Anda di halaman 1dari 16

ADAT ISTIADAT DAN BUDAYA SEPUTAR KEHAMILAN,

PERSALINAN, DAN NIFAS PADA SUKU JAWA

Makalah
Ditujukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar

DosenPengampu:
Dr.nunung Rodliyah , M.A

Disusun Oleh:
Desy Diva Ramadhanie
NIM: 2018009

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANCA BHAKTI


BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 1441 H/ 2020 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat
iman dan nikmat islam kepada kita, tak lupa shalawat beserta salam kami limpah curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini saya selaku penulis mencoba untuk membuat makalah tentang “ADAT
ISTIADAT DAN BUDAYA SEPUTAR KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN NIFAS
PADA SUKU JAWA” , Makalah ini ditujukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Ilmu sosial
budaya dasar

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap pembaca. Apabila dalam makalah ini
terdapat banyak kekurangan, kami mohon maaf. Dan saya sangat menantikan saran dan kritik
pembaca yang sifatnya membangun. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, 29 Oktober 2020


Penulis

Desy Diva Ramadhanie

1
A PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki berbagai macam adat istiadat. Banyak keanekaragaman yang
tumbuh di negeri ini yang dilestarikan dan secara turun-temurun dilakukan sehingga
hal-hal yang menjadi kebiasaan dalam masyarakat, baik sosial, budaya, upaya, dan
tindak perilaku dapat menjadi sebuah kebudayaan. Dimana kebudayaan di Indonesia
sendiri beragam.
Keberagaman yang dimiliki Indonesia itu banyak. Mulai dari suku, pakaian, bahasa,
dan bahkan tradisi keseharian. Tradisi ini yang dijadikan tolok ukur dalam pencapaian
keserasian dalam hidup bermasyarakat sehingga tidak ada kesenjangan yang bisa
membuat perpecahan. Diharapkan setiap warga yang tinggal pada suatu daerah
tertentu dengan kesepakatan bersama dan mencapai tujuan yang satu arah pula. Selain
dari bahasa, suku dan budaya, yang kental adatnya di Indonesia, negara ini juga
mempunyai adat yang mungkin bisa dibilang masih ketat dengan tradisi perlakuan ibu
hamil. Terkadang apa yang menjadi adat itu baik, namun juga terkang apa yang
dianjurkan didalamnya tidak masuk akal.
Untuk itu, perlu pembaharuan dalam terus menjaga kebudayaan kita. Tidak boleh
kolot. Penulis menyusun makalah ini agar senantiasa bisa mengkaji dan berpendapat
sealaku seorang bidan, menyuarakan hal yang sebaiknya dan bukan sebaiknya.
2. Tujuan Praktikum
Agar mahasiswa mengetahui tentang Adat istiadat serta sikap bidan terhadap upacara
adat kehamilan,persalinan,nifas yang ada di Suku Adat Jawa

B TINJAUAN PUSTAKA

2
Pembahasan

1. BUDAYA JAWA PADA MASA KEHAMILAN

A. Macam-Macam Upacara Adat Jawa Saat Prosesi Kehamilan

Terdapat beberapa upacara saat kehamilan yang turun-temurun diwariskan oleh nenek
moyang, upacara-upacara tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Upacara Tiga Bulanan

Upacara ini dilaksanakan pada saat usia kehamilan adalah tiga bulan. Di usia ini roh
ditiupkan pada jabang bayi, biasanya upacara ini dilakukan berupa tasyakuran.

Sikap bidan terhadap upacara ini: baik dilakukan, karena sebagai ungkapan rasa syukur
terhadap Tuhan yang telah memberikankarunia melalui anaknya.

b. Upacara Tingkepan atau Mitoni

Upacara tingkepan disebut juga mitoni, berasal dari kata “pitu” yang berarti tujuh, sehingga
upacara mitoni dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan, dan pada kehamilan
pertama.

Dalam pelaksanaan upacara tingkepan, ibu yang hamil tujuh bulan dimandikan dengan air
kembang setaman, disertai dengan doa-doa khusus. Berikut ini adalah tata cara pelaksanan
upacara tingkepan antara lain:

1. Siraman dilakukan oleh sesepuh sebanyak tujuh orang pada malam hari. Bermakna
mohon doa restu supaya suci lahir dan batin. Setelah upacara siraman selesai, air kendi
tujuh mata air dipergunakan untuk mencuci muka, setelah air dalam kendi habis, kendi
dipecah.

