Anda di halaman 1dari 19

“ANALISIS POTENSI BENCANA DI KABUPATEN MAJALENGKA"

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Bencana

Dosen Pengampu : Ns. Asmadi S.Kep, M.Kep. Kom.

Disusun Oleh :

Sera Fitroawati

CKR0170046

S1 Keperawatan Reg A Semester VII

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan
kesempatan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Bencana. Tak lupa pula saya curah limpahkan shalawat serta salam kepada
Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga sekarang zaman yang penuh
dengan pengetahuan ini.
Adapun judul dari Makalah ini ialah: “Analisis Potensi Bencana di Kabupaten Majalengka”.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih pada dosen pengampu mata kuliah keperawatan Bencana dan
atas bimbingan dan arahannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Saya menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saya
berharap agar dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Bencana dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan makalah ini dikemudian hari. Atas perhatiannya saya mengucapkan
terima kasih.

Majalengka,07 Oktober 2020

Sera Fitriawati
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................

A. Latar Belakang..........................................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................................
D. Manfaat Analisis Potensi Bencana...........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................

A. Pengertian Umum Bencana.....................................................................................................


B. Jenin – Jenis dan Faktor Penyebab Bencana............................................................................
C. Manajemen Bencana................................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN................................................................................................................

1. Potensi Bencana di Kabupaten Majalengka.................................................................


2. Riwayat Bencana di Kabupaten Majalengka................................................................
3. Risiko Bencana di Kabupaten Majalengka....................................................................
4. Perilaku Masyarakat Terhadap Bencana di Kabupaten Majalengka............................
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................

A. Simpulan..................................................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana merupakan kejadian yang disebabkan oleh alam maupun oleh
kelalaian manusia. Tanah longsor, gempa bumi, puting beliung, tsunami, banjir dan tanah
longsor, letusan gunung merapi, kekeringan serta gelombang pasang adalah bencana yang
disebabkan oleh alam. Sementara itu aksi teror, konflik, kecelakaan industri, kecelakaan
transportasi, dan kebakaran hutan merupakan bencana akibat kelalaian manusia. Bencana
yang disebabkan oleh alam dan kelalaian manusia samasama menimbulkan kerugian
terhadap lingkungan dan perekonomian.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengklasifikasikan kerugian
bencana menjadi korban meninggal, hilang, mengungsi, luka-luka, menderita, kerusakan
rumah, kerusakan fasilitas kesehatan dan sekolah, kerusakan jalan, dan kerusakan lahan.
Rasmussen (2004) membagi kerugian bencana menjadi empat yaitu jumlah kejadian
berdasarkan wilayah, jumlah kejadian berdasarkan populasi, jumlah kejadian berdasarkan
total populasi, dan kerusakan berdasarkan GDP. Sedangkan Pelling et al (2002)
mengklasifikasikan kerugian berdasarkan direct damages dan indirect damages.
WHO secara jelas mendefinisikan bencana adalah sebuah peristiwa yang ada pada
suatu daerah tertentu dan dapat terjadi dengan tiba-tiba, sihingga memiliki akibat yang
ditimbulak berupa kerusakan ekologi, kerusakan sarana prasana kehidupan, memburuknya
kesehatan serta kondisi yang ada dari manusia tersebut. Dari peristiwa tresebut pada
akhirnya menimbulkan suatu kebutuhan bantuan dari daerah lainnya.
Hal yang serupa yeng telah didefinisikan oleh UU. Nomor 24 Tahun 2007 tentang
bencana yang menyebutkan bahwa:
Bencana merupakan sederet peristiwa alam yang yang mengganggu serta
megancam segala tata cara penghidupan masyarakat sekitar yang disebabkan oleh faktor
alami ataupun faktor manusia. Sehingga dari peristiwa tersebut menimbulakan korban jiwa
dan kerugian harta benda.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana potensi bencana di Kabupaten Majalengka ?
C. Tujuan
1. Mengetahui potensi bencana di Kabupaten Majalengka.
D. Manfaat Analisis Potensi Bencana
1. Mahasiswa.
Diharapkan mahasiswa keperawatan yang berada di Majalengka dapat mengetahui potensi
bencana, riwayat bencana, risiko bencana dan perilaku masyarakat terhadap bencana di
Majalengka..
2. Masyarakat.
Diharapkan masyarakat mengerti akan pentingnya mengetahui potensi bencana, riwayat bencana,
risiko bencana dan perilaku masyarakat terhadap bencana di Majalengka.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Umum Bencana


