Anda di halaman 1dari 17

Nama : Dani Dormauli Br.

Simbolon
NPP : 30. 0081
Kelas : B4

Review Buku Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian


Ilmu Pemerintahan
karya:Prof. Dr. Dra. Hj. Eliana Hasan,M.Si
(Bab I-Bab V)

BAB I
KONSEP FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU

A. Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat di pahami sebagai proses berpikir lebih tajam dan
merasakan sesuatu lebih dalam . Falsafah atau filsafat sebagai kata yang diadopsi
dari bahasa arab (Falsafah)diartikan sebagai hakikat atau hikmah.Sementara dalam
bahasa Yunani yaitu Philos dan Shopia. Philos yang berarti kasih sayang dan cinta,
sedangkan Shopia yang berarti kebijaksanaan. Sehingga Philoshophia dalam
bahasa Yunani berarti cinta kedamaian, cinta kebijaksanaan, cinta ketertiban, cinta
kebeneran, cinta keindahan.
Kata filsafat diartikan juga sebagaicinta kepada kebijaksanaan(love of
wisdom segoyiyanya ada pemahaman setiap makhluk yang
berakal.Permasalahannya adalah pada tataran implementatifnya sering terjadi
distorsi,bahkan penyipangan dan anomali terjadi,semakin menjauh dari yang
seharusnya.
Diketahui dari aspek historis,diketahui bahwa kata filsafat pertama kali
dibawa dan diperkenalkan oleh seorang filosof Yunani, yaitu Pythagoras.
Walaupun pada saat itu filsafat belum mempunyai makna yang jelas, namun dapat
diambil bahwa filsafat yaitu proses berpikir intuk mencari sebuah
kebenaran.Kemudian pada tahun 470-399 SM, seorang filosof dari kaum Sophist,
Socrates, menggunakan kembali kata filsafat dengan makna yang di perjelas, yaitu
untuk kebijaksanaan dalam mengarungi lautan kehidupan.Sejak saat itu,kata
filsafat menjadi telahan berkelanjutan untuk mempelajari berbagai fenomena
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis.
Sejak dikemukakannya pengertian dari kata filsafat, sampai saat ini telah
mengalami perkembangan yang cukup signifikan, mengarah kepada substansi
makna filsafat itu sendiri yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang cukup
kompleks, sehingga melahirkan berbagai pendapat tentang arti, kriteria, dan
indikator serta ciri-ciri filsafat, yang antara lain di tandai dengan lahirnya paham-
paham berikut ini:
1. Paham rasionalisme yang mengagungkan akal;
2. Paham Materialisme yang mengaguangkan materi;
3. Paham Idealisme yang mengagungkan idea.
Demikian banyaknya aliran dan paham yang muncul dalam perkembangan
pemikiran filsafat, maka dari kesemua aliran tersebut dapat disimpulkan bahwa
kata filsafat merupakan:
a. Hasil pemikiran kritis dan dinyatakan dalam bentuk yang sistematis;
b. Hasil pemikiran manusia yang paling dalam;
c. refleksi dan pendalaman lebih lanjut daripada ilmu pengetahuan;
d. Hasil analisi dan abstrak berpikir manusia;
e. Pandangan hidup;
f. Hasil perenungan jiwa manusia yang mendalam, mendasar, dan
menyeluruh.
Berikut merupakan beberapa pengertian filsafat menurut para ahli filosof
terkemuka:
1. Plato (427-347 SM)
Plato mengatakan bahwa filsafat harus berlangsung dengan mengkritik
pendapat-pendapat yang berlaku. Jadi, kearifan dan pengetahuan intelektual
itu diperoleh melalui suatu proses pemeriksaan secara kritis, diskusi, dan
penjelasan ide serta gagasan..
2. Sir Francis Bacon (1561-1626 M)
Pemikirannya menjadi titik kebangkitan filsafat modern yang menyatakan
bahwa filsafat adalah induk agung dari ilmu-ilmu. Filsafat menangani semua
pengetahuan sebagai bidangnya.
3.Immanuel Kant (1724-1804)
Menurut Kant,filsafat adalah ilmu penegetahuan yang menjadi pokok dan
pangkal dari segala pengetahuan
4. Al Farabi
Filsafat adalah ilmu(pengetahuan) tentang alam maujud,bagaimana hakikat
yang sebenarnya
