Anda di halaman 1dari 12

Siti Osa Kosassy, Diversitas Sosiokultural dalam Pendidikan Multikultural dan Gender

DIVERSITAS SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN


MULTIKULTURAL DAN GENDER

SITI OSA KOSASSY, S.Sos., M.Si.


Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) LPPN
Padang, Sumatera Barat
E-mail: sitiosakosassy@gmail.com

ABSTRACT
Indonesia is a pluralistic country that there are various tribes from Sabang to Merauke.
As a result of this diversity conflicts often occur that are horizontal, such as the conflict
in Poso, Sampit conflict, ethnic violence in China in 1998 and various other conflicts
that resulted in deaths. Besides pluralism in Indonesia, there are also shades of the
gender differences between men and women in various ways, such as education, the
working world and others. to solve it is necessary for multicultural education and
gender. Multicultural education as a new paradigm that was born in the late twentieth
century had a vision and a program to prepare young people to face the global world
community in a multicultural frame. Multicultural education as a program designed
based on the dimensions: content integration, knowledge construction, prejudice
ruduction, equitable pedagogy, and empowering school culture and social structure. So,
the school must teach how multicultural education and gender to eliminate all the
differences that occur in the community and make life full of peace and tolerance.
Keywords: diversity, education, multicultural, gender.

A. PENDAHULUAN potensi yang luar biasa untuk pelak-


Berdasarkan arti kata, “diversitas” sanaan pembangunan, namun seiring
mempunyai arti perbedaan, kelainan dengan itu juga sebuah “gunung es”
dan keragaman. Sementara itu “sosio- yang sewaktu-waktu akan bisa meledak
kultural” berarti segi sosial dan budaya dan memicu konflik horizontal yang
masyarakat. Jadi diversitas sosiokultural akan menceraiberaikan tatanan kehidu-
secara makna kata dapat diartikan de- pan sosial masyarakat. Kekerasan pada
ngan perbedaan-perbedaan yang terda- etnis Cina di Jakarta pada bulan Mei
pat di dalam masyarakat, khususnya 1998, perang antaragama di Maluku
mengenai sosial dan budaya masya- Utara pada tahun 1999-2003 dan Poso,
rakat. perang etnis antara suku Dayak dan
Dalam perspektif pendidikan, di- Madura tahun 2000, telah menyebabkan
versitas sosiokulutral sangat menarik kurang lebih 2.000 nyawa melayang
untuk dikaji. Sebab, kebhinekaan yang sia-sia. Itu beberapa contoh kongkrit
terdapat dalam masyarakat merupakan masalah yang dihadapi Indonesia seka-

Jurnal PPKn & Hukum______________________________Vol. 11 No. 2 Oktober 2016 34


Siti Osa Kosassy, Diversitas Sosiokultural dalam Pendidikan Multikultural dan Gender

rang ini, di samping masalah korupsi, kebangsaan diarahkan kepada pengem-


kolusi, nepotisme, premanisme, persete- bangan pengakuan terhadap keberaga-
ruan politik, kemiskinan, kekerasan, man, perbedaan dan kemajemukan
separatisme, pengrusakan lingkungan budaya baik ras, suku, etnis dan agama.
dan hilangnya rasa kemanusiaan untuk Konsep yang memberikan pemahaman
selalu menghargai hak-hak orang lain – tanpa adanya diskriminasi antara laki-
semua itu adalah bentuk nyata akibat laki dan perempuan, kaya atau miskin,
dari diversitas sosiokultural tersebut. mayoritas dan minoritas.
Dengan demikian, keragaman ini diakui Pada sisi lain, dalam aspek dunia
atau tidak akan menimbulkan berbagai pendidikan, masih terdapat pandangan
macam persoalan. sebagian masyarakat yang menganggap
Realitas konflik sosial yang se- bahwa suatu tugas atau jabatan akan
ringkali terjadi dengan kekerasan seperti sukses dipegang oleh perempuan atau
contoh yang disebutkan di atas, akan pekerjaan itu dimiliki laki-laki. Menya-
mengancam persatuan dan eksistensi maratakan dalam segala hal di dalam
bangsa. Indonesia dengan jumlah pulau posisi-posisi yang ada bukanlah sebuah
17.667 (data lain mengatakan 17.504), isu emansipasi. Isu gender menyeruak
11 ribu pulau di antaranya sudah dihuni, dalam konteks demikian.
dengan jumlah suku sebanyak 359, Berdasarkan penjelasan di atas,
jumlah bahasa sebanyak 726, populasi artikel ini membahas tentang diversitas
penduduk kira-kira 250 juta jiwa de- sosiokultural dalam pendidikan multi-
ngan agama yang dianut yaitu Islam, kultural dan gender.
Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan B. RUMUSAN MASALAH
Konghucu serta berbagai aliran keper- Berdasarkan latar belakang di
cayaan lainnya, seringkali dikatakan atas, maka rumusan masalah dalam tu-
Indonesia sebagai negara yang multi- lisan ini adalah: (1) Apakah yang
etnis dan multiagama. dimaksud dengan multikultural? (2)
Keberagaman ini akan menimbul- Apakah yang dimaksud dengan pendi-
kan persoalan apabila tidak dikelola dikan multikultural? (3) Apakah yang
dengan baik. Pendidikan multikultural dimaksud dengan gender? (4) Apakah
sebagai sebuah konsep, dalam konteks

