Anda di halaman 1dari 16

MODUL PERKULIAHAN

Pendidikan
Agama Islam
Bab 11
Islam dan Toleransi

Fakultas Program Studi E-Learning Kode MK Disusun Oleh

13
Teknik Industri Pendidikan Agama 90002 Alimudin, S,Pd.I., M.Si
D2-310-1 Islam

Abstract Kompetensi
Toleransi dalam Islam adalah Mahasiswa mampu memahami
pengertian Toleransi Dan menerapkan
otentik. Artinya tidak asing lagi dan dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara. Mahasiswa
bahkan mengeksistensi sejak Islam juga mampu menjelaskan konsep dasar
Islam dan Toleransi
itu ada. Karena sifatnya yang
organik, maka toleransi di dalam
Islam hanyalah persoalan
implementasi dan komitmen untuk
mempraktikkannya secara konsisten
ISLAM DAN TOLERANSI

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi secara bahasa (etimology) berasal dari
kata “toleran” (Inggris: tolerance; Arab: tasamuh, Belanda: tolerantie,) Toleran mengandung
pengertian bersikap mendiamkan. Adapun toleransi adalah suatu sikap tenggang rasa,
batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan, kesabaran,
ketahanan emosional, dan kelapangan dada, sifat menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan
sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Dalam bahasa Arab, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ahmad Warson Munawwir, bahwa
toleransi biasa disebut tasamuh yang memiliki akar kata samuha- yasmuhu-samhan,wa
simaahan,wa samaahatan, artinya adalah sikap membiarkan dan lapang dada, murah hati,
dan suka berderma.

Sedangkan menurut istilah (terminology), Indrawan WS. menjelaskan bahwa pengertian


toleransi adalah menghargai paham yang berbeda dari paham yang dianutnya sendiri;
Kesediaan untuk mau menghargai paham yang berbeda dengan paham yang dianutnya
sendiri.

Sedang dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S Poerwadarminta mendefinisikan


toleransi dengan "sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya) yang
lain atau bertentangan dengan pendiriannya sendiri, misalnya toleransi agama (ideologi, ras,
dan sebagainya).

Dengan memperhatikan definisi dari para ahli di atas, menyimpulkan bahwa toleransi
beragama adalah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak
melecehkan agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.

A. Konsep toleransi beragama dalam Islam

1. Toleransi dalam keyakinan dan menjalankan peribadahan

Dari pengertian diatas konsep terpenting dalam toleransi Islam adalah menolak sinkretisme.
Yakni Kebenaran itu hanya ada pada Islam dan selain Islam adalah bathil. Allah Ta'ala
berfirman:

2019 Pendidikan Agama Islam: Modul


2 Islam dan Toleransi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alimudin, S.Pd.I, M.Si
“Sesungguhnya agama yang diridhoi disisi Allah hanyalah islam”.(Al-Imran: 19)

“Barangsiapa yang mencari agama selain agama islam, maka sekali-kali tidak akan diterima
(agama itu) dari padanya, dan diakhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (Al-Imran: 85)

Kemudian Kebenaran yang telah diturunkan oleh Allah didunia ini adalah pasti dan tidak ada
keraguan sedikitpun kepadanya. Dan kebenaran itu hanya ada di agama Allah Ta' ala. ”
“Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka janganlah engkau termasuk kalangan orang
yang bimbang.”( Al- baqarah :147 )

Kemudian Kebenaran Islam telah sempurna sehingga tidak bersandar kepada apapun yang
selainnya untuk kepastiaan kebenarannya, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
“Pada hari ini Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku lengkapi nikmatku atas
kalian dan Aku ridhoi islam sebagai agama kalian”. (Al-Maidah: 3)

Kaum mu'minin derajat kemuliaannya dan kehormatannya lebih tinggi daripada orang-orang
kafir (non-muslim) dan lebih tinggi pula daripada orang-orang yang munafik (ahlul bid'ah)
Allah menegaskan yang artinya “maka janganlan kalian bersikap lemah dan jangan pula
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman (Al-Imran: 139)
Kaum muslimin dilarang ridho atau bahkan ikut serta dalam segala bentuk peribadatan dan
keyakinan orang-orang kafir dan musyrikin hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah
Ta'ala dalam firmanNya:
“Katakanlah: wahai orang-orang kafir, aku tidak menyembah apa yang kamu sembah dan
kalian tidak menyembah apa yang aku sembah dan aku tidak menyembah apa yang kalian
sembah dan kalian tidak menyembah apa yang aku sembah bagi kalian agama kalian dan
bagiku agamaku”. (Al-Kafirun: 1-6).