5. Ir. Poedjawijatma
Filsafat adalah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab sedalam-dalamnya
bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka (Lasiyo dan Yuwono,1985, h. 11)
Hakikat dalam prinsip yang menyatakan sesuatu adalah sesuatu, maka
filsafat adalah usaha untuk memgetahui segala sesuatu. Jadi, segala sesuatu yang
mempunyai kualitas tertentu pasti itu adalah ada. Dengan demikian, filsafat
membahas lapisan terakhir dari segala sesuatu atau membahas masalah-masalah
yang paling dasar. Sementara itu, C.C. Van Peursen menyatakan bahwa berfilsafat
merupakan salah satu kemungkinan terbuka bagi setiap orang, ketika ia mampu
menerobos lingkaran kebiasaan yang tidak mempersoalkan hal ihwal sehari-hari.
Lain halnya dengan louis O. Kattsoff, yang mengemukakan bahwa berfilsafat
bukan makan roti, namun demikian filsafat dapat menyiapkan tungkunya,
menyisihkan noda-noda dari tepungnya, menambah jumlah bumbunya secara layak
danmengangkat roti itu dari tungku pada waktu yang tepat. Yang mana
mengandung makna bahwa tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan
manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan itu,
menemukan hakikatnya, dan mengatur semuanya itu dalam bentuk yang
sistematik, sehingga filsafat membawa kita kepada pemahaman, dan pemahaman
membawa kita pada tindakan yang lebih layak.
B. Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu yakni bertolak dari pengertian filsafat sebagai proses berpikir
setajam-tajamnya, dan merasa sedalam-dalamnya mengantarkan kita pada salah
satu cabang filsafat yang membahas masalah ilmu, filsafat ilmu melakukan analisis
mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana pengetahuan ilmiah itu di peroleh
dan di sisi lain filsafat bertugas sebagai peletak dasar utama pada setiap ilmu.
Filsafat ilmu dalam arti luas yaitu menampung permasalahan yang
menyangkut hubungan keluar dari kegiatan ilmiah, sedangkan dalam arti sempit
yaitu menampung permasalahan yang berkaitan dengan hubungan kedalam yang
terdapat di dalam ilmu itu sendiri.
Filsafat ilmu merupakan telaahan kritis yang ingin menjawab pertanyaan
mengenai hakikat ilmu, ditinjau dari segi ontologis, epistimologis, maupun
aksiologisnya. Dengan perkataan lain membahas filsafat ilmu merupakan
penelaahan dari ontologi, epistimologi, dan aksiologi yang secara spesifik
mengkaji hakikat ilmu terkait dengan filsafat pengetahuan yang mencangkup tiga
komponen besar, yaitu:
1. Landasan Ontologis
2. Landasan Epistimologis
3. Landasan Aksiologis
Sedangkan tiga titik sumber telaahan yang tercangkup di dalam filsafat ilmu:
a. Kritis; telaahan kritis ini dapat diarahkan untuk mengkaji ilmu empiris dan
yang juga ilmu rasional, juga untuk membahas study bidang etika-estetika,
study kesejarahan, antropologi, geologi, dan sebagainya.
b. Empiris; untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep, sangka,
wacana dan postulat mengenai ilmu dan upaya untuk membuka tabir dasar-
dasar keempirisan, kerasonalan, dan kepragmatisan.
c. Study Gabungan; filsafat ilmu terdiri atas beberapa study yang beraneka
macam yang di tunjukkan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai
ilmu tertentu.
C. Tujuan Mempelajari Filsafat Ilmu
Filsafat sebagai prinsip,sebagai proses berpikir,pandangan atau konsep yang
melekat erat secara kodrati pada diri manusia secara teoritis maupun praktis
ternyata harus dilatih terus menerus,karena kodrat manusia sebagai makhluk
termulia di muka bumi telah diberi akal oleh Yang Maha Kuasa untuk dapat
mengolah,menjalani hidup dan kehidupan ini secara berkualitas.
Uraian singkat tersebut mengingatkan kita pada aliran rasionalisme yang
