Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

VENTILATOR MEKANIK

DISUSUN OLEH:

NAMA: ELIZABETH ALERBITU


NPM: 12114201170184
KELAS: C

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu
walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana. Namun penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis makalah
ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan, motivasi, saran dari berbagai pihak.

Ambon, 27 ,Juli 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR................................................................................. I
DAFTAR ISI.............................................................................................. II
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………III
BAB 1:PENDAHULUAN……………………………………................1
BAB 2: PEMBAHASAN...........................................................................12
BAB 3: PENUTUP....................................................................................16

ii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1……………………………………………………………….…….…2

GAMBAR 2……………………………………………………..……………..…3

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Prinsip Dasar Ventilasi Mekanik

1. Definisi Ventilasi Mekanik dan Ventilator

Ventilasi mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk


memfasilitasi transpor oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan alveoli
untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas paru-paru (Urden, Stacy, Lough,
2010). Ventilator merupakan alat pernafasan bertekanan negatif atau positif
yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen untuk periode
waktu yang lama (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).

Ventilator mekanik dibuat untuk membantu ventilasi secara parsial atau


komplit. Terdapat dua jenis ventilator untuk memberikan bantuan ventilasi.
Ventilator tekanan negative (negative-pressure ventilator) menurunkan tekanan
intratorakal dengan memberikan tekanan negatif pada dinding dada
menggunakan sebuah shell yang diletakkan pada dada (Gambar 5-16 A).
Penurunan tekanan intratorakal menyebabkan udara atmosfer tertarik masuk ke
dalam paru-paru. Ventilator tekanan positif memberikan gas yang bertekanan
tinggi ke dalam paru-paru selama inspirasi (Gambar 5-16 B). Ventilator
tekanan positif dapat meningkatkan secara dramatis tekanan intratorakal pada
saat inspirasi yang berpotensi menurunkan aliran balik darah vena dan CO
(Cardiac Output).

1
Gambar 1 Prinsip-prinsip ventilasi mekanik pada (A) ventilator tekanan
negatif dan (B) ventilator tekanan positif

Ventilator tekanan-negatif jarang digunakan untuk menangani gangguan


respirasi akut di ruang perawatan kritis. Alat ini secara khusus digunakan untuk
bantuan ventilasi non-invasif jangka panjang apabila kekuatan otot-otot
pernapasan tidak adekuat untuk melakukan pernapasan spontan (pernapasan
normal/biasa). Sejak ditemukan ventilator lainnya yaitu ventilator tekanan
positif non-invasif (misalnya Bi PAP) maka ventilator tekanan negatif jarang
digunakan lagi (lihat kembali Bab 20, judul Kemajuan Konsep Respirasi). Bab
ini hanya berfokus pada penggunaan ventilator tekanan positif untuk
membantu ventilasi.

Patient-ventilator system

Ventilator tekanan positif dapat digunakan secara invasif atau noninvasif.


Ventilasi mekanik invasif masih digunakan secara luas pada sebagian besar
rumah sakit untuk membantu ventilasi, walaupun teknologi noninvasif yang
tidak membutuhkan penggunaan artificial airway (artificial airway) juga
semakin populer. Untuk memasang ventilator tekanan positif invasif perlu
dilakukan intubasi trakea melalui ET atau tube trakheotomi. Ventilator
kemudian dihubungkan dengan artificial airway dengan tubing cisrcuit (sirkuit
slang) untuk mempertahankan system agar tetap tertutup (Gambar 5-17).

2
Selama siklus inspirasi, gas dari ventilator harus melalui heated humidifier (alat
pelembab udara) kemudian melalui ET atau tube trakeotomi lalu masuk ke
paru-paru. Pada akhir inspirasi, gas dihembuskan secara pasif melalui tube
ekspirator pada sirkuit tube.

Gambar 2. Sistem ventilator, tubing circuit tertutup dan humidifier yang


dihubungkan dengan tube ET.

Tubing-circuit pada ventilator

Humidifier yang terletak pada bagian inspirator sirkuit dibutuhkan untuk


dua alasan. Pertama, adanya artificial airway memungkinkan udara memasuki
paru-paru tanpa harus melalui proses pelembaban udara pada jalan napas atas
yang normal. Kedua, aliran gas yang cepat dan volume yang besar yang
diberikan melalui ventilator mekanik memerlukan alat pelembab untuk
menghindari kekeringan membran dalam paru. Tekanan dalam tubing circuit
harus selalu dipantau agar tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Tekanan
airway secara dinamik akan ditampilkan pada control- panel ventilator.

3
Tubing-cirkuit pada ventilator tradisional dilengkapi dengan cup
pengumpul air untuk mencegah penyumbatan oleh gas lembab yang mengalami
kondensasi. Akan tetapi sekarang ini pada umumnya digunakan kawat panas
yang berjalan pada bagian ekspirator dan bagian inspirator sirkuit. Kawat-
kawat tersebut akan mempertahankan suhu gas agar sama dengan atau
mendekati suhu tubuh sehingga menurunkan kondensasi gas yang lembab dan
mencegah terbentuknya air. Obat-obatan tertentu misalnya bronkodilator atau
steroid juga dapat dialirkan ke paru-paru melalui alat pembentuk aerosol yang
terletak pada bagian inspirator sirkuit. Tubing sirkuit pada ventilator
dipertahankan agar rangkaiannya tetap tertutup sehingga ventilasi dan
oksigenasi pasien tidak terputus-putus dan juga untuk mencegah pneumonia
nosokomial.

Control-panel pada ventilator

User interface atau control panel pada ventilator terdiri dari tiga bagian
yaitu:

1. Control setting (tombol pengatur) untuk menentukan jenis dan volume


ventilasi atau oksigen yang diberikan.
2. Alarm setting (tombol alarm) untuk menentukan volume tertinggi dan
terendah oksigen yang diberikan.
3. Visual-display (Tampilan monitor) (Gambar 5-18)
Angka-angka dan konfigurasi control- setting serta visual display bermacam-
macam sesuai dengan model ventilator tetapi fungsi dan prinsip-prinsipnya
tetap sama.

