Anda di halaman 1dari 4

Laporan Singkat Pemeriksaan Gerakan Tanah Di Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk Provinsi Jawa

Timur

19 April 2017

Bagikan artikel

Delicious

Digg

Stumble Upon

Facebook

twitter

Laporan singkat hasil pemeriksaan tim tanggap darurat bencana gerakan tanah di Kecamatan Ngetos,
Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur sebagai berikut :

1. Lokasi dan Waktu Kejadian Gerakan Tanah :

Lokasi bencana gerakan tanah terjadi di Dusun Dlopo, Desa Kepel, Kec. Ngetos, Kabupaten Nganjuk,
Provinsi Jawa Timur pada hari Minggu 9 April 2017 pukul 14.00 WIB.

2. Kondisi Bencana dan Dampaknya :

Jenis gerakan tanah adalah berupa longsoran bahan rombakan (rotasional) pada tebing setinggi 150
meter dan lebar mahkota 60 meter. Panjang landaan longsoran mencapai 1500 meter. Gerakan Tanah
ini mempunyai arah N 1350 E, kemudian berbelok ke arah N 800 E melalui lembah Kali Mundeng.

Dampak gerakan tanah ini :

5 (lima) orang tertimbun material longsor


3. Kondisi Daerah Gerakan Tanah :

Morfologi, Secara umum daerah gerakan tanah merupakan lereng perbukitan dimana pada bagian
lembahnya mengalir Kali Mundeng yang mengalir dari barat ke timur dengan aliran bersifat permanen.
Kemiringan lereng tergolong terjal dengan kemiringan lereng diatas 600. Lokasi gerakan tanah berada
pada ketinggian lebih dari 400 meter diatas permukaan laut.

Batuan penyusun, Berdasarkan Peta Geologi Lembar Madiun, Jawa (U. Hartono, dkk, P3G, 1992),
daerah bencana tersusun oleh Morfoset Pawonsewu (Qp) yang terdiri dari : breksi gunungapi, tuf
aglomerat, dan lava andesit. Berdasarkan temuan di lapangan didapat breksi gunungapi bersifat kompak
di bagian bawah dan ditutupi oleh tufa terubahkan serta bongkah-bongkah lava dan lapisan tanah (soil)
di bagian paling atas.

Tata guna lahan, Tata guna lahan pada lereng bagian atas berupa kebun campuran (tanaman cengkeh
dan mangga), pada lereng bagian tengah dan bawah berupa kebun campuran (tanaman mangga,
rambutan, durian, jati) dan sawah.

Keairan, Kondisi keairan di lokasi bencana berupa beberapa mata air yang terletak pada lereng bagian
atas yang dimanfaatkan penduduk untuk keperluan sehari-hari yang disalurkan melalui pipa-pipa dan
bagian tengah terdapat mata air kecil yang membentuk kolam dan terbentuk paska longsoran. Pada
bagian lembahnya mengalir Kali Mundeng yang mengalir dari barat ke timur dengan aliran bersifat
permanen.

4. Kerentanan Gerakan Tanah :

Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah di Provinsi Jawa Timur pada bulan
April 2017 (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), Kecamatan Ngetos
termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah menengah-tinggi artinya daerah ini mempunyai tingkat
kerentanan menengah hingga tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan
tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

5. Faktor Penyebab Gerakan Tanah :


Sifat fisik tanah pelapukan yang tebal, gembur dan sarang serta batuan vulkanik yang kurang padu.

Kemiringan lereng yang terjal > 600 yang menyebabkan tanah mudah bergerak.

Adanya retakan pada bagian atas tebing yang terus berkembang, sehingga air dengan mudah masuk dan
menjenuhi tanah.

Curah hujan yang tinggi pada saat dan sebelum terjadinya longsor.

Kurangnya tanaman keras berakar kuat dan dalam yang berfungsi untuk meningkatkan kestabilan
lereng.

6. Mekanisme Terjadinya Gerakan Tanah :

Pada awalnya di daerah lereng yang berkemiringan lebih dari 600 terjadi beberapa retakan. Retakan ini
berkembang dan jika terjadi hujan deras dengan waktu cukup lama air permukaan (air hujan) masuk ke
dalam tanah melalui retakan-retakan dan ruang antar butir, sehingga batuan dan tanah pelapukan
menjadi jenuh air dan menyebabkan bobot masanya bertambah dan kuat gesernya menurun.
Kemiringan lereng yang curam, kurangnya tumbuhan berakar kuat, adanya mata air pada lerengnya,
serta bobot masa batuan dan tanah pelapukan, menyebabkan ketidak stabilan lereng sehingga
terjadilah gerakan tanah yang menimbun aliran Kali Mundeng dan lahan pertanian di sekitarnya.

7. Rekomendasi Teknis :

Agar melakukan pemantauan terhadap perkembangan retakan yang berpotensi menjadi longsor
susulan.

Membersihkan secara bertahap material longsoran yang mengendap di daerah aliran sungai.

Mencegah terjadinya kolam kolam air pada endapan hasil longsoran.

Menanami daerah bekas longsoran dan lereng lereng lainnya dengan pohon berakar kuat dan dalam
yang berfungsi menahan lereng.

Menampung mata air di tempat yang kedap air dan menyalurkannya melalui saluran kedap air.
Membuat dinding penahan atau bronjong batu pada daerah berpotensi terjadinya erosi sungai.

Kepada masyarakat di sekitar lokasi bencana agar selalu waspada apabila terjadi hujan lebat yang cukup
lama, disarankan untuk mengungsi ke lokasi yang aman.

Segera menutup retakan dengan tanah liat (lempung) dan dipadatkan agar air limpasan (air hujan) tidak
masuk ke dalam dan menjenuhi tanah.

Apabila terjadi retakan-retakan baru dan terus berkembang masyarakat disarankan segera mengungsi
dan dilaporkan kepada aparat setempat.

Masyarakat yang masih bermukim di daerah aliran sungai agar selalu waspada terhadap ancaman banjir
bandang akibat endapan material longsoran. Dan dipertimbangkan untuk dilakukan relokasi.

Anda mungkin juga menyukai