dicetuskan oleh seorang filosof yang bernama Rene Descartes,yaitu "cogito ergu
sum",yang dapat diartikan "aku berpikir,oleh karena itu aku ada".
Demikian banyak kemaslahatan yang di telorkan dari hasil pemikiran aliran
rasionalisme tersebut sampai saat ini terus berkembang dan kitapun merasakan
manfaatnya. Dengan perkataan lain, dapat dnyatakan bahwa manusia dengan akal
yang dimilikinya dapat mempelajari dan membuka berbagai rahasia yang terdapat
dalam alam semesta ini, proses menggunakan akal pikiran manusia secara
berkualitas itulah yang dinyatakan bahwa setiap manusia pastilah berfilsafat,
sehingga filsafat ilmu berguna untuk:
a. meletakkan dasar-dasar yang dapat diandalkan tentang:
- apa yang disebut logis
- apa yang disebut benar
- apa yang disebut shahih
b. mengantar ilmu pada posisinya untuk tumbuh dan berkembang
c. menelaah segala masalah yang dapat dipikirkan oleh manusia
Menurut Frans Magnis Suseno dalam bukunya Surajiwo, mengemukakan
bahwa filsafat berguna dalam lingkungan sosial budaya Indonesia, yaitu:
1. Bangsa Indonesia berada di tengah-tengah dinamika proses modernisasi yang
meliputi banyak bidang dan sebagian dapat dikemudikan melalui kebijakan
pembangunan.
2. Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan budaya,
tradisi dan filsafat Indonesia serta untuk mengaktualisasikannya.
3. Sebagai kritik ideologis, filsafat membangun kesanggupan untuk mendeteksi
dan membuka kedok ideologis bagi bentuk ketidakadilan sosial dan pelanggaran
martabat dan hak asasi manusia.
4. Merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan
intelektual bangsa pada umumnya dan dalam kehidupan intelektual di ubiversitas
dan lingkungan akademis khususnya.
5. Menyediakan dasar dan sarana sekaligus lahan untuk berdialog di antara agama
yang ada di Indonesia pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama
antar agama dalam membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan
pancasila.
D. Objek Filsafat Ilmu
1. Objek Material Filsafat Ilmu
Kata objek dapat juga dimaknai sebagai bahan dari suatu penelitian atau
pembentukan pengetahuan, karena setiap sesuatu selalu memiliki objek demikian
juga pengetahuan juga mempunyai objek. Yang dimaksud objek material adalah
suatu bahan yang dijadikan tinjauan dalam kegiatan penelitian atau bahan untuk
membentuk pengentahuan itu sendiri yang oleh Taliziduhu Ndraha disebut sebagai
Body of Knowledge yang di selidiki, dipandang atau disorot oleh suatu disiplin
ilmu.
2. Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal filsafat ilmu, yaitu pandang yang ditunjukkan pada bahan dari
penelitian atau pembentukan pengetahuan atau sudut dari mana objek tersebut
diamati, dipantau dan disorot. Sedangkan objek formal filsafat yaitu sudut pandang
yang bersifat menyeluruh, secara umum, sehingga dapat mencapai hakikat dan
objek materialnya. Jadi, yang membedakan antar filsafat dengan ilmu-ilmu yang
lain adalah pada objek materialnya yang membatasi diri, sedangkan pada filsafat
tidak membatasi diri. Adapun pada objek formalnya membahas objek materialnya
itu sampai ke hakikat atau esensi dari yang dihadapinya.
E. Karakteristik dan Manfaat Filsafat Ilmu
1. Karakteristik Filsafat Ilmu
a. Brsifat Menyeluruh;
b. Bersifat Dasariah;
c. Bersifat Spekulatif.
2. Manfaat Filsafat Ilmu
- sebagai alat mencari kebenaran;
- mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap
pandang lainnya;
- memberikan pengertian tentang hidup, pandangan hidup dan pandangan
dunia;
- memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam
kehidupan;
- menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai
aspek kehidupan itu sendiri.