Jurnal PPKn & Hukum______________________________Vol. 11 No. 2 Oktober 2016 35


Siti Osa Kosassy, Diversitas Sosiokultural dalam Pendidikan Multikultural dan Gender

yang dimaksud dengan pendidikan nya dibatasi dengan muatan nilai atau
gender? memiliki kepentingan tertentu. Jadi,
C. TUJUAN PEMBAHASAN multikulturalisme adalah suatu paham,
Tujuan pembahasan tulisan ini corak, kegiatan, yang terdiri dari banyak
adalah: (1) Menjelaskan multikultural. budaya pada suatu daerah tertentu.
(2) Menjelaskan pendidikan multi- Multikulturalisme merupakan la-
kultural. (3) Menjelaskan gender. (4) wan dari monokulturalisme yang telah
Menjelaskan pendidikan gender. menjadi norma. Multikulturalisme ber-
D. PEMBAHASAN tentangan dengan monokulturalisme
1. Pengertian Multikultural dan asimilasi yang telah menjadi norma
Seperti disinggung sebelumnya, dalam paradigma negara-bangsa (na-
berdasarkan arti kata, “diversitas” tion-state) sejak awal abad ke-19.
memiliki arti perbedaan, kelainan dan Monokulturalisme menghendaki adanya
keragaman. Sementara itu “sosio- kesatuan budaya secara normatif [istilah
kultural” berarti segi sosial dan budaya ‘monokultural’ juga dapat digunakan
masyarakat. Jadi, diversitas sosiokultu- untuk menggambarkan homogenitas
ral secara makna kata dapat diartikan yang belum terwujud (pre-existing
dengan perbedaan-perbedaan yang ter- homogeneity)]. Sementara itu, asimilasi
dapat di dalam masyarakat, khususnya adalah timbulnya keinginan untuk ber-
tentang sosial dan budaya masyarakat. satu antara dua atau lebih kebudayaan
Akar kata “multikulturalisme” yang berbeda dengan cara mengurangi
adalah kebudayaan. Secara etimologis, perbedaan-perbedaan sehingga tercipta
multikulturalisme dibentuk dari kata sebuah kebudayaan baru.
“multi” (banyak), “kultur” (budaya) dan Multikulturalisme mulai dijadi-
“isme” (aliran atau paham). Secara kan kebijakan resmi di negara ber-
hakiki, dalam kata itu terkandung pe- bahasa-Inggris (English-speaking coun-
ngakuan akan martabat manusia yang tries), yang dimulai di Kanada pada
hidup dalam komunitasnya dengan ke- tahun 1971. Kebijakan ini kemudian
budayaannya masing-masing yang unik. diadopsi oleh sebagian besar ang-
Multikulturalisme berhubungan dengan gota Uni Eropa, sebagai kebijakan
kebudayaan dan kemungkinan konsep- resmi, dan sebagai konsensus sosial di

