Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

RANGE OF MOTION (ROM)

DOSENPENGAMPU

Sri Hayati, S.Kp., M.Kep

DISUSUN OLEH

Salsa Bila Firdaus : 88190020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

ARS UNIVERSITY BANDUNG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Range Of Motion (ROM)” dengan sebaik- baiknya.

Dalam m e n y u s u n m a k a l a h i n i , k a m i j u g a m e n g g u n a k a n b e b e r a p a
s u m b e r s e b a g a i   referensi kami dari buku dan website. Kami sebagai penulis makalah ini
menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena, itu saran dan kritik dari
pembaca kami harapkan agar kamidapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan kami
dikemudikan hari. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

I
DAFTAR ISI

Kata pengantar......................................................................................................I

Daftar  isi................................................................................................................II

Bab I pendahuluan

A. Latar belakang....................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................2 

Bab II  pembahasan

A. Pengertian ROM................................................................................................3
B. Tujuan ROM......................................................................................................4 
C. Manfaat ROM....................................................................................................4 
D. Prinsip latihan ROM..........................................................................................4
E. Jenis-jenis ROM................................................................................................4
F. Indikasi dan sasaran ROM.................................................................................5
G. Kontraindikasi dan hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM...................6
H. Keterbatasan dalam ratihan ROM......................................................................7
I. Prosedur ROM...................................................................................................7
J. Macam-macamgerakan ROM............................................................................8
K. Pemeriksaan kekuatan otot................................................................................10
L. Kriteria hasil pemeriksaan MMT.......................................................................12

Bab III penutup

A. Kesimpulan........................................................................................................14 
B. Saran..................................................................................................................14

Daftar pustaka........................................................................................................15

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latihan rentang gerak (Range of Motion) merupakan rehabilitasi yang bertujuan
sebagai pencegahan dan pengoreksi suatu kemunduran dari sistem muskuloskeletal (Sandra
S. at al, 1985). Klien yang dirawat dengan reposisi beserta immobilisasi lamanya sesuai
dengan terjadinya kalus fibrosa (Win de Jong, 1997) dalam keadaan immobilisasi ini, maka
otot-otot dan sendi-sendi tidak dapat bergerak untuk waktu yang lain (Soeharso, R, 1982),
akan terjadi beberapa respon tubuh yaitu perubahan pada sistem muskuloskeletal berupa
penurunan kekuatan dan massa otot.
Individu dengan immobilisasi selama satu minggu akan menurun kekuatan otot 20%
dan dapat menimbulkan kontraktur, dekubitus dan juga pneumonia (Hettinger dan Muller).
Untuk mencegah kemampuan komplikasi yang ditimbulkan maka diberikan latihan
rehabilitas sedini mungkin pada waktu memberikan Asuhan keperawatan. Latihan rehabilitas
ini dapat dilakukan dengan latihan rentang gerak pasif ( Pasif Range of Motion) dan latihan
rentang gerak aktif ( Aktif Range of Motion) (Sandra,et,al, 1985).
Range of motion( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh
sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008).   Latihan range of motion (ROM) adalah
latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
Latihan ROM biasanya dilakukan pada pasien semikoma dan tidak sadar, pasien
dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang
gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total.
Selain berfungsi sebagai pertahanan atau dapat  memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakan persendian secara normal, lengkap, dan untuk meningkatkan
massa otot serta tonus otot, ROM juga memiliki klasifikasi, jenis ROM, indikasi serta
kontraindikasi dilaksanakan ROM dan juga prinsip dasar dilakukan ROM. Untuk dapat
mengetahui hal tersebut lebih lanjut maka dapat meninjau pembahasan pada makalah ini.

1
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian ROM
2.  Untuk mengetahui tentang tujuan ROM      
3. Untuk mengetahui tentang manfaat ROM
4. Untuk mengetahui tentang prinsip latihan ROM
5. Untuk mengetahui tentang jenis-jenis ROM
6. Untuk mengetahui tentang indikasi sasaran ROM
7. Untuk mengetahui tentang kontraindikasi ROM
8. Untuk mengetahui tentang keterbatasan dalam latihan ROM
9. Untuk mengetahui tentang macam-macam gerakan ROM
10. Untuk Mengetahui Prosedur ROM
11. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan kekuatan otot
12. Untuk mengetahui tentang proses pelaksanaan MMT
13. Untuk mengetahui tentang kriteria hasil MMT

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian ROM (Range Of Motion)


ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan
sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal.
Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh
menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi
tubuh menjadi bagian depan ke belakang. Potongan transversal adalah garis horizontal yang
membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen,otot,dan konstruksi sendi.
Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital,
gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-jari tangan dan siku) dan hiperekstensi (pinggul).
Pada potongan frontal, gerakannya adalah abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) dan
eversi dan inversi (kaki). Pada potongan transversal, gerakannya adalah pronasi dan supinasi
(tangan), rotasi internal dan eksternal (lutut), dan dorsifleksi dan plantarfleksi (kaki).
Ketika mengkaji rentang gerak, perawat menanyakan pertanyaan dan mengobservasi
dalam mengumpulkan data tentang kekakuan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasan
gerak, dan gerakan yang tidak sama. Klien yang memiliki keterbatasan mobilisasi sendi
karena penyakit, ketidakmampuan, atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk
mengurangi bahaya imobilisasi. Latihan tersebut dilakukan oleh perawat yaitu latihan rentang
gerak pasif. Perawat menggunakan setiap sendi yang sakit melalui rentang gerak penuh.
Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya eksternal
lain dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur
yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi,
kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf.
Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya
kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya
sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah
latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).

3
B. Tujuan ROM (Range Of Motion)
Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3. Mencegah kekakuan pada sendi
4. Merangsangsirkulasidarah
5. Mencegahkelainanbentuk, kekakuandankontraktur
C.    Manfaat ROM (Range Of Motion)
Adapun manfaat dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
2. Mengkaji tulang, sendi, dan otot
3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
4. Memperlancar sirkulasi darah
5. Memperbaiki tonus otot
6. Meningkatkan mobilisasi sendi
7. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
D.    Prinsip Latihan ROM (Range Of Motion)
Adapun prinsip latihan ROM (Range Of Motion), diantaranya :
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda
vital dan lamanya tirah baring.
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku,
bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai
mengalami proses penyakit.
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah
di lakukan.
E.     Jenis-jenis ROM (Range Of Motion)
ROM dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. ROM Aktif
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan
energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan

4
pergerakan sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien
aktif).Kekuatan otot 75 %.
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan
otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh
tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.
2. ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain
(perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan
rentang gerak yang normal (klienpasif).Kekuatanotot 50 %.
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan
keterbatasanmobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak
dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total
(Suratun, dkk, 2008).
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot oranglain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh
persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri.
F.     Indikasi dan Sasaran ROM
1. ROM Aktif
A. Indikasi :
 Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan ruas
sendinya baik dengan bantuan atau tidak.
 Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan persendian
sepenuhnya, digunakan A-AROM (Active-Assistive ROM, adalah jenis ROM Aktif
yang mana bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah secara manual atau
mekanik, karena otot penggerak primer memerlukan bantuan untuk menyelesaikan
gerakan).
 ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.
 ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas dan dibawah daerah
yang tidak dapat bergerak.

5
B. Sasaran :
 Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran ROM Aktif serupa dengan
ROM Pasif.
 Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif dan pembelajaran gerak dari kontrol
gerak volunter.
C. Sasaran spesifik:
 Memelihara elastisitas dan kontraktilitas fisiologis dari otot yang terlibat
 Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang berkontraksi
 Memberikan rangsangan untuk tulang dan integritas jaringan persendia
 Meningkatkan sirkulasi
 Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik
2. ROM Pasif
A. Indikasi :
 Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan pergerakan
aktif akan menghambat proses penyembuhan
 Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas atau
seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total
B. Sasaran :
 Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
 Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
 Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
 Membantu kelancaran sirkulasi
 Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi persendian
 Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
 Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi
 Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien
G. Kontraindikasi dan Hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
Kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM :
1. Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses
penyembuhan cedera.Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas
gerakan yang bebas nyeri selama fase awal penyembuhan akan memperlihatkan
manfaat terhadap penyembuhan dan pemulihan. Terdapatnya tanda-tanda terlalu

6
banyak atau terdapat gerakan yang salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri dan
peradangan
2. ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya membahayakan (life
threatening). ROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan
AROM pada sendi ankle dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan
pembentukan trombus. Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria,
dan lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam pengawasan
yang ketat
H.    Keterbatasan dalam Latihan ROM
1. ROM Aktif
 Untuk otot yang sudah kuat tidak akan memelihara atau meningkatkan kekuatan.
 Tidak akan mengembangkan keterampilan atau koordinasi kecuali dengan
menggunakan pola gerakan.
2. ROM Pasif
ROM Pasif tidak dapat :
 Mencegah atrofi otot
 Meningkatkan kekuatan dan daya tahan
 Membantusirkulasi
I.       Prosedur ROM
1. Cuci tangan untuk mencegah transfer dari organism.
2. Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau memasangb sketsel
3. Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan anda kerjakan dan mintalah klien
untuk bekerja sama
4. Atur ketinggian bed yang sesuai agar memudahkan perawat dalam bekerja, terhindar
dari masalah pada body alignmen dan pergunakanlah selalu perinsip-perinsip body
mekanik
5. Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat dengan perawat, dan buka bagian tubuh
yang akan digerakkan
6. Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada masing-masing tubuh
7. Kembalilah pada posisi awal setelah masing-masing gerakan. Ulangi masing-masing
gerakan 3 kali
8. Selama latihan pergerakan kaji pada :
 Kemampuan untuk mentoleransi gerakan