BAB II
KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT ILMU

A. Dasar Pemikiran Filsafat Ilmu


1. Logika
Logika dipahami sebagai ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum
yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang
salah (diambil dari devinisi Irving M.Copi) yang dikutipolehMundiri.Sementara,
Poespoprojo menuliskan logika sebagai ilmu dan kecakapan dalam berpikir dan
menalar dengan tepat (the science and art of correct thinking).
Secara harfiah, kata logika berasal dari kata “logos” dalam bahasa Latin,
berarti perkataan atau sabda, yang dalam bahasa Arab dikenal dalam
istilah”mantiq” yang berrtai berucap atau berkata. Diamati dari bahasa Yunani,
kata logika berasal dari kata bersifat, “logike” yang berhubungan dengan kata
benda logos yang juga dimaknai sebagai perkataan atau bahasa sebagai manifestasi
dari pikiran manusia. Dengan demikian, terdapat suatu jalinan yang kuat antara
pikiran dan kata yang dimanifestasikan dalam bentuk komunikasi. Secara
etimologi, logika dimaknai sebagai ilmu yang mempelajari alam pikiran yang
dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau bahasa.
Sebagai salah satu cabang filsafat,maka logika dapat dibagi dalam
pengertian yang sempit dan dalam pengertian yang luas
a.Logika dalam arti sempit
b.Logika dalam arti yang luas
c.Logika induktif
d.Logika material
e.Logika murni
f.Logika terapan
g.Logika filsafati
h.Logika matematik
Logika dibedakan atas dua jenis potensi manusia yang sulit untuk dipisahkan
satu sama lain, yaitu:
a. Logika Kodratiah; Akal budi yang bekerja menurut hukum-hukum logika
dengan cara yang spontan, tetapi dalam hal-hal sulit, baik akal budinya maupun
seluruh diri manusia dapat dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan
kecenderungan-kecenderungan yang bersifat subjektif.
b. Logika Ilmiah; logika ini membantu logika kodratiah dalam memperhalus,
mempertajam pikiran serta akal budi. Berkat pertolongan logika ini, dapatlah akal
budi bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman sehingga
kesesatan dapat dihindari atau paling tidak dikurangi.Sementara pakar lainnya
menegaskan bahwa dalam pembahasan logika terdapat beberapa istilah,yang perlu
dipahami terlebih dahulu yaitu (1)logika naturalis;(2)logika ilmiah;(3)logika
artifisialis;(4)logika tradisional;(5)logika formal;(6)logika materiil.
2. Etika
Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang
berartiwatak kesusilaan atau adat. Secara terminologi, etika merupakan cabang
filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam
hubungannya dengan baik dan buruk. Ruang lingkup etika meliputi bagaimana
caranya agar dapat hidup lebih baik dan bagaimana caranya untuk berbuat baik
serta menghindari keburukan.
Moral berasal dari kata Latin mos, jamaknya mores, yang berarti adat atau
cara hidup. Etika dan moral sama maknanya, namun dalam pemakaian sehari-hari
ada sedikit perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang
sedang dinilai. Adapun etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada.
Segala hal yang dinilai baik, cantik atau berguna akan diusahakan supaya
diwijidkan kembali didalam perbuatan manusia. Sebagai reaksi, timbullah ukuran
perbuatan atau norma tindakan. Norma itu kalau telah diterima oleh anggota
masyarakat selalu mengandung sanksi dan pahala.
Ada banyak macam norma;ada norma khusus, yaitu norma yang hanya
berlaku dalam bidang dan situasi yang khusus,misalnya bola tidak boleh disentuh
oleh tangan,hanya berlaku ketika kita main sepak bola dan kita bukan kiper.Di
samping norma khusus,ada juga norma umum.Norma umum ada tiga macam,yaitu
sebagai berikut.
a.Norma Sopan Santun
b.Normaa Hukum
c.Norma Moral
Terdapat beberapa unsur moral dalam kesadaran manusia sebagaimana
dikemukakan oleh Franz Magnis Suseno, yaitu:
a. Moral bersifat mutlak;
b. Mengungkapkan rasionalitas kesadaran moral;
c. Mengungkap segi tanggung jawab subjektif.

3. Teori Normatif Pokok


a. Norma moral dasar
Perilaku manusia disebut etis, ketika manusia secara utuh dan menyeluruh
mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara
jasmaniahnya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan sang khaliknya.
b. Kaidah dasar moral
- kaidah sikap
- kaidah keadilan
- kode etik profesi
- estetika
B. Ke Arah Pemikiran Filsafat Ilmu
Pada awalnya, jati diri manusia atau jiwa manusia hidup di dunia ide-ide
atau surge dan dunia itu sendiri jauh dari dunia fana, namun kemudian jiwa berada
di dunia fana, maka secara bawaan, ia menatap dengan dunia batinnya (wisdom)
ide-ide sempurna dan abadi.
Jika akal yang berasal dari dunia ide, maka jiwa manusia bersifat kekal,
karena tujuan hidup manusia adalah mencapai kebaikan yang tertinggi (virtue)
dengan jalan menjauhkan diri dari hal-hal yang bersifat indra (materi). Artinya,
secara prinsip, Plato menolak pengetahuan yang berasal dari pancaindra karena
dianggapnya sebagai pengetahuan palsu. Argumentasinya adalah pengetahuan
yang benar haruslah yang benar-benar merupakan nilai yang abadi, tidak
mengalami perubahan dan bukan sebagai kesan tangkapan indra yang berubah-
ubah atau pendapat subjektif.