Jurnal PPKn & Hukum______________________________Vol. 11 No. 2 Oktober 2016 36


Siti Osa Kosassy, Diversitas Sosiokultural dalam Pendidikan Multikultural dan Gender

antara elite. Dalam perkembangannya, penghargaan dan kepatuhan terhadap


gerakan pendidikan tentang budaya hukum, etika, moral, dan kesantunan
majemuk (multicultural education) sosial, semakin luasnya penyebaran
mencapai puncaknya pada dekade narkotika dan penyakit-penyakit sosial
1970/1980-an, terutama di lembaga- lainnya.
lembaga pendidikan Amerika Serikat. Oleh karena itu, pendidikan di-
Secara sederhana, multikulturalisme da- anggap tempat yang tepat untuk
pat dipahami sebagai sikap bagaimana membangun kesadaran multikulturalis-
masing-masing kelompok bersedia me di Indonesia. Melalui pendidikan
untuk menyatu (integrate) tanpa mem- multikultural diharapkan dapat diwujud-
pedulikan keragaman budaya yang di- kan keteraturan dalam kehidupan sosial-
miliki. Mereka semua melebur, sehing- budaya di Indonesia.
ga pada akhirnya ada proses “hidri- 2. Pendidikan Multikultural
disasi” yang meminta setiap individu Secara umum, pendidikan multi-
untuk tidak menonjolkan perbedaan kultural didefinisikan sebagai sebuah
masing-masing kultur (Nadjamuddin kebijakan sosial yang didasarkan pada
Ramly, 2005:xiv). prinsip-prinsip pemeliharaan budaya
Multikulturalisme di Indonesia dan saling memiliki rasa hormat antara
merupakan suatu hal yang tidak dapat seluruh kelompok budaya di dalam
dihindarkan. Namun, pada kenya- masyarakat. Pembelajaran multikultural
taannya, kondisi demikian tidak pula pada dasarnya merupakan program
diiringi dengan keadaan sosial yang pendidikan bangsa agar komunitas
membaik. Bahkan banyak terjadinya multikultural dapat berpartisipasi dalam
ketidakteraturan dalam kehidupan sosial mewujudkan kehidupan demokrasi yang
di Indonesia pada saat ini yang menye- ideal bagi bangsanya (Banks, 1993).
babkan terjadinya berbagai ketegangan Lebih lanjut dikatakan Banks bahwa
dan konflik. Seiring dengan perkemba- pendidikan multikutural sebagai pen-
ngan zaman yang dipengaruhi oleh didikan untuk people of color. Artinya,
adanya globalisasi, banyak terjadi krisis pendidikan multikultural ingin meng-
sosial-budaya yang terjadi di masya- eksplorasi perbedaan sebagai kenis-
rakat. Sebagai contoh, merosotnya cayaan (anugerah Tuhan). Kemudian,

Jurnal PPKn & Hukum______________________________Vol. 11 No. 2 Oktober 2016 37


Siti Osa Kosassy, Diversitas Sosiokultural dalam Pendidikan Multikultural dan Gender

bagaimana kita mampu menyikapi budaya dan kelompok untuk meng-


perbedaan tersebut dengan penuh ilustrasikan konsep dasar, generalisasi,
toleran dan semangat egaliter. dan teori dalam mata pelajaran/disiplin
Adapun Paulo Freire, seorang ilmu. (2) The knowledge construction
pakar pendidikan pembebasan, mende- process, yaitu membawa siswa untuk
finisikan bahwa pendidikan bukan memahami implikasi budaya ke dalam
merupakan “menara gading” yang sebuah mata pelajaran. (3) An equity
berusaha menjauhi realitas sosial dan paedagogy, yaitu menyesuaikan metode
budaya. Melainkan pendidikan itu harus pengajaran dengan cara belajar siswa
mampu menciptakan tatanan masya- dalam rangka memfasilitasi prestasi
rakat yang terdidik dan berpendidikan, akademik siswa yang beragam baik dari
bukan sebuah masyarakat yang hanya segi ras, budaya, ataupun sosial. (4)
mengagungkan suatu kelas sosial Prejudice reduction, yaitu mengi-
sebagai akibat dari kekayaan dan ke- dentifikasi karakteristik ras siswa dan
makmuran yang diperolehnya. menentukan metode pengajaran mereka.
Pendidikan multikultural merupa- Kemudian, melatih kelompok untuk
kan respons terhadap perkembangan berpartisipasi dalam kegiatan olahraga,
keragaman populasi sekolah, sebagai- berinteraksi dengan seluruh staf dan
mana tuntutan persamaan hak bagi siswa yang berbeda etnis dan ras dalam
setiap kelompok. Hal ini dapat diartikan upaya menciptakan budaya akademik
bahwa pendidikan multikultural adalah yang toleran dan inklusif. (5) Social
pendidikan yang mencakup seluruh structure, yaitu menelaah kelompok dan
siswa tanpa membedakan kelompok- praktik-praktik labeling, partisipasi
kelompoknya, seperti gender, etnis, ras, olahraga dan interaksi antara staf dan
budaya, strata sosial, dan agama. siswa di berbagai garis etnis dan ras
James Bank (dalam Wolfolk, untuk menciptakan sebuah budaya se-
2009:238-239) menjelaskan, pendidikan kolah yang memberdayakan siswa dari
multikultural memiliki beberapa dimen- semua kelompok.
si yang saling berkaitan satu dengan Dari kelima dimensi di atas, me-
yang lain, yaitu: (1) Content integra- nurut Wolfolk, banyak yang hanya
tion, yaitu mengintegrasikan berbagai familiar dengan dimensi content inte-