7
 Rentang gerak ( ROM ) dari masing-masing persendian yang bersangkutan
9. Setelah latihan pergerakan kaji pada denyut nadi dan ketahanan  terhadap latihan
10. Catat dan laporkan setiap terdapat masalah-masalah yang tidak diharapkan atau terjadi
perubahan-perubahan pada pergerakan klien, misalnya adanya kekakuan dan kontraktur.
J.      Macam-macam Gerakan ROM
Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :
1. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
2. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian
3. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
4. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
5. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
6. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tubuh
7. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak membentuk sudut
persendian.
8. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak membentuk sudut
persendian.
9. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke bawah.
10. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke atas.
11. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang
sama.
Gerakan ROM berdasarkan bagian tubuh
1. Leher
 Fleks : menggerakkan dagu menempel ke dada.
 Ekstensi : mengembalikan kepala ke posisi tegak.
 Hiperekstensi : menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin.
 Fleksi lateral : memiringkan kepala sejauh mungkin kearah setiap bahu.
 Rotasi : memutar kepala sejauh mungkin ke arah setiap  bahu.
2. Bahu
 Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan  ke
posisi diatas kepala.
 Ekstensi : mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh.
 Hiperekstensi : menggerakkan lengan ke belakang tubuh, siku tetap lurus.
 Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping diatas kepala dengan

8
telapak tangan jauh dari kepala
 Adduksi : menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh
mungkin.
 Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu dengan menggerakkan
lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang
 Rotasi luar : dengan siku fleksi, menggerakkan lengan sampai ibu jari ke
atas dan samping kepala.
 Sirkumduksi : menggerakan lengan dengan gerakan penuh.
3. Siku
 Fleksi : menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak ke depan
sendi bahu dan tangan sejajar bahu.
 Ekstensi : meluruskan siku dengan menurunkan lengan.
4. Lengan Bawah
 Supinasi : memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan
menghadap ke atas
 Pronasi : memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap
ke bawah
5. Pergelangan Tangan
 Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan
bawah.
 Ekstensi : menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari, tangan dan lengan
bawah berada dalam arah yang sama
 Hiperekstensi : membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh
mungkin.
 Abduksi : menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari
 Adduksi  : menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari
6. Jari-Jari Tangan
 Fleksi : membuat genggaman
 Ekstensi : meluruskan jari-jari tangan
 Hiperekstensi : menggerakkan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin 
 Abduksi : meregangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain
 Adduksi : merapatkan kembali jari-jari tangan

9
7. Ibu Jari
 Oposisi :  menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada  tangan
yang sama.
8. Pinggul
 Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan ke atas
 Ekstensi  : menggerakkan kembali ke samping tungkai yang lain 
 Hiperekstensi    : menggerakkan tungkai ke belakang tubuh
 Abduksi    : menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh
 Adduksi    : menggerakkan kembali tungkai ke posisi medial dan melebihi
jika mungkin
 Rotasi dalam    : memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain
 Rotasi luar    : memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain
 Sirkumduksi   : menggerakkan tungkai memutar
7. Kaki
 Inversi    : memutar telapak kaki ke samping dalam (medial)
 Eversi    : memutar telapak kaki ke samping luar (lateral)
8. Jari-Jari Kaki 
 Fleksi     : melengkungkan jari-jari kaki ke bawah
 Ekstensi   : meluruskan jari-jari kaki
 Abduksi    : merenggangkan jari-jari kaki satu dengan yang lain
 Adduksi   : merapatkan kembali bersama-sama.
K. Pemeriksaan Kekuatan Otot
Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian otot
secara manual (manual muscle testing, MMT).Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui kemampuan mengontraksikan kelompok otot secara volunteer.Lansia yang
tidak mampu mengontraksiakan ototnya secara aktif dan volunteer, tidak tepat apabila
diberikan MMT standar.
Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT akan membantu penegakan diagnosis
klinis, penentuan jenis terapi, jenis alat bantu yang diperlukan, dan prognosis. Penegakan
diagnosis dimungkinkan oleh beberapa penyakit tertentu yang hanya menyerang otot
tertentu pula. Jenis terapi dan alat bantu yang diperlukan oleh lansia juga harus