BAB III
PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU

A. Zaman Kuno (600 SM-400 M)


1. Zaman Pra-Socrates
Perkembangan filsafat pada zaman kuno ditandai dengan zaman pra-
Socrates yang dikenal sebagai awal kebangkitan filsafat, tidak hanya dibelahan
dunia Barat, tetapi juga dikenal sebagai kebangkitan filsafat secara umum.
Dikatakan demikian karena pada saat itulah pertama kali manusia mulai menjawab
berbagai persoalan di sekitarnya yang tidak lagi bertolak pada mitos yang irasional,
tetapi sudah murni bertolak pada rasio.
2. Zaman Keemasan Yunani
Kaum sofis menyangkal adanya nilai-nlai tetap mengenai baik dan buruk, ail
dan tidak adil, bahkan Socrates membenarkan bahwa nilai-nilai yang berkembang
dalam suatu masyarakat memang tidak dapat bertahan dengan suatu kritik, tetapi
didalam hatinya, ia merasa bahwa nilai-nilai yang tetap itu pasti ada, yang menuju
kepada tercapainya suatu norma, yaitu norma yang bersifat mutlak dan abadi.,
suatu norma yang sungguh-sungguh ada dalam arti absolute. Pemahaman tentang
sikap dan perilaku Socrates tersebut, tampak sekali bahwa tujuan hidup Socrates
adalah menemukan norma-norma keluhuran budi pekerti yang ada dalam diri
manusia itu sendiri.