Jurnal PPKn & Hukum______________________________Vol. 11 No. 2 Oktober 2016 38


Siti Osa Kosassy, Diversitas Sosiokultural dalam Pendidikan Multikultural dan Gender

gration (integrasi isi) dengan meng- dalam pendidikan multikultural men-


gunakan contoh-contoh dan isi dari cakup kurikulum yang “resmi” dan “the
beragam budaya ketika mengajarkan hidden curriculum”, yakni kurikulum
sebuah subjek. Hal ini dilakukan karena tidak tertulis dan terencana tetapi proses
mereka percaya bahwa pendidikan internalisasi nilai, pengetahuan dan
multikultural hanya sebuah perubahan keterampilan justru terjadi di kalangan
dalam kurikulum semata; sebagian guru peserta didik (Tilaar, 2004:45). Lebih
berasumsi bahwa hal itu tidak relevan lanjut Tilaar mengemukakan bahwa
untuk subjek-subjek seperti sains dan dalam kurikulum “resmi”, pendidikan
matematika. Akan tetapi, jika memper- multikultural sebaiknya diintegrasikan
timbangkan keempat dimensi lainnya, ke semua mata pelajaran dan lintas
akan membantu siswa memahami kurikulum. Oleh karena itu, model
bagaimana pengetahuan dipengaruhi kurikulum multikultural harus dapat
oleh berbagai keyakinan, mengurangi mengintegrasikan proses pembelajaran
prasangka, menciptakan struktur sosial nilai, pengetahuan dan keterampilan
di sekolah yang mendukung pembe- hidup dalam masyarakat multikultural,
lajaran dan perkembangan seluruh seperti keterampilan negosiasi, menge-
siswa, dan menggunakan metode- mukakan dan menghadapi perbedaan,
metode pengajaran yang menjangkau resolusi konflik, cooperative learning
seluruh siswa. Bila hal ini dilakukan and problem solving.
maka pendidikan multikultural akan b. Tenaga pengajar. Pengem-
relevan dengan semua subjek dan bangan kurikulum dengan pendekatan
semua siswa. multikultural haruslah didahului oleh
Pendidikan multikultural akan da- sosialisasi yang baik, agar para
pat dilaksanakan dengan baik jika guru/tenaga pengajar dapat mengem-
memperhatikan beberapa aspek, yaitu bangkan kurikulum dalam bentuk sila-
kurikulum multikultural, tenaga penga- bus dan rencana pelajaran, proses
jar, proses pembelajaran, dan evaluasi belajar di kelas dan evaluasi yang sesuai
pembelajaran. dengan prinsip multikultural.
a. Kurikulum multikultural. Mo- c. Proses pembelajaran. Proses
del kurikulum yang dapat digunakan pembelajaran yang dikembangkan harus

