Attachment
Attachment
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung kareana tidak langsung
dibebankan kepda penanggung pajak.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tercipta karena digunakannya faktor-faktor produksi pada
setiap jalur perusahaan dalam menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang
atau dalam memberikan jasa. Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang berlaku atas
penyerahan barang kena pajak maupun jasa kena pajak adalah tarif tunggal sehingga
mudah dalam pelaksanaannya tidak ada penggolongan dengan tarif yang berbeda.
Pengenaan PPN sangat dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola
konsumsi masyarakat yang merupakan objek dari PPN tersebut.
• PPN/PPnBM atas Impor, harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea
Masuk, dan apabila pembayaran Bea Masuk ditunda/ dibebaskan, harus dilunasi pada saat
penyelesaian dokumen Impor.
• PPN/PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh:
o Bendahara Pemerintah, harus disetor paling lama tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir.
o Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang memungut PPN / PPnBM atas Impor, harus
disetor dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja setelah dilakukan pemungutan PPN pajak.
• PPN dari penyerahan tepung terigu oleh Badan Urusan Logistik (BULOG), harus
dilunasi sendiri oleh PKP sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang (D.O) ditebus.
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
6. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
7. Kegiatan membangun sendiri tidak dalam lingkungan kegiatan/usaha
8. Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan.
2) SUBJEK PAJAK
Subjek pajak PPN adalah Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha Kena Pajak adalah
pengusaha yang:
a. Mempunyai omset > 600 juta setahun.
b. Pengusaha yang menyerahkan (memperdagangkan) JKP/BKP.
c. Barang berwujud berupa barang bergerak maupun tidak bergerak dan barang tidak
berwujud yang dikenai pajak berdasarkan UU. JKP adalah setiap kegiatan pelayanan
termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan
dengan bahan dan petunjuk dari pemesanan yang dikenai pajak berdasarkan UU.
d. Pengusaha kecil yang mendaftar atau mengukuhkan dirinya sebagai Pengusaha Kena
Pajak.
PKP badan wajib mendaftarkan diri baik ditempat kedudukan maupun ditempat kegiatan
usaha karena bagi PKP badan dikedua tersebut dianggap melakukan penyerahan BKP atau
JKP ( Penjelasan pasal 12 ayat 1UU PPN) Ketentuan bagi PKP badan yang memiliki lebih dari
satu tempat kegioatan usaha yang terdaftar di satu wilayah krja KPP yang sama ada di UU
PPN NO.42 tahun 2009 pasal 12 ayat 1
Contoh:
1) PT ANDIN mempunyai 3 tempat melakukan kegiatan usaha yaitu dikota bintuhan
,bengkulu, dan manna yang ketiganya berada dibawah pelayanan satu kantor pelayanan
pajak yaitu kantor pelayanan pajak pratama bengkulu ketiga tempat usaha tersebut
melakukan penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak atau administrasi penjualan
dan administrasi keuangan sehingga PT ANDIN terutang pajak di ketiga tempat atau kota
5
itu.Dalam keadaan demikian PT ANDIN wajib memilih salah satu tempat kegiatan usaha
untuk melaporkan usahannya guna dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak , misalnya
tempat kegiatan usaha dibengkulu PT ANDIN yang bertempat kegiatan usaha di bengkulu ini
bertanggung jawab untuk melaporan seluruh kegiatan usaha yang dilakukan oleh ke tiga
tempat kegiatan usaha perusahaan tersebut . Dalam hal PT ANDIN menghendaki tempat
usaha di bengkulu atau bintuhan ditetapkan sebagai tempat pajak terutang untuk seluruh
kegiatan usahanya. PT ANDIN wajib memberitahukan kepada kepala KPP PRATAMA
BENGKULU berdasarkan PER 4/PJ/2010 ( Berlaku sejak 1 april 2010) bagin PKP badan PPN
dan PPNBM terutang ditempat kedudukan dan tempat kegiatan usaha atau tempat lain
( tempat ini ditetapkan dengan keputusan dirjen pajak ( pasal 1 ayat 2 PER 4/PJ/2010)
DASAR HUKUM
a. PASAL 12 UU NO 42 TAHUN 2009( Berlaku sejak 1 april 2010) tentang perubahan ke
tiga atas UU NO.8 tahun 1983 tentang PPN barang dan jasa dan PPNBM
b. PER 4/PJ/2010 ( berlaku sejak 1 april 2010 tentang tempat lain selain tempat tinggal
atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha dilakukan sebagai tempat terutang
PPN dan PPNBM.