Bencana dapat didefinisikan dalam berbagai arti baik secara normatif maupun pendapat
para ahli. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95 adalah sebagai
berikut : Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam,
manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2001), definisi bencana adalah peristiwa atau
kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan
manusia, serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga
memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.
Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya
derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari
luar masyarakat atau wilayah yang terkena.
Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003) yang dikutip Wijayanto (2012),
Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian
secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam)
dimana dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan
sumber daya yang ada. Lebih lanjut, menurut Parker (1992) dalam dikutip Wijayanto (2012),
bencana adalah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah
manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari kesalahan teknologi yang
memicu respon dari masyarakat, komunitas, individu maupun lingkungan untuk memberikan
antusiasme yang bersifat luas.
Menurut Coburn, A. W. dkk. 1994. Di dalam UNDP mengemukakan bahwa : Bencana
adalah Satu kejadian atau serangkaian kejadian yang member meningkatkan jumlah korban
dan atau kerusakan, kerugian harta benda, infrastruktur, pelayanan-pelayanan penting atau
sarana kehidupan pada satu skala yang berada di luar kapasitas norma.
Sedangkan Heru Sri Haryanto (2001 : 35) Mengemukakan bahwa: Bencana adalah
Terjadinya kerusakan pada pola pola kehidupan normal, bersipat merugikan kehidupan
manusia, struktur sosial serta munculnya kebutuhan masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan
dari beberapa pengertian bencana diatas, bahwa pada dasarnya pengertian bencana secara
umum yaitu suatu kejadian atau peristiwa yang menyebabkan kerusakan berupa sarana
prasana maupun struktur sosiak yang sifatnya mengganggu kelangsungan hidup masyarakat.
B. Jenin – Jenis dan Faktor Penyebab Bencana
Menurut Undang-undang No. 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.
1. Jenis-jenis Bencana
Jenis-jenis bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana, yaitu:
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor;
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi,gagal modernisasi. dan wabah
penyakit;
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar
kelompok atau antar komunitas masyarakat.
d. Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh
kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan, manusia dalam
penggunaan teknologi dan atau insdustriyang menyebabkan pencemaran, kerusakan
bangunan, korban jiwa, dan kerusakan lainnya.
2. Faktor Penyebab Terjadinya Bencana
Terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu : (1) Faktor alam
(natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada campur tangan manusia. (2)
Faktor non-alam (nonnatural disaster) yaitu bukan karena fenomena alam dan juga
bukan akibat perbuatan manusia, dan (3) Faktor sosial/manusia (man-made disaster)
yang murni akibat perbuatan manusia, misalnya konflik horizontal, konflik vertikal, dan
terorisme.
Secara umum faktor penyebab terjadinya bencana adalah karena adanya interaksi
antara ancaman (hazard) dan kerentanan (vulnerability). Ancaman bencana menurut
Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 adalah “Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa
menimbulkan bencana”. Kerentanan terhadap dampak atau risiko bencana adalah
“Kondisi atau karateristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan
teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan masyarakat untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan
menanggapi dampak bahaya tertentu” (MPBI, 2004:5)
C. Manajemen Bencana
Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk
meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis
bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat,
rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. (UU 24/2007).
Manajemen bencana menurut Nurjanah (2012:42) sebagai Proses dinamis tentang
bekerjanya fungsi-fungsi manajemen bencana seperti planning, organizing, actuating, dan
controling. Cara kerjanya meliputi pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan tanggap darurat
dan pemulihan.
Manajemen bencana menurut (University British Columbia) ialah proses pembentukan
atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common value) untuk mendorong pihak-
pihak yang terlibat (partisipan) untuk menyusun rencana dan menghadapi baik bencana
potensial maupun akual.
Adapun tujuan manajemen bencana secara umum adalah sebagai berikut:
a. Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan
lingkungan hidup;
b. Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan
korban;
c. Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian ke daerah
asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak huni dan aman;
d. Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi/ transportasi, air
minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan kehidupan ekonomi dan sosial
daerah yang terkena bencana;
e. Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut; (6) Meletakkan dasar-dasar yang
diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam konteks
pembangunan.
Secara umum manajemen bencana dapat dikelompokkan menjadi 3 tahapan dengan
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari pra bencana, pada saat tanggap darurat,
dan pasca bencana.
1. Tahap Pra Bencana (mencangkup Kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, dan
peringatan dini).