2.   Toleransi dalam Beragama / hidup berdampingan dengan agama lain.

Yakni umat Islam dilarang untuk memaksa pemeluk agama lain untuk memeluk agama
Islam secara paksa. Karena tidak ada paksaan dalam agama. Allah berfirman:

َ ‫ك ِب ْالعُرْ َو ِة ْالوُ ْث َقى الَ ا ْنف‬


‫ِص =ا َم لَ َه==ا‬ َ ‫ت َوي ُْؤمِنْ ِباهَّلل ِ َف َق ِد اسْ َت ْم َس‬ َّ ‫ين َق ْد َت َبي ََّن الرُّ ْش ُد م َِن ْال َغيِّ َف َمنْ َي ْكفُرْ ِب‬
ِ ‫الطا ُغو‬ ِ ‫الَ إِ ْك َرا َه فِي ال ِّد‬
‫َوهَّللا ُ َسمِي ٌع َعلِي ٌم‬

2019 Pendidikan Agama Islam: Modul


3 Islam dan Toleransi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alimudin, S.Pd.I, M.Si
“Tidak ada paksaan dalam masuk ke dalam agama Islam, karena telah jelas antara petunjuk
dari kesesatan. Maka barangsiapa yang ingkar kepada thoghut dan beriman kepada Alloh
sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang kuat yang tidak akan pernah
putus. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” ( Qs. Al-Baqoroh : 256 )

‫َف َذ ِّكرْ إِ َّن َما أَ ْنتَ ُم َذ ِّك ٌر لَسْ تَ َعلَي ِْه ْم ِب ُم َسيْطِ ٍر‬

“Berilah peringatan, karena engkau ( Muhammad ) hanyalah seorang pemberi peringatan,


engkau bukan orang yang memaksa mereka.” ( Qs. Al-Ghosyiyah : 21 -22 )

Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat ter-sebut menjelaskan: Janganlah memaksa


seorangpun untuk masuk Islam. Islam adalah agama yang jelas dan gamblang tentang se-
mua ajaran dan bukti kebenarannya, sehingga tidak perlu memaksakan seseorang untuk
ma-suk ke dalamnya. Orang yang mendapat hida-yah, terbuka, lapang dadanya, dan terang
ma-ta hatinya pasti ia akan masuk Islam dengan bukti yang kuat. Dan barangsiapa yang
buta mata hatinya, tertutup penglihatan dan pen-dengarannya maka tidak layak baginya
masuk Islam dengan paksa.

Ibnu Abbas mengatakan "ayat laa ikraha fid din" diturunkan berkenaan dengan seorang dari
suku Bani Salim bin Auf bernama Al-Husaini bermaksud memaksa kedua anaknya yang
masih kristen. Hal ini disampaikan pada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Allah
Subhanahu wa Ta'ala menurunkan ayat tersebut .

Demikian pula Ibnu Abi Hatim meriwa-yatkan telah berkata bapakku dari Amr bin Auf, dari
Syuraih, dari Abi Hilal, dari Asbaq ia berkata, "Aku dahulu adalah abid (hamba sahaya)
Umar bin Khaththab dan beragama nasrani. Umar menawarkan Islam kepadaku dan aku
menolak. Lalu Umar berkata: laa ikraha fid din, wahai Asbaq jika anda masuk Islam kami
dapat minta bantuanmu dalam urusan-urusan muslimin."

3. Toleran dalam hubungan antar bermasyarakat dan bernegara.

Dalam hal ini terdapat beberapa hal konsep sikap toleran yang harus ditunjukan umat Islam
yakni diantaranya:

a.  Kaum muslimin harus tetap berbuat adil walaupun terhadap orang-orang kafir dan
dilarang mendhalimi hak mereka.

2019 Pendidikan Agama Islam: Modul


4 Islam dan Toleransi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alimudin, S.Pd.I, M.Si
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum karena mereka menghalang-
halangi kamu dari masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya kepada mereka. Dan
tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikandan taqwa dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan kemaksiatan dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu
kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-Maidah: 2)

b. Orang-orang kafir yang tidak menyatakan permusuhan terang-terangan kepada kaum


muslimin, dibolehkan kaum muslimin hidup rukun dan damai bermasyarakat, berbangsa
dengan mereka.

