
 Lanjutkan pemberian ASI

17
Tunjukkan kepada ibu cara memberikan larutan oralit.

 Minumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari cangkir/mangkok/gelas


 Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat
 Lanjutkan ASI selama anak mau

Berikan tablet zinc selama 10 hari


Setelah 3 jam

 Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya.


 Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan

Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai :

 Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit di rumah


 Tunjukkan berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan dirumah untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan.
 Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus lagi
sesuai yang dianjurkan dalam rencana terapi A.
 Jelaskan 4 aturan perawatan di rumah :
o Beri cairan tambahan
o Lanjutkan pemberian makan
o Beri tablet zinc selama 10 hari
o Kapan harus kembali

Cara membuat larutan oralit


Satu bungkus oralit dilarutkan ke dalam 200 ml air matang, atau gula satu sendok teh beserta
garam ¼ sendok teh dilarutkan ke dalam 200 ml air matang.
Beri tablet Zinc
Beritahu ibu berapa banyak tablet zinc yang diberikan kepada anak : dibawah umur 6 bulan :
½ tablet (10 mg) per hari... 6 bulan ke atas 1 tablet (20mg) per hari selama 10 hari.

 Rencana Terapi C

Penanganan dehidrasi berat dengan cepat

Ikuti tanda panah : Jika jawaban “ya” lanjutkan ke kanan, jika jawaban “tidak” lanjutkan ke
bawah

18
Beri cairan intravena secepatnya, Jika anak bisa
Mulai minum, beri oralit melalui mulut, sementara
infuse disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan Ringer
Laktat atau Ringer asetat yang dibagi sebagai
beikut :
Umur Pemberian Pemberian
Dapatkah pertama 30 berikut 70
saudara segera
ya ml/kg selama ml/kg selama
memberi cairan
intravena ? : :
Bayi 1 jam 5 jam
(Di bawah
umur 12
bulan)
Anak 30 menit 2 ½ jam
Tidak (12 bln – 5
thn)

Ulang sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah


atau tak teraba.
Periksa kembali anak setiap 15:30 menit. Jika
status hidrasi belum membaik, beri tetesan
intravena lebih cepat.
Apakah ada fasilitas Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera
pemberian cairan IV setelah anak mau minum; biasanya sesudah 3-4
yang terdekat (dalam
30 menit ) ? ya jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak
tablet zinc sesuai dosis dan jadwal yang
dianjurkan
Periksa kembai bayi setelah 6 jam atau anak
sesudah 3 jam klasifikasikan dehidrasi. Kemudian
pilih rencana terapi yang sesuai (A,B,C) untuk
melanjutkan penanganan
Rujuk segera untuk pengobatan intravena
Jika anak bisa minum, beri ibu larutan oralit dan
tunjukkan cara meminumkan pada anak sedikit
Tidak
demi sedikit selama dalam perjalanan

19
Mulai melakukan rehidrasi dengan oralit melalui
pipa nasogastrik atau mulut : beri 20 ml/kg/jam
Apakah saudara telah
selama 6 jam (total 120 ml/kg)
ya Periksa anak kembali setiap 1-2 jam :
- Jika anak muntah terus-menerus atau perut
makin kembung, beri cairan lebih lambat
- Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak
Tidak membaik, rujuk anak untuk pengobata IV
Sesudah 6 jam periksa kembali anak.
Klasifikasikan dehidrasi. Kemudia tentukan
Apakah anak masih bisa rencana terapi yang sesuai (A,B,C) untuk
minum ?
melanjutkan penanganan.

Rujuk segera kerumah


sakit untuk pengobatan
IV atau NGT/OGT

Catatan : Jika mungkin, amati anak sekurang-


kurangnya 6 jam setelah rehidrasi untuk
Tidak
meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan
hidrasi dengan pemberian cairan oralit per oral.

