A. Hasil Penelitian
Tabel 1
Data hasil pemeriksaan organoleptik
17
18
Tabel 2
Data hasil pemeriksaan label kemasan
a. Pereaksi Schiff
Tabel 3
Data hasil identifikasi sampel
b. Resorsinol
Tabel 4
Data hasil identifikasi sampel
No Sampel Pengamatan Hasil
19
4. Analisa Kuantitatif
Tabel 5
Data analisa penetapan kadar formaldehid
Kadar Kadar Persyaratan
Sampel Hasil
Formaldehid (%) rata-rata (%) Permenkes
9,05 %
Merk A 9,366 % 9,053 % 5% TMS
8,745 %
8,229 %
Merk B 8,745 % 8,848 % 5% TMS
9,572 %
8,848 %
Merk C 10,710 % 8,434 % 5% TMS
5,746 %
10,297 %
Merk D 8,745 % 9,331 % 5% TMS
8,952 %
7,401 %
9,159 %
Merk E 8,435 % 5% TMS
8,745 %
11,847 %
Merk F 8,745 % 9,744 % 5% TMS
8,642 %
Keterangan : MS = Memenuhi syarat
TMS = Tidak memenuhi syarat
B. Analisa Data
= x 100%
= X 100%
= 100%
Dari analisa data yang dilakukan, bahwa hasil perhitungan persentase sampel
yang tidak memenuhi syarat yaitu 100 % dari 6 sampel yang diambil di daerah
pasar tengah Bandar Lampung yaitu cat kuku telah diteliti tidak memenuhi
syarat.
C. Pembahasan
Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah cat kuku yang dijual di toko
kosmetik dan pedagang- pedagang kaki lima di pasar tengah dengan lima macam
merk yang diambil berwarna bening (tidak berwarna) dan ada satu sampel yang
dilakukan analisa identifikasi reaksi warna, untuk mengetahui hasil warna yang
mudah dilihat dari perlakuan reaksi warna pada sampel. Sedangkan sampel yang
berwarna tujuannya untuk dapat mengetahui reaksi yang terjadi karena pada
sampel memiliki zat warna sehingga pada saat ditambahkan larutan pereaksi
apakah akan terpengaruh atau tidak saat penambahan pereaksi reaksi warna.
21
Ternyata terlihat hasil yang sama pada sampel larutan bening dan bahan bakunya
yaitu formalin.
organoleptik terlebih dahulu yaitu dengan melihat bentuk, warna, dan bau (tabel
1). Dilanjutkan dengan pemeriksaan secara fisik yaitu label kemasan yang
tanggal kadaluarsa, dan nomaor batch (tabel 2). Kemudian dilakukan penelitian
reaksi warna terbentuk larutan berwarna merah dan larutan campuran terbentuk
cincin warna merah keunguan. Hal ini dilakukan untuk memastikan sampel
positif atau negatif dengan membandingkan hasil dengan baku pembanding yaitu
formalin cair, yang dimana larutan uji atau sampel direaksikan dengan
menggunakan dua pereaksi yang berbeda yaitu larutan pereaksi Schiff dan
terbentuknya larutan warna merah yang apabila ditambahkan dengan asam sulfat
kemudian ditambahkan larutan uji kedalam tabung reaksi yang telah berisi
resorsinol dan ditambahkan sedikit asam sulfat P, dalam penambahan asam sulfat
pada larutan harus melalui dinding karena akan terbentuk cincin berwarna merah
22
keunguan dalam campuran larutan, jika tidak melalui dinding maka dalam
Kemudian dari hasil penelitian secara kuantitatif yaitu Metode yang dilakukan
dalam penelitian penetapan kadar formaldehid pada sediaan cat kuku adalah
secara asidimetri yaitu titrasi secara tidak langsung. Asidimetri secara tidak
yaitu cat kuku yang mengandung formaldehid yang merupakan basa dan
kelebihan basa dititrasi dengan asam sulfat yang merupakan larutan titran yang
diteteskan secara perlahan-lahan melalui buret, untuk melihat titik akhir titrasinya
dikocok setelah itu diangkat dan corong dicuci dengan air, kemudian
didinginkan.
Untuk melihat titik akhir titrasi menggunakan indikator tujuannya supaya terjadi
perubahan warna indikator titik pada titrasi dimana indikator warnanya berubah
sehingga disebut titik akhir. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
indikator larutan menjadi warna biru kemudian dititrasi menjadi warna kekuning-
sampel merk A didapat kadar rata-rata 9,053 %, sampel merk B yaitu 8,848 %,
sampel merk C yaitu 8,434 %, sampel merk D 9,331 %, sampel merk E yaitu
8,435 %, dan sampel merk F yaitu 9,744 % yang semua sampel memiliki
kadar maksimal 5%. Sehingga cat kuku yang diambil di daerah pasar tengah