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan  berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negrimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (8) “Sesungguhnya Allah
hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu
karena agama dan mengusir kamu dari negrimu dan membantu (orang lain) untuk
mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah
orang-orang yang dhalim.” (Al-Mumtahanah: 8-9)
Artinya umat Islam diperbolehkan berbuat baik terhadap mereka, hidup bermasyakarat dan
bernegara dengan mereka selama mereka berbuat baik dan tidak memusuhi umat Islam dan
selama tidak melanggar prinsip-prinsip terpenting dalam Islam. Dan hal ini seperti yang
dicontohkan Nabi Saw., dalam jual beli

Dari Jabir bin Abdullah Radliyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
pernah membeli onta dari dirinya, beliau menimbang untuknya dan diberatkan (dilebihkan).

Dari Abu Sofwan Suwaid bin Qais Radliyallahu 'anhu dia berkata : "Saya dan Makhramah
Al-Abdi memasok (mendatangkan) pakaian/makanan dari Hajar, lalu Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam mendatangi kami dan belaiu membeli sirwal (celana), sedang aku memiliki tukang
timbang yang digaji, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan tukang
timbang tadi.
"Artinya : Timbanglah dan lebihkan !"
Nabi juga pernah memaafkan kesalahan orang kafir dan mendoakannya. Hal ini terjadi
ketika setelah peperangan, yang paman beliau dibunuh kaum musyrikin, dan badannya
dicincang-cincang, Nabi sendiri giginya pecah dan wajah beliau terluka, maka salah seorang
shahabat meminta beliau untuk mendoakan keburukan bagi orang-orang musyrikin yang
dzalim tersebut, namun beliau bersabda:

2019 Pendidikan Agama Islam: Modul


5 Islam dan Toleransi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alimudin, S.Pd.I, M.Si
“Ya Allah, ampunilah kaumku, seusngguhnya mereka tidak mengetahui.”
Kemudian dapat dilihat pula bagaimana sikap Nabi dalam hal memutuskan.

Dari Abu Hurairah Radliyallahu anhu, bahwasanya ada seorang lelaki yang menagih
Rasulullah Shallallahu 'alihi wa sallam sembari bersikap kasar kepada beliau, maka para
sahabat-pun hendak menghardiknya, beliau bersabda : "Biarkanlah dia, karena setiap orang
punya hak untuk berbicara, belikan untuknya seekor onta lalu berikan kepadanya" Para
sahabat berkata : "Kami tidak mendapatkan kecuali yang lebih bagus jenisnya!" Beliau
bersabda : "Belikanlah dan berikan kepadanya karena sebaik-baik kalian adalah yang
terbaik keputusannya"

B. Bentuk Toleransi atau Berbuat Baik dalam Islam

Bagaimana toleransi atau bentuk berbuat baik yang diajarkan oleh Islam

1- Islam mengajarkan menolong siapa pun, baik orang miskin maupun orang yang
sakit.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫فِى ُك ِّل َك ِب ٍد َر ْط َب ٍة أَجْ ٌر‬

“Menolong orang sakit yang masih hidup akan mendapatkan ganjaran pahala.” (HR. Bukhari
no. 2363 dan Muslim no. 2244). Lihatlah Islam masih mengajarkan peduli sesama.

2- Tetap menjalin hubungan kerabat  pada orang tua atau saudara non muslim.

Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫ك ِب ِه عِ ْل ٌم َفال ُتطِ عْ ُه َما َو‬


‫صا ِح ْب ُه َما= فِي ال ُّد ْن َيا َمعْ رُو ًفا‬ َ ‫ْس َل‬ َ ‫ك َعلى أَنْ ُت ْش ِر‬
َ ‫ك ِبي َما لَي‬ َ ‫َوإِنْ َجا َهدَ ا‬

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15). Dipaksa syirik, namun tetap
kita disuruh berbuat baik pada orang tua.

Lihat contohnya pada Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Ibuku pernah
mendatangiku di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan membenci Islam.
Aku pun bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tetap jalin hubungan baik

2019 Pendidikan Agama Islam: Modul


6 Islam dan Toleransi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alimudin, S.Pd.I, M.Si
dengannya. Beliau menjawab, “Iya, boleh.” Ibnu ‘Uyainah mengatakan bahwa tatkala itu
turunlah ayat,

َ ‫الَ َي ْن َها ُك ُم هَّللا ُ َع ِن الَّذ‬


ِ ‫ِين لَ ْم ُي َقا ِتلُو ُك ْم فِى ال ِّد‬
‫ين‬

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu ….” (QS. Al Mumtahanah: 8) (HR. Bukhari no. 5978).