I. Evaluasi Diagnostik Diare pada Anak


Riwayat penyakit memberikan informasi yang berharga mengenai durasi penyakit,
intensitasnya, gejala yang menyertai dan penyebab diare yang potensial. Riwayat yang
lengkap harus meliputi obat-obat yang sekarang diminum oleh anak, kemungkinan konsumsi
makanan tertentu, riwayat keluarga dan riwayat perjalanan yang baru saja dilakukan.
Pertanyaan yang spesifik mencakup ada tidaknya gejala demam serta gejala lainnya,
frekuensi vomitus, frekuensi defekasi, serta sifat fese (mis. Cair, berdarah) haluaran urin,
kebiasaan makan anak dan asupan makanan serta cairan yang terakhir[ CITATION Won08 \l
1057 ].

20
Pemeriksaan laboratorium yang ekstensif bukan merupakan indikasi bagi anak diare
tanpa disertai komplikasi dan dehidrasi. Pemeriksaan laboratorium diperlukan bila anak
menderita dehidrasi sedang hingga berat. Spesimen feses harus diperoleh pada semua anak
dengan diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari lamanya. Diare cair dan menyembur
menunjukkan intoleransi glukosa; diare dengan feses yang banyak, berminyak, dan berbau
busuk menunjukkan malabsorbsi lemak. Diare yang timbul sesudah meminum susu sapi,
mengonsumsi buah atau sereal, untuk pertama kalinya dapat berkaitan dengan defisiensi
enzim atau intoleransi protein. Sel neutrofil dan sel darah merah dalam feses menunjukkan
gastroenteritis bakterialis atau penyakit inflamasi usus. Keberadaan sel eosinofil
memperlihatkan kemungkinan intoleransi protein atau infeksi parasit.

Pemeriksaan kultur feses harus dikerjakan bila di dalam feses tersebut terdapat darah
atau mukus, bila gejalanya berat dan bila ditemukan leukosit polimorfonuklear di dalam
feses. Pemeriksaan ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) dapat dilakukan untuk
memastikan keberadaan rotavirus atau Giardia. Jika terdapat riwayat pemakaian antibiotik
yang baru saja, pemeriksaan toksin C difficle pada feses harus dikerjakan. Pemeriksaan feses
untuk menemukan telur cacing dan parasit harus dilakukan bila hasil kultur bakteri serta
virusnya negatif dan bila diare berlangsung lebih dari beberapa hari.

Nilai pH feses yang kurang dari 6 dan keberadaan zat pereduksi dapat menunjukkan
adanya malabsorbsi hidrat arang atau defisiensi sekunder enzim laktase. Pengukuran kadar
elektrilolit dalam feses dapat membantu mengindentifikasi anak-anak yang menderita diare
sekretorik.

Berat jenis urin harus ditentukan jika dicurigai kemungkinan dehidrasi. Pemeriksaan
hitung darah lengkap, kadar elektrolit serum, kreatinin dan ureum harus dilakukan pada anak
yang memerlukan perawatan rumah sakit. Biasanya hemoglobin, hematokrit, kadar ureum,
serta kreatinin meninggi pada diare akut dan harus menjadi normal kembali setalah dilakukan
rehidrasi.

J. Penatalaksanaan Terapeutik Diare pada Anak


Tujuan utama dalam penatalaksanaan diare akut meliputi:

1. Pengkajian terhadap gangguan keseimbangan cairan serta elektrolit


2. Rehidrasi
3. Terapi cairan rumatan
4. Tindakan yang memulai kembali diet yang memadai

21
Tindakan pertama yang harus dilakukan bagi bayi dan anak-anak yang menderita diare
akut dan dehidrasi adalah terapi rehidrasi oral (oral rehydration theraphy, ORT) atau
pemberian oralit. Pemakaian oralit merupakan salah satu kemajuan dalam bidang
pelayanan kesehatan di dunia. Cara ini dipandang lebih efektif, lebih aman, tidak
memberikan rasa nyeri, dan juga biayanya lebih murah dibang=dingkan dengan terapi
rehidrasi intravena. Larutan oralit meningkatkan dan mempermudah reabsorbsi natrium
serta air, dan sejumlah penelitian menunjukkan bahwa larutan ini sangat mengurangi
gejala muntah, kehilangan cairan akibat diare serta lamanya sakit. Larutan ini
memberikan hasil yang memuaskan dalam pengobatan sejumlah besar bayi dengan
dehidrasi isotonik, hipotonik, atau hipertonik[ CITATION Won08 \l 1057 ].