Jurnal PPKn & Hukum______________________________Vol. 11 No. 2 Oktober 2016 39


Siti Osa Kosassy, Diversitas Sosiokultural dalam Pendidikan Multikultural dan Gender

menempatkan peserta didik pada dan wanita. Sementara itu Wolfolk


kenyataan sosial di sekitarnya. Artinya, (2009:260) mengemukakan bahwa gen-
proses belajar yang mengandalkan pe- der biasanya mengacu pada ciri-sifat
serta didik untuk belajar secara kelom- dan perilaku yang dinilai tepat untuk
pok dan bersaing secara kelompok laki-laki dan perempuan oleh budaya
dalam suatu situasi kompetitif yang tertentu. Santrock membedakan istilah
positif. Dengan cara ini, perbedaan gender dengan istilah jenis kelamin
antarindividu dapat sebagai suatu (seks). Jenis kelamin (seks) berhubu-
kekuatan kelompok dan peserta didik ngan dengan dimensi biologis dari pria
terbiasa hidup dengan berbagai keraga- dan wanita. Peran gender (gender role)
man budaya, sosial, ekonomi, intelek- adalah ekspektasi sosial yang merumus-
tual dan aspirasi politik. kan bagaimana pria dan wanita seharus-
d. Evaluasi pembelajaran. Eva- nya berpikir, merasa dan berbuat.
luasi yang digunakan harus meliputi Dalam konsep sosiologi, gender
keseluruhan aspek kemampuan dan mengacu pada sekumpulan ciri-ciri khas
kepribadian peserta didik sesuai dengan yang dikaitkan dengan jenis kelamin
tujuan dan konten yang dikembang- individu (seseorang) dan diarahkan pada
kan. Alat evaluasi yang digunakan peran sosial atau identitasnya dalam
tidak hanya mengukur hasil belajar masyarakat. WHO memberi batasan
(achievement), tetapi secara lengkap gender sebagai “seperangkat peran, pe-
memberi informasi yang lebih jelas rilaku, kegiatan, dan atribut yang diang-
tentang proses pembelajaran. gap layak bagi laki-laki dan perempuan,
3. Pengertian Gender yang dikonstruksi secara sosial, dalam
Gender itu berasal dari bahasa suatu masyarakat.” Dengan demikian,
Latin “genus” yang berarti jenis atau gender adalah kajian perilaku atau
tipe. Gender adalah sifat dan perilaku pembagian peran antara laki-laki dan
yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang sudah dikonstruksikan
perempuan yang dibentuk secara sosial atau dibentuk di masyarakat tertentu
maupun budaya. Menurut Santrock dan pada masa waktu tertentu pula.
(2011:194), gender adalah dimensi Gender ditentukan oleh sosial dan bu-
sosiokultural dan psikologis dari pria daya setempat, sedangkan seks adalah

Jurnal PPKn & Hukum______________________________Vol. 11 No. 2 Oktober 2016 40


Siti Osa Kosassy, Diversitas Sosiokultural dalam Pendidikan Multikultural dan Gender

pembagian jenis kelamin yang diten- dipahami terlebih dahulu sebelum mem-
tukan oleh Tuhan. Misalnya laki-laki bicarakan masalah perempuan ini
mempunyai penis, memproduksi sper- adalah perbedaan antara konsep seks
ma dan menghamili, sementara perem- (jenis kelamin) dengan konsep gender.
puan mengalami menstruasi, bisa Pemahaman yang mendalam atas kedua
mengandung dan melahirkan serta konsep tersebut sangatlah penting.
menyusui dan menopause. Bentuk Sebab, kesamaan pengertian (mutual
hubungan gender dengan seks (jenis understanding) atas kedua kata kunci
kelamin) adalah sebagai hubungan akan menghindarkan kita dari kemung-
sosial antara laki-laki dengan perem- kinan pemahaman-pemahaman yang
puan yang bersifat saling membantu keliru dan tumpang tindih antara
atau sebaliknya malah merugikan, serta masalah-masalah perempuan yang
memiliki banyak perbedaan dan ke- muncul lantaran perbedaan akibat seks
tidaksetaraan. Hubungan gender ber- dan masalah-masalah perempuan yang
beda dari waktu ke waktu, dan antara muncul akibat hubungan gender. Di
masyarakat satu dengan masyarakat samping itu juga untuk memudahkan
lain, akibat perbedan suku, agama, pemahaman atas konsep gender yang
status sosial maupun nilai tradisi dan merupakan kata dan konsep asing ke
norma yang dianut. dalam konteks Indonesia.
Dari peran ataupun tingkah laku Pemakaian gender dalam wacana
yang diproses pembentukannya di feminