Anda di halaman 1dari 15

PERMAINAN BAHASA DALAM WACANA COCOKOLOGI

PADA ACARA “INI TALK SHOW” DI NET

Marcelina Cica Pratiwi Silalahi, Sony Christian Sudarsono,


dan Maria Magdalena Sinta Wardani
Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Surel: marcelinacicaps@gmail.com, sony@usd.ac.id, mmsintawardani@usd.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan permainan bahasa pada wacana cocokologi dalam acara
“Ini Talks Show” di NET. Metode yang digunakan adalah metode padan pragmatis dan metode agih.
Fenomena permainan bahasa dalam wacana cocokologi terdapat pada tataran (i) bunyi: substitusi
bunyi, dan penambahan bunyi; (ii) ejaan; (iii) kata: sinonimi, hiponimi, dan pemendekan; (iv) kalimat:
kalimat ekuatif, tautologi, redundansi, pepatah, penerjemahan, pertalian antarklausa, dan
pendefinisian; dan (v) wacana: silogisme, asosiasi, generalisasi, dan pengulangan.

Kata Kunci: permainan bahasa, aspek-aspek kebahasaan, wacana cocokologi

ABSTRACT

This study aims to describe the language game in the cocokologi discourse in the "Ini Talks Show"
on NET. The methods used are pragmatic identity methods the distributional methods. The
phenomenon of language games in the cocokologi discourse are at the level of (i) phones: sound
substitution, and sound addition; (ii) spelling; (iii) words: synonymy, hyponymy, and abreviations;
(iv) sentences: equative sentence, tautology, redundancy, proverbs, translations, inter-clausal links,
and definitions; and (v) discourse: syllogism, associations, generalizations, and repetition.

Keywords: language games, aspects of language, cocokologi discourse

1. PENDAHULUAN dijadikan sebagai ilmu yang dapat dipelajari


(Suhadi, 1989: 13).
Ada banyak sarana yang bisa dilakukan Sebelum penelitian ini, sudah ada
dalam menyampaikan humor. Salah satu beberapa kajian tentang permainan bahasa
sarana yang bisa menyampaikan humor dalam rangka menciptakan humor.
adalah penggunaan sarana verbal atau Hermintoyo (2011) pernah meneliti salah satu
penggunaan bahasa. Humor sering kali aspek kebahasaan, yakni aspek bunyi sebagai
menciptakan dengan memanfaatkan sarana kreativitas humor. Penelitian ini secara
permainan bahasa. Sekalipun secara garis khusus hanya membahas aspek bunyi dan
besar bertujuan untuk hiburan, humor bisa ketaksaan. Hasil penelitiannya adalah
pemanfaatan aspek fonologis dalam humor

94
Marcelina Cica P.S., Sony Christian S., dan M. M. Sinta Wardani - Permainan Bahasa .... 95

dapat dilakukan dengan teknik substitusi, bagaimana humor terbentuk melalui


permutasi, penyisipan, penambahan bunyi, pematuhan dan pelanggaran prinsip-prinsip
dan pelepasan bunyi pada tuturan yang pragmatik, yaitu prinsip kerja sama, prinsip
disampaikan. Ketaksaan dalam humor dapat kesopanan, dan parameter pragmatik.
mencakup ketaksaan leksikal dan ketaksaan Wijana (2000) juga pernah melakukan
gramatikal. penelitian terhadap angka, bilangan, dan
Pemanfaatan aspek kebahasaan huruf dalam permainan bahasa. Menurutnya,
homonimi dalam menciptakan humor pernah angka, bilangan, dan huruf adalah elemen
dikaji oleh Wijana (1994). Menurutnya di bahasa yang peran pentingnya secara
dalam setiap tindak ucap di dalam kerangka konvensional tidak disangsikan, bagai
wacana konversasi yang wajar ada semacam representasi jumlah dan lambang bunyi-bunyi
kerja sama yang dipatuhi oleh peserta- bahasa. Dalam wacana humor, para kreator
pesertanya secara ketat. Dalam wacana humor menjadikan ketiga elemen bahasa itu sebagai
kerja sama ini secara sengaja atau tidak sumber inspirasi yang cukup potensial untuk
sengaja dilonggarkan atau diabaikan. menciptakan kreasi-kreasinya secara sangat
Hubungan unsur lingual dengan makna yang ringkas. Dengan berbagai kelonggaran, angka,
diungkapkan dalam wacana humor sengaja bilangan, dan huruf yang di dalam pemakaian
diupayakan bersifat disjungtif untuk konvensional hanya mampu melambangkan
mendapatkan efek lucu yang diinginkan. satuan jumlah dan bunyi.
Pemanfaatan homonim memiliki beberapa Penelitian terhadap pemanfaatan aspek-
cara yang digunakan untuk menciptakan aspek kebahasaan juga pernah dilakukan
dialog-dialog yang bersifat disjungtif tersebut. Rohmadi (2010) dan Sudarsono (2013).
Cara itu adalah (a) pemaduan pasangan Menurut Rohmadi (2010), kajian terhadap
homonim biasa, (b) pemaduan pasangan strategi penciptaan humor dengan
homonim biasa dengan salah satu anggotanya memanfaatkan aspek-aspek kebahasaan
nama orang, (c) pemaduan pasangan berupa tulisan, gambar, kata, dan aneka
homonim biasa dengan salah satu anggotanya bunyi. Masing-masing memiliki teknik dan
nama tempat, (d) pemaduan pasangan konteks yang bervariasi bergantung pada
homonim biasa dengan salah satu anggotanya tujuan pencipta humor dalam penciptaan
bagian kata atau suku kata, (e) pemaduan wacana humor. Sementara itu, menurut
pasangan homonim biasa dengan salah satu temuan Sudarsono (2013) yang mengkaji
anggotanya kata asing atau kata dari bahasa permainan bahasa dalam wacana gombal,
daerah baik yang sudah atau belum permainan bahasa dalam wacana gombal
diwargakan sebagai bagian kosakata bahasa memanfaatkan aspek-aspek kebahasaan mulai
Indonesia, dan (f) pemaduan pasangan dari tataran terendah, yaitu bunyi, hingga
homonim dengan pemanfaatan kesamaan tataran tertinggi, yaitu wacana.
ejaan (ortografis), yang lazim disebut Penelitian ini membahas wacana
homograf. cocokologi yang merupakan salah satu bagian
Kajian permainan bahasa dalam wacana dalam acara ―Ini Talk Show‖ di NET TV.
kartun dari sudut pandang pragmatik juga Dalam acara tersebut biasanya diundang
pernah dilakukan Wijana (2004). Dalam orang-orang yang bekerja di dunia hiburan
kajiannya yang merupakan disertasi yang tanah air sebagai bintang tamu. Sebagian dari
kemudian dibukukan dengan judul Kartun: acara tersebut diisi dengan salah satu segmen,
Studi tentang Permainan Bahasa meneliti yakni cocokologi. Segmen ini berdurasi
96 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 14, Nomor 1, Maret 2020, hlm. 94-108

sekitar empat hingga enam menit dan 90 sama dengan go go go. Go..go..go..
ditayangkan pada saat bintang tamu hadir di power ranger!! Wow itu adalah sebuah
studio ―Ini Talk Show‖. Pada segmen ini, kata sandi. Kata sandi panggilan Power
penonton di studio dan di rumah disajikan Ranger!! Tanggal lahir Raisa merupakan
tayangan berupa video yang memuat suara panggilan Power Ranger. Ranger Pink
latar (voice over) dan gambar-gambar yang merupakan anggota Power Ranger.
berkaitan untuk mendukung tuturan. Suara Terbukti, Raisa adalah Ranger Pink.
latar disebut sebagai penutur wacana (―Raisa adalah Ranger Pink‖)
cocokologi.
Argumentasi yang dicetak tebal pada
Wacana cocokologi menyatakan hal
contoh (1) merupakan permainan bahasa
tentang sesuatu atau seseorang yang isi
pada aspek ejaan. Penutur mempermainkan
pernyataannya bersifat tidak masuk akal.
tulisan yang berupa angka 06 yang kemudian
Setelah pernyataan disampaikan, ada banyak
dibalik penulisannya menjadi angka 90 lantas
argumentasi yang disampaikan sebagai
diasosiasikan menyerupai penulisan huruf go.
pembuktian. Namun, argumentasi yang
Inilah yang dikatakan upaya berargumentasi
disampaikan sering kali mengada-ada dan
yang memanfaatkan aspek ejaan.
terkesan dipaksakan supaya cocok.
Berdasarkan analisis di atas yang
Cocokologi berasal dari kata cocok dan
menjadi permasalahan dalam kajian ini
logi. Cocok berarti ‗sama benar, sepadan,
adalah permainan bahasa apa saja yang
sesuai, benar, dan tepat‘. Logi berasal dari kata
terjadi dalam wacana cocokologi. Permainan
logos yang berarti ‗ilmu pengetahuan‘. Jadi
bahasa tersebut terjadi dalam tataran
cocokologi adalah ilmu yang mencocok-
kebahasaan apa saja?
cocokkan suatu hal dengan hal lain berupa
Hasil dari penelitian ini adalah deskripsi
argumentasi-argumentasi yang dipaksakan
permainan bahasa yang dilakukan dalam
supaya cocok. Untuk melakukan hal tersebut,
menciptakan argumentasi dalam wacana
bahasa sebagai sarana komunikasi digunakan
cocokologi. Secara teoretis, hasil penelitian ini
sedemikian rupa untuk menciptakan argumen
bermanfaat untuk mengembangkan wawasan
yang meyakinkan. Dengan kata lain, terdapat
dalam khazanah linguistik, khususnya kajian
permainan bahasa dalam wacana cocokologi.
wacana dan pragmatik. Sementara itu, secara
Salah satu permainan bahasa untuk
praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan
berargumentasi dalam wacana cocokologi
sebagai acuan bagi orang-orang yang hendak
adalah memanfaatkan aspek ejaan yang
menciptakan wacana cocokologi melalui
berkaitan dengan pelambangan bunyi bahasa
pemanfaatan aspek kebahasaan yang kreatif.
dalam rupa tulisan. Aspek ini berkaitan
Secara praktis, penelitian ini juga bermanfaat
dengan penggunaan huruf. Argumentasi
bagi retorika yang mengembangkan sisi
yang memanfaatkan aspek tersebut tampak
kreativitas orang dalam bertutur.
pada contoh berikut.
(1) Mari kita lihat fakta berikut ini! Raisa 2. LANDASAN TEORI
lahir pada 06 Juni 90, berarti Raisa lahir
pada tanggal 06 06 90. Apakah Anda Wacana cocokologi memuat banyak
melihat sebuah fakta dari angka tersebut? sekali argumentasi. Argumentasi adalah suatu
Mari kita buktikan. 06 06 jika dibalikkan bentuk retorika yang berusaha untuk
akan menjadi 90 90. Jadi kita memiliki memengaruhi sikap dan pendapat orang lain
90 90 90. Apa maksud dari 90 90 90? 90 90 agar mereka itu percaya dan akhirnya
Marcelina Cica P.S., Sony Christian S., dan M. M. Sinta Wardani - Permainan Bahasa .... 97

bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan menerjemahkan suatu bahasa ke bahasa yang
oleh penulis atau pembicara. Melalui lain, dan lainnya (Wittgenstein, 1988: 11).
argumentasi penulis berusaha merangkaikan Pada dasarnya semua permainan
fakta-fakta sedemikian rupa sehingga ia bahasa bersumber pada penggunaan bentuk
mampu menunjukkan apakah suatu pendapat dan makna kebahasaan yang tidak wajar atau
atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak tidak semestinya (Wijana, 2014: 25).
(Keraf, 2007: 3). Permainan bahasa dapat mengandung
Seperti yang diketahui, wacana pelanggaran fonologis, gramatikal, semantis,
cocokologi adalah sebuah wacana yang dan pragmatis dengan tujuan tertentu, seperti
dibentuk dengan susunan atau rangkaian berhumor, mengkritik, atau menasihati
fakta-fakta yang ada terkait pernyataan yang (Wijana dan Rohmadi, 2009: 248). Pelanggaran
dilontarkan. Argumentasi-argumentasinya kaidah kebahasaan pada tataran fonologis,
dibuat untuk mendukung atau menguatkan gramatikal, semantis, dan pragmatis tersebut
pernyataan sebelumnya. Gunanya untuk diwujudkan dengan memanfaatkan aspek-
meyakinkan serta memengaruhi mitra tutur aspek kebahasaan secara kreatif (Wijana,
yang di sini maksudnya adalah penonton 2004).
untuk percaya atas pernyataan sebelumnya. Pengertian aspek dalam aspek kebahasaan
Untuk menciptakan argumentasi tersebut mengacu pada definisi aspect menurut Online
digunakanlah permainan bahasa. English Oxford Living Dictionary, yaitu
Istilah permainan bahasa dimaksudkan ‗particular part or feature of something‘ atau
untuk menonjolkan fakta bahwa berbicara ‗bagian atau fitur tertentu dari sesuatu‘.
bahasa adalah bagian dari suatu kegiatan atau Aspek kebahasaan dapat dilihat dari dua segi,
bentuk kehidupan. Hakikat bahasa adalah yaitu segi internal dan eksternal (bdk.
penggunaannya dalam berbagai macam Baryadi, 2002: 3). Segi internal bahasa
konteks kehidupan manusia. Pada konteks meliputi bentuk dan makna seperti yang
kehidupan manusia banyak ditemukan dikatakan Saussure (1988) dengan istilah
permainan bahasa yang sifatnya dinamis dan signifiant (penanda) dan signifie (petanda).
tidak terbatas. Setiap konteks kehidupan Sementara itu, segi eksternal bahasa adalah
manusia menggunakan satu bahasa tertentu, penggunaannya. Bahasa yang digunakan
dengan menggunakan aturan penggunaan terikat dengan konteks yang menurut
yang khas dan tidak sama dengan konteks Sudaryanto (1995: 38) disebut pilar
penggunaan lainnya. Makna sebuah kata pembentuk bahasa, yaitu pembicara, mitra
adalah penggunaanya dalam kalimat, makna bicara, dan hal yang dibicarakan; atau yang
sebuah kalimat adalah penggunaannya dalam disebut oleh Hymes (1972) dengan akronim
bahasa, dan makna bahasa adalah SPEAKING (setting and scene, partaicipants,
penggunaannya dalam berbagai konteks ends, act sequences, keys, instrumentalities, and
kehidupan manusia. Terdapat banyak norms); atau yang disebut oleh Leech (1993:
penggunaan bahasa yang memiliki aturan 19—20) dengan aspek-aspek situasi ujar yang
sendiri. Contoh ragam permainan bahasa meliputi penyapa dan pesapa, konteks sebuah
misalnya, penggunaan bahasa dalam tuturan, tujuan tutur, tindak ujar, dan tuturan
memberikan perintah dan mematuhinya, sebagai produk tindak verbal.
melaporkan suatu peristiwa, berspekulasi
tentang suatu peristiwa, membuat lelucon,
98 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 14, Nomor 1, Maret 2020, hlm. 94-108