3- Boleh memberi hadiah pada non muslim.

Lebih-lebih lagi untuk membuat mereka tertarik pada Islam, atau ingin mendakwahi mereka,
atau ingin agar mereka tidak menyakiti kaum muslimin.

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

‫ َف َقا َل « إِ َّن َما‬. ‫ك ْال َو ْف ُد‬ َ ‫َرأَى ُع َم ُر ُحلَّ ًة َعلَى َرج ٍُل ُت َبا ُع َف َقا َل لِل َّن ِبىِّ – صلى هللا عليه وسلم – ا ْب َتعْ َه ِذ ِه ْال ُحلَّ َة َت ْل َبسْ َها َي ْو َم ْال ُج ُم َع ِة َوإِ َذا َجا َء‬
‫ َف َقا َل‬. ‫ َفأُت َِى َرسُو ُل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – ِم ْن َها ِب ُحلَ ٍل َفأَرْ َس َل إِلَى ُع َم َر ِم ْن َها ِب ُحلَّ ٍة‬. » ‫َي ْل َبسُ َه َذا َمنْ الَ َخالَقَ َل ُه فِى اآلخ َِر ِة‬
‫ َفأَرْ َس َل ِب َها ُع َم ُر إِلَى أَ ٍخ َل ُه مِنْ أَهْ ِل َم َّك َة‬. » ‫ َت ِبي ُع َها أَ ْو َت ْكسُو َها‬، ‫ْف أَ ْل َب ُس َها َو َق ْد قُ ْلتَ فِي َها َما قُ ْلتَ َقا َل « إِ ِّنى لَ ْم أَ ْك ُس َك َها= لِ َت ْل َب َس َها‬
َ ‫ُع َم ُر َكي‬
‫َق ْب َل أَنْ يُسْ لِ َم‬

“’Umar pernah melihat pakaian yang dibeli seseorang lalu ia pun berkata pada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Belilah pakaian seperti ini, kenakanlah ia pada hari Jum’at dan
ketika ada tamu yang mendatangimu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata,
“Sesungguhnya yang mengenakan pakaian semacam ini tidak akan mendapatkan bagian
sedikit pun di akhirat.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangkan
beberapa pakaian dan beliau pun memberikan sebagiannya pada ‘Umar. ‘Umar pun
berkata, “Mengapa aku diperbolehkan memakainya sedangkan engkau tadi mengatakan
bahwa mengenakan pakaian seperti ini tidak akan dapat bagian di akhirat?” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “Aku tidak mau mengenakan pakaian ini agar engkau bisa
mengenakannya. Jika engkau tidak mau, maka engkau jual saja atau tetap
mengenakannya.” Kemudian ‘Umar menyerahkan pakaian tersebut kepada saudaranya  di
Makkah sebelum saudaranya tersebut masuk Islam. (HR. Bukhari no. 2619). Lihatlah
sahabat mulia ‘Umar bin Khottob masih berbuat baik dengan memberi pakaian pada
saudaranya yang non muslim.

Prinsip Lakum Diinukum Wa Liya Diin

Islam mengajarkan kita toleransi dengan membiarkan ibadah dan perayaan non muslim,
bukan turut memeriahkan atau mengucapkan selamat. Karena Islam mengajarkan prinsip,

2019 Pendidikan Agama Islam: Modul


7 Islam dan Toleransi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alimudin, S.Pd.I, M.Si
ِ ‫لَ ُك ْم دِي ُن ُك ْم َول َِي د‬
‫ِين‬

“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (QS. Al Kafirun: 6).

Prinsip  di atas disebutkan pula dalam ayat lain,

‫قُ ْل ُك ٌّل َيعْ َم ُل َعلَى َشا ِكلَ ِت ِه‬

“Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.” (QS. Al Isra’:


84)

َ ُ‫ون ِممَّا أَعْ َم ُل َوأَ َنا َب ِري ٌء ِممَّا َتعْ َمل‬


‫ون‬ َ ‫أَ ْن ُت ْم َب ِري ُئ‬

“Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa
yang kamu kerjakan.” (QS. Yunus: 41)

‫لَ َنا أَعْ َمالُ َنا َولَ ُك ْم أَعْ َمالُ ُك ْم‬

“Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu.” (QS. Al Qashshash: 55)

Ibnu Jarir Ath Thobari menjelaskan mengenai ‘lakum diinukum wa liya diin’, “Bagi kalian
agama kalian, jangan kalian tinggalkan selamanya karena itulah akhir hidup yang kalian pilih
dan kalian sulit melepaskannya, begitu pula kalian akan mati dalam di atas agama tersebut.
Sedangkan untukku yang kuanut. Aku pun tidak meninggalkan agamaku selamanya. Karena
sejak dahulu sudah diketahui bahwa aku tidak akan berpindah ke agama selain itu.” (Tafsir
Ath Thobari, 14: 425).

