Anda di halaman 1dari 5

NAMA :

KELAS :

TOKOH PROKLAMATOR ANGKATAN TUA

Ir. SOEKARNO
Ir. Soekarno boleh dibilang merupakan orang yang paling berjasa dalam kemerdekaan Republik
Indonesia. Ia lahir di Blitar, Jawa Timur, pada 6 Juni 1901 dari seorang ayah yang bernama Raden
Soekemi Sosrodihardjo dan ibu bernama Ida Ayu Nyoman Rai; dan meninggal di Jakarta, 21 Juni
1970. Sebagai tokoh pada masa perjuangan hingga masa kemerdekaan, presiden RI pertama ini
menjadi panutan bagi para pejuang kemerdekaan yang lain. Perannya dalam proklamasi
kemerdekaan meliputi penyusunan konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda,
menandatangani teks tersebut atas nama bangsa Indonesia, dan membacakannya di hadapan
warga

Achmad soebardjo
Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo lahir di Karawang, Jawa Barat, pada 23 Maret 1896
dan meninggal 15 Desember 1978 di usia 82 tahun. Ia adalah tokoh pejuang kemerdekaan
Indonesia, diplomat, dan seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Jika Soekarno dan Moh Hatta
adalah Presiden dan Wakil Presiden pertama Indonesia, Achmad Soebarjo adalah Menteri Luar
Negeri Indonesia yang pertama. Ia memiliki gelar Meester in de Rechten, yang diperolehnya di
Universitas Leiden, Belanda pada tahun 1933.
Dr. MOHAMMAD HATTA
Dr.(HC) Drs. H. Mohammad Hatta lahir dengan nama Mohammad Athar di Fort de Kock
(sekarang Bukittinggi), Sumatra Barat) pada 12 Agustus 1902. Ia meninggal di Jakarta di usia 77
tahun, yakni pada 14 Maret 1980. Bukan saja tokoh pejuang, ia juga merupakan seorang
negarawan, ekonom, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Sama seperti Soekarno,
Hatta juga memainkan peranan yang sangat penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari
penjajahan Belanda sekaligus memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia mundur dari
jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno.

SOEKARNI
Sukarni lahir di Blitar, Jawa Timur, pada 14 Juli 1916 dan wafat di Jakarta pada 7 Mei 1971. Ia
memiliki nama lengkap Sukarni Kartodiwirjo, merupakan tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia.
Sukarni adalah salah seorang tokoh pemuda dan pejuang yang gigih melawan penjajah. Peran
Sukarni dalam upaya memproklamasikan kemerdekaan adalah dengan mengusulkan agar yang
menandatangani teks Proklamasi adalah Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa
Indonesia.
TOKOH PROKLAMATOR ANGKATAN MUDA

CHAERUL SALEH

Chaerul merupakan Wakil Ketua Asrama Angkatan Baru Indonesia


dan Ketua Umum Persatuan Pelajar Indonesia. Ia menjadi salah satu
tokoh penting di balik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Chaerul
memimpin rapat gelap di belakang Laboratorium Bakteriologi Gedung
Eijkman Institute, Jalan Pegangsaan Timur Nomor 17, Menteng,
Jakarta Pusat. Pertemuan rahasia kelompok pemuda yang juga
beranggotakan Sukarni, Wikana, dan pemuda lainnya dari Menteng 31
itu menuntut agar Soekarno dan Hatta segera membacakan
proklamasi kemerdekaan Indonesia.

WIKANA
Lahir di Sumedang, Jawa Barat, pada 18 Oktober 1914, Wikana
menjadi salah satu tokoh muda yang berjuang meraih kemerdekaan
Indonesia.
Bersama Chaerul Saleh, Sukarni dan pemuda-pemuda lainnya dari
Menteng 31, mereka menculik Soekarno dan Hatta dalam Peristiwa
Rengasdengklok, agar kedua tokoh ini segera membacakan
Proklamasi Kemerdekaan setelah kekalahan Jepang dari Sekutu pada
1945.
Wikana pada peristiwa pencetusan Proklamasi 1945 melakukan peran
paling penting karena berkat koneksinya di Angkatan Laut Jepang
atau Kaigun, Proklamasi 1945 bisa dirumuskan di rumah dinas
Laksamana Maeda di Menteng yang terjamin keamanannya.
Selain itu, Wikana juga mengatur semua keperluan Pembacaan
Proklamasi di rumah Bung Karno di Pegangsaan 56. Ia sangat tegang
saat melihat Bung Karno sakit malaria pagi hari menjelang detik-detik
pembacaan Proklamasi.
Wikana pula yang membujuk kalangan militer Jepang untuk tidak
mengganggu jalannya upacara pembacaan teks proklamasi.

SAYUTI MELIK

Sayuti Melik termasuk dalam kelompok Menteng 31, yang berperan


dalam penculikan Sukarno dan Hatta pada 16 Agustus 1945. Bersama
pemuda lain, mereka membawa Soekarno, Fatmawati, Guntur yang
baru berusia 9 bulan, dan Hatta ke Rengasdengklok.
Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak
terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan
Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap
untuk melawan.
Sayuti menjadi salah satu pemuda yang ikut menyaksikan Bung
Karno, Bung Hatta, dan Achmad Subardjo menyusun naskah
proklamasi di rumah Laksamana Muda Maeda.
Setelah selesai pada dini hari 17 Agustus 1945, konsep naskah
proklamasi itu dibacakan dan ditolak oleh para pemuda. Sebab,
naskahnya dinilai seperti dibuat oleh Jepang.
Dalam suasana tegang itu, Sayuti memberi gagasan agar Teks
Proklamasi ditandatangani Bung Karno dan Bung Hatta saja, atas
nama bangsa Indonesia.
Usulnya diterima dan Bung Karno segera memerintahkan Sayuti
untuk mengetiknya. Ia mengubah kalimat "Wakil-wakil bangsa
Indonesia" menjadi "Atas nama bangsa Indonesia".

Anda mungkin juga menyukai