3. METODE PENELITIAN Penyajian hasil analisis data dalam


penelitian ini menggunakan metode informal.
Penelitian ini dilakukan melalui tiga Metode informal digunakan untuk
tahap, yaitu (i) pengumpulan data, (ii) analisis menyajikan hasil analisis data dalam bentuk
data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. kata-kata biasa yang dapat dipahami secara
Pada saat pengumpulan data digunakan mudah (Sudaryanto, 2015: 241).
metode simak, yaitu metode yang diterapkan
dengan menyimak tuturan dalam cocokologi 4. HASIL PENELITIAN DAN
yang diputar ulang melalui YouTube kanal Ini PEMBAHASAN
Talk Show. Selain penggunaan bahasa yang
dipakai, disimak pula tampilan visual yang Berdasarkan hasil analisis pemanfaatan
disajikan. Tampilan visual disajikan guna aspek kebahasaan dalam wacana cocokologi,
mendukung argumentasi yang dituturkan. ditemukan beberapa jenis aspek kebahasaan
Terdapat dua tahapan dalam menjaring yang dikreasikan untuk menciptakan wacana
data saat menggunakan metode simak, yaitu cocokologi. Permainan bahasa dengan
teknik dasar dan kemudian dilanjutkan teknik pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan dalam
lanjutan (Sudaryanto, 2015: 14). Teknik dasar wacana cocokologi tujuannya merangkai
adalah teknik sadap. Teknik lanjutan yang fakta-fakta untuk membuktikan sesuatu.
digunakan adalah teknik bebas libat cakap. Permainan bahasa dalam wacana cocokologi
Selain menggunakan metode simak, meliputi (i) permainan bunyi, (ii) ejaan, (iii)
digunakan juga teknik catat dengan mencatat kata, (iv) kalimat, dan (v) wacana. Permainan
semua tuturan cocokologi hingga menjadi bahasa meliputi unsur bahasa, yaitu bentuk
transkripsi ortografis. dan makna. Berikut dipaparkan deskripsi
Metode yang digunakan dalam permainan bahasa yang dilakukan dalam
menganalisis data adalah metode padan dan wacana cocokologi.
metode agih. Metode padan yang digunakan
adalah metode padan pragmatis. Metode 4.1. Permainan Bunyi
padan pragmatis adalah metode yang alat
penentunya adalah mitra tutur (Sudaryanto, Pada wacana cocokologi ditemukan
2015: 18). Metode ini digunakan untuk permainan bahasa pada tataran terkecil ini.
mengidentifikasi, misalnya, kalimat yang bila Permainan bahasa pada tataran bunyi ini
dituturkan menimbulkan reaksi tertentu dari bertujuan menciptakan makna baru pada
mitra bicaranya. Jika penutur menyampaikan sebuah kata yang menimbulkan efek lucu.
tuturan yang tidak diharapkan mitra tutur,
maka akan timbul reaksi tertentu dari mitra 4.1.1. Substitusi Bunyi
tutur. Reaksi tersebut dimanfaatkan untuk
mengidentifikasi adanya permainan bahasa. Menurut KBBI V (2018), substitusi
Sudaryanto (2015: 18) mendefinisikan memiliki arti proses atau hasil penggantian
metode agih adalah metode analisis data yang unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan
alat penentunya adalah dari bahasa yang yang lebih besar untuk memperoleh unsur
bersangkutan itu sendiri, misalnya kata, pembeda. Sederhananya, substitusi bunyi
klausa, dan fungsi sintaksis. Metode ini berarti penggantian bunyi. Perhatikan contoh
digunakan untuk mengidentifikasi jenis berikut.
permainan bahasa dalam wacana cocokologi.
Marcelina Cica P.S., Sony Christian S., dan M. M. Sinta Wardani - Permainan Bahasa .... 99

(2) Bro..bro..bro.. lulusan itu apa sih? melakukan penambahan bunyi di tengah kata.
Lulusan tuh, ―Eh, badan kamu putihan Perhatikan contoh berikut.
kayak abis lulusan ya?‖ Itu luluran!
(4) Sophia Latjuba menyukai yoga.
(―Imam Darto adalah Evolusi dari Ikan
Menyukai sama dengan mencintai.
Mas Koki‖)
Sophia Latjuba mencintai yoga. Yoga
(3) Mulus sama dengan apa? Mulus? Tulus?
berasal dari India. India terkenal dengan
Halus? Maknyus? Pilus? Lulus? Fulus?
makanan kari. Mari kita lihat ini.
(―Raisa adalah Ranger Pink‖)
Kari..kari..kari..kari..Kak Ari..Kak Ari..Kak
Meskipun wacana cocokologi berupa Ari..Kak Ari. Kak Ari adalah panggilan
wacana monolog, di dalamnya terdapat Ari Kriting oleh adiknya. Kak Ari sama
dialog yang diperankan oleh penutur yang dengan Ari Kriting. Yoga sama dengan
sama. Contoh (2) memeragakan percakapan Kak Ari. Yoga sama dengan Ari Kriting.
dari dua orang yang sedang berdiskusi. Jika (―Sophia Latjuba adalah Jodoh Ari
diuraikan akan menjadi seperti berikut. Kriting‖)