C. Toleransi yang Ditawarkan oleh Non Muslim

Bertoleransi yang ada saat ini sebenarnya ditawarkan dari non muslim. Mereka sengaja
memberi selamat kepada kita saat lebaran atau Idul Fitri, biar kita nantinya juga
mengucapkan selamat kepada mereka. Prinsip seperti ini ditawarkan oleh kafir Quraisy
pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di masa silam. Ketika Al Walid bin Mughirah, Al ‘Ash
bin Wail, Al Aswad Ibnul Muthollib, dan Umayyah bin Khalaf menemui Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, mereka menawarkan pada beliau,

‫ كن==ا ق==د‬، ‫ فإن كان الذي جئت به خيرا مم==ا بأي==دينا‬، ‫ ونشترك نحن وأنت في أمرنا كله‬، ‫ وتعبد ما نعبد‬، ‫ هلم فلنعبد ما تعبد‬، ‫يا محمد‬
‫ وأخذت بحظك منه‬، ‫ كنت قد شركتنا في أمرنا‬، ‫ وإن كان الذي بأيدينا خيرا مما بيدك‬. ‫ وأخذنا بحظنا منه‬، ‫شاركناك فيه‬

2019 Pendidikan Agama Islam: Modul


8 Islam dan Toleransi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alimudin, S.Pd.I, M.Si
“Wahai Muhammad, bagaimana kalau kami beribadah kepada Tuhanmu dan kalian (muslim)
juga beribadah kepada Tuhan kami. Kita bertoleransi dalam segala permasalahan agama
kita. Apabila ada sebagaian dari ajaran agamamu yang lebih baik (menurut kami) dari
tuntunan agama kami, kami akan amalkan hal itu. Sebaliknya, apabila ada dari ajaran kami
yang lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus mengamalkannya.” (Tafsir Al
Qurthubi, 14: 425)

Itulah prinsip toleransi yang digelontorkan oleh kafir Quraisy di masa silam, hingga Allah pun
menurunkan ayat,

ِ ‫ لَ ُك ْم دِي ُن ُك ْم َول َِي د‬.ُ‫ُون َما أَعْ ُبد‬


‫ِين‬ َ ‫ َواَل أَن ُت ْم َع ِابد‬.‫ َواَل أَ َنا َع ِاب ٌد مَّا َع َبد ُّت ْم‬.ُ‫ُون َما أَعْ ُبد‬
َ ‫ َواَل أَن ُت ْم َع ِابد‬.‫ُون‬
َ ‫ اَل أَعْ ُب ُد َما َتعْ ُبد‬.‫ُون‬
َ ‫قُ ْل َيا أَ ُّي َها ْال َكافِر‬

“Katakanlah (wahai Muhammad kepada orang-orang kafir), “Hai orang-orang yang kafir, aku
tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang
aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu
tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu
dan untukkulah agamaku”. (QS. Al-Kafirun: 1-6)

Jangan heran, jika non muslim sengaja beri ucapan selamat pada perayaan Idul Fitri yang
kita rayakan. Itu semua bertujuan supaya kita bisa membalas ucapan selamat di perayaan
Natal mereka. Inilah prinsip yang ditawarkan oleh kafir Quraisy di masa silam pada nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Namun bagaimanakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyikapi toleransi seperti itu?
Tentu seperti prinsip yang diajarkan dalam ayat, lakum diinukum wa liya diin, bagi kalian
agama kalian, bagi kami agama kami. Sudahlah biarkan mereka beribadah dan berhari raya,
tanpa kita turut serta dalam perayaan mereka. Tanpa ada kata ucap selamat, hadiri
undangan atau melakukan bentuk tolong menolong lainnya.

