Anda di halaman 1dari 2

Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang paling awal dikenal dan masih terus

berkembang sampai sekarang. Pembelajaran yang dirancang oleh tenaga pendidik di seluruh dunia
sadar ataupun tidak sadar saat ini masih berlandaskan pada teori belajar behavioristik. Menurut
teori belajar behavioristik, belajar merupakan perubahan tingkah laku hasil interaksi stimulus dan
respons, yaitu proses manusia untuk memberikan respons tertentu berdasarkan stimulus yang
datang dari luar.Maka suatu individu dianggap belajar apabila ia mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku karena menerima stimulus dari luar. Penerapan teori belajar behavioristik lebih relevan
untuk pembelajaran teori (dikelas) daripada pembelajaran praktik (di bengkel, di laboratorium, di
lapangan). Karena teori behavioristik lebih cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier,
konvergen, tidak produktif, tidak bebas berkreatif dan berimajinasi. Sedangkan untuk pembelajaran
praktik (di bengkel, di laboratorium, di lapangan) menuntut siswa untuk bisa produktif dan kreatif
untuk menghasilkan suatu praduk yang inovatif.

Adapun penerapan teori belajar Behavioristik dalam pembelajaran berdasarkan teorinya adalah
sebagai berikut;

1. Menentukan tujuan dan indikator pembelajaran.

2. Menganalisis lingkungan belajar dan mengidentifikasi pengetahuan awal peserta didik.

3. Menentukan materi pembelajaran.

4. Menguraikan materi pembelajaran menjadi bagian-bagian, meliputi topik, pokok bahasan,


sub-pokok bahasan dan seterusnya.

5. Menyajikan pembelajaran.

6. Memberi stimulus kepada peseta didik.

7. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan peserta didik.

8. Memberikan penguatan baik yang positif maupun negatif.

9. Memberi stimulasi ulang.

10. Mengamati dan mengkaji respons dari peserta didik.

11. Memberi penguatan.

12. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik.

penerapan teori belajar behavioristik lebih relevan untuk


pembelajaran teori (dikelas) daripada pembelajaran praktik (di
bengkel, di laboratorium, di lapangan). Karena teori
behavioristik  lebih cenderung mengarahkan siswa untuk
berfikir linier, konvergen, tidak produktif, tidak bebas
berkreatif dan berimajinasi. Sedangkan untuk pembelajaran
praktik (di bengkel, di laboratorium, di lapangan) menuntut
siswa untuk bisa produktif dan kreatif untuk menghasilkan
suatu praduk yang inovatif.

Di samping penggunaan reinforcement untuk memperkuat tingkah laku, ada dua metode lain
yang penting untuk mengembangkan pola tingkah laku baru yakni shaping dan modelling.
Shaping
Kebanyakan yang diajarkan di sekolah adalah urutan tingkah laku yang kompleks, bukan hanya
“simple response”. Tingkah laku yang kompleks ini dapat diajarkan melalui proses “shaping” atau
“suc¬cessive approximations” (menguatkan komponen-komponen respon final dalam usaha
mengarahkan subyek kepada respon final tersebut), beberapa tingkah laku yang mendekati
respon tersekolahnal. Bila guru membimbing siswa menuju pencapaian tujuan dengan
memberikan reinforcement pada langkah-langkah menuju keberhasilan, maka guru itu
menggunakan teknik yang disebut shaping. Reinforcement dan extinction merupakan alat agar
terbentuknya tingkah laku operant baru.
Frazier dalam (Sri Esti,2006: 139) menyampaikan penggunaan shaping untuk memperbaiki
tingkah laku belajar. Ia mengemukakan lima langkah perbaikan tingkah laku belajar murid antara
lain:
• Datang di kelas pada waktunya.
• Berpartisipasi dalam belajar dan merespon guru.
• Menunjukkan hasil-hasil tes dengan baik.
• Mengerjakan pokerjaan rumah.
• Penyempurnaan.
Hasil dari lima komponen untuk memperbaiki tingkah laku menunjukkan bahwa kehadiran masuk
sekolah bertambah setelah beberapa bulan. Yang lebih penting lagi ialah para siswa menjadi
lebih bisa bekerja sama di kelas dan menggunakan waktu belajar mereka lebih efektif.
Modelling.
Modelling adalah suatu bentuk belajar yang dapat diterangkan secara tepat oleh classical
conditioning maupun oleh operant conditioning. Dalam modelling, seorang individu belajar
menyaksikan tingkah laku orang lain sebagai model. Tingkah laku manusia lebih banyak
dipelajari melalui modeling atau isekolahtasi, sehingga kadang-kadang disebut belajar dengan
pengajaran langsung. Pola bahasa, gaya pakaian, dan musik dipelajari dengan mengamati
tingkah laku orang lain. Modelling dapat terjadi, baik dengan “direct reinforcement” maupun
dengan “vicarious reinforcement”. Sekolahsalnya, seseorang yang menjadi idola kita
menawarkan produk tertentu di layar TV. Kita akan merasa senang jika bisa memakai produk
serupa.
Sangat mungkin kita belajar meniru karena di-reinforced untuk melakukannya. Hampir sebagian
besar anak mempunyai pengalaman belajar pertama termasuk reinforcement langsung dengan
meniru model (orang tuanya). Hal yang biasa jika kita mendengar bahwa anak kita dengan
bangga mengatakan, bahwa dia telah mengerjakan sebagaimana yang telah dikerjakan orang
tuanya.
Modelling juga dapat dipakai untuk mengajarkan ketrampilan-ketrampilan akadesekolahs dan
motorik.

Anda mungkin juga menyukai