(2a) O1 : Bro..bro..bro.. lulusan itu apa sih? Kari yang dimaksud pada contoh (4)
O2 : Lulusan tuh, ―Eh, badan kamu bercetak miring memiliki referen makanan
putihan kayak abis lulusan ya?‖ khas asal India. Penutur menyisipkan bunyi
O1 : Itu luluran! /ak/ di tengah kata [kari], kemudian
memenggal kata tersebut menjadi dua kata
Orang kedua melakukan substitusi terhadap
sehingga menjadi kak ari agar komunikasi
bunyi yang seharusnya /r/ menjadi bunyi
tetap berada di konteks yang tercipta.
/s/ pada percakapan. Padahal jika
diperhatikan konteksnya, pilihan kata yang
4.2 Permainan Ejaan
tepat adalah luluran. Substitusi bunyi
dilakukan untuk melucu.
Pada contoh (3) kata-kata yang dipilih Ejaan dalam KBBI V (2018) merupakan
penutur untuk menjawab pertanyaan kata apa kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi
yang bersinonimi dengan kata mulus, tampak misalnya pada kata dan kalimat dalam bentuk
kesengajaan untuk menggunakan kata-kata tulisan atau huruf serta penggunaan tanda
bersilabe akhir -lus. Penutur tidak baca. Pada wacana cocokologi terdapat
memperhatikan makna yang ada pada permainan ejaan. Perhatikan contoh berikut.
masing-masing kata yang sama sekali tidak (5) 06 06 jika dibalikkan akan menjadi 90 90.
ada kaitannya atau bersinonimi dengan Jadi kita memiliki 90 90 90. Apa maksud
makna kata mulus. Jika kata yang dipilih dari 90 90 90? 90 90 90 sama dengan go go
penutur diganti dengan kata yang tidak go. Go..go..go.. Power Ranger!!
memiliki keselarasan bunyi, maka tidak akan (―Raisa adalah Ranger Pink‖)
timbul efek lucu pada tuturannya.
Pada contoh (5), penutur membalik
penulisan angka 06 06 menjadi 90 90.
4.1.2. Penambahan Bunyi
Kemudian angka 90 90 90 juga diasosiasikan
dengan ―go go go‖ semata-mata hanya karena
Berdasarkan hasil analisis data,
kemiripan bentuk angka 9 dengan salah satu
ditemukan permainan bahasa pada tataran
cara penulisan bunyi /g/ dan angka 0 dengan
bunyi dalam wacana cocokologi, yaitu
salah satu cara penulisan bunyi /o/ dalam
penambahan bunyi pada suatu kata. Penutur
huruf latin. Hasil permainan ejaan tersebut
100 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 14, Nomor 1, Maret 2020, hlm. 94-108

didapat kode yang merupakan kata sandi (7) Raisa pemilik lagu berjudul ―Bersama‖.
untuk panggilan Power Ranger, yaitu ―go go Bersama sama dengan bersatu.
go.‖ (―Raisa adalah Ranger Pink‖)
(8) Jika kita datang dari Cianjur ke Jakarta,
(6) Sophia Latjuba mempunyai dua suku
maka kita disebut pendatang. Pendatang
kata. Ari Kriting mempunyai dua suku
sama dengan tamu.
kata. 2+2= cinta. 2 dan 2, jika salah satu
(―Kiki Juga Member JKT48‖)
angka 2 dibalik maka akan seperti ini (♥).
wow…wow…wow… membentuk hati. Tuturan (7) menyatakan bahwa bersama
(―Sophia Latjuba adalah Jodoh Ari memiliki kesamaan makna dengan bersatu,
Kriting‖) artinya ‗menjadi satu‘. Penutur menggunakan
aspek sinonimi untuk menyampaikan
Pada contoh (6), penutur
argumentasi yang akan mendukung
mempermainkan lambang angka untuk
penyataan. Sama halnya dengan tuturan (8)
membentuk sebuah karakter atau tanda yang
yang menyebutkan pendatang bersinonimi
bersifat nonverbal. Penutur membalik
dengan tamu, artinya ‗seseorang yang datang
penulisan salah satu angka untuk membentuk
berkunjung ke tempat orang lain‘. Dengan
karakter yang menyerupai bentuk hati. Dari
demikian dapat disimpulkan bahwa wacana
hasil analisis data tersebut, disimpulkan
cocokologi memanfaatkan aspek sinonimi
bahwa tuturan (5) dan (6) merupakan tuturan
sebagai bahan berargumentasi.
yang mempermainkan ejaan.

4.3.2. Hiponimi
4.3. Permainan Kata
Hiponimi merupakan fenomena
Berdasarkan analisis data, wacana
pertalian makna. Makna beberapa buah kata
cocokologi melakukan permainan bahasa
di dalam bahasa dapat dicakup oleh sebuah
pada tataran kata. Permainan bahasa pada
kata (Wijana, 2004: 205). Perhatikan contoh
tataran kata dalam wacana cocokologi
berikut.
merupakan permainan bahasa perihal makna
kata. Berikut penjelasannya. (9) Pecahan uang terbesar Indonesia adalah
seratus ribu.
4.3.1. Sinonimi (―Raisa adalah Ranger Pink‖)
(10) Kambing apakah ini? Ya, itu adalah
Secara harfiah kata sinonimi berarti jenis kambing saanen yang berasal dari
nama lain untuk benda atau hal yang yang Swiss.
sama (Chaer, 2013: 83). Kosakata dalam (―Kiki Juga Member JKT48‖)
bahasa Indonesia sering kali memiliki dua Contoh (9) merupakan contoh kalimat
buah kata atau lebih yang maknanya sama yang mengandung hiponim. Uang seratus ribu
atau hampir sama. Pasangan-pasangan kata adalah hiponim terhadap kata uang sebab
seperti ini disebut bersinonim. Dalam makna uang seratus ribu berada atau termasuk
menciptakan wacana cocokologi yang dalam makna uang. Uang merupakan
berbentuk argumentasi, penutur superordinat dari uang seratus ribu, lima puluh
memanfaatkan aspek sinonimi. Perhatikan ribu, dua puluh ribu, dst. Begitu juga dengan
argumentasi berikut. contoh (10), kalimat tersebut mengandung
hiponim. Kambing merupakan superordinat
Marcelina Cica P.S., Sony Christian S., dan M. M. Sinta Wardani - Permainan Bahasa .... 101