E. MENGHITUNG PPN
1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai
a. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).
b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak adalah 0% (nol persen).
c. Dengan Peraturan Pemerintah, tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diubah menjadi serendah-rendahnya 5% (lima persen) dan setinggi-tingginya 15% (lima
belas persen).
o Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-
rata
o Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film
o Untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran
o Untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
adalah harga pasar wajar
o Untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga
perolehan
o Untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang;
o Untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10 % (sepuluh persen) dari jumlah yang
ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih; atau
Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% (sepuluh
persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.
3. Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dengan Nilai Impor
sebesar Rp15.000.000. PPN yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
= 10% x Rp15.000.000,00 = Rp 1.500.000,00
b. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 20% (dua puluh
persen), adalah:
1. Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, selain yang
disebut pada huruf a.
2. Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, town
house, dan sejenisnya.
3. Kelompok pesawat penerima siaran televisi dan antena serta reflektor antena, selain
yang disebut pada huruf a.
4. Kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin pencuci piring, mesin pengering,
pesawat elektromagnetik dan instrumen music.
5. Kelompok wangi-wangian.
9
c. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 30% (tiga puluh
persen), adalah:
1) Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, kecuali untuk
keperluan negara atau angkutan umum.
2) Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang disebut pada huruf a.
d. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 40% (empat puluh
persen), adalah :
1) Kelompok minuman yang mengandung alcohol.
2) Kelompok barang yang terbuat dari kulit atau kulit tiruan.
3) Kelompok permadani yang terbuat dari sutra atau wool.
4) Kelompok barang kaca dari kristal timbal dari jenis yang digunakan untuk meja, dapur,
rias, kantor, dekorasi dalam ruangan atau keperluan semacam itu.
5) Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam mulia
atau dari logam yang dilapisi logam mulia atau campuran daripadanya;
6) Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, selain yang disebut
pada huruf c, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum.
7) Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara
lainnya tanpa tenaga penggerak.
8) Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan Negara.
9) Kelompok jenis alas kaki.
10) Kelompok barang-barang perabot rumah tangga dan kantor.
11) Kelompok barang-barang yang terbuat dari porselin, tanah lempung cina atau
keramik.
12) Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu selain
batu jalan atau batu tepi jalan.
e. Kelompok Barang kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 50% (lima puluh
persen), adalah:
1) Kelompok permadani yang terbuat dari bulu hewan halus.
2) Kelompok pesawat udara selain yang dimaksud pada huruf d, kecuali untuk keperluan
negara atau angkutan udara niaga.
3) Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang disebut pada huruf a
dan huruf c.
4) Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara.
10
f. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 75% (tujuh puluh lima
persen), adalah :
1) Kelompok minuman yang mengandung alkohol selain yang disebut pada huruf d.
2) Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu mulia
dan/atau mutiara atau campuran daripadanya.
3) Kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum.
g. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 10% (sepuluh
persen), adalah :
1) Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 (sepuluh) orang sampai dengan 15 (lima
belas) orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi
(diesel/semi diesel), dengan semua kapasitas isi silinder.
2) Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk
pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api atau nyala
kompresi (diesel/semi diesel) dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan
kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc.
h. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 20% (dua puluh
persen), adalah :
1) Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk
pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api atau dengan
nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan
kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 2500 cc.