Control settings (tombol pengatur)

Bagian control-settings pada user interface memungkinkan klinisi dapat


mengatur model ventilasi, volume, tekanan, kecepatan respirasi, FiO2, positif-
end-expiratory pressure (PEEP)/tekanan positif akhir ekspirasi), kekuatan
sensitivitas inspirasi atau usaha inspirasi, dan option-option lainnya yang

4
berkaitan dengan pemberian oksigen. (misalnya frekuensi aliran udara
inspirasi, pola-pola gelombang imspirasi).

Alarm- settings

Alarm yang memantau fungsi ventilator penting untuk menjamin


keamanan dan keefektifan ventilasi mekanik. Dipasang alarm untuk
menetapkan batas tertinggi dan terendah yang diinginkan. Alarm-alarm
tersebut meliputi Vt ekspirasi, volume semenit ekspirasi, pemberian FiO 2,
frekuensi pernapasan dan tekanan jalan napas.

Visual- display

Tekanan jalan napas, frekuensi pernapasan, volume ekpirasi, dan rasio


inspirasi/ekpirasi (EE) adalah nilai-nilai yang ditampilkan pada visual-display
ventilator. Tekanan jalan napas di monitor selama inspirasi dan ekpirasi dan
ditampilkan sebagai peak pressure (tekanan puncak), mean pressure (tekanan
rata-rata), dan expiratory pressure. Pernapasan yang diberikan melalui
ventilator menimbulkan tekanan jalan napas yang lebih tinggi dibanding
tekanan jalan napas pasien pada pernapasan spontan (pernapasan biasa)
( Gambar 5 – 19 ). Tekanan PEEP diketahui melalui nilai positif pada akhir
ekpirasi. Pengamatan dengan seksama tekanan jalan napas akan memberikan
banyak informasi kepada klinisi tentang kerja pernapasan yang dilakukan oleh
pasien, koordinasi dengan ventilator dan perubahan compliance paru.

Tampilan Vt ekspirasi pasien menunjukkan jumlah gas yang kembali ke


ventilator melalui slang ekpirator pada setiap siklus respirasi. Volume ekpirasi
akan terukur dan ditampilkan pada setiap siklus pernapasan. Volum semenit
ekspirasi total pasien juga biasanya ditampilkan.Vt ekpirasi untuk pernapasan
yang dibantu dengan ventilator harus sama dengan ( kira-kira 10% ) Vt yang
dipilih pada control panel. Akan tetapi Vt pernapasan spontan atau pernapasan
yang dibantu ventilator secara parsial dapat berbeda dengan Vt control setting.

5
B. Indikasi dan Kompilkasi Ventilasi Mekanik

1. Indikasi

Ventilasi mekanik diindikasikan untuk alasan fisiologis dan klinis (Urden,


Stacy, Lough, 2010). Ventilasi mekanik diindikasikan ketika modalitas
manajemen noninvasif gagal untuk memberikan bantuan oksigenasi dan/atau
ventilasi yang adekuat. Keputusan untuk memulai ventilasi mekanik
berdasarkan pada kemampuan pasien memenuhi kebutuhan oksigenasi
dan/atau ventilasinya. Ketidakmampuan pasien untuk secara klinis
mempertahankan CO2 dan status asam-basa pada tingkat yang dapat diterima
yang menunjukkan terjadinya kegagalan pernafasan dan hal tersebut
merupakan indikasi yang umum untuk intervensi ventilasi mekanik (Chulay &
Burns, 2006).

2. Komplikasi Ventilasi mekanik

Komplikasi penggunaan ventilasi mekanik antara lain:

1) Komplikasi jalan nafas

Jalur mekanisme pertahanan normal, sering terhenti ketika terpasang


ventilator, penurunan mobilitas dan juga gangguan reflek batuk dapat
menyebabkan infeksi pada paru-paru (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever,
2008). Aspirasi dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah intubasi. Risiko
aspirasi setelah intubasi dapat diminimalkan dengan mengamankan selang,
mempertahankan manset mengembang, dan melakukan suksion oral dan
selang kontinyu secara adekuat (Hudak & Gallo, 2010).

2) Masalah selang endotrakeal

Bila selang diletakkan secara nasotrakeal, infeksi sinus berat dapat terjadi.
Kapanpun pasien mengeluh nyeri sinus atau telinga atau terjadi demam
dengan etiologi yang tak diketahui, sinus dan telinga harus diperiksa untuk
kemungkinan sumber infeksi (Hudak & Gallo, 2010).

6
Beberapa derajat kerusakan trakeal disebabkan oleh intubasi lama.
Stenosis trakeal dan malasia dapat diminimalkan bila tekanan manset
diminimalkan. Sirkulasi arteri dihambat oleh tekanan manset 30 mmHg.
Bila edema laring terjadi, maka ancaman kehidupan pascaekstubasi dapat
terjadi (Hudak & Gallo, 2010).

3) Masalah mekanis

Malfungsi ventilator adalah potensial masalah serius. Tiap 2 sampai 4 jam


ventilator diperiksa oleh staf keperawatan atau pernafasan. VT tidak
adekuat disebabkan oleh kebocoran dalam sirkuit atau manset, selang, atau
ventilator terlepas, atau obstruksi aliran. Selanjutnya disebabkan oleh
terlipatnya selang, tahanan sekresi, bronkospasme berat, spasme batuk,
atau tergigitnya selang endotrakeal (Hudak & Gallo, 2010).

3) Barotrauma
Ventilasi mekanik melibatkan „pemompaan” udara ke dalam dada,
menciptakan tekanan posistif selama inspirasi. Bila PEEP ditambahkan,
tekanan ditingkatkan dan dilanjutkan melalui ekspirasi. Tekanan positif ini
dapat menyebabkan robekan alveolus atau emfisema. Udara kemudian
masuk ke area pleural, menimbulkan tekanan pneumothorak-situasi
darurat. Pasien dapat mengembangkan dispnea berat tiba-tiba dan keluhan
nyeri pada daerah yang sakit (Hudak & Gallo, 2010).

4) Penurunan curah jantung

Penurunan curah ditunjukkan oleh hipotensi bila pasien pertama kali


dihubungkan ke ventilator ditandai adanya kekurangan tonus simpatis dan
menurunnya aliran balik vena. Selain hipotensi, tanda dan gejala lain
meliputi gelisah yang dapat dijelaskan, penurunan tingkat kesadaran,
penurunan halauan urin, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat,
pucat, lemah dan nyeri dada (Hudak & Gallo, 2010).