dari kambing saanen. Kambing saanen dari Singkatan adalah hasil pemendekan yang
Swiss sengaja dipilih karena penutur hendak berupa huruf demi huruf atau gabungan
menggunakan Swiss untuk menciptakan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf
argumentasi baru yang masih ada kaitannya maupun tidak dieja huruf demi huruf.
dengan kalimat sebelumnya. Kesimpulannya,
wacana cocokologi memanfaatkan aspek 4.4. Permaian Kalimat
kebahasaan hiponimi untuk mencocokkan
kalimat argumentasi dengan kalimat Kalimat merupakan satuan kebahasaan
selanjutnya. dasar untuk membentuk wacana cocokologi
yang terbentuk atas kalimat-kalimat
4.3.3. Pemendekan pembentuk wacana. Pada tataran kalimat ini,
penutur berkreasi untuk menciptakan kalimat
Pemendekan atau abreviasi adalah argumentasi. Berikut penjelasannya.
proses penanggalan satu atau beberapa
bagian leksem atau kombinasi leksem 4.4.1. Kalimat Ekuatif
sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus
kata. Hasil prosesnya disebut kependekan Kalimat ekuatif adalah kalimat
(Kridalaksana, 2010: 159). persamaan. Berdasarkan hasil analisis data,
(11) Muhammad Ali Syarief jika disingkat ditemukan permainan bahasa dalam wacana
menjadi MAS. cocokologi yang menggunakan kalimat
(12) Entis Sutisna jika disingkat menjadi ES. persamaan. Ada penggunaan kalimat ekuatif
(―Aliando adalah Anak Kandung Sule‖) secara wajar dan ada juga yang kurang wajar.
(13) BS bisa berarti bujur sangkar dan buah Perhatikan contoh berikut ini.
salak. (14) Delapan merupakan angka yang tidak
(―Luna Maya adalah Babysitter Andre putus. Delapan sama dengan tidak
Taulany‖) putus.
Salah satu cara wacana cocokologi (―Kiki Juga Member JKT48‖)
berargumentasi adalah dengan menciptakan (15) 3500 adalah harga tiket terbaru busway.
kependekan baru. MAS pada (11) adalah hasil (―Bunga Citra Lesatari Pencetus
pemendekan dari nama tokoh yang dijadikan Busway‖)
sebagai bahan pembicaraan, yaitu Aliando Ekuatif berarti mengacu ke kadar
yang memiliki nama lengkap Muhammad Ali kualitas atau intensitas yang sama atau
Syarief. Contoh (12) juga terdapat hampir sama. Pada kalimat (14) penutur
pemendekan menjadi ES yang berasal dari menyatakan dua hal yang setara dan
Entis Sutisna. Contoh (11) dan (12) merupakan dianggap berkategori yang sama, yaitu
pengakroniman. Akronim adalah kependekan delapan sama dengan tidak putus. Padahal
yang berupa gabungan huruf atau suku kata jika dilihat, kalimat argumentasi tersebut
atau bagian lain dari bentuk dasar dan tidak sepadan. Bagian yang menunjukkan
dilafalkan sebagai sebuah kata. kalimat tersebut merupakan kalimat
Berbeda dengan contoh (13) yang persamaan adalah sama dengan. Sementara itu,
merupakan pemendekan jenis penyingkatan. tuturan (15) menunjukkan kalimat ekuatif,
BS dalam tuturan tersebut diduga adalah bisa dilihat pada pilihan kata adalah. Dalam
singkatan dari bujur sangkar dan buah salak. konteks ini, 3500 merupakan nomina, begitu
102 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 14, Nomor 1, Maret 2020, hlm. 94-108

juga dengan frasa harga tiket terbaru busway ditemukan kalimat yang dianggap sebagai
yang merupakan frasa nomina. Jika kedua sesuatu yang redundansi. Berikut contohnya.
nomina dijejerkan, maka tidak akan
(18) Mengiris, memotong, dan memasak
membentuk kalimat sebab tidak ada yang
biasanya dilakukan oleh seorang koki.
berperan sebagai subjek dan predikat.
(―Imam Darto adalah Evolusi dari Ikan
Penambahan kata adalah berperan untuk
Mas Koki‖)
menjadikan 3500 sebagai subjek dan frasa
(19) Rambut Andika Kangen Band berwarna
nomina harga terbaru tiket busway sebagai
hitam dan ini fakta yang mengejutkan.
predikat.
(―Ernest Prakasa adalah Mantan Vokalis
Kangen Band‖)
4.4.2. Tautologi
Pemakaian kata oleh pada contoh (18)
Menurut KBBI V (2018), tautologi adalah dianggap sebagai sesuatu yang redundansi,
pengulangan gagasan, pernyataan, atau kata yang berlebih-lebihan, dan yang sebenarnya
yang berlebih yang tidak diperlukan. tidak perlu. Untuk membuat kalimat yang
Pengulangan dilakukan tanpa menambah efektif, sebaiknya kalimat-kalimat yang
kejelasan. Dalam wacana cocokologi redundan sebaiknya tidak digunakan.
ditemukan fenomena tautologi. Perhatikan Kalimat Mengiris, memotong, dan memasak
contoh berikut. biasanya dilakukan seorang koki adalah lebih
efektif dari kalimat (18). Begitu juga kalimat
(16) Bunga sama dengan bunga.
(19) adalah redundans dari bentuk Rambut
(―Bunga Citra Lestari Pencetus
Andika Kangen Band hitam dan ini fakta yang
Busway‖)
mengejutkan. Pemakaian kata berwarna
(17) Putih sama dengan putih.
dianggap sebagai sesuatu yang redundansi.
(―Raisa adalah Ranger Pink‖)
Penanggalan kata oleh dan berwarna bisa
Penutur pada contoh (16) sebenarnya dilakukan selama tidak mengganggu dan
ingin memberi definisi sinonim dari bunga, mengurangi informasi yang ingin
tetapi yang dilakukan hanya mengulang disampaikan.
kembali kata tersebut. Sewajarnya jika
penutur hendak memberi definisi sinonimi, 4.4.4. Peribahasa atau Pepatah
penutur mengatakan, misalnya bunga sama
dengan tumbuhan. Begitu juga dengan contoh Pepatah dalam KBBI V (2018) memiliki
(17) yang hanya mengulang kembali kata arti peribahasa yang mengandung nasihat
putih tanpa memberi penjelasan tambahan atau ajaran dari orang tua-tua (biasanya
terkait. Kedua contoh kalimat tersebut dipakai atau diucapkan untuk mematahkan
terkesan tidak diperlukan karena memberikan lawan bicara). Dalam beragumentasi, penutur
informasi yang berlebihan. menggunakan pepatah atau berpepatah.
Perhatikan contoh berikut ini.
4.4.3. Redundansi
(20) Ada pepatah mengatakan, ―Buah jatuh
tidak jauh dari pohonnya.‖
Redundansi sering diartikan sebagai
(―Sule Diangkat Bapak oleh Rizky
pemakaian unsur segmental dalam suatu
Febian‖)
bentuk ujaran yang berlebihan (Chaer, 2013:
(21) Ada pepatah mengatakan, ―Jodoh tidak
105). Pada wacana cocokologi banyak
akan ke mana.‖
Marcelina Cica P.S., Sony Christian S., dan M. M. Sinta Wardani - Permainan Bahasa .... 103