a Pencegahan (prevention)

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan
meniadakan bahaya). Misalnya : Melarang pembakaran hutan dalam perladangan,
Melarang penambangan batu di daerah yang curam, dan Melarang membuang sampah
sembarangan.

b Mitigasi Bencana (Mitigation)

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana. Kegiatan mitigasi dapat dilakukan melalui a) pelaksanaan penataan
ruang; b) pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan; dan c)
penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional
maupun modern (UU Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 47 ayat 2 tentang Penanggulangan
Bencana).

c Kesiapsiagaan (Preparedness)

Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui


pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Beberapa
bentuk aktivitas kesiapsiagaan yang dapat dilakukan antara lain:

penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana; b)


pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini; c) penyediaan
dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar; d) pengorganisasian,
penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat; e) penyiapan
lokasi evakuasi; f) penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur
tentang tanggap darurat bencana; dan g) penyediaan dan penyiapan bahan, barang,
dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.

d Peringatan Dini (Early Warning)

Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat


tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang
berwenang (UU 24/2007) atau Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa
bencana kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian peringatan dini harus :
Menjangkau masyarakat (accesible), Segera (immediate), Tegas tidak
membingungkan (coherent), Bersifat resmi (official).

2. Tahap saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan
penderitaan sementara, seperti kegiatan bantuan darurat dan pengungsian
a. Tanggap Darurat (response)
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana
dan sarana. Beberapa aktivitas yang dilakukan pada tahapan tanggap darurat antara
lain: a) pengkajianyang dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya; b)
penentuan status keadaan darurat bencana; c) penyelamatan dan evakuasi masyarakat
terkena bencana; d) pemenuhan kebutuhan dasar; e) perlindungan terhadap kelompok
rentan; dan f) pemulihan dengan segera prasaran dan sarana vital ( UU Nomor 24
Tahun 2007 Pasal 48 tentang Penaanggulangan Bencana).
b. Bantuan Darurat (relief)
Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar berupa : Pangan, Sandang, Tempat tinggal sementara, kesehatan,
sanitasi dan air bersih

3. Tahap pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.
a Pemulihan (recovery)

Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan


lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan,
prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.

Beberapa kegiatan yang terkait dengan pemulihan adalah a) perbaikan lingkungan


daerah bencana; b) perbaikan prasarana dan sarana umum; c) pemberian bantuan
perbaikan rumah masyarakat; d) pemulihan sosial psikologis; e) pelayanan kesehatan;
f) rekonsiliasi dan resolusi konflik; g) pemulihan sosial ekonomi budaya, dan j)
pemulihan fungsi pelayanan publik.

b Rehabilitasi (rehabilitation)

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat pada wilayah
pascabencana. Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan : perbaikan lingkungan daerah
bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah
masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan
resolusi konflik, pemulihan sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan
ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan, dan pemulihan fungsi pelayanan publik.

c Rekonstruksi (reconstruction)

Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkahlangkah nyata


yang terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali secara
permanen semua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik di tingkat
pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat di wilayah pasca bencana. Lingkup pelaksanaan rekonstruksi terdiri
atas program rekonstruksi fisik dan program rekonstruksi non fisik.