10
mempertimbangkan kekuatan otot. Diharapkan program terapi dan alat bantu yang dipilih
tidak menyebabkan penurunan kekuatan otot atau menambah beratnya penyakit lansia.
Pengkajian keseimbangan untuk lansia :
A. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
1. Bangun dari kursi ( dimasukkan dalam analisis )* tidak bangun dari duduk
dengan satu kali gerakan , tetapi mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau
bergerak kebagian depan kursi terlebih dahulu , tidak stabil pada saat berdiri
pertama kali.
2.  Duduk ke kursi ( dimasukkan dalam analisis )* Menjatuhkan diri di kursi , tidak
duduk di tengah kursi.
Keterangan : kursi yang keras dan tanpa lengan.
3. Menahan dorongan pada seternum ( pemeriksa mendorong sternum perlahahn-
lahan sebanyak 3 kali ).
4. Menggerakkan kaki, memegang obyek untuk dukungan , kaki tidak menyentuh
sisi sisi nya.
5. Mata tertutup
Sama seperti di atas (periksa kepercayaan pasien tentang input penglihatan untuk
keseimbangannya).
6. Perputaran leher
Menggerakkan kaki , menggenggam obyek untuk dukungan , kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya , keluhan vertigo , pussing atau keadaan tidak stabil.
7. Gerakan mengapai sesuatu
Tidak mampu untuk mengapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara
berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak stabil, memegang sesuatu untuk
dukungan.
8. Membungkuk
Tidak mampu untuk membungkuk, un tuk mengambil obyek-obyek kecil(missal:
pulpen) dari lantai, memegang suatu obyek untuk bias berdiri lagi, memerlukan
usaha-usha multiple untuk bangun.
B.  Komponen gaya berjalan atau gerakan
1. minta klien untuk berjalan pada tempat yang ditentukan= ragu-ragu, tersandung,
memegang obyek untuk dukungan.
2. Ketinggian langkah kaki(melangkah kaki pada saat melangkah)

11
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten(mengeser atau mnyeret kaki),
menggakat kaki terlalu tinggi( > 2 inchi).
3. Kontinuitas langkah kaki( lebih baik dioverfasi dari samping pasien )
Setelah langkah-langkah awal, tidak konsisten memulai mengangkt satu kaki
sementarakaki yang lain menyentuh lantai.
4. Kesimetrisan langkah ( lebih baik diobservasi dari sampingpasien )
Panjangnya langkah yang tidak sama ( sisi yang patologis biasanya memilki
langkah yang lebih panjang : masalah terdapat pada pinggul, lutut, pergelangang
kaki atau otot sekitarnya ).
5. Pengyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik di observasi dari belakang
klaen )
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi.
6. Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan memegang obyek untuk
dukungan.
Proses Pelaksanaan MMT
1. Lansia diposisikan sedemikian rupa sehingga otot mudah berkontraksi sesuai
dengan kekuatannya. Posisi yang dipilih harus memungkinkan kontraksi otot dan
gerakan mudah diobservasi.
2. Bagian tubuh yang dites harus terbebas dari pakaian yang menghambat.
3. Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan.
4. Lansia mengontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada segmen
proksimal.
5. Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik palpasi pada
tendon atau perut otot.
6. Memberikan tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan luas gerakan sendi
penuh dan dengan melawan gravitasi.
7. Melakuakan pencatatan hasil MMT.
M.   Kriteria hasil pemeriksaan MMT
1. Normal (5) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi,
dan melawan tahanan maksimal.
2. Good (4) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi, dan
melawan tahanan sedang (moderat).

12
3. Fair (3) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan melawan gravitasi
tanpa tahanan.
4. Poor (2) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh tanpa melawan gravitasi.
5. Trace (1) tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi.
6. Zero (0) kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
ROM harus dilaksanakan secara berulang, perlahan dan hati-hati sehingga tidak
melelahkan pasien. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan,
siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki. ROM dapat di lakukan pada semua
persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit
serta harus sesuai waktunya.
Selain daripada yang telah disebutkan diatas, ROM dilakukan juga harus
memperhatikan tujuan, manfaat, indikasi, serta kontraindikasinya agar tidak terjadi suatu
hal yang tidak diinginkan pada pasien lebih lanjut.
B. Saran
Berdasarkan makalah yang kami buat ini, kami dapat menyarankan ke semua Pelayan
Kesehatan khususnya perawat untuk lebih dapat mengetahui, memahamitentang ROM 
beserta semua prinsip, indikasi dan kontraindikasinya agar mampu menjadi pertimbangan
dalam penerapannya di dunia kesehatan.

14
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI (1995) Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta. Bakti Husada.
Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin (2006) Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi
4. Jakarta: EGC
Warfield, Carol (1996) Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui Terapi Medis .Jakarta :
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Http://seputarkesehatandankeperawatan.blogspot.com/2014/08/range-of-motion-rom.html

15

Anda mungkin juga menyukai