Anda di halaman 1dari 6

1

 Yang wajib membayar atau menyetor dan melapor PPN dan PPNBM :
Pegusaha kena pajak (PKP)

Pemungut PPN atau PPNBM adalah :


• Kantor pelayanan pembendaharaan negara
• Bendahara pemrintah pusat dan daerah
• jendal bea dan cukai

 Yang wajib disetor


• PPN yang dihitung sendiri melalui pengkreditan pajak masukan dan pajak keluaran ,
yang disetor adalah selisih pajak masukan dan pajak keluaran bila pajak masukan lebih kecil
dari pajak keluaran
• PPNBM yang dipungut oleh PKP pabrikan barang kena pajak yang tergolong mewah
• PPN yang ditetapkan oleh dirjen pajak dalam SKPKB (Surat ketetapan pajak kurang
bayar) , dan surat tagihan pajak (STP)

Tempat Pembayaran/Penyetoran Pajak


• Kantor Pos dan Giro
• Bank Persepsi

Saat Pelaporan PPN/PPnBM


• PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa
dan disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
• PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP yang telah dilunasi
segera dilaporkan ke KPP yang menerbitkan.
• PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan:
1. Bendahara Pemerintah harus dilaporkan paling lama akhir bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir.
2. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas Impor, harus dilaporkan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
• Untuk penyerahan tepung terigu oleh BULOG, maka PPN dan PPnBM dihitung sendiri
oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa dan disampaikan kepada KPP setempat paling
lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

Sarana Pembayaran/Penyetoran Pajak


2

• Untuk membayar/menyetor PPN dan PPnBM digunakan formulir Surat Setoran Pajak
(SSP) yang tersedia di Kantor-kantor Pelayanan Pajak dan Kantor-kantor Pelayanan
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di seluruh Indonesia.
• Surat Setoran Pajak (SSP) menjadi lengkap dan sah bila jumlah PPN/ PPn BM yang
disetorkan telah sesuai dengan yang tercantum di dalam Daftar Nominatif Wajib Pajak
(DNWP) yang dibuat oleh: Bank penerima pembayaran, Kantor Pos dan Giro, atau Kantor
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai penerima setoran.

OBJEK PPN
1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha
2. Impor Barang Kena Pajak
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
6. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
7. Kegiatan membangun sendiri tidak dalam lingkungan kegiatan/usaha
8. Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan.

SUBJEK PAJAK
Subjek pajak PPN adalah Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha Kena Pajak adalah
pengusaha yang:
a. Mempunyai omset > 600 juta setahun.
b. Pengusaha yang menyerahkan (memperdagangkan) JKP/BKP.
c. Barang berwujud berupa barang bergerak maupun tidak bergerak dan barang tidak
berwujud yang dikenai pajak berdasarkan UU. JKP adalah setiap kegiatan pelayanan
termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan
dengan bahan dan petunjuk dari pemesanan yang dikenai pajak berdasarkan UU.
d. Pengusaha kecil yang mendaftar atau mengukuhkan dirinya sebagai Pengusaha Kena
Pajak.

Contoh pengusaha kena pajak diantaranya:


a. Pabrikan;
b. Importir;
c. Agen utama;
d. Pedagang besar;
e. Pengusaha jasa;
f. Pemegang hak paten, merk dagang, hak cipta;
3

g. Pedagang eceran atau pengusaha kecil.

Barang Kena Pajak yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai:


a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya;
b. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;
c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya;
d. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.

Jasa Kena Pajak yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai:


a. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik;
b. Jasa di bidang pelayanan sosial;
c. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko;
d. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi;
e. Jasa di bidang keagamaan;
f. Jasa di bidang pendidikan;
g. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan;
h. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;
i. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air;
j. Jasa di bidang tenaga kerja;
k. Jasa di bidang perhotelan;
l. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan
secara umum.