Setelah rehidrasi, oralit dapat digunakan dalam terapi rumatan cairan lewat pemberian
oralit secara bergantian dengan cairan rendah natrium seperti air, air susu ibu, formula
susu bebas laktosa atau yang kandungan laktosanya rendah. Pada anak-anak yang lebih
besar, dapat diberikan larutan oralit, sedangkan makanan yang biasa dikonsumsi
diteruskan. Kehilangan cairan lewat diare harus digantikan dengan pemberian oralit
dengan perbandingan 1 : 1. Jika volume fesesnya tidak diketahui untuk menetukan jumlah
kehilangan cairan tersebut, pemberian oralit dengan takaran kurang lebih 10 ml/kg BB (4
– 8 ons) harus dilakukan pada setiap kali diare.

Anak yang muntah harus mendapatkan oralit dengan pemberian sedikit demi sedikit
tetapi sering. Pada anak kecil, pemberian oralit dapat dilakukan oleh perawatnya dengan
menggunakan sendok atau semprit kecil dan pemberian sebanyak 5 hingga 10 ml setiap 1
hingga 5 menit sekali. Bayi tanpa tanda-tanda klinis dehidrasi tidak memerlukan rehidrasi
oral namun direkomendasikan pemberian cairan oralit untuk menggantikan kehilangan
cairan yang sedang terjadi. Bayi yang disusui oleh ibunya harus terus mendapat ASI dan
pemberian oralit dilakukan hanya untuk menggantikan cairan yang hilang pada bayi.

Pada kasus dehidrasi berat dan syok, pemberian infus cairan dapat dimulai ketika
anak tidak dapat mengonsumsi cairan dan elektrolit dengan jumlah yang cukup untuk:

1. Memenuhi kehilangan fisiologis harian yang tengah berlangsung


2. Menggantikan defisit sebelumnya
3. Menggantikan kehilangan abnormal yang tengah berlangsung

Biasanya pasien yang mendapatkan infus adalah pasien dehidrasi berat, pasien muntah
tidak terkendali, pasien yang tidak bisa minum dengan sebab apapun dan pasien dengan

22
distensi lambung yang berat. Larutan IV dipilih berdasarkan pengetahuan tentang tipe dan
penyebab dehidrasi, biasanya larutan tersebut berupa larutan salin yang mengandung
dekstrosa 5% dalam air.

Setelah efek dehidrasi berat berhasil dikendalikan, tindakan diagnostik dan terpeutik
yang spesifik harus segera dimulai untuk mendeteksi dan menangani penyebab diare.
Terapi anti-mikroba yang spesifik merupakan indikasi hanya untuk bakteri atau parasit
dengan lama sakit, intensitas gejalanya, eliminasi mikroorganisme dan penyebaran
sekunder mikroorganisme tersebut yang dapat dikurangi. Terapi anti-mikroba yang efektif
biasanya tidak diperlukan pada diare infeksius akut dan terapi ini dapata menimbulkan
efek samping yang merugikan seperti keadaan diare yang makin memburuk, karena
perlambatan motilitas usus[ CITATION Won08 \l 1057 ].

K. Klasifikasi Tingkat Dehidrasi Diare pada Anak

Menurut [ CITATION Won08 \l 1057 ], membagi beberapa klasifia tingkat dehidrasi diare pada
anak :

Klasifikasi Tanda dan gejala Pengobatan


Dehidrasi berat - Letargis/tidak sadar Beri cairan untuk diare dengan
- Mata cekung dehidrasi berat
- Tidak bisa minum/malas minum
- Cubitan kulit perut kembali
sangat lambat (> 2 detik)
Dehidrasi - Rewel, gelisah - Beri cairan untuk diare dengan
ringan / sedang - Mata cekung dehidrasi ringan
- Minum dengan lahap, haus - Setelah dehidrasi, nasehati ibu
- Cubitan kulit kembali dengan untuk penanganan di rumah
lambat dank pan kembali segera
Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk - Beri cairan dan makanan untuk
diklasifikasikan sebgai dehidrasi menangani diare dirumah.
ringan atau berat - Nasihati ibu kapan kembali
segera
- Kunjungan ulang dalam waktu
5 hari jika tidak membaik