7
5) Keseimbangan cairan positif

Penurunan aliran balik vena ke jantung dirangsang oleh regangan reseptor


vagal pada atrium kanan. Manfaat hipovolemia ini merangsang
pengeluaran hormon antidiuretik dari hipofisis posterior. Penurunan curah
jantung menimbulkan penurunan haluaran urin melengkapi masalah
dengan merangsang respon aldosteron renin-angiotensin. Pasien yang
bernafas secara mekanis, hemodinamik tidak stabil, dan yang memellukan
resusitasi cairan dalam jumlah besar dapat mengalami edema luas,
meliputi edema sakral dan fasial (Hudak & Gallo, 2010).

6) Peningkatan IAP

Peningkatan PEEP bisa membatasi pengembangan rongga abdomen ke


atas. Perubahan tekanan pada kedua sisi diafragma bisa menimbulkan
gangguan dalam hubungan antara intraabdomen atas dan bawah, tekanan
intrathorak dan intravaskuler intraabdomen (Valenza et al., 2007 dalam
Jakob, Knuesel, Tenhunen, Pradl, Takala, 2010). Hasil penelitian Morejon
& Barbeito (2012), didapatkan bahwa ventilasi mekanik diidentifikasi
sebagai faktor predisposisi independen untuk terjadinya IAH. Pasien-
pasien dengan penyakit kritis, yang terpasang ventilasi mekanik,
menunjukkan nilai IAP yang tinggi ketika dirawat dan harus dimonitor
terus-menerus khususnya jika pasien mendapatkan PEEP walaupun
mereka tidak memiliki faktor risiko lain yang jelas untuk terjadinya IAH.
Setting optimal ventilasi mekanik dan pengaruhnya terhadap fungsi
respirasi dan hemodinamik pada pasien dengan acute respiratory distress
syndrome (ARDS) berhubungan dengan IAH masih sangat jarang dikaji.
Manajement ventilator yang optimal pada pasien dengan ARDS dan IAH
meliputi: monitor IAP, tekanan esofagus, dan hemodinamik; setting
ventilasi dengan tidal volume yang protektif, dan PEEP diatur berdasarkan
komplain yang terbaik dari sistem respirasi atau paru-paru; sedasi dalam
dengan atau tanpa paralisis neuromuskular pada ARDS berat; melakukan

8
open abdomen secara selektif pada pasien dengan ACS berat (Pelosi &
Vargas, 2012).

C. Perawatan pasien dengan menggunakan ventilator mekanik


1. Pengaturan Pernafasan pada Pasien Terpasang Ventilasi Mekanik

Jumlah dan tekanan udara yang diberian kepada klien diatur oleh

ventilator (Smith-Temple & Johnson, 2011):

a Volume tidal (VT): jumlah udara dalam mililiter dalam satu kali nafas,

yang diberikan selama inspirasi. Pengaturan awal adalah 7-10 ml/kg;

dapat ditingkatkan sampai15 ml/kg

b Frekuensi: jumlah nafas yang diberikan per menit. Pengaturan awal

biasanya 10 kali dalam 1 menit tetapi akan bervariasi sesuai dengan

kondisi klien.

c Fraksi oksigen terinspirasi oksigen (fraction of inspired oxygen, FiO2):

persentase oksigen dalam udara yang diberikan. Udara kamar memiliki

FiO2 21%. Pengaturan awal berdasarkan pada kondisi klien dan

biasanya dalam rentang 50% sampai 65%. Dapat diberikan sampai

100%, tetapi FiO2 lebih dari 50% dihubungkan dengan toksisitas

oksigen.

d PEEP: tekanan positif yang konstan dalam alveolus yang membantu

alveoli tetap terbuka dan mencegahnya menguncup dan atelektasis.

Pengaturan PEEP awal biasanya adalah 5 cmH2O. Tetapi dapat juga

mencapai hingga 40 cmH2O untuk kondisi seperti sindrom gawat nafas

pada orang dewasa (ARDS). Setiap perubahan yang dilakukan pada

pengaturan ventilator harus dievaluasi setelah 20 sampai 30 menit

melalui analisis gas darah arteri, hasil pengukuran SaO2, atau hasil

9
pembacaan karbon dioksida tidal-akhir untuk melihat keefektivitasan

ventilator

2. Penyapihan Ventilasi Mekanik

Melepaskan ventilator ke pernafasan spontan (penyapihan) sering


menimbulkan kesulitan pada ICU yang disebabkan oleh karena faktor
fisiologis dan psikologis. Hal ini memerlukan kerja sama dari pasien,
perawat, ahli respirasi, dan dokter (Rab, 2007). Penyapihan merupakan
pengurangan secara bertahap penggunaan ventilasi mekanik dan
mengembalikan ke nafas spontan. Penyapihan dimulai hanya setelah
proses-proses dasar yang dibantu oleh ventilator sudah terkoreksi dan
kestabilan kondisi pasien sudah tercapai (Smeltzer, Bare, Hinkle,
Cheever, 2008).
Menyapih pasien dari ketergantungan pada ventilator terjadi dalam tiga
tahapan. Pasien disapih secara bertahap dari (1) ventilator, (2) selang,
dan (3) oksigen. Penyapihan dari ventilasi mekanik dilakukan pada
waktu sedini mungkin, konsisten dengan keselamatan pasien. Penting
artinya bahwa keputusan dibuat atas dasar fisiologi ketimbang sudut
pandang mekanis. Pemahaman yang menyeluruh tentang status klinis
pasien diperlukan dalam membuat keputusan ini (Smeltzer, Bare,
Hinkle, Cheever, 2008).
Management pasien yang menggunakan ventilasi mekanik memerlukan
kewaspadaan konstan terhadap tanda-tanda yang mengindikasikan
bahwa bantuan ventilator sudah tidak diperlukan. Ketika pasien mulai
menunjukkan bukti perbaikan klinis, bisa digunakan untuk
mengidentifikasi pasien yang akan dilakukan pelepasan bantuan
ventilator. Secara umum, oksigenasi harus adekuat ketika bernafas
dengan jumlah oksigen yang dihirup berada pada tingkat non-toksik, dan
pasien harus memiliki hemodinamik yang stabil dengan dukungan
vasopressor yang minimal atau tanpa dukungan vasopressor. Pasien
harus sadar terhadap lingkungan sekitarnya ketika tidak tersedasi dan

10
harus bebas dari beberapa keadaan yang reversibel (misal: sepsis atau
elektrolit yang abnormal) (Marino, 2007).