3. Zaman Hellenisme
Zaman Hellenisme adalah zaman keemasan kebudayaan Yunani. Pada
zaman ini, terdapat beberapa aliran filsafat yang menonjol, yaitu: filsafat stoisisme;
filsafat epikurisme; dan filsafat neoplatonisme.
4. Zaman Patristik
Mengamati perkembangan filsafat ilmu pada zaman Patristik yang masih
berada dalam zaman yunani kuno dapat dibedakan menjadi dua aspek pandangan,
yaitu: Patristik Yunani; dan Pratistik Latin.
B. Abad pertengahan (400 M-1500 M)
Abad pertengahan dimulai setelah runtuhnya kerajaan Romawi pada abad
ke-5 M. Abad pertengahan ini sejalan dengan berkembangnya periode filsafat yang
disebut skolastik, yaitu masa keemasan ajaran agama kristen di eropa yang dimulai
pada paruh terakhir zaman kuno yang disebut masa patristik, justru itu dalam
bukunya, Hamersma menggabungkan dua puncak keemasan agama kristen ini
dalam satu periode tersendiri, yang disebutnya zaman patristik dan skolastik.
C. Zaman Modern (1500 M-1800 M)
1. Renesance
Renesance sering dieja dengan renaicance atau renaisans, yang berarti lahir
kembali sebagai manusia yang bebas untuk berpikir dan berkesenian. Masa ini
dipandang sebagai jembatan antara abad pertengahan dan zaman moder. Dikatakan
sebagai jembatan karena masa renesance sendiri sesungguhnya telah dimulai I
abad sebelum zaman modern, yakni di abad ke-16 M, khususnya di Itali.
2. Zaman Barok
Zaman barok dikenal pula sebagai era nasionalisme,yang antara lain
dittokohi oleh Rene Descartes(1956-1677).Descartes yang dikenal sebagai Bapak
Filsafat Modern mengedepankan:
“Agar ilmu yang ada didalamnya termasuk filsafat dapat dipahami secara
lebih baik, untuk pemahaman tersebut mutlak diperlukan suatu metode yang baik
dan metode dimaksud dapat dicapai melalui proses berpikir secara sungguh-
sungguh dengan meragukan segala-galanya, sehingga pada akhirnya akan
diperoleh suatu pengertian yang jelas.”
Pernyataan Rene Descartes tersebut mengingatkan kita semua bahwa ilmu yang
benar juga harus diperoleh melalui proses berpikir yang benar juga. Hanya
pengrtian yang didukung fakta yang akurat dan jelas yang dapat dijadikan
pegangan. Selanjutnya, beliau memperkenalkan metode berpikir dedukatif logis
yang pada umumnya diterapkan dalam proses berpikir untuk ilmu alam.
3. Zaman Fajar Budi (Aufklarung)
Zaman ini disebut juga sebagai periode pematanga rasio manusia. Sekalipun
demikian, ada perbedaan yang mendasar pada zaman barok dan zaman fajar budi,
antara lain tokoh-tokohnya. Tokoh-tokoh tersebut merupakan kaum empirik yang
menganggap rasio saja tidaklah cukup untuk mencari kebenaran, karena menurut
tokoh-tokoh tersebut, rasio manusi pada awalnya adalah kosong, bahkan sama
sekali tidak memiliki kemampuan apapun kecuali setelah diisi oleh pengalaman-
pengalaman yang bersifat empirik.
4. Zaman Romantik
Berbeda dengan zaman-zaman sebelumnya, zaman romantik memberi corak
baru sebagai reaksi dari zaman fajar budi, oleh karenanya zaman romantik dikenal
juga sebagai zaman idealisme dengan tokoh terkemuka seperti Fichte (1762-1814)
dan Hegel(1770-1831).
D. Zaman Sekarang (Setelah 1800 M)
1. Positivisme
Menurut pemikiran positivisme, pengetahuan manusia tidak boleh melewati
fakta dan data yang ada, karena ketika fakta diabaikan maka keputusan yang
diambil terhadap sesuatu masalah tidak akan memberikan solusi terbaik karena
kesimpulan yang demikian tidak didukung oleh kondisi nyata di lapangan sehingga
pekerjaan itu menjadi sia-sia.
2. Marxisme
Kark Marx, sebagai perintis pertama aliran ini mengemukakan bahwa
filsafat tidak boleh statis, tetapi harus aktif embuat perubahan-perubahan karena
perbuatan dan materi adalah sesuatu yang esensi, di samping ide dan gagasan.
Beliau juga menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan
secara dasariah memiliki pemikiran yang sejalan dengan positivisme.
3. Pragmatisme
Menurut James, sesungguhnya tidak ada kebenaran yang bersifat umum dan
mutlak. Kebenaran itu selalu berubah karena suatu kebenaran akan dikoreksi lagi
oleh kebenaran yang muncul kemudian. Artinya, ukuran kebenaran menurut aliran
ini berada pada kondisi kebenaran empirik, dan kebenaran yang demikian di
tentukan oleh seberapa jauh akibatanya serta bagaimana nilai guna manfaatnya
bagi manusia.
E. Filsafat Abad Ke-20
1. Neokantianisme
Merupakan aliran filsafat Barat yang penting dan berkembang di jerman,
yang di kembangkan oleh dua kubu besar pada masa itu, yaitu kubu sekolah
Marburg dan kubu Baden.
2. Fenomenologi
Merupakan satu aliran filsafat yang lebih mengedepankan metode daripada
aliran yang dekat dengan eksistensialisme dengan mengungkapkan pentingnya
unsur-unsur dalam berpikir.
3. Eksistensialisme
Merupakan anam untuk macam-macam jenis filsafat. Semua jenis
mempunyai inti yang sama, yaitu keyakinan bahwa filsafat harus berpangkal pada
adanya eksistensi manusia yang kongret, dan tidak pada hakikat manusia pada
umumnya.
4. Strukturalisme
Strukturalisme semula hanya sebagai metode linguistik yang pada
perkembangannya selanjutnya berkembang menjadi suatu aliran filsafat. Para filsuf
strukturalisme tidak saja memandang manusia sebagai pusat kenyataan, namun
manusia didesentralisasikan.