2. Memasukkan telur ayam kampong ke dalam kain (sarung) calon ibu oleh suami
melaluo perut sampai pecah, hal ini merupakan harapan supaya bayi lahir dengan lancar
tanpa suatu halangan.

3. Berganti nyamping sebanyak tujuh kali secara begantian, disertai kain putih. Kain
putih sebagai dasar pakaian pertama, yang melambangkan bayi yang akan dilahirkan

3
adalah suci, dan mendapat berkah dari Tuhan YME. Diiringi dengan pertanyaan "sudah
pantas atau belum” sampai ganti enam kali dijawab oleh ibu-ibu yang hadir “belum
pantas” sampai yang terakhir ke tujuh kali dengan kain sederhana dijawab “pantas”.
Adapun nyamping yang dipakaikan secara urut dan bergantian berjumlah tujuh dan
diakhiri dengan motig yang paling sederhana, urutannya adalah sebagai berikut:

a. Sidoluhur

b. Sidomukti

c. Truntum

d. Wahyu Tumurun

e. Udan Riris

f. Sido Asih

g. Lasem sebagai kain

h. Dringin sebagai kemben

Sikap bidan terhadap upacara ini: ada yang perlu dipilih dan dibenarkan. Karena ada yang
membuat bahaya ketika upacara adat ini dilakukan. Yaitu pada saat melakukan siraman
pada malam hari. Hal ini akan sangat membahayakan kesehatan ibu dan bayi yang
dikandungnya. Bayi dan ibu bisa mengalami hipotermia, akibat buruknya akan bisa
menimbulkan kematian jika bayi atau ibu tidak mampu melawan dinginnya air yang
disiramkan pada malam hari itu. Selain itu, prosesi yang dilakukannya pun perlahan
sehingga membuat ibu dan bayi yang dikandungnya semakin lama diluar dengan hanya
menggunakan kain.

Upacara adat mitoni ini jika di sesuaikan akan menjadi baik dan boleh dilakukan. Salah
satu contohnya yaitu dengan melakukan siraman pada ibu hamil tidak pada malam hari,
bisa dilakukan pada pagi, siang atau sore, itu pun dengan air hangat dan tidak harus
sebanyak 7 kali. Diperkirakan lama waktu ibu agar tidak kedinginan dalam proses siraman
mitoninya.

4
B. Beberapa Pantangan Dalam Prosesi Kehamilan Adat Jawa

Berikut ini adalah pantangan bagi calon ibu dan calon ayah menurut tradisi Jawa, antara lain
sebagai berikut:

a. Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang, sebab jika itu dilakukan bisa
menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.

Sikap bidan, hal ini baik dan boleh akan tetapi alasan dari diberlakukan adat ini harus
diubah. Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang, karena untuk menghindari
resiko dari benda tajam yang digunakan untuk membunuh binatang agar tidak salah
sasaran.

b. Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si ibu agar janin
terhindar dari marabahaya.

Sikap bidan, sebaiknya tidak membolehkan ibu hamil membawa benda tajam di kantung
baju, karena bisa membahayakan kandungan dari ibu tersebut. Agar terhindar dari tertusuk
dari benda tajam yang ada di kantung baju ibu.

c. Ibu tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan mengganggu janin.

Sikap bidan, hal ini bisa dan boleh dilakukan.

d. Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang dikandungnya tidak dililit
tali pusar.

Sikap bidan, kemungkinan hanya melilitkan handuk saja dengan tidak kencang oleh ibu
yang sedang hamil boleh-boleh saja. Ini tidak ada pengaruhnya terhadap tali pusar pada
anak yang ada di dalam kandungannya.

e. Ibu hamil tidak boleh benci kepada sesorang secara berlebihan, nanri anaknya jadi mirip
seperti orang yang dibenci tersebut.

Sikap bidan, boleh dilakukan akan tetapi alasan dari hal tersebut sebaiknya diperbaiki.
Sebagai makhluk yang hidup bersosial dan membutuhkan orang lain, kiranya kita tidak

5
boleh ada rasa benci kepada orang agar terus tumbauh ikatan persaudaraan yang baik dan
kuat.

f. Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.