23
L. Asuhan keperawatan Diare pada Bayi/Anak
a. Pengkajian
Dimulai dengan mengamati keadaan umum pada bayi atau anak. Pengkajian
fisik meliputi semua parameter yang dijelaskan untuk pengkajian dehidrasi
seperti : berkurangnya haluaran urin, penurunan berat bada, membrane mukosa
kering, turgor kulit jelek, ubun-ubun cekung, kulit pucat, dingin serta kering.
Dehidrasi yang berat gejalanya : frekuensi nadi meningkat, respirasi
meningkat, tekanan darah menurun, dan waktu pengisian ulang kapiler
memanjang (>2 detik) dapat menunjukkan syok yang mengancam jiwa.
Riwayat penyakit akan memberikan informasi mengenai agen penyebabnya,
seperti : pengenalan makanan yang baru, kontak dengan agens yang menular,
berwisata ke daerah dengan suseptibilitas tinggi.
b. Diagnose Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang berlebihan dari traktus
GI ke dalam feses atau muntahan
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kehilangan cairan akibat
diare dan asupan cairan yang tidak adekuat
3. Risiko menularkan infeksi b.d mikroorganisme yang menginvasi traktus GI
4. Kerusakan integritas kulit b.d iritasi karena iritasi defekasi yang sering dan
feses yang cair
5. Ansietas b.d keterpisahan anak dari orang tuanya, lingkungan yang tidak
biasa, dan prosedur yang menimbulkan distress
6. Perubahan proses keluarga b.d situasi dan kurangnya pengetahuan
c. Perencanaan
1. Bayi atau anak akan mempertahankan hidrasi yang memadai
2. Bayi atau anak akan mempertahankan nutrisi yang tepat menurut usia
3. Bayi atau anak tidak akan menyebabkan infeksi agens pada orang lain
4. Keluarga akan mendapatkan dukungan dan penyuluhan yang tepat khususnya
berhubungan dengan perawatan dirumah
d. Implementasi
1. Penatalaksanaan kasus diare akut yang dilaksanakan dirumah :

24
 Pemberian pendidikan yang tepat terhadap pengasuh anak tentang
penyebab diare, komplikasi yang potensial, dan terapi yang tepat.
 Pengasuh anak diajarkan untuk memantau tanda-tanda dehidrasi,
memantau cairan yang masuk lewat mulut, dan menilai frekuensi
defekasi serta jumlah cairan yang hilang lewat feses
2. Jika anak diare akut, dan dehidrasi yang dirawat di rumah sakit :
 Penimbangan BB dikerjakan dengan akurat disamping dilakukannya
pemantauan asupan dan haluaran cairan yang cermat
 Anak dapat memperoleh terapi cairan parenteral tanpa pemberian
apapun lewat mulut (puasa selama 12 hingga 48 jam)
 Perawat harus yakin bahwa cairan serta elektrolit yang diberikan lewat
infus tersebut sudah memiliki konsentrasi yang benar, kecepatan
tetesan diatur untuk memberikan cairan dengan volume yang
dikehendaki dalam periode tertentu

Kebutuhan cairan rumatan setiap hari

1. Menghitung berat badan anak dalam kilogram:


Berat badan anak (dalam pounds) : 2,2 pounds/kg = BB (kg)
2. Memberikan 100 ml/kg untuk berat 10 kg pertama
3. Memberikan 50 ml/kg untuk berat 10 kg kedua
4. Memberikan 20 ml/kg untuk berat selebihnya dalam kilogram
5. Membagi jumlah total pemberian cairan tersebut dengan 24 jam untuk
mendapatkan kecepatan pemberian dalam militer perjamnya