Jangan Turut Campur dalam Perayaan Non Muslim

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak boleh kaum muslimin menghadiri perayaan non
muslim dengan sepakat para ulama. Hal ini telah ditegaskan oleh para fuqoha dalam kitab-
kitab mereka. Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dengan sanad yang shahih dari ‘Umar bin Al
Khottob radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

‫ال تدخلوا على المشركين في كنائسهم يوم عيدهم فإن السخطة تنزل عليهم‬

2019 Pendidikan Agama Islam: Modul


9 Islam dan Toleransi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alimudin, S.Pd.I, M.Si
“Janganlah kalian masuk pada non muslim di gereja-gereja mereka saat perayaan mereka.
Karena saat itu sedang turun murka Allah.”

Umar berkata,

‫اجتنبوا أعداء هللا في أعيادهم‬

“Jauhilah musuh-musuh Allah di perayaan mereka.” Demikian apa yang disebutkan oleh
Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah, 1: 723-724.

Juga sifat ‘ibadurrahman, yaitu hamba Allah yang beriman juga tidak menghadiri acara yang
di dalamnya mengandung maksiat. Perayaan natal bukanlah maksiat biasa, karena
perayaan tersebut berarti merayakan kelahiran Isa yang dianggap sebagai anak Tuhan.
Sedangkan kita diperintahkan Allah Ta’ala berfirman menjauhi acara maksiat lebih-lebih
acara kekufuran,

‫ور َوإِ َذا مَرُّ وا ِباللَّ ْغ ِو مَرُّ وا ك َِرامًا‬ َ ‫َوالَّذ‬


َ ‫ِين اَل َي ْش َهد‬
ُّ ‫ُون‬
َ ‫الز‬

“Dan orang-orang yang tidak memberikan menghadiri az zuur, dan apabila mereka bertemu
dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,
mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon: 72). Yang
dimaksud menghadiri acara az zuur adalah acara yang mengandung maksiat. Jadi, jika
sampai ada kyai atau keturunan kyai yang menghadiri misa natal, itu suatu musibah dan
bencana.

D. Manfaat dari Toleransi

Manfaat-manfaat yang diperoleh dari sikap toleransi antara lain:


1. Menghindari terjadinya perpecahan
Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan
agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan
dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak
adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan
umat manusia ini.
Dalam kaitanya ini Allah telah mengingatkan kepada umat manusia dengan pesan yang
bersifat universal, berikut firman Allah SWT:
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami

2019 Pendidikan Agama Islam: Modul


10 Islam dan Toleransi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alimudin, S.Pd.I, M.Si
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru
mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan
memberi petunjuk kepada -Nya orang yang kembali.”(As-Syuro:13)
”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Al-Imran:103)
Pesan universal ini merupakan pesan kepada segenap umat manusia tidak terkecuali,
yang intinya dalam menjalankan agama harus menjauhi perpecahan antar umat beragama
maupun sesama umat beragama.

2. Memperkokoh silaturahmi dan menerima perbedaan

Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali
silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia
lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya,
perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama
merupakan salah satu faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia.
Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika masing-
masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa
setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas dan
tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk
memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud
perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.

3. Memuaskan batin orang lain karena dapat mengambil haknya sebagaimana mestinya.
4. Kepuasan batin yang tercermin dalam raut wajahnya menjadikan semakin eratnya
hubungan persaudaraan dengan orang lain.
5. Eratnya hubungan baik dengan orang lain dapat memperlancar terwujudnya kerjasama
yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.
6. Dapat memperluas kesempatan untuk memperoleh rezeki karena banyak relasi.

2019 Pendidikan Agama Islam: Modul


11 Islam dan Toleransi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alimudin, S.Pd.I, M.Si
E.    Akibat Toleransi Diabaikan

Hal-hal yang dapat terjadi apabila toleransi di dalam masyarakat diabaikan adalah :
1.   Menimbulkan konflik di dalam masyarakat dikarenakan tidak adanya saling menghormati
satu sama lain.  Yang paling membahayakan dari konfllik adalah menyebabkan lahirnya
kekerasan dan adanya korban, dan hal ini dapat berpengaruh pada keamanan dan
stabilitas suatu negara.
2.   Semakin maraknya pelanggaran HAM.  Hal ini disebabkan oleh reduksi universalitas
agama yang mengakibatkan agama tersekat dalam tempurung yang sempit dan
mewujudkan angan-angan tersendiri bagi pengikutnya bisa dalam bentuk fanatisme
sempit yang tidak rasional bahkan menimbulkan ketakutan terhadap agama atau
kelompok yang bisa terkespresi dengan perilaku melanggar HAM.