BAB IV
HAKIKAT KEHIDUPAN

A. Filosofi Kehidupan
Berbicara mengenai hakikat kehidupan merupakan suatu pembicaraan yag
cukup menarik sebab hakikat kehidupan merupakan bagian dari keberadaan
manusia,pembicaran tentang akikat kehidupan dikatakan menantang karena
kehidupan itu tidak pernah tuntas untuk diselidiki.Artinya,selesai permasalahan
yang satu,muncul lagi permasalahan baru,oleh sebab itu filsafat sejak awal telah
bergulat dengan usaha untuk mengungkap hakikat kehidupan tetapi hingga kini
kehidupan tetap saja menyimpan banyak misteri.
Pada awal abad ke-6 SM, muncullah para pemikir dari daerah pesisir di Asia
kecil yakni Miletos yang mencoba memahami dan menjelaskan dunia serta gejala-
gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos lagi, melainkan pada hasil
pemikiran yang logis.
Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan pelan-pelan menjadi miskin karena
ditinggalkan oleh berbagai cabang ilmu yang sebelumnya menyatu dengan filsafat,
bahkan sekarang ada anggapan bahwa filsafat tidaklah dianggap sebagai ilmu
tersendiri. Alsannya adalah bahwa filsafat sudah kehilangan bidang kajian karena
sudah diambil alih ileh ilmu-ilmu lain yang lahir dari filsafat itu sendiri.
Namun demikian, ada juga yang memahami filafat sebagai pengetahuan
yang sistematis, metode, dan koheren tentang seluruh kenyataan dari sisi yang
paling terdalam. Yang menjadi objek kajiannya adalah seluruh kenyataan,
sedangkan segi pandangnya adalah segi yang paling mendalam.
B. Tahapan Kehidupan
Teilhard de Chardin seorang ahli dari perancis membedakan tiga fase dalam
evolusi bumi, yaitu:
a. Fase pra hidup (geosfer)
b. Fase kehidupan (biosfer)
c. Fase pikiran (noosfeer)
C. Filosofi Takdir
Menurut para filosof, segala sesuatu telah di tetapkan oleh Sang Pencipta.
Dia menentukan keteraturan segala sesuatu dengan mantap dan mengarahkan pada
tujuan yang telah ditetapkan sejak semula. Keteraturan yang mantap, segala
sesuatu ini disebutnya sebagai takdir atau nasib, sedangkan keterarahan segala
sesuatu pada tujuan yang telah ditetapkan Sang Pencipta disebut sebagai
penyelenggara.
Dengan perkataan lain, manusia harus melakukan penyesuaian langkah demi
langkah menjadikan takdir sebagai miliknya, semula tubuh sendiri, keluarga, lalu
lingkungan terdekat, dan akhirnya seluruh realitas. Dengan demikian, manusia
pada dapat menyatu dengan keseluruhan takdir dan hukumnya sehingga akhirnya
manusia lantas menemukan identitasnya.
D. Filosofi Perjuangan
Secara sederhana, pikiran dapat dikategorikan kedalam dua aspek denga ciri
dan fungsinya masing-masing. Fungsi dari jenis pikiran kedua ini dapat di
ibaratkan sebagai perilaku. Perilaku kehidupan manusia dari lahir sampai mati
diwarnai perjuangan. Lahir saja kita sudah harus berjuang, apalagi setelah lahir dan
tumbuh menjadi manusia dewasa. Ada ungkapan klasik bertutur bahwa “hidup itu
adalah perjuangan, dan perjuangan berarti memilih, dan untuk memilih manusia
harus memiliki pengetahuan yang sistematis.” Ungkapan tersebut tepat sekali
karena segala kemajuan dan kesuksesan yang manusia peroleh, baik secara
individual maupun secara berkelompok, semuanya dibangun di atas tumpukan
perjuangan, dan perjuangan tidak pernah habis sampai manusia menutup mata.
E. Filosofi Agama
Penelaahan tentang Alloh dalam filsafat, sering disebut teologi kodrati dan
juga teodise, terutama waktu lampau, sebelum terjadinya pembaharuan, dana
dalam konteks itu, yang ditelaah adalah alloh sebagaimana dikenal oleh akal yang
disebut “kodrati”. Dengan demikian, teologi kodrati berbeda dengan teologi
adikodrati atau suci, yang dasarnya adalah wahyu yang disampaikan kepada umat
manusia dalam iman kepercayaan.
F. Filosofi Kematian
Sejatinya, hidup itu adalah perjuangan, tetapi untuk berjuang, dala, arena
kehidupan membutuhkan suatu tujuan, suatu motivasi yang melampaui hidup itu
sendiri. Oleh sebab itulah. Manusia perlu terus menerus di motivasi oleh sesuatu
yang membuat dia bersedia menyerahkan hidupnya bagi sesuatu itu. Kalau tidak
demikian, kemungkinan besar manusia akan terombang-ambing dalam mengarungi
lautan kehidupan ini., karena dalam menjalani hidup dan kehidupan manusia selalu
di hadapkan dalam dua pilihan, yaitu jalan yang lurus atau jalan yang keliru.Di sisi
lain,manusia memili hati dan kalbu yang berfluktuasi dan berubah-ubah sesuai
mood Si pemilik hati dan kalbu tersebut.Ketika suasana demikian tumbuh dan
berkembang maka disinyalir aktivitas manusia akan mudah berbuat menuruti hawa
nafsu yang mungkin sulit dikendalikan.
BAB V
KAJIAN FILSAFAT TERKAIT DENGAN HAKIKAT
NEGARA