Dengan melihat manajemen bencana sebagai sebuah kepentingan masyarakat kita


berharap berkurangnya korban nyawa dan kerugian harta benda. Dan yang terpenting dari
manajemen bencana ini adalah adanya suatu langkah konkrit dalam mengendalikan bencana
sehingga korban yang tidak kita harapan dapat terselamatkan dengan cepat dan tepat dan
upaya untuk pemulihan pasca bencana dapat dilakukan dengan secepatnya.

Pengendalian itu dimulai dengan membangun kesadaran kritis masyarakat dan


pemerintah atas masalah bencana alam, menciptakan proses perbaikan total atas pengelolaan
bencana, penegasan untuk lahirnya kebijakan lokal yang bertumpu pada kearifan lokal yang
berbentuk peraturan nagari dan peraturan daerah atas menejemen bencana. Yang tak kalah
pentingnya dalam manajemen bencana ini adalah sosialisasi kehatian-hatian terutama pada
daerah rawan bencana.
BAB III

PEMBAHASAAN

1. Potensi Bencana di Kabupaten Majalengka


a. Tanah Longsor
Sebanyak 139 desa yang tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Majalengka
rawan longsor di musim penghujan.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Majalengka, 17 kecamatan yang rawan longsor itu, yakni Kecamatan
Lemahsugih, Bantarujeg, Malausma, Cikijing, Cingambul, Taaga, Banjaran, Argapura,
Maja, Majalengka, Cigasong, Sukahaji, Sindang, Rajagaluh, Sindangwangi,
Leuwimunding dan Panyingkiran.
‘’Kerawanan bencana longsor di daerah-daerah itu masuk kelas bahaya sedang,’’ ujar
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Majalengka, Agus Permana, akhir pekan kemarin.
Agus menambahkan, daerah-daerah yang rawan bencana longsor itu terletak di
wilayah Majalengka selatan. Wilayah tersebut merupakan dataran tinggi dan memiliki
kemiringan lahan yang cukup miring. 
Agus pun mengimbau masyarakat, terutama di daerah-daerah yang rawan bencana,
untuk waspada. Apalagi, saat ini curah hujan mulai mengalami peningkatan.
Tak hanya itu, sebagai langkah antisipasi, BPBD juga sudah memberikan sosialisasi
dan latihan penanganan bencana kepada para aparat desa. Dengan demikian, mereka
sudah memahami apa yang harus dilakukan jika bencana benar-benar terjadi.
‘’Mereka juga diminta segera melapor kepada kami jika bencana terjadi,’’ tegas Agus. 
Agus menyebutkan, memasuki musim penghujan tahun 2019 kemarin, bencana
longsor sudah terjadi beberapa kali. Untuk sementara ini, longsor terparah terjadi di
Blok Tembong Larang, Desa Sadawangi, Kecamatan Lemahsugih, Jumat (27/12)
sekitar pukul 11.00 WIB.
Longsor di blok itu terjadi pada tebing, dimana terdapat kebun campuran dan sawah di
bagian bawahnya. Tebing yang longsor tersebut diketahui setinggi 200 meter.
‘’Luasan areal yang terdampak material longsor kurang lebih satu hektare,’’ terang
Agus.
Agus mengatakan, dugaan sementara penyebab terjadinya longsor itu akibat gangguan
kestabilan lereng. Massa tanah yang jenuh oleh kandungan air dari curah hujan yang
cukup tinggi, menyebabkan tanah pada lereng mengalami peningkatan massa/berat.
’Massa tanah hasil longsoran dapat kembali bergerak ke arah bawah jika terus
menerus terdapat aliran air diatasnya dari curah hujan,’’ kata Agus
b. Kebakaran
Puluhan desa di 17 kecamatan di Kabupaten Majalengka rawan kebakaran hutan dan
lahan pada musim kemarau seperti ini. Warga diimbau untuk tidak membuka lahan
dengan cara membakar. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Majalengka, Agus
Permana menjelaskan di musim kemarau ini, selain rawan krisis air bersih, sejumlah
daerah juga dipetakan rawan karhutla. "Daerah rawan karhutla tersebar di 53 desa di
17 kecamatan di Kabupaten Majalengka," ungkap Agus, Minggu (14/7).
Masing-masing di Kecamatan Kertajati, Kadipaten, Penyingkiran, Majalengka,