Mengevaluasi derajat dehidrasi

Tingkat Ringan Sedang Berat


dehidrasi
Penurunan BB 5 % 10 % 15 %
bayi
Penurunan BB 3-4 % 6-8 % 10 %
anak
Frekuensi Normal Sedikit meningkat Sangat meningkat
nadi
Tekanan Normal Normal hinggga Ortostatik hingga

25
darah ortostatik syok
(perubahan > 10
mm Hg)
Perilkau Normal Rewel, lebih haus Sangat rewel
hingga letergik
Rasa haus Sedikit Sedang Sangat besar
Membran Normal kering Sangat kering
mukosa
Air mata Ada Berkurang Tidak ada, mata
cekung
Ubun-ubun Normal Normal hingga Cekung
depan cekung
Vena jugularis Terlihat ketika Tidak terlihat Tidak terlihat
eksterna dibaringkan kecuali jika sekalipun
terlentang dilakukan tekanan dilakukan tekanan
supraklavikular supraklavikular
Kulit (kurang Pengisian Pengisisan ulang Pengisisan ulang
bermanfaat ulang kapiler > kapiler lambat (2- kapiler sangat
pada anak> 2 2 detik 4 detik lambat (>4 detik )
tahun) [penurunan dan terlihat
turgor]) tenting, kulit
teraba dingin,
tampak
akrosianotik dan
mottled
(berbintik-bintik)
Berat jenis >1,020 >1,020 oliguria Oliguria atau
urine anuria

3. Pengukuran keluaran cairan yang akurat :


 Perawat bertanggung jawab atas pemeriksaan feses dan pengambilan
specimen bagi pemeriksaan lab
 Specimen feses dibawa ke lab dalam wadah dan media yang tepat
menurut kebijakan rumah sakit

26
 Tong spatel yang bersih digunakan untuk mengambil specimen
pemeriksaan lab atau sebagai aplikator untuk memindahkan specimen
ke dalam media kultur
 Pemeriksaan pH, darah, dan zat pereduksi dilaksanakan di unit
perawatan
4. Dukungan bagi anak dan keluarga :
 Orang tua harus memperoleh informasi mengenai perkembangan
kondisi anaknya, kebiasaan tertentu yang perlu diperhatikan sperti :
membasuh tangan, menyingkirkan popok bekas, pakaian serta linen
tempat tidur dengan benar. Dan orang tua harus memahami mana
daerah yang “bersih”dan mana daerah yang “kotor”
5. Pencegahan
Orang tua dapat melakukan tindakan pencegahan diare pada anak dengan
memperhatikan : hygiene (kebersihan) mandiri, perlindungan suplai air
terhadap kontaminasi, dan pengelolaan makan yang sehat.

e. Evaluasi
1. Memantau kehilangan cairan dengan mengukur asupan serta haluaran cairan
denga cermat dan menimbang BB anak setiap hari
2. Memantau asupan makanan, khususnya jumlah kalori dari makanan
3. Mengamati tanda-tanda yang membuktikan adanya komplikasi dari penyakit
yang mendasari
4. Mengamati dan mewawancarai keluarga untuk menentukan derajat dan
keefektivan perawatan .

27
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal atau cair. Diare akut adalah
defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dan kandungan
air tinja lebih banyak dari pada biasanya yaitu >200 gr atau 200 ml/24 jam (lebih dari
3x1 per hari). Penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari
penderita diare atau melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri patogen
yang berasal dari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan penderita dan jug adapat
melalui udara atau melalui aktifitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal.

B. Saran
Mengingat Diare merupakan penyakit yang membahayakan bagi keberlangsungan
hidup manusia, maka penanganan penyakit ini harus diupayakan secara maksimal dengan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan baik melalui tenaga kesehatan,  prasarana dan
sarana kesehatan lainnya yang ikut bertanggung jawab dalam proses penyembuhan
penyakit tersebut.

28
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, A. H. (2015). NANDA (North American Nursing Diagnosis association) NIC-NOC
Jilid 1. Jogjakarta: MediAction.
Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P.
(2008). Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik . Jakarta: EGC.

29

Anda mungkin juga menyukai