A. Asal Mula Negara


Proses terbentuknya suatu negara dan asal mula kejadian negara di muka
bumi ini adalah dengan membuat dugaan-dugaan berdasarkan kerangka pemikiran
logis, sistematis dan empirik. Diantara teori-teori yang dapat mengantarakan kita
untuk mengetahuinya adalah sebagai berikut:
a. teori ketuhanan;
b. teori hukum alam;
c. teori kekuasaan;
d. teori perjnjian masyarakat;
e. teori organis;dan
f. teori garis kekeluargaan
B. Politik, Hukum, dan Pemerintahan Negara
Secara alamiah, awalnya kepatuhan masyarakat pada pemerintahan negara
bersifat sangat sederhana, yaitu pemerintah negara berjalan secara tradisional
karena masyarakatnya turut serta secara langsung dalam keseluruhan penentuan
penyelenggaraan dan kebikjasanaan negara. Hal demikian dapat dilakukan karena
negara pada saat itu hanya sebatas satu kota dengan jumlah warga yang sedikit dan
kepentingan rakyatpun belum sebanyak dan serumit seperti sekarang ini.
Secara teoretis dan praktis, batasan tentang hukum yang dikemukakan para
ahli hukum sangat beragam, bergantung pada sudut mana mereka melihatnya. Sifat
mendasar dari filsafat hukum yaitu menganalisis suatu masalah, kita diajak untuk
berpikir kritis dan radikal. Orang yang mempelajari hukum dalam arti positif
semata, tidak akan mampu memanfaatkan dan mengembangkan hukum secara
baik.
C. Hakikat Bangsa dan Konsep Kebangsaan
Konsep lain dari bangsa adalah suku bangsa dan ras. Suku bangsa
merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan kesamaan ciri biologis,
bentuk wajah, hidung dan ,ata, serta bentuk rambut dan perawakan. Ras tidak
hanya dimiliki oleh satu negara saja, melainkan dapat dimiliki oleh banyak ras
dalam satu negara karena realitas menunjukkan bahwa tidak ada satu ras pun di
dunia ini yang hanya terdapat pada satu negara saja. Artinya, suatu negara juga
terdiri atas berbagai suku bangsa dan ras.
Pada prinsipnya, masyarakat suatu bangsa memiliki ikatan luas secara
emosional, mereka berjuang mati-matian demi untuk membela dan menjaga
negaranya dari gangguan apapun. Namun demikian, dalam perkembangan
asyarakat suatu negara, paham nasionalisme di beberapa negara dianggap terlalu
berlebihan dan kadang-kadang terlalu mendewasakan negaranya sehingga justru
akan merendahkan martabat negara lain.
D. Kesejahteraan Berdasarkan Falsafah Pancasila
Landasan filosofis yang dalam pelaksanaan nya mengacu pada kepribadian
bangsa dan pembentukan nilai-nilai luhur yang universal untuk mewujudkan
kehidupan bangsa yang berdaulat , mandiri,berkeadilan ,sejahtera,maju,dan kukuh
kekuatan moral dan etika nya .
Pancasila sebagai ideologi memiliki nilai guna praktis sebagai pemersatu
bangsa indonesia dan berdasarkan fakta sejarah, telah membuktikan bahwa
sebagai dasar negara maupun dalam menghadapi pemberontakan yang pernah
terjadi, dengan jiwa pancasila sebagai pemersatu bangsa, maka semua rakyat
memiliki semngat persatuan demi kesatuan bangsa Indonesia dam masalah bisa
teratasi.
Demikianlah hasil pemikiran para filosof terkait dengan berbagai temuan
dan pendapat mereka tentang hidup dan kehidupan.pemikiran tersebut belum
lengkap ketika belum diamati melalui tiga kajian besar dalam filsafat ilmu,yaitu
ontologi, epistimologi dan aksiologi. Pada bab berikutnya akan diuraikan tentang
tiga ranah besar dalam filsafat ilmu,yaitu ontologi, epistimologi, dan aksiologi.

Anda mungkin juga menyukai