2) Kendaraan bermotor dengan kabin ganda (double cabin), dalam bentuk kendaraan
bak terbuka atau bak tertutup, dengan penumpang lebih dari 3 (tiga) orang termasuk
pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan
sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4),
dengan semua kapasitas isi silinder, dengan massa total tidak lebih dari 5 (lima) ton.
i. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 30% (tiga puluh
persen), adalah kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang
termasuk pengemudi, berupa:
1) Kendaraan bermotor sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau
nyala kompresi (diesel/semi diesel) dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc.
2) Kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api
atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4)
dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc.
11
3) Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan
bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 40%
(empat puluh persen), adalah kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10
(sepuluh) orang termasuk pengemudi, berupa :
4) Kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api,
dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 2500
cc sampai dengan 3000 cc.
5) Kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api, berupa sedan atau station
wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4)
dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 3000 cc.
6) Kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel),
berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan sistem 2
(dua) gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan
2500 cc.
k. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 50% (lima puluh
persen) adalah semua jenis kendaraan khusus yang dibuat untuk golf.
l. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 60% (enam puluh
persen), adalah:
1) Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250 cc
sampai dengan 500 cc.
2) Kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, di gunung,
dan kendaraan semacam itu.
m. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 75% (tujuh puluh
lima persen), adalah :
1) Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk
pengemudi, dengan motor bakar cetus api, berupa sedan atau station wagon dan selain
sedan atau station wagon, dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) atau dengan
sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 3000 cc.
2) Kendaraan bermotor pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk
pengemudi, dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel) berupa sedan atau
station wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan sistem 1 (satu) gandar
penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas isi
silinder lebih dari 2500 cc.
3) Kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc.
4) Trailer, semi-trailer dari tipe caravan, untuk perumahan atau kemah.
12
n. Kendaraan bermotor yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah adalah:
1) Kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan ambulan, kendaraan jenazah,
kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan kendaraan angkutan umum.
2) Kendaraan bermotor yang digunakan untuk tujuan protokoler kenegaraan.
3) Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 (sepuluh) orang atau lebih termasuk
pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan
semua kapasitas isi silinder, yang digunakan untuk kendaraan dinas tni atau polri.
4) Kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan patroli tni atau polri.
G. MENGHITUNG PPNBM
Contoh Perhitungan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
1. Pengusaha Kena Pajak “D” mengimpor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah
dengan Nilai Impor sebesar Rp5.000.000Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut
selain dikenai PPN juga dikenai PPnBM misalnya dengan tarif 20%.
Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah tersebut adalah:
o Dasar Pengenaan Pajak = Rp 5.000.000
o PPN = 10% x Rp 5.000.000 = Rp500.000
o PPn BM = 20% x Rp5.000.000= Rp1.000.000
2. Kemudian PKP “D” menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian dari suatu
BKP yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan tarif misalnya 35%.
Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang diimpor tersebut tidak dapat
dikreditkan, maka PPnBM sebesar Rp1.000.000dapat ditambahkan ke dalam harga BKP
yang dihasilkan oleh PKP “D” atau dibebankan sebagai biaya. Misalnya PKP “D” menjual BKP
yang dihasilkannya, maka penghitungan PPN dan PPn BM yang terutang adalah :
o Dasar Pengenaan Pajak = Rp 50.000.000
o PPN = 10% x Rp50.000.000 = Rp5.000.000
o PPn BM = 35% x Rp50.000.000 = Rp17.500.000
PPN sebesar Rp500.000yang dibayar pada saat impor merupakan pajak masukan bagi PKP
“D” dan PPN sebesar Rp5.000.000merupakan pajak keluaran bagi PKP “D”. Sedangkan
PPnBM sebesar Rp1.000.000tidak dapat dikreditkan. Begitu pun dengan PPnBM sebesar
Rp17.500.000tidak dapat dikreditkan oleh PKP “X”.
13