Leuwimunding, Sindangwangi, Maja, Bantarujeg, Banjaran, Talaga, Cigambul,
Malausema, Lemahsugih, Cikijing, Rajagalauh, Argapura dan Sindang.
"Daerah paling rawan kebakaran hutan di di wilayah selatan Majalengka," ungkap
Agus. Masing-masing di Kecamatan Bantarujeg dan Kecamatan Argapura. Sebanyak
7 desa di masing-masing kecamatan dipetakan rawan karhutla di daerah tersebut.
Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kebakaran hutan, Agus mengungkapkan
bahwa pihaknya terus menerus berupaya untuk memberikan kesadaran kepada
masyarakat. "Khususnya kesadaran untuk senantiasa peduli terhadap lingkungan
sekitar," ungkap Agus. baca juga: Polisi Tangkap Pembakar Lahan Gambut Untuk
Kebun Cabai Termasuk juga peduli untuk tidak membuka lahan dengan cara
membakar. Angin yang kencang dan kering bisa membuat bara api kecil sekalipun
berpindah ke tempat lain. Sehingga kebakaran akhirnya merembet ke daerah lain.
c. Puting Beliung
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kertajati
mengimbau warga Kabupaten Majalengka untuk mewaspadai bencana Angin puting
beliung.
Pasalnya, intensitas hujan disertai angin kencang berpotensi terjadi di Kabupaten
Majalengka saat peralihan cuaca seperti saat ini.
Hal ini disampaikan, Forecaster BMKG Kertajati, Ahmad Gas Idzyn, Kamis
(5/12/2019).
Menurutnya, awal musim hujan lebih rentan ancaman angin besar dan
sambaran petir. Pada awal peralihan musim pancaroba, jelas dia, mulai tampak
tanda-tanda Angin
d. puting beliung.
"Dua ancaman itu, yakni angin puting beliung dan sambaran petir terjadi pada masa
pancaroba atau transisi dari kemarau ke musim hujan. Masyarakat diimbau untuk
lebih hati-hati," ujar Faiz, sapaan akrabnya.
Ia menjelaskan, tanda-tanda puting beliung dilihat dari adanya awan Cumulus.
Awan Cumulus sendiri, yaitu awan yang bentuknya seperti bunga kol. Awan ini
terbentuk karena adanya proses konveksi. "Awan ini bisa menjadi awan
cumulonimbus yang dapat memicu terjadinya angin puting beliung," ucap dia.

e. Gempa Bumi
Gunung Ciremai adalah gunung berapi kerucut yang secara administratif termasuk
dalam wilayah Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas III Jatiwangi,
memprediksi jika Majalengka merupakan daerah berpotensi gempa bumi. Seperti
pertengahan tahun 2017 lalu yang terjadi di Talaga atau bagian selatan Majalengka.
“Namun gempa yang terjadi beberapa waktu lalu itu tidak terlalu kuat,” jelas petugas
forecaster BMKG, Ahmad Faa Izyn.
Menurutnya, potensi gempa di Majalengka karena berada di jalur gempa lokal yang
berada di dataran yakni Sesar Baribis. Jadi potensi gempa walaupun lokal itu ada.
Beberapa daerah yang berpotensi gempa tersebut yaitu daerah selatan serta utara
Majalengka.
Terkait gempa bumi di wilayah Garut selatan dan pangandaran, Ahmad mengaku
gempa berkekuatan 4,9 SR awal November ini tidak sampai terasa di Majalengka.
Guncangan gempa tektonik tersebut juga tidak sampai berpotensi tsunami.
Berdasarkan hasil analisa update BMKG menunjukkan gempa bumi dengan
episenter di titik koordinat 8,23 LS dan 107,28 BT, atau di laut pada jarak 81
kilometer arah barat daya Kota Pamajalan Kabupaten Garut selatan Jawa Barat itu di
kedalaman 48 kilometer. Dampak gempa bumi berupa guncangan dilaporkan hanya
dirasakan di selatan Garut dalam skala intensitas II MMI dan Pangandaran III MMI.
“Jika ditinjau dari kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis
gempa dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menyusup di
bawah Lempeng Eurasia di Samudra Hindia di selatan,” ujarnya.
Analisa mekanisme sumber menunjukkan gempa tersebut dipicu penyesaran dengan
arah pergerakan mendatar dan turun (oblique normal). Hingga pukul 13:12, hasil
monitoring BMKG belum menunjukkan aktivitas gempa bumi susulan