11
BAB II

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

I.         PENGKAJIAN
Tanggal masuk                 : 28 Juli 2020 Pukul 04.00 WIB
Tanggal pengkajian          : 28 Juni 2020 Pukul 10.00 WIB
A.       Identitas Pasien
1.            N a m a                                    : Tn. A.N                      
2.            U m u r                                    : 53 Tahun
3.            Jenis Kelamin                          : Laki-laki
4.            Agama                                     : Islam
5.            Pekerjaan                                 : Swasta
6.            Alamat                                     : Surakarta
7.            Diagnosa Medis                      : CVA Haemoragik
8.            No. Register                            : 010...
Identitas Penanggung Jawab
1.            N a m a                                    : Ny. S
2.            U m u r                                    : 50 Tahun                                          
3.            Alamat                                     : Surakarta
4.            Hubungan                                : Istri dari klien

B.       Riwayat Kesehatan
1.        Keluhan utama
Penurunan Kesadaran

2.        Riwayat penyakit sekarang


2 hari sebelumnya pasien demam, kemudian dibawa berobat ke dokter
umum dan dikatakan ISK. ± 2 jam yang lalu pasien tiba-tiba tidak sadar, tidak
bisa dibangunkan saat tidur dalam kondisi ngorok. Sebelumnya tidak ada keluhan
nyeri kepala, tidak ada muntah dan tidak ada kejang sebelumnya.Keluarga
membawa pasien ke Rumah Sakit Kasih Ibu pukul 00.15 WIB.Kemudian dari RS
Y dirujuk ke IGD RSU X pukul 13.00 WIB.Klien datang di IGD RS X Surakarta
dalam keadaan tidak sadar dengan GCS E1M2V1.Kemudian klien dirujuk ke
ruang ICU untuk mendapatkan perawatan intensif dengan ventilator.Saat
pengkajian di ICU klien soporokoma dengan GCS E1M2VET, terpasang
Ventilator dengan mode SIM V, FiO2 70%, PEEP + 5, VT 487, RR 38x/menit.
Vital Sign : TD 140/90 mmHg, Heart rate 160x/menit, Suhu : 38,5⁰C, dan SaO2
100%. Kondisi pupil keduanya miosis, reflek cahaya +/- .Ada akumulasi secret di
mulut dan di selang ET, tidak terpasang mayo dan lidah tidak turun.Terdapat
retraksi otot interkosta dengan RR 38 x/menit dan terdengar ronkhi basah di basal

12
paru kanan.CRT < 3 detik. Di ICU klien sudah mendapatkan Brainact /12 jam,
Alinamin F/12 jam, Ranitidin /12 jam, dan infuse RL 20 tpm.
      
3.        Riwayat penyakit dahulu
Klien mempunyai riwayat hipertensi kurang dari satu tahun.

4.        Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti klien

II.      PENGKAJIAN PRIMER
a.       Airway
Pada jalan napas terpasang ET, ada akumulasi sekret di mulut dan selang ET,
lidah tidak jatuh ke dalam dan tidak terpasang OPA.
b.      Breathing
RR :  38 kali/menit, tidak terdapat nafas cuping hidung, terdapat retraksi otot
interkosta, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, ada suara ronkhi basah di
basal paru kanan dan tidak terdapat wheezing, terpasang Ventilator dengan mode
SIM V, FiO2 70%, PEEP + 5, VT 487. Suara dasar vesikuler.
c.       Circulation
TD 140/98 mmHg, MAP 112, HR 124x/menit, SaO2 100%, capillary refill < 3
detik, kulit tidak pucat, konjungtiva tidak anemis.
d.      Disability
Kesadaran : soporokoma, GCS : E1M2VET, reaksi pupil +/-, pupil miosis, dan
besar pupil 2 mm.
e.       Exposure
Tidak ada luka di bagian tubuh klien dari kepala sampai kaki, suhu 38,5 ⁰C

III.   PENGKAJIAN SEKUNDER
A. Tanda-tanda Vital
Tanggal TD MAP HR SaO2 RR Suhu
21/06/10 140/98 112 124 100 38 38,5

22/06/10 145/97 113 130` 100 20 38,2

23/06/10 88/51 63,3 96 97 17 40,7

B.                 Pemeriksaan Fisik


1.        Kepala
Bentuk Mesochepal, tidak ada luka dan jejas, rambut hitam, tidak ada oedem

2.        Mata

13
Mata simetris kanan dan kiri, sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis, kedua pupil
miosis, reflek pupil +/-.
3.        Telinga
Kedua telinga simetris, tidak ada jejas, bersih, dan tidak ada serumen
4.        Hidung
Terpasang NGT warna keruh, tidak ada secret di hidung, tidak ada napas cuping
hidung
5.        Mulut
Bibir pucat dan kotor, terpasang ET
6.        Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, tidak terjadi kaku kuduk.
7.        Thoraks
a.         Jantung
Inspkesi       : Ictus Cordis tak tampak
Palpasi         : Ictus Cordis tak teraba
Perkusi        : Pekak
Auskultasi   : Bunyi jantung I-II normal, tidak ada bunyi jantung tambahan
b.        Paru-paru
Inspkesi       : Paru kanan dan kiri simetris, terdapat retraksi interkosta, tidak ada
penggunaan otot bantu napas, RR 38x/menit
Palpasi         : Tidak dikaji
Perkusi        : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi   : Suara dasar vesikuler, terdapat suara tambahan ronkhi basah di basal
paru kanan
8.        Abdomen
Inspeksi              : Datar
Auskultasi          : Bising Usus 13x/menit
Perkusi               : Timpani
Palpasi                : Tidak terjadi distensi abdomen
9.        Ekstremitas
Tidak ada jejas, tidak ada oedem, kekuatan otot 1/1 /1/1
10.    Genitalia
Bentuk penis normal, skrotum bentuk dan ukuran normal, tidak ada jejas