(―Sophia Latjuba adalah Jodoh Ari Penutur menerjemahkan kata love


Kriting‖) menjadi cinta pada (22). Love merupakan
kosakata dalam bahasa Inggris. Begitu juga
Dua contoh di atas merupakan kalimat
dengan (23), penutur menerjemahkan kalimat
yang dituturkan penutur untuk membuktikan
I‟mM menjadi saya seorang M. Disimpulkan
bahwa Sule diangkat bapak oleh Rizky dan
bahwa dalam berargumentasi, penutur
Sophia Latjuba berjodoh dengan Ari Kriting.
menerjemahkan bahasa asing ke dalam
Dari tuturan (20) penutur berpendapat
bahasa Indonesia.
seorang anak tentu tidak akan jauh berbeda
dengan orang tuanya. Dalam arti yang
4.4.6. Pertalian Antarklausa dalam Kalimat
sesungguhnya pepatah tersebut berbicara
Majemuk
tentang sifat anak yang menurun dari ayah
dan ibu. Namun pada wacana cocokologi,
a. Pertalian Syarat
penutur memahami pepatah tersebut adalah
Terdapat hubungan makna ‗syarat‘
tentang tempat lahir yang berbeda antara
apabila klausa bawahan menyatakan syarat
orang tua dan anak.
bagi terlaksananya apa yang tersebut pada
Salah satu cara penutur dalam (21)
klausa inti. Secara jelas hubungan ini ditandai
membuktikan Sophia Latjuba adalah jodoh
dengan kata penghubung jika (Ramlan, 2005:
Ari Kriting dengan berpepatah seperti pada
71). Pada wacana cocokologi terdapat tuturan
(20). Sebelumnya, penutur membandingkan
yang mengandung hubungan makna syarat.
Ari Kriting dan Ariel Noah. Pepatah tersebut
Untuk lebih jelas, perhatikan contoh berikut.
oleh penutur diartikan secara harfiah saja.
(24) Ya, CJR mengingatkan kita pada kota
Ariel Noah dikatakan sering konser ke mana-
Cianjur. JKT mengingatkan kita pada
mana, sedangkan Ari Kriting hanya duduk di
kota Jakarta. Jika kita datang dari
sofa Ini Talk Show saat itu. Padahal, pepatah
Cianjur ke Jakarta, maka kita disebut
tersebut memiliki arti yang lebih khusus yang
pendatang.
sederhananya mengungkapkan bahwa urusan
(―Kiki Juga Member JKT48‖)
jodoh sudah ada yang mengatur dan jika ada
(25) Jika warna putih dicampurkan dengan
tantangan seberat apa pun, jika memang
merah, maka yang terjadi adalah warna
sudah berjodoh akan tetap dimiliki.
pink.
(―Raisa adalah Ranger Pink‖)
4.4.5. Penerjemahan
Dua contoh di atas merupakan tuturan
Dalam wacana cocokologi, terdapat yang memiliki hubungan pertalian
upaya penerjemahan dari bahasa Inggris ke antarklausa. Pada contoh (24) dinyatakan
dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut memiliki pertalian syarat karena penutur
dilakukan untuk melancarkan argumentasi menuturkan syarat, yaitu harus ada yang
yang dibangun. Perhatikan contoh berikut. datang dari Cianjur ke Jakarta maka maksud
klausa maka kita disebut pendatang bisa
(22) Love sama dengan cinta.
terwujud. Klausa jika kita datang dari Cianjur ke
(―Sophia Latjuba adalah Jodoh Ari
Jakarta berperan sebagai klausa bawahan. Kita
Kriting‖)
disebut pendatang merupakan klausa inti. Sama
(23) I‘m M artinya saya seorang M.
halnya dengan contoh (25) yang juga memiliki
(―Imam Darto adalah Evolusi dari Ikan
hubungan makna syarat. Penutur
Mas Koki‖)
menyebutkan sebuah syarat agar warna pink
104 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 14, Nomor 1, Maret 2020, hlm. 94-108

tercipta adalah harus mencampurkan dua 4.4.7. Pendefinisian


warna yang berbeda, di antaranya warna
putih dan merah. Pendefinisian merupakan proses atau
Kedua syarat tersebut sengaja cara memberikan rumusan tentang ruang
diciptakan oleh penutur agar tercipta lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang
argumentasi yang selanjutnya bisa dijadikan menjadi pokok pembicaraan. Pada wacana
dasar berargumentasi lain dengan cocokologi terdapat upaya pendefinisian yang
mempermainkan aspek kebahasaan lainnya dilakukan oleh penutur untuk
seperti permainan sinonimi dan pengulangan. berargumentasi. Perhatikan contoh berikut.
Tidak menutup kemungkinan pula penutur (27) Babysitter dalam bahasa Indonesia
menciptakan hubungan pertalian bersyarat artinya ‗merawat, mengasuh, dan
tersebut hanya sekadar bertutur tanpa menjaga bayi‘.
maksud yang jelas karena mengingat tujuan (―Luna Maya adalah Babysitter Andre
wacana cocokologi adalah menghibur dengan Taulany‖)
tuturannya yang nyeleneh. Tuturan juga
disengaja untuk memperpanjang penjelasan. Kata babysitter merupakan kosakata
dalam bahasa Inggris. Untuk membuktikan
b. Pertalian Sebab-Akibat pernyataan utama yang disebutkan penutur
Terdapat hubungan makna ‗sebab‘ bahwa Luna Maya pernah menjadi babysitter
apabila klausa bawahan menyatakan sebab
Andre, penutur memberi penjelasan lengkap
atau alasan terjadinya peristiwa atau terkait apa itu babysitter dengan cara
dilakukannya tindakan yang tersebut dalam
mendefinisikannya.
klausa inti. Hubungan ini secara jelas ditandai
dengan kata penghubung karena. Terdapat 4.5. Permainan Wacana
hubungan makna ‗akibat‘ apabila klausa
bawahan meyatakan akibat dari apa yang Wacana terbentuk karena ada rentetan
dinyatakan pada klausa inti. Secara jelas kalimat yang memiliki makna serasi dan
hubungan ini ditandai dengan kata-kata saling berkaitan. Berdasarkan hasil analisis
penghubung hingga, sehingga, sampai, dan data wacana cocokologi ditemukan
sampai-sampai. (Ramlan, 2005: 68—70). permainan bahasa pada tataran kebahasaan
Perhatikan contoh berikut. terbesar ini.
(26) Imam Darto adalah lulusan BINUS.
Imam Darto adalah lulusan teknik 4.5.1. Silogisme
informatika, sehingga gelarnya S.T.
Imam Darto, ST. Silogisme dipahami sebagai menarik
(―Imam Darto adalah Evolusi dari Ikan kesimpulan berdasarkan premis-premis.
Mas Koki‖) Premis merupakan kalimat atau proposisi
Contoh (26) dinyatakan memiliki yang dijadikan dasar penarikan kesimpulan
hubungan sebab-akibat. Imam Darto dalam logika. Pada wacana cocokologi
mendapatkan gelar Sarjana Teknik (S.T.) terdapat pemanfaatan aspek kebahasaan
disebabkan dirinya pernah menempuh silogisme yang digunakan untuk
pendidikan strata satu di Universitas Bina berargumentasi. Perhatikan contoh berikut
Nusantara (BINUS) yang mengakibatkan ini.
dirinya bergelar Sarjana Teknik.
Marcelina Cica P.S., Sony Christian S., dan M. M. Sinta Wardani - Permainan Bahasa .... 105