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil analisis potensi bencana di Majalengka yang saya peroleh, dapat di
simpulkan bahwa tingkat potensi bencana di Majalengka sangatlah beragam kebutuhan
kesehatan saat pandemi covid 19 ini masyrakat 100% ini memiliki niat untuk memenuhi
protokol kesehatan sehingga masyrakat sering membaca informasi mengenai virus
corona dan mereka selalu sering membaca tentang virus corona itu baik di handphone
atau pun di tv.
Sehingga masyarakat ini lebih tau bahwa dampak psikososial itu sangat berperan
sekali bagi masyarakat sehingga mengganggu kesehatan jiwa atau pikiran masyarakat
sekarang ini karena perokonomian menurun dan banyak yang terjadin di phk sehingga
masyarakat ini sering dirumah saja jarang yang melakukan kegiataan seperti biasannya
karena sekarang ini aktivitas masyrakat sekarang ini lebih sering di batasi dan dirumah
saja untuk melakukan aktivitas sperti keagamaan membersihkan rumah ,menahan emosi
untuk melakukan aktivitas di luaran, berinteraksi dengan yang lain menggunakan media
sosial, pergaulan di batasi, istirahat yang cukup aktivitas olahraga yang makin
meningkat dan selalu mengingatkan kepada yang lainnya atau menggunakan masker
ketika ingin berpergian, selalu minum suplemen vitamin dan harus sering mencuci
tangan ketika sudah memegang benda atupun bersalaman dengan orang lain dan sudah
melakukan akitivas yang lainnya .
B. Saran
Saran dari saya untuk masyarakat terkait dengan masa pandemi COVID-19 ini
masyarakat harus dispilin untuk peraturan yang di buat pemerintah agar masa pandemi
COVID-19 ini segera berakhir dan aktivitas yang lain nya itu bisa kembali normal
seperti biasanya.
Masyarakat harus bisa mematuhi peraturan yang sudah dibuat oleh pemerintah
seperti sosial distancing, PSBB, menggunakan masker, tidak berkumpul, tidak
berpergian ketempat yang ramai dan selalu mencuci tangan ketika sudah melakukan
aktivitas di luar rumah atau ketika sudah memegang benda yang lainnya. Pemerintah
juga harus lebih memperhatikan terhadap kondisi masyarakat yang merasa kesulitan
baik dari kondisi ekonomi maupun kesehatannya dan dari segi fisiologis maupun
psikososalnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/05/200000569/pengertian-bencana-dan-jenis-jenisnya?
page=all

http://bpbd.majalengkakab.go.id/halaman-statis/

https://republika.co.id/berita/q39p1c430/139-desa-di-majalengka-rawan-longsor

https://mediaindonesia.com/read/detail/246941-17-kecamatan-di-majalengka-rawan-karhutla
https://cirebon.tribunnews.com/2019/12/05/waspada-kabupaten-majalengka-berpotensi-angin-puting-
beliung-bmkg-beri-imbauan-begini

https://www.mediaandalas.com/daerah/tanda-sesar-baribis-masih-sangat-aktif-gempa-guncang-
majalengka/

Anda mungkin juga menyukai