F. Toleransi Dalam Praktik Sejarah Islam

Sejarah Islam adalah sejarah toleransi. Perkembangan Islam ke wilayah-wilayah luar


Jazirah Arabia yang begitu cepat menunjukkan bahwa Islam dapat diterima sebagai
rahmatal lil’alamin (pengayom semua manusia dan alam semesta). Ekspansi-ekspansi Islam
ke Siria, Mesir, Spanyol, Persia, Asia, dan ke seluruh dunia dilakukan melalui jalan damai.
Islam tidak memaksakan agama kepada mereka (penduduk taklukan) sampai akhirnya
mereka menemukan kebenaran Islam itu sendiri melalui interaksi intensif dan dialog. Kondisi
ini berjalan merata hingga Islam mencapai wilayah yang sangat luas ke hampir seluruh
dunia dengan amat singkat dan fantastik.

    Memang perlu diakui bahwa perluasan wilayah Islam itu sering menimbulkan peperangan.
Tapi peperangan itu dilakukan hanya sebagai pembelaan sehingga Islam tak mengalami
kekalahan. Peperangan itu bukan karena memaksakan keyakinan kepada mereka tapi
karena ekses-ekses politik sebagai konsekuensi logis dari sebuah pendudukan. Pemaksaan
keyakinan agama adalah dilarang dalam Islam. Bahkan sekalipun Islam telah berkuasa,
banyak agama lokal yang tetap dibolehkan hidup.

    Demikianlah, sikap toleransi Islam terhadap agama-agama dan keyakinan-keyakinan


lokal dalam sejarah kekuasaan Islam menunjukkan garis kontinum antara prinsip Syari’ah
dengan praktiknya di lapangan. Meski praktik toleransi sering mengalami interupsi, namun
secara doktrin tak ada dukungan teks Syari’ah. Ini berarti kekerasan yang terjadi atas nama
Islam bukanlah otentisitas ajaran Islam itu sendiri. Bahkan bukti-bukti sejarah menunjukkan
bahwa pemerintah-pemerintah Muslim membiarkan, bekerjasama, dan memakai orang-

2019 Pendidikan Agama Islam: Modul


12 Islam dan Toleransi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alimudin, S.Pd.I, M.Si
orang Kristen, Yahudi, Shabi’un, dan penyembah berhala dalam pemerintahan mereka atau
sebagai pegawai dalam pemerintahan.

    Lebih lanjut kesaksian seorang Yahudi bernama Max I. Dimon menyatakan bahwa “salah
satu akibat dari toleransi Islam adalah bebasnya orang-orang Yahudi berpindah dan
mengambil manfaat dengan menempatkan diri mereka di seluruh pelosok Empirium Islam
yang amat besar itu. Lainnya ialah bahwa mereka dapat mencari penghidupan dalam cara
apapun yang mereka pilih, karena tidak ada profesi yang dilarang bagi mereka, juga tak ada
keahlian khusus yang diserahkan kepada mereka”.

    Pengakuan Max I. Dimon atas toleransi Islam pada orang-orang Yahudi di Spanyol
adalah pengakuan yang sangat tepat. Ia bahkan menyatakan bahwa dalam peradaban
Islam, masyarakat Islam membuka pintu masjid, dan kamar tidur mereka, untuk pindah
agama, pendidikan, maupun asimilasi. Orang-orang Yahudi, kata Max I. Dimon selanjutnya,
tidak pernah mengalami hal yang begitu bagus sebelumnya.

    Kutipan ini saya tegaskan karena ini dapat menjadi kesaksian dari seorang non-Muslim
tentang toleransi Islam. Dan toleransi ini secara relatif terus dipraktikkan di dalam sejarah
Islam di masa-masa sesudahnya oleh orang-orang Muslim di kawasan lain, termasuk di
Nusantara. Melalui para pedagang Gujarat dan Arab, para raja di Nusantara Indonesia
masuk Islam dan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya Islam di sini.

    Selanjutnya, dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, ia dilakukan melalui


perdagangan dan interaksi kawin-mawin. Ia tidak dilakukan melalui kolonialisme atau
penjajahan sehingga sikap penerimaan masyarakat Nusantara sangat apresiatif dan dengan
suka rela memeluk agama Islam. Sementara penduduk lokal lain yang tetap pada keyakinan
lamanya juga tidak dimusuhi. Di sini, perlu dicatat bahwa model akulturasi dan enkulturasi
budaya juga dilakukan demi toleransi dengan budaya-budaya setempat sehingga tak
menimbulkan konflik. Apa yang dicontohkan para walisongo di Jawa, misalnya, merupakan
contoh sahih betapa penyebaran Islam dilakukan dengan pola-pola toleransi yang amat
mencengangkan bagi keagungan ajaran Islam.