Sikap bidan, ibu hamil boleh-boleh saja memakan pisang yang dempet. Hal ini tidak ada
pengaruhnya terhadap nanknya yang akan menjadi kembar siam. Ini hanya sugesti saja.

g. “Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai “dzikir”-nya orang hamil
ketika melihat peristiwa yang menjijikan, mengerikan, mengecewakan dan sebagainya
sebagai harapan janin terhindar dari kejadian tersebut.

Sikap bidan, hal ini tidak boleh dilakukan. Karena kata amit-amit adalah kata yang tidak
baik. Dan menurut hukum islam dzikir bukanlah dengan mengulang kata tersebut,
melainkan kata “astagfirullahalazim”.

h. Ngidam adalah prilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu, makanan
atau sifat tertentu terutama diawal kehamilannya. Jika tidak dituruti maka anaknya akan
mudah mengeluarkan air liur.

Sikap bidan, boleh dilakukan asal masih dalam batas kewajaran. Namun nyidam dalam hal
ini juga tidak boleh pada sesuatu hal yang bisa membuat bahaya atau manja seorang ibu
hamil. Dan untuk kepercayaan apabila tidak dituruti akan mengeluarkan air liur sebaiknya
dihilangkan.

i. Jangan makan ikan mentah agar bayi tidak bau amis.

Sikap bidan, boleh dan bisa dilakukan karena ikan yang mentah sebenarnya tidak baik
untuk dikonsumsi, lebih baik mengkonsumsi masakan yang matang. Karena apabila
makanan tidak diolah dengan baik bahkan tidak diolah terlebih bahan makanan yang rawan
ditempati bakteri/ kuman yang berbahaya bagi tubuh. Namun untuk akibat yang akan
ditimbulkan dari kepercayaan tersebut sebaiknya dihilangkan, karena tidak ada hubungan
secara medis.

2. BUDAYA JAWA PADA MASA PERSALINAN

6
1. Jika dalam proses kelahiran mengalami kesulitan ibu diberi jamu berupa kunyahan
sedikit daun pisang muda dengan sedikit garam sampai lembut kemudian diusapkan ke
tubuhnya dari atas sampai bawah dari celah kedua belah dada hingga vagina.

Medis : Ini jelas tidak berkaitan, bahkan jika di oleskan pada daerah vagina yang terjadi
malah berbahaya karena dapat menimbulkan infeksi

2. Saat Wanita menjelang kelahiran dianjurkan minum minyak kelapa (satu sendok
makan per hari). Maksudnya agar proses persalinan berjalan dengan lancar.

Segi Medis : Ini jelas tidak berkaitan. Semua unsur makanan akan dipecah dalam usus
halus menjadi asam amino, glukosa, asam lemak, dan lain-lain agar mudah diserap oleh
usus.

3. Upaya adat makan nasi dengan piring besar supaya pada saat melahirkan jabang
bayi,ari-ari besar dan lebar serta mudah dikeluarkan sehingga selamat dalam melahirkan

Segi Medis : Ini jelas tidak berkaitan,karena ari – ari bayi (plasenta) telah terbentuk sejak
kehamilan.

4. Brokohan dalam babaran

Babaran/mbabar dapat diartikan sebagai sudah selesai atau sudah menghasilkan dalam
wujud yang sempurna. Babaran juga menggambarkan selesaianya proses karya batik
tradisional. Istilah babaran juga dipakai untuk seorang ibu yang melahirkan anaknya.
ubarampe yang dibutuhkan untuk selamatan kelahiran yaitu Brokohan. Ada macam macam
ubarampe Brokohan. Pada jaman ini Brokohan terdiri dari beras,telur, mie instan kering,
gula, teh dan sebagainya. Namun jika dikembalikan kepada makna yang terkandung dalam
selamatan bayi lahir, Brokohan cukup dengan empat macam ubarampe saja yaitu: kelapa
(dapat utuh atau cuwilan), gula merah atau gula Jawa, dawet, dan telor bebek. Makna dari
keempat

macam ubarampe tersebut adalah:

a. Kelapa: daging kelapa yang berwarna putih adalah manifestasi dari sukra (bahasa
Jawa kuna) yaitu sperma, benihnya laki-laki, bapak.

7
b. Gula Jawa : berwarna merah adalah manifestasi dari swanita (bahasa Jawa kuna)
yaitu sel telur, benihnya wanita, ibu.

c. Dawet: dawet terdiri dari tiga bahan yaitu:

·Santan kelapa, berwarna putih wujud dari sperma, benihnya Bapak.