DASAR HUKUM
a. PASAL 12 UU NO 42 TAHUN 2009( Berlaku sejak 1 april 2010) tentang perubahan ke
tiga atas UU NO.8 tahun 1983 tentang PPN barang dan jasa dan PPNBM
b. PER 4/PJ/2010 ( berlaku sejak 1 april 2010 tentang tempat lain selain tempat tinggal
atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha dilakukan sebagai tempat terutang
PPN dan PPNBM.

Tarif Pajak Pertambahan Nilai


a. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).
b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak adalah 0% (nol persen).
c. Dengan Peraturan Pemerintah, tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diubah menjadi serendah-rendahnya 5% (lima persen) dan setinggi-tingginya 15% (lima
belas persen).
4

Contoh Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


PKP “ANDIN” menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual Rp. 25.000.000
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
= 10% x Rp25.000.000= Rp2.500.000
PPN sebesar Rp2.500.000tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak “ANDIN”.

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPNBM)

PPnBM dikenakan terhadap :


1. Penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh Pengusaha
yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah tersebut di dalam Daerah
Pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
2. Impor Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah

Objek Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ( PPnBM )


a. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 10% (sepuluh persen),
adalah :
1. Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, dan pesawat
penerima siaran televisi.
2. Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga.
3. Kelompok mesin pengatur suhu udara.
4. Kelompok alat perekam atau reproduksi gambar, pesawat penerima siaran radio.
5. Kelompok alat fotografi, alat sinematografi, dan perlengkapannya.

b. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 20% (dua puluh
persen), adalah:
1. Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, selain yang
disebut pada huruf a.
2. Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, town
house, dan sejenisnya.
3. Kelompok pesawat penerima siaran televisi dan antena serta reflektor antena, selain
yang disebut pada huruf a.
4. Kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin pencuci piring, mesin pengering,
pesawat elektromagnetik dan instrumen music.
5. Kelompok wangi-wangian.
5

c. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 30% (tiga puluh
persen), adalah:
1) Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, kecuali untuk
keperluan negara atau angkutan umum.
2) Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang disebut pada huruf a.

d. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 40% (empat puluh
persen), adalah :
1) Kelompok minuman yang mengandung alcohol.
2) Kelompok barang yang terbuat dari kulit atau kulit tiruan.
3) Kelompok permadani yang terbuat dari sutra atau wool.
4) Kelompok barang kaca dari kristal timbal dari jenis yang digunakan untuk meja, dapur,
rias, kantor, dekorasi dalam ruangan atau keperluan semacam itu.
5) Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam mulia
atau dari logam yang dilapisi logam mulia atau campuran daripadanya;
6) Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, selain yang disebut
pada huruf c, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum.
7) Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara
lainnya tanpa tenaga penggerak.
8) Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan Negara.
9) Kelompok jenis alas kaki.
10) Kelompok barang-barang perabot rumah tangga dan kantor.
11) Kelompok barang-barang yang terbuat dari porselin, tanah lempung cina atau
keramik.
12) Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu selain
batu jalan atau batu tepi jalan.

e. Kelompok Barang kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 50% (lima puluh
persen), adalah:
1) Kelompok permadani yang terbuat dari bulu hewan halus.
2) Kelompok pesawat udara selain yang dimaksud pada huruf d, kecuali untuk keperluan
negara atau angkutan udara niaga.
3) Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang disebut pada huruf a
dan huruf c.
4) Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara.
6

f. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 75% (tujuh puluh lima
persen), adalah :
1) Kelompok minuman yang mengandung alkohol selain yang disebut pada huruf d.
2) Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu mulia
dan/atau mutiara atau campuran daripadanya.
3) Kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum.

 Contoh Perhitungan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)


1. Pengusaha Kena Pajak “D” mengimpor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah
dengan Nilai Impor sebesar Rp5.000.000Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut
selain dikenai PPN juga dikenai PPnBM misalnya dengan tarif 20%.
Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah tersebut adalah:
o Dasar Pengenaan Pajak = Rp 5.000.000
o PPN = 10% x Rp 5.000.000 = Rp500.000
o PPn BM = 20% x Rp5.000.000= Rp1.000.000

Anda mungkin juga menyukai