C.    Pola Eliminasi
a)      Urin/shift
Tgl Frek Warna Retensi Inkontinensia Jumlah
BAK
21/06/1 DC Kuning √ - 200 cc
0
22/06/1 DC Kuning √ - -
0

14
23/06/1 DC Kuning √ - -
0
         Pemeriksaan lab urin : Tidak ada

b)      Fekal
Tgl Frek BAB Warna Konsistensi
21/06/1 1x Kuning Lunak
0 kecoklatan
22/06/1 - - -
0
23/06/1 1x Kuning Lunak
0 kecoklatan
         Pemeriksaan lab feses : Tidak ada

D.    Tingkat Kesadaran
1.      GCS
Tgl Eye (e) Motorik (m) Verbal (v) Total
21/06/10 1 2 ET -
22/06/10 1 1 ET -
23/06/10 1 1 ET -

2.      Status Kesadaran
Tgl Composmentis Apatis Somnolen Sopor Soporocom Coma
a
21/06/10 - - - - √ -
22/06/10 - - - - √ -
23/06/10 - - - - - √

E.     Tingkat ketergantungan
Tingkat Ketergantungan Klien Menurur Indeks KATZ
Aktivitas
Tgl Hygie Berpakai Elimina Mobilisas Kontine Makan Kategori
ne an si i n
21/06 Dibant Dibantu Dibant Dibantu Dibantu Dibantu G
u u
22/06 Dibant Dibantu Dibant Dibantu Dibantu Dibantu G
u u
23/06 Dibant Dibantu Dibant Dibantu Dibantu Dibantu G
u u

F.     Status Nutrisi dan Cairan


1.      Asupan Nutrisi
Tgl Hari Jumlah porsi Jumlah Kalori Kalori Total

15
ke- buah buah makanan
21/06/10 1 Spooling - - - -
22/06/10 2 Spooling - - - -
23/06/10 3 Spooling - - - -

Status nutrisi perhari               : F x A


                                                  ( BB x 30 kkal ) x indeks aktivitas
                                                  ( 60 x 30 kkal ) x 0,9
                                                  1620 kkal/hari         
Aminovel/comafusin hepar     : 200 kkal/botol
Total nutrisi yang diterima      : Sonde + 1 botol aminovel/comafusin hepar
                        1620 kkal/hari : sonde + 200 kkal
                        Jadi sonde/hari: 1420 kkal             @ shift : 473.3 kkal
2.      Cairan/24 jam
Tanggal Intake Output Balance Cairan
21/06/10 Parenteral : 1500 cc Urine : 200 cc + 1000 cc
IWL : 600
Feses : 200 cc
Muntah : -
Enteral : 500 cc Drainase : -
Total : 2000 cc Total : 1000 cc
22/06/10 Parenteral : 1800 cc Urine : - + 1800 cc
IWL : 600
Feses : -
Muntah : -
Enteral : 600 cc Drainase : -
Total : 2400 cc Total : 600

23/06/10 Parenteral : 500 cc Urine : - -          100 cc


IWL : 600
Feses : 200
Muntah : -
Enteral : 200 cc Drainase : -
Total : 700 cc Total : 800
G.    Pemeriksaan Penunjang
1)        Laboratorium
Pemeriksaan Nilai Satuan 21/06/10 22/06/10 23/06/10
Nilai Nilai Nilai
Hb 13 - 16 % 13.8 12.3
Ht 40 - 54 % 44 38
Eritrosit 45 - 65 jt/ mmk 5.04 4.48
Leukosit 4 - 11 ribu/ mmk 8.4 7.4
Trombosit 150 - ribu/mmk 84 37

16
400
Creatinin 0.6 - 1.3 mg/ dL 1.5 12.4
Albumin 3.4 - 5 mg/ dL 3.6 3.1
Gula Sewaktu 80 - 120 mg/ dL 118 482
Ureum 15 - 39 mg/ dL 28 319
Na 136 - mmol/ L 139 132
145
K 3.5 - 5.1 mmol/ L 3.6 7
Cl 98 - 107 mmol/ L 106
Cholesterol 50 - 200 mg/ dL
Trigliserid 30 - 150 mg/ dL
Waktu 10 - 15 dtk
protrombin
PPT kontrol 12.8
Waktu 23.4 - dtk
tromboplastin 36.8
APPT kontrol 27.5
pH 7,35– 7.334 7.312 7.315
3,45
pCO2 35 - 45 mmHg 27 27.6 30
pO2 83 - 103 mmHg 236.9 199.7 189.8
HCO3 18 - 23 Mmol/L 16.3 16.9 17.2
AADO2 <100
Laktat 0,4 - 2
Base Excess -10.2 -8.8 -8.4
FiO2 70 % 60% 40 %

2)        Hasil EKG
Kesan :
Ada gambaran ST depresi inferior

3)        Hasil Rontgen
Kesan :
-       Hasil Rontgen tanggal 23 Juni 2010 : Cor dan pulmo dalam batas normal,
pulmo tidak menunjukkan adanya infiltrate

4)        Pemeriksaan fundoskopi
Kesan :
Tidak ada

5)        Lain-lain.

17
 Tidak ada

H.    Therapy
Terapi 21/06/10 22/06/10 23/06/10
Cefriaxon 2 gr/24 jam √
Ranitidin 1 amp/12 jam √
Nexium 40 mg/12 jam √ √ √
Alinamin F 1 amp/12 jam √
Brainact 1 amp/12 jam √
Dexamethason 1 amp/8 jam √ √ √
Ecotrixon 2 gr/24 jam √ √
SNMC 1 amp/8 jam (drip dalam 100 cc √ √
NaCl) √
RL/ 24 jam 20 tpm √
Aminovel/24 jam 20 tpm √
NaCl 0.9%/24 jam 20 tpm √ √
Asering/ 24 jam 20 tpm √ √
Comafusin hepar/24 jam 20 tpm √ √
Precedek+Ns Siryng pump 3.2 cc/jam √ √
Lasik 20 mg/jam √
Koreksi bicnat √
Methylprednison 40mg/12 jam √ √ √
Nebulizer/8 jam

ANALISA DATA
Nama   : Tn. A.N                                                           No CM : 0101...
Usia     : 53 tahun                                                        DM       : CVA Haemoragik

N TGL/JAM DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI


O
1 21/06/10 DS :  - Bersihan jalan Akumulasi
10.20 DO : napas tidak efektif secret di
WIB KU soporokoma, jalan napas
terdapat secret di ET dan
mulut, RR 38x/menit,
terdengar bunyi ronkhi

18
basah di basal paru
kanan
2 21/06/10 DS : - Pola napas tidak Depresi pusat
10.25 DO: efektif pernapasan
WIB RR 38x/menit, terdapat (infark
retraksi intercosta, napas serebri pada
cepat dan dangkal, batang otak
terpasang ventilator etcause
dengan mode P SIMV intracerebral
dengan FiO2 70%, haemoragie)
PEEP + 5 dan SaO2
100%
3 21/06/10 DS : - Gangguan Kegagalan
10.30 DO: pertukaran gas proses difusi
WIB RR 38x/menit, terdapat pada alveoli
retraksi intercosta, napas
cepat dan dangkal, Hasil
BGA : PH 7,334; pCO2
27;pO2 236,9;HCO3
16,3; BE -10,2 dengan
interprestasi Asidosis
Metabolik
terkompensasi sebagian
4 21/06/10 DS : - Gangguan perfusi Perdarahan
10.35 DO: jaringan serebral intraserebal
WIB Kesadaran soporokoma,
GCS E1M2VET, pupil
miosis (2mm), reaksi
pupil +/-
5 21/06/10 DS : - Resiko tinggi Prosedur
10.40 DO: infeksi invasif dan
WIB Keadaan umum bedrest total
soporokoma, panas
dengan suhu 38,5⁰C,
terpasang ET dan infus
line, bedrest total, reflek
motorik -/-

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama   : Tn. A.N                                                           No CM : 0101...


Usia     : 53 tahun                                                        DM       : CVA Haemoragik
N DX. KEPERAWATAN TTD

19
O
1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya
akumulasi secret di jalan napas, dapat ditandai dengan :
1.      Adanya sekret di ET dan mulut
2.      Terdengar bunyi ronkhi basah di basal paru kanan

2 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat


pernapasan (infark serebri pada batang otak etcause intracerebral
haemoragie), dapat ditandai dengan :
1.      Frekuensi napas tinggi RR 38x/menit
2.      Terdapat retraksi intercosta
3.      Napas cepat dan dangkal
3 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kegagalan proses
difusi pada alveoli, dapat ditandai dengan :
1.      Napas cepat dan dangkal, RR 38x/menit
2.      Hasil BGA : Asidosis Metabolik terkompensasi sebagian

4 Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan adanya


perdarahan intraserebral, dapat ditandai dengan :
1.      Penurunan kesadaran : Soporocoma
2.      GCS E1M2VET
3.      Pupil miosis
5 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasif
dan bedrest total

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama   : Tn. A.N                                                                No CM               : 0101...


Usia     : 53 tahun                                                              Diagnosa Medis : CVA
Haemoragik
No DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI TTD
Dx KEPERAWATAN KRITERIA
. HASIL
1 Bersihan jalan Setelah Mandiri :
napas tidak efektif dilakukan 1.      Monitor adanya
berhubungan tindakan akumulasi secret dan
dengan adanya keperawatan warnanya di jalan napas
akumulasi secret di selama 3x 24 (ET dan mulut)
jalan napas
jam diharapkan 2.      Auskultasi suara napas
jalan napas klien klien
dapat efektif 3.      Monitor status
adekuat dengan pernapasan klien
kriteria hasil : 4.      Monitor adanya suara

20
         Sekret di ET gargling
dan mulut 5.      Lakukan positioning
berkurang atau miring kanan dan kiri
tidak ada 6.      Pertahankan posisi head
         RR dalam of bed (30-45⁰)
batas normal(16- 7.      Lakukan suction sesuai
24x/menit) indikasi
         Suara Kolaborasi :
ronkhi 8.      Berikan nebulizer tiap 8
berkurang atau jam dengan perbandingan
hilang berotec : Atroven : NaCl
yaitu 18 tetes : 16 tetes : 1
cc
2 Pola napas tidak Setelah Mandiri :
efektif dilakukan 1.      Monitor keadaan umum
berhubungan tindakan dan vital sign klien
dengan depresi keperawatan 2.      Pantau status
pusat selama 3x 24 pernapasan klien
pernapasan (infark jam diharapkan 3.      Pantau adanya retraksi
serebri pada batang pola napas klien otot intercosta
otak etcause dapat efektif 4.      Pertahankan head of bed
intracerebral dengan kriteria (30-45⁰)
haemoragie) hasil : 5.      Monitor saturasi
         Napas oksigen klien
adekuat spontan Kolaborasi :
(16-24x/menit) 6.      Pertahankan
         KU dan VS penggunaan ventilator dan
stabil observasi setting
         Retraksi ventilator dengan status
otot intercosta pernapasan klien
berkurang
         Weaning off
ventilator
3 Gangguan Setelah Mandiri :
pertukaran gas dilakukan 1.      Monitor keadaan umum
berhubungan tindakan dan vital sign klien
dengan kegagalan keperawatan 2.      Observasi status
proses difusi pada selama 3x 24 pernapasan klien
alveoli
jam diharapkan 3.      Pantau adanya tanda-
pertukaran gas tanda hipoksia
klien dapat 4.      Pertahankan head of bed
adekuat dengan (30-45⁰)
kriteria hasil : Kolaborasi :
         KU dan VS5.      Pantau hasil BGA sesuai
stabil indikasi

21
         Napas 6.      Pertahankan
adekuat spontan penggunaan ventilator
(16-24x/menit) dengan oksigenasi yang
         BGA dalam adekuat
batas normal
4 Gangguan perfusi Setelah Mandiri :
jaringan serebral dilakukan 1.      Monitor status neurologi
berhubungan tindakan 2.      Pantau tanda-tanda vital
dengan adanya keperawatan tiap jam
perdarahan selama 3x 24 3.      Evaluasi pupil, refleks
intraserebral
jam diharapkan terhadap cahaya
perfusi jaringan4.      Pantau adanya
serebral klien peningkatan TIK
dapat adekuat 5.      Posisikan kepala lebih
dengan kriteria tinggi 30-45⁰
hasil : Kolaborasi:
         Kesadaran 6.      Pertahankan oksigenasi
membaik adekuat melalui ventilator
         Reflek pupil7.      Berikan obat Brainact 1
+/+ amp/12 jam
         Pupil isokon
5 Resiko tinggi Setelah Mandiri :
infeksi dilakukan 1.      Monitor KU dan VS
berhubungan tindakan termasuk suhu klien/jam
dengan adanya keperawatan 2.      Pertahankan teknik
prosedur invasif selama 3x 24 aseptic setiap tindakan
dan bedrest total
jam diharapkan3.      Pantau adanya tanda-
tidak terjadi tanda infeksi
infeksi pada 4.      Lakukan personal dan
klien dengan oral care setiap hari
kriteria hasil : 5.      Lakukan early
         KU dan VS mobilization
stabil 6.      Lakukan penilaian
         Suhu CPIS setelah 48 jam
normal (36.5- perawatan
37.5) Kloaborasi :
         Leukosit 7.      Berikan antibiotic
normal sesuai indikasi
8.      Pantau hasil foto thorak

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


22
Nama   : Tn. A.N                                         No CM               : 0101...
Usia     : 53 tahun                                      Diagnosa Medis : CVA Haemoragik
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
21/06/10 Hasil operan jaga malam S : -
07.00 tanggal 20/06/10: O:
WIB Pasien baru nama Tn. A.N          Keadaan umum lemah,
masuk ICU pukul 04.00 kesadaran soporocoma
WIB pindahan dari RS. dengan vital sign : TD
Kasih Ibu dengan CVA. 140/88, HR 126x/menit,
Saat datang KU lemah, SaO2 100%, dan Suhu
keadaan soporocoma, napas 38.2⁰C
tidak adekuat sehingga          GCS : E1M2VET, pupil
pasang ET dan ventilator miosis 2mm, reflek pupil
dengan mode SIM V VT terhadap cahaya +/-
450, FiO2 60%, PEEP +5,          Masih terpasang
rawat jalan napas(+), NGT ventilator P SIMV, VT 465,
dialirkan warna keruh, RR 34, 70%, PEEP + 5
spooling(+) kalau perlu          Sekret di mulut dan ET
sonde. Terapi Brainact 1 berkurang
amp/12 jam, Ranitidin          Masih terdapat retraksi
1mp/12 jam dan alinamin F otot intercosta, RR 34x/menit
1 amp/12 jam. Cairan infuse          Hasil BGA : PH 7,334;
RL 20 tpm. pCO2 27;pO2 236,9;HCO3
16,3; BE -10,2 dengan
Implementasi yang interprestasi Asidosis
dilakukan hari ini: Metabolik terkompensasi
          Memonitor keadaan sebagian
umum, status neurologis          Masih ada suara ronkhi
klien dan vital sign basah di basal paru kanan
klien/jam           Tidak terjadi tanda-tanda
          Memonitor status peningkatan TIK
pernapasan klien
          Mengobservasi adanya A :
akumulasi secret di mulut Dx. 1 : Masalah teratasi
dan ET, suara gargling serta sebagian
mengauskultasi bunyi napas Dx. 2 : Masalah belum
klien teratasi
          Melakukan suction di Dx. 3 : Masalah belum
mulut dan ET teratasi
          Mempertahankan head Dx. 4 : Masalah teratasi
of bed 30⁰ sebagian
          Melakukan oral care P :
dengan antiseptik Lanjutkan dan optimalkan
          Kolaborasi Memberikan kembali intervensi dengan

23
terapi sesuai tetap memantau KU dan vital
program:Cefriaxon 2 gr, inj. sign serta status pernapasan
Ranitidin 1 amp, nexium 40 klien serta kolaborasi untuk
mg, alinamin F 1 amp, rencana koreksi bicnat,
brainact 1 amp, nebulizer untuk jaga siang
dexamethason 1 amp/8 jam, dan usulkan untuk extra
methylprednison pamol
          Menganalisa hasil BGA
          Melakukan alih baring
miring kanan, lateral dan
miring kiri
22/06/10 Hasil operan jaga malam S : -
07.00 tanggal 21/06/10 : O:
WIB KU lemah, soporocoma,          Keadaan umum lemah,
panas, masih terpasang kesadaran soporocoma
ventilator dengan mode P dengan vital sign : TD
SIMV, VT 450, FiO2 60%, 145/97, HR 130x/menit,
RR 12x/menit, PEEP +5, SaO2 100%, dan Suhu
Slym (+), suction (+), NGT 38.2⁰C
dialirkan masih bewarna          GCS masih E1M2VET,
kecoklatan, spooling (+), pupil miosis 2mm, reflek
vital sign stabil termonitor, pupil terhadap cahaya +/-
BAB(-), BAK/DC produksi          Masih terpasang
urin kurang. Pukul 02.00 ventilator P SIMV, VT 416,
WIB loading 1 flash RL dan RR 20, 60%, PEEP + 5
pukul 06.00 WIB loading 1          Sekret di mulut dan ET
flash NaCl 0.9%, infuse dan sudah berkurang
injeksi masuk sesuai          Retraksi otot intercosta
program. Syring pump jalan berkurang, RR 20x/menit
precedek 5cc/jam. Diet          Hasil BGA post koreksi
spooling. Hari ini lanjut bicnat : PH 7,312; pCO2
program nebulizer dengan 27.6; pO2 199,7; HCO3 16,9;
komposisi sama BE -8,8 dengan interprestasi
sebelumnya. Asidosis Metabolik
terkompensasi sebagian
Implementasi yang          Masih ada suara ronkhi
dilakukan hari ini : basah di basal paru kanan
          Memonitor keadaan          Tidak terjadi tanda-tanda
umum, status neurologis peningkatan TIK
klien dan vital sign          Balance cairan : + 1800
klien/jam cc, urin tidak keluar
          Mempertahankan head A :
of bed 30⁰ dan memonitor Dx. 1 : Masalah teratasi
status pernapasan klien sebagian
          Memberikan nebulizer Dx. 2 : Masalah teratasi

24
via ventilator sebagian
          Melakukan suction di Dx. 3 : Masalah belum
mulut dan ET teratasi
          Mengauskultasi bunyi Dx. 4 : Masalah belum
napas klien teratasi
          Melakukan oral care Dx. 5 : Masalah teratasi
dengan antiseptic sebagian
          Kolaborasi Memberikan P :
terapi sesuai Lanjutkan dan optimalkan
program:nexium 40 mg, kembali intervensi, rencana
dexamethason 1 amp, kolaborasi cek BGA lagi dan
dexamethason 1 amp, darah rutin, ureum kreatinin,
ecotrixon 2 gr, SNMC 1 GDS, nebulizer masih lanjut,
amp (drip dalam 100 cc dan lasik lanjut 20 mg/jam
NaCl)
          Kolaborasi memberikan
extra lasik 20 mg/jam via
syring pump
          Melakukan alih baring
miring kanan, lateral dan
miring kiri
          Mengambil sampel
darah arteri untuk cek BGA
post koreksi bicnat.
23/06/10 Laporan jaga malam tanggal S : -
07.00 22/06/10: O:
WIB KU lemah, koma, panas(+),          Keadaan umum lemah,
napas masih menggunakan kesadaran coma dengan vital
ventilator dengan mode P sign : TD 88/51, HR
SIMV, FiO2 60%, RR 14, 96x/menit, SaO2 97%, dan
PEEP +5, Slym (+), suction Suhu 40.6 ⁰C
(+), Vital sign stabil. NGT          GCS E1M1VET, pupil
dialirkan masih warna miosis 2 mm, reflek pupil
kecoklatan, spooling (+). terhadap cahaya -/-
BAB (-), BAK/DC produksi          Tidak nampak retraksi
sangat kurang. Pagi ini dada, RR 17x/menit
rencana cek BGA dan darah          Masih terpasang
rutin, ureum kreatinin, ventilator dengan mode P
GDS, nebulizer masih SIMV, VT 340, FiO2 40%,
lanjut, dan lasik lanjut 20 dan PEEP +5
mg/jam           Secret di mulut dan ET
berkurang, masih ada ronkhi
basah di basal paru kanan
Implementasi yang          Skor CPIS : 3
dilakukan hari ini :           Hasil BGA : PH 7,315 ;

25
          Memonitor keadaan pCO2 30; pO2 189,8; HCO3
umum, status neurologis 17,2; BE -8,4 dengan
klien dan vital sign interprestasi Asidosis
klien/jam metabolik terkompensasi
          Melakukan pemeriksaan sebagian
GDS           Hasil Ureum : 3.9,
          Mempertahankan head kreatinin 12.4, lekosit 7.4
of bed 30⁰ dan memonitor ribu/mmk, GDS : 482
status pernapasan klien dan          Urin masih tidak keluar,
sesuaikan dengan setting balance cairan : - 100 cc
ventilator
          Melakukan oral care A :
dengan antiseptic Dx. 1 : Masalah teratasi
          Mengambil specimen sebagian
darah untuk BGA, darah Dx. 2 : Masalah teratasi
rutin, dan ureum kreatinin sebagian
          Melakukan suction di Dx. 3 : Masalah belum
mulut dan ET teratasi
          Mengauskultasi bunyi Dx. 4 : Masalah belum
napas klien teratasi
          Kolaborasi Memberikan Dx. 5 : Tidak terjadi infeksi
terapi sesuai P :
program:nexium 40 mg, Lanjutkan dan optimalkan
dexamethason 1 amp, kembali intervensi, nebulizer
dexamethason 1 amp, lanjut/8 jam, lasik lanjut 20
ecotrixon 2 gr, SNMC 1 mg/jam, insulin syring pump
amp (drip dalam 100 cc 4 unit/jam. Pantau haluaran
NaCl) urin
          Kolaborasi melanjutkan
pemberian extra lasik 20 Jam 14.20 WIB, kondisi
mg/jam via syring pump klien drop, gambaran EKG
dan insulin 4 unit/jam via arrest, HR turun terus,
syring pump Saturasi turun drop dibawah
          Melakukan alih baring normal, dilakukan RJPO
miring kanan, lateral dan selama 15 menit dengan SA
miring kiri 4 ampul, Adrenalin 3 ampul.
          Melakukan skoring CPIS RJPO berhasil dengan vital
sign TD 117/63, HR 126, dan
SaO2 100% via bagging.
Setelah 20 menit kondisi
klien drop lagi dank lien
dinyatakan meninggal pukul
14.55 WIB

26
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama (Brunner
and Suddarth, 2001).
    Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan berdasarkan cara
alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah ventilator tekanan-
negatif dan tekanan-positif.Sampai sekarang kategori yang paling umum digunakan
adalah ventilator tekanan-positif.
     Berbagai gambaran digunakan dalam penatalaksanaan pasien pada ventilator
mekanis. Ventilator disesuaikan sehingga pasien merasa nyaman dan ”dalam
harmoni” dengan mesin. Perubahan yang minimal dari dinamik kardiovaskuler dan
paru diharapkan. Jika volume ventilator disesuaikan dengan tepat, kadar gas darah
arteri pasien akan terpenuhi dan akan ada sedikit atau tidak ada sama sekali gangguan
kardiovaskuler.
Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO 2), peningkatan
kadar karbondioksida arteri (PaCO 2), dan asidosis persisten (penurunan pH), maka

27
ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Kondisi seperti pascaoperatif bedah
toraks atau abdomen, takar lajak obat, penyakit neuromuskular, cedera inhalasi,
PPOM, trauma multipel, syok, kegagalan multisistem, dan koma semuanya dapat
mengarah pada gagal nafas dan perlunya ventilasi mekanis.

DAFTAR PUSTAKA

Anymous.2015.Ventilatormekanik.diakses
darihttp://wikipedia.org/wiki/Mechanical_ventilationpada tanggal 13 Desember 2016

Anymous. 2015. Weaning from a ventilator diakses dari


httpm://www/northeastcenter.com/weaning from a ventilator.htm pada tanggal 13
Desember 2016.

Hudak, Carolyn dkk.1997.Keperawatan Kritis Volume 1. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne, 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Jakarta:
EGC
Wong, D.L. et all. 2015. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik vol 2. Jakarta: EGC

28

Anda mungkin juga menyukai