·Juruh dari gula Jawa yang berwarna merah wujud dari sel telur, benihnya Ibu.

·Cendol dari tepung beras manifestasi dari jentik-jentik kehidupan.

d. Telor bebek : Ada dua alasan mengapa memakai telor bebek, tidak memakai telor
ayam.

· Alasan yang pertama : telor bebek kulitnya berwarna biru, untuk menggambarkan
langit biru, alam awang-uwung, kuasa dari atas.

· Alasan kedua : biasanya telur bebek dihasilkan dari pembuahan bebek jantan
tidak dari endog lemu atau bertelur karena faktor makanan. Dengan demikian telor
bebek kalau diengrami dapat menetas, artinya bahwa ada roh kehidupan di dalam
telor bebek.

Melalui keempat macam ubarampe untuk selamatan bayi lahir tersebut, para leluhur dahulu
ingin menyatakan perasaannya yang dipenuhi rasa sukur karena telah mbabar seorang bayi
dalam proses babaran.Keempat ubarampe yang dikemas dalam selamatan Brokohan
tersebut mampu menjelaskan bahwa Tuhan telah berkenan mengajak kerjasama kepada
Bapak dan Ibu untuk melahirkan ciptaan baru, mbabar putra.Melalui proses bersatunya
benih bapak (kelapa) dan benihnya Ibu (gula Jawa) yang kemudian membentuk jentik-
jentik kehidupan (dawet), Tuhan telah meniupkan roh kehidupan (telor bebek) dan
terjadilah kelahiran ciptaan baru (brokohan).Jika pun dalam perkembangannya selamatan
Brokohan untuk mengiring kelahiran bayi menjadi banyak macamnya, terutama bahan-

8
bahan mentah, hal tersebut dapat dipahami sebagai ungkapan rasa syukur yang ingin
dibagikan dari keluarga kepada para kerabat dan tetangga. Namun keempat ubarampe yang
terdiri dari kelapa, gula Jawa, dawet dan telor bebek,masih perlu untuk disertakan dan
direnungkan, agar kelahiran manjadi lebih bermakna.Dalam budaya Jawa, kelahiran
seorang anak manusia ke dunia, selain merupakan anugerah yang sangat besar, juga
mempunyai makna tertentu. Oleh karena itu, pada masa mengandung bayi hingga bayi
lahir, masyarakat Jawa mempunyai beberapa upacara adat untuk menyambut kelahiran bayi
tersebut.Upacara-upacara tersebut antara lain adalah mitoni, upacara mendhem ari-
ari,Brokohan, upacara puputan, sepasaran dan selapanan.

5. Selapanan dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi.Padahari ke 35 ini, hari lahir si bayi
akan terulang lagi. Misalnya bayi yang lahir hari Rabu Pon (hari weton-nya), maka
selapanannya akan jatuh di Hari Rabu Pon lagi. Pada penanggalan Jawa, yang berjumlah 5
(Wage, Pahing, Pon, Kliwon, Legi) akan bertemu pada hari 35 dengan hari di penanggalan
masehi yang berjumlah 7 hari. Logikanya, hari ke 35, maka akan bertemu angka dari
kelipatan 5 dan 7. Diluar logika itu, selapanan mempunyai makna yang sangat kuat bagi
kehidupan sibayi. Berulangnya hari weton bayi, pantas untuk dirayakan seperti ulang
tahun.Namun selapanan utamanya dilakukan sebagai wujud syukur atas kelahiran dan
kesehatan bayi.Yang pertama dilakukan dalam rangkaian selapanan adalah potong rambut
atau parasan.Pemotongan rambut pertama-tama dilakukan oleh ayah dan ibu bayi, kemudian
dilanjutkan oleh sesepuh bayi. Di bagian ini aturannya, rambut bayi dipotong habis. Potong
rambut ini dilakukan untuk mendapatkan rambut bayi yang benar-benar bersih, diyakini
rambut bayi asli adalah bawaan dari lahir, yang masih terkena air ketuban. Alasan lainnya
adalah supaya rambut bayi bisa tumbuh bagus, oleh karena itu rambut bayi paling tidak
digunduli sebanyak 3 kali.Namun pada tradisi potong rambut ini, beberapa orang ada yang
takut untuk menggunduli bayinya, maka pemotongan rambut hanya dilakukan seperlunya,
tidak digundul, hanya untuk simbolisasi. Setelah potong rambut, dilakukan pemotongan kuku
bayi. Dalam rangkaian ini, dilakukan pembacaan doa-doa untuk keselamatan dan kebaikan
bayi dan keluarganya. Upacara pemotongan rambut bayi ini dilakukan setelah waktu shalat
Maghrib, dan dihadiri oleh keluarga, kerabat, tetangga terdekat serta pemimpin doa. Acara
selapanan dilakukan dalam suasana yang sesederhana mungkin. Sore harinya, sebelum
pemotongan rambut, masyarakat yang merayakan selapanan biasanya membuat bancaan yang
dibagikan ke kerabat dan anak-anak kecil di seputaran tempat tinggalnya. Bacaan
mengandung makna agar si bayi bisa membagi kebahagiaan bagi orang di sekitarnya. Adapun