(28) Premis mayor : Mandiri sama dengan Makan...makan...sendiri. Cuci baju


Caca Handika. sendiri, tidur pun sendiri, ya..ya..ya..
Premis minor : Rizky anak mandiri. Caca Handika. Mandiri sama dengan
Konklusi : Caca ayah Rizky. Caca Handika.
(―Sule Diangkat Bapak oleh Rizky (―Sule Diangkat Bapak oleh Rizky
Febian‖) Febian‖)
(29) Premis mayor : Yoga sama dengan Ari
Pada contoh (30) penyanyi Caca
Kriting
Handika dihubungkan dengan lagu yang
Premis minor : Sophia Latjuba
dinyanyikannya yang berjudul ‗Angka Satu‘.
mencintai Yoga.
Lagu tersebut memiliki lirik yang menyatakan
Konklusi : Maka Sophia Latjuba
Caca Handika melakukan segala hal dengan
mencintai Ari Kriting.
dirinya sendiri, sehingga disimpulkan bahwa
(―Sophia Latjuba adalah Jodoh Ari
Caca Handika adalah orang yang mandiri.
Kriting‖)
Berdasarkan hal tersebut maka penutur
Pada contoh (28) penutur menghubungkan mandiri dengan Caca
menyimpulkan Caca adalah ayah Rizky Handika.
berdasarkan dua proposisi sebelumnya. Pada
tuturan tersebut memiliki premis mayor, 4.5.3. Generalisasi
premis minor, dan konklusi. Term yang
terdapat dalam kesimpulan sudah disebut Menurut KBBI V (2018), generalisasi
dalam premis-premisnya. Kesimpulan yang adalah perihal membentuk gagasan atau
didapat dari contoh (29) adalah Sophia simpulan umum dari suatu kejadian, hal, dan
Latjuba mencintai Ari Kriting berdasarkan sebagainya; penyamarataan. Pada wacana
premis mayor dan premis minor yang ada. cocokologi, penutur beberapa kali
Berdasarkan analisis data tersebut, maka berargumentasi dengan menggeneralisasikan
dapat ditarik kesimpulan bahwa wacana sesuatu kemudian menghubungkannya
cocokologi memanfaatkan aspek kebahasaan dengan fakta-fakta yang ada. Perhatikan
silogisme untuk berargumentasi. contoh berikut.
(31) Anak biasanya mengidolakan ayahnya
4.5.2. Asosiasi dan selalu membanggakannya. Mari
kita lihat foto berikut ini. Apakah Anda
Menurut KBBI V (2018), asosiasi
melihat sesuatu di sana? Ya..ya..ya..
memiliki arti tautan dalam ingatan pada
Aliando memakai kaos bertuliskan SOS.
orang atau barang lain; pembentukan
SOS adalah nama grup lawak Sule.
hubungan atau pertalian antara gagasan,
Aliando bangga memakai kaos SOS.
ingatan, atau kegiatan pancaindra. Hasil
Aliando bangga dengan grup lawak
analisis data ditemukan pemanfaatan
ayahnya.
hubungan asosiatif. Perhatikan contoh
(―Aliando Anak Kandung Sule‖)
berikut.
(32) Apakah Luna Maya cocok menjadi
(30) Mandiri berarti mengerjakan semuanya babysitter? Ya..ya..ya.. bisa jadi, bisa jadi.
sendiri. Hmmm... siapakah yang Luna maya berzodiak Virgo dan karir
mengerjakan semuanya sendiri? yang cocok dengan zodiak Virgo adalah
Masak...masak sendiri.
106 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 14, Nomor 1, Maret 2020, hlm. 94-108

perawat. Ya, perawat. Apakah ini (34) Kiki berzodiak Capricorn. Capricorn
kebetulan? Aku rasa tidak. berlambang kambing. Kambing apakah
(―Luna Maya adalah Babbysitter Andre ini? Ya, itu adalah jenis kambing saenan
Taulany‖) yang berasal dari Swiss. Swiss… Di
Swiss ada musim salju. Salju sama
Pada contoh (31) penutur
dengan es. Es rasanya dingin. Wow…
menyimpulkan Aliando mengidolakan
dingin. Kalau dingin enaknya pakai
ayahnya karena dalam sebuah foto, Aliando
jaket. Jaket dipakai Kiki. Kiki memakai
mengenakan kaos yang bertuliskan SOS yang
jaket. Jaket bagian dari Kiki. Bagian
disebutkan adalah nama grup lawak ayahnya.
sama dengan anggota. Anggota sama
Keadaan anak mengidolakan sosok ayah
dengan member.
dianggap sebuah hal yang umum sehingga
(―Kiki adalah Member JKT48‖)
penutur menggeneralisasikan bahwa setiap
anak pasti mengidolakan ayahnya, padahal Pada kalimat pertama contoh (33),
bisa saja tidak. Penutur menyamaratakan penutur menginformasikan bahwa dalam
semua anak pasti mengidolakan ayahnya. sebuah foto, Aliando sedang mengenakan
Penutur juga menganggap jika orang kaos bertuliskan SOS. Kata terakhir yang
mengenakan suatu baju yang bertuliskan diucapkan penutur pada kalimat pertama
sesuatu berarti bangga akan hal itu. adalah SOS. Setelah itu, SOS disebut kembali
Begitu juga dengan contoh (32) untuk dijadikan penyambung antara kalimat
penutur menyimpulkan Luna Maya cocok sebelumnya dengan yang selanjutnya agar
sebagai perawat. Penutur berpendapat bahwa tuturan terlihat tidak keluar dari konteks. SOS
orang yang berzodiak Virgo cocok dengan juga disebutkan ulang pada kalimat ketiga
pekerjaan sebagai perawat. Hal tersebut bagian akhir kalimat. Fenomena ini disebut
digeneralisasikan berdasarkan kebanyakan pengulangan, sebab penutur mengulang
ramalan zodiak mengatakan bahwa Virgo sebuah kata yang sama pada dua kalimat atau
identik dengan sifat penyayang dan perawat lebih. Pada contoh (33) penutur menyebutkan
yang baik. Penutur menganggap Luna Maya SOS sebanyak tiga kali sehingga terbentuk
memang pantas menjadi perawat karena ia pola pengulangan kata SOS pada wacana
berzodiak Virgo padahal bisa saja hal itu tidak tersebut.
berlaku pada semua orang yang berzodiak Perhatikan juga pada contoh (34) yang
Virgo. membentuk pola pengulangan terhadap tiap-
tiap kata terakhir yang diucapkan penutur.
4.5.4. Pengulangan Penutur secara terus menerus atau
melanjutkan menyatakan sesuatu yang
Salah satu cara yang digunakan penutur diawali kata yang merupakan kata terakhir
saat berargumentasi adalah dengan pada kalimat sebelumnya. Fenomena seperti
mengulang kata yang terdapat pada kalimat itu dikatakan pengulangan. Seperti yang telah
sebelumnya. Perhatikan contoh berikut. disebutkan di atas, maksud dari pengulangan
yang dilakukan oleh penutur biasanya untuk
(33) Aliando memakai kaos bertuliskan SOS.
mempertahankan kesinambungan topik agar
SOS adalah nama grup lawak Sule.
selalu terlihat cocok.
Aliando bangga memakai kaos SOS.
Upaya pengulangan ini mendukung
(―Aliando Anak Kandung Sule‖)
teori dari Baryadi (2002) yang mengatakan
bahwa kesinambungan topik dapat
Marcelina Cica P.S., Sony Christian S., dan M. M. Sinta Wardani - Permainan Bahasa .... 107