    Secara perlahan dan pasti, islamisasi di seluruh Nusantara hampir mendekati sempurna
yang dilakukan tanpa konflik sedikitpun. Hingga hari ini kegairahan beragama Islam dengan
segala gegap-gempitanya menandai keberhasilan toleransi Islam. Ini membuktikan bahwa
jika tak ada toleransi, yakni sikap menghormati perbedaan budaya maka perkembangan
Islam di Nusantara tak akan sefantastik sekarang.

2019 Pendidikan Agama Islam: Modul


13 Islam dan Toleransi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alimudin, S.Pd.I, M.Si
G. Kesimpulan

Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat
komprehensif.  Kita harus bersikap melindungi dan saling tolong-menolong tanpa
mempersoalkan perbedaan keyakinan.  Prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran
Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama
fitrah, yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan
konsekuensi alamiah dari prinsip ini.
Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan agar
umat Islam berbuat baik dan bertindak adil.  Selama tidak berbuat aniaya kepada umat
Islam.
Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta
berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi dan
mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan
bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup
dinegeri ini.

Toleransi dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan bahkan
mengeksistensi sejak Islam itu ada. Karena sifatnya yang organik, maka toleransi di dalam
Islam hanyalah persoalan implementasi dan komitmen untuk mempraktikkannya secara
konsisten

Namun, toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan.
Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang
berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam pengertian mu’amalah (interaksi sosial). Jadi,
ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar. Inilah esensi toleransi di
mana masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling
menghormati keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun hak-
haknya.

    Syari’ah telah menjamin bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Karena pemaksaan
kehendak kepada orang lain untuk mengikuti agama kita adalah sikap a historis, yang tidak
ada dasar dan contohnya di dalam sejarah Islam awal. Justru dengan sikap toleran yang
amat indah inilah, sejarah peradaban Islam telah menghasilkan kegemilangan sehingga
dicatat dalam tinta emas oleh sejarah peradaban dunia hingga hari ini dan insyaallah di
masa depan.

2019 Pendidikan Agama Islam: Modul


14 Islam dan Toleransi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alimudin, S.Pd.I, M.Si
Toleransi sebagai salah satu kunci untuk mewujudkan hal tersebut perlu mendapatkan
perhatian yang lebih, agar terciptanya Negara yang terhindar dari perpecahan, menerima
adanya perbedaan serta mencintai silaturrahmi.
Toleransi dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan bahkan
mengeksistensi sejak Islam itu ada. Maka teori toleransi di dalam Islam harus
diimplementasikan dan dipraktikkan secara konsisten
Bahwa toleransi dalam Islam adalah toleransi sebatas menghargai dan menghormat
pemeluk agama lain, tidak sampai pada sinkretisme.
- Islam memiliki prinsip-prinsip dasar dalam toleransi ini, yakni menyatakan bahwa satu-
satunya agama yang benar adalah Islam, Islam adalah agama yang sempurna, dan Islam
dengan tegas menyatakn bahwa selain dari Islam tidak benar, atau salah.
- Toleransi Islam dalam hal beragama adalah tidak adanya paksaan untuk memeluk agama
Islam.
-  Kemudian toleransi Islam terhadap hidup bermasyarakat dan bernegara, yakni islam
membolekan hidup berdampingan dalam hal bermasyakat bernegara selama mereka tidak
memusuhi dan tidak memerangi umat Islam. Dalam hal ini umat Islam diperintahkan berbuat
baik dan menjaga hak-hak mereka dan sebagainya

2019 Pendidikan Agama Islam: Modul


15 Islam dan Toleransi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alimudin, S.Pd.I, M.Si
Daftar Pustaka

Ajat Sudrajat, Din Al Islam, Yogyakarta: UNY Press, 2008


Syamsul Arifin, Toleransi Antar-Umat Beragama dalam Pandangan Islam, (Dalam
www.Yayasan An Naba’Center.org.,2009)
Mubarak, Zaki. Menjadi Cendikiawan Muslim : Kuliah Islam di Perguruan Tinggi. Jakarta:
PT. Magenta Bhakti Guna, 2010

2019 Pendidikan Agama Islam: Modul


16 Islam dan Toleransi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alimudin, S.Pd.I, M.Si

Anda mungkin juga menyukai