9
makanan wajib yang ada dalam paket bancaan, yaitu nasi putih dan gudangan, yang
dibagikan di pincuk dari daun pisang. Gudangan juga dilengkapi dengan potongan telur
rebus atau telur pindang, telur ini melambangkan asal mulanya kehidupan.Selain itu juga
beberapa sayuran dianggap mengandung suatu makna tertentu,seperti kacang panjang agar
bayi panjang umur, serta bayem supaya bayi hidupanya bisa tentram.

3. BUDAYA JAWA PADA MASA NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR

1. Perawatan Bayi Baru Lahir

a. Perawatan ari-ari

Ari-ari atau plasenta disebut juga dengan aruman atau embing-embing atau
mbingmbing. Bagi orang Jawa, ada kepercayaan bahwa ari-ari merupakan saudara
bayi tersebut oleh karena itu ari-ari dirawat dan dijaga sebaik mungkin, misalnya :

1). Tepat di tempat ari-ari dikuburkan diletakkan lampu sebagai penerangan.


Artinya,lampu tersebut merupakan symbol penerangan bagi bayi yang
dimaksudkan agar kehidupan bayi nanti akan terang juga bila di terangi oleh sinar
lampu.

10
Dampak positive : Agar binatang tidak berani mendekat dan memakan ari-ari
tersebut

Dampak negative : Tidak ada

2). Ari-ari bayi dibungkus bersama buku,bunga setaman (bunga mawar, melati,
dan kenanga).Di atasnya dsb ditujukan agar mendo’akan si bayi dalam jalan
hidupnya nanti terang dan kehidupanya pun baik.

Tidak ada dampak positive/negative.

3). Pemagaran di sekitar tempat penanaman ari-ari dan menutup bagian atas pagar
juga dilakukan agar tidak kehujanan dan binatang tidak masuk ke tempat itu dan
juga kepercayaan kepada makhluk mistis yang dikhawatirkan akan memakan ari-
ari itu bila tidak dipagari.

Dampak positive : Agar ari-ari tidak dibongkar dan dimakan oleh binatang

Dampak negative : Tidak ada

b. Bayi dipakaikan gurita agar tidak kembung.

Segi Medis : Mitos ini tak benar, karena organ dalam tubuh malah akan kekurangan
ruangan. Jika bayi menggunakan gurita, maka ruangan untuk pertumbuhan organ organ
seperti rongga dada dan perut serta organ lain akan terhambat.Kalau mau tetap
memakaikan gurita, boleh saja. Asal ikatan bagian atas dilonggarkan, sehingga jantung dan
paru-paru bisa berkembang

c. Bayi

digedhong atau membungkus bayi dengan jarik (kain batik pelengkap busana kebaya) agar
bayi hangat dan diam

11
Segi Medis : bila hal ini dilakukan terus menerus akan berpengaruh pada aktivitas bayi dan
pertumbuhan tulangnya.

d. Tak boleh memotong kuku bayi sebelum usia 40 hari.

Segi Medis : Tentu ini tak tepat. Karena kalau tidak dipotong, kuku yang panjang itu bisa
berisiko melukai wajah bayi. Bahkan, bisa melukai kornea mata. Larangan ini mungkin
lebih disebabkan kekhawatiran akan melukai kulit jari tangan/kaki si bayi saat ibu
mengguntingi kuku-kukunya.

e. Pusar bayi ditindih koin agar tidak bodong

Segi Medis : Penggunaan koin yang dilakukan tanpa dengan menggunakan kasa steril
dapat menyebabkan infeksi pada tali pusat, karena koin bersentuhan langsung dengan pusar
bayi,Sementara itu ada bayi yang sejak lahir punya 'bakat' bodong lantaran 'jendela' ke
pusarnya belum menutup sempurna saat ia lahir. Jika kondisinya seperti ini, maka menaruh
koin di pusar bayi tidak akan membantu.

f. Hidung

bayi ditarik agar mancung

Segi Medis : Ini jelas salah, karena tidak ada hubungannya menarik pucuk hidung dengan
mancung-tidaknya hidung.Mancung-tidaknya hidung seseorang ditentukan oleh bentuk
tulang hidung yang sifatnya bawaan.

2. Perawatan ibu

Banyak tradisi adat jawa yang memiliki pantangan-pantangan yang ditujukan terhadap
ibu nifas padahal, banyak juga yang berdampak negative dan merugikan bila ditinjau
dari aspek kesehatan diantaranya yang berdampak negative dan positif yaitu :

a). Masa nifas dilarang makan telur, ikan dan sebagainya yang berbau amis karena
kepercayaan mereka mengatakan bahwa lukanya akan lama sembuh bila mereka
memakan itu. Hal ini merugikan karena masa nifas memerlukan makanan yang bergizi

12
seimbang agar ibu dan bayi sehat.Setelah melahirkan ibu hanya boleh makan dengan
bumbu hanya garam sajajuga tanpa bumbu.

Tidak ada dampak positive/negative.

b). Masa Nifas dilarang tidur siang

Dampak positif : Tidak ada

Dampak negative : Karena masa nifas harus cukup istirahat, kurangi kerja berat.
Karena tenaga yang tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan bayi.

c). Masa nifas /saat menyusui setelah waktunya Maghrib harus puasa tidak makan
makanan yang padat.

Dampak positif : Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah
maghrib dapat menyebabkan badan masa nifas mengalami penimbunan
lemak,disamping itu organ-organ kandungan pada masa nifas belum pulih kembali.

Dampak negative : Ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI menjadi
berkurang.

d). Pada masa nifas perawatan pemeliharaan kebersihan diri, terdiri dari: mandi wajib
nifas, irigasi vagina dengan menggunakan rebusan air daun sirih, dan menapali perut
sampai vagina dengan menggunakan daun sirih.

Dampak positif : menjaga kebersihan diri ibu nifas dan terhindar dari infeksi alat
genetalia.

e). Perawatan untuk mempertahankan kesehatan tubuh, terdiri dari: perawatan dengan
pemakaian pilis agar kepala terasa ringan dan mengurangi pusing, pengurutan,

13
walikdada,dan wowongan, serta minum jamu agar ASI mereka lancar seperti jamu
beras kencur.

f). Perawatan untuk menjaga keindahan tubuh, terdiri dari: perawatan dengan
pemakaian parem,duduk senden, tidur dengan posisi setengah duduk, pemakaian
gurita, dan minum jamu.

g). Memakai kendit/stagen sepanjang 7-10 meter dengan kencang

Segi Medis : Apabila memakai stagen terlalu kencang akan menyakiti ibu sebenarnya
pemakaian stagen tidak begitu berpengaruh pada kembalinya uterus karena uterus
akan kembali normal dengan sendirinya.

h). Berjalan dengan kaki sejajar agar jahitan bagus. segi medis, jahitan akan menjadi
bagus apabila perawatan perineum/perawatan pada luka jahitan dilakukan dengan baik
(personal hygiene ditingkatkan) serta mengonsumsi makanan tinggi protein.

E KESIMPULAN
Indonesia mempunyai beragam budaya dan adatserta kepercayaan yang masih kental
termasuk dalam mengadakan proses kelahiran dari masyarakat Indonesia setempat. Ada adat
istiadat yang baik dan adapula yang tidak baik dan tidak masuk akal. Sehingga perlunya
masyarakat memilih dan memfiltrasi apa yang seharusnya boleh dilakukan dan apa yang
sebaiknya ditinggalkan. Disini peran dari seorang bidan untuk meluruskan dan membenarkan
atas adat kebudayaan daerah tersebut sangatlah penting.

14
DAFTAR PUSAKA
http://busbonecomunty.blogspot.com/2012/10/adat-istiadat-suku-bugis.html

http://fadly-dzil.blogspot.com/2011/11/tugas-sejarah-upacara-upacara-adat-di.html

https://www.blogger.com/email-post.g?
blogID=7239497681323990687&postID=9085377658610978761

15

Anda mungkin juga menyukai