diciptakan salah satunya dengan mengulang https://play.google.com/store/apps/d


topik pada kalimat-kalimat berikutnya. etails?id=yuku.kbbi5&hl=in
Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi:
5. KESIMPULAN Komposisi Lanjutan III. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Fenomena permainan aspek kebahasaan Kridalaksana, Harimurti. 2010. Pembentukan
dalam wacana cocokologi terdapat pada Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
tataran (i) bunyi, (ii) ejaan, (iii) kata, (iv) Gramedia Pustaka Utama.
kalimat, dan (v) wacana. Permainan bahasa Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip
dilakukan untuk menciptakan argumentasi- Pragmatik. Diterjemahkan oleh M.D.D.
argumentasi yang mendukung kebenaran Oka. Jakarta: Penerbit Universitas
terhadap suatu pernyataan. Pada tataran Indonesia.
bunyi meliputi (a) substitusi bunyi dan (b) Online English Oxford Living Dictionary. t.t.
penambahan bunyi. Permainan bahasa pada https://en.oxforddictionaries.com/defi
tataran kata meliputi (a) sinonimi, (b) nition/aspect. Diakses pada 20 Januari
hiponimi, dan (c) pemendekan. Sementara itu, 2020 pukul 21.00 WIB.
pada tataran kalimat meliputi (a) kalimat Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia:
ekuatif, (b) tautologi, (c) redundansi, (d) Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.
pepatah, (e) penerjemahan dari bahasa asing, Rohmadi, Muhammad. 2010. ―Strategi
(f) pertalian antarklausa yang meliputi Penciptaan Humor dengan Pemanfaatan
pertalian syarat dan pertalian sebab-akibat, Aspek-Aspek Kebahasaan‖. Dalam
dan (g) pendefinisian. Pada tataran wacana, Jurnal Humaniora. Vol. 22, No. 3. 2010,
aspek kebahasaan yang dipermainkan oleh hlm. 285-298.
penutur meliputi (a) silogisme, (b) asosiasi, (c) Saussure, Ferdinand De. 1988. Pengantar
generalisasi, dan (d) pengulangan. Linguistik Umum. Diterjemahkan oleh
Rahayu S. Hidayat. Yogyakarta: Gadjah
DAFTAR PUSTAKA Mada University Press.
Sudarsono, Sony Christian. 2013. ―Permainan
Baryadi, I. Praptomo. 2002. Dasar-Dasar Bahasa dalam Wacana Gombal‖. Jurnal
Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Ilmiah Kebudayaan Sintesis Volume 13,
Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli. No. 2. Halaman 63—77.
Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Sudaryanto. 1995. Linguistik: Identitasnya, Cara
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Penanganan Objeknya, dan Hasil
Hermintoyo, M. 2011. ―Aspek Bunyi Sebagai Kajiannya. Yogyakarta: Duta Wacana
Sarana Kreativitas Humor‖. Dalam University Press.
Ejurnal Fakultas Ilmu Budaya. Vol. 35, Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik
No. 1, Januari 2011, hlm. 14—27. Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata
Hymes, Dell. 1972. ―Models of the Interaction Dharma University Press.
of Language and Social Life‖. Dalam J.J. Suhadi, M Agus. 1989. Humor Itu Serius.
Gumperz dan Dell Hymes (eds.). Jakarta: PT Pustakakarya Grafikatama.
Direction in Sociolinguistics. New York: Wijana, I Dewa Putu. 1994. ―Wacana Kartun
Holt, Rinehart and Winston Inc. Dalam Bahasa Indonesia‖. Desertasi.
KBBI V: Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Kelima. 2018. Diunduh dari
108 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 14, Nomor 1, Maret 2020, hlm. 94-108

Wijana, I. Dewa Putu. 2000. ―Angka, Bilangan, ―Bunga Citra Lesatari Pencetus Busway‖ – Ini
dan Huruf dalam Permainan Bahasa‖. Talk Show 11 Februari 2016
Jurnal Humaniora. Vol. XII, No. 3. 2000, ―Ernest Prakasa adalah Mantan Vokalis
hlm. 271-277. Kangen Band‖ – Ini Talk Show 10 Maret
Wijana, I. Dewa Putu. 2004. Kartun: Studi 2016
Tentang Permainan Bahasa. Yogyakarta: ―Kiki Juga Member JKT48‖ – Ini Talk Show 5
Ombak. Februari 2016
Wijana, I. Dewa Putu. 2014. Wacana Teka-Teki. ―Luna Maya adalah Babbysitter Andre
Yogyakarta: A.Com Press. Taulany‖ – Ini Talk Show 30 Maret 2016
Wijana, I Dewa Putu dan Mohammad ―Raisa adalah Ranger Pink‖ – Ini Talk Show 3
Rohmadi. 2009. Analisis Wacana Februari 2016
Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis. ―Sophia Latjuba Ternyata Jodoh Arie Kriting‖
Surakarta: Yuma Pustaka. – Ini Talk Show 18 Februari 2016
Wittgenstein, Ludwig. 1988. Philosophical ―Sule Diangkat Bapak oleh Rizky Febian‖ –
Investigations. Great Britain: Basil Ini Talk Show 26 Februari 2016
Blackwell. ―Ternyata Imam Darto itu Evolusi dari Ikan
Mas Koki‖ – Ini Talk Show 16 Maret
SUMBER DATA 2016

―Aliando Anak Kandung Sule‖ – Ini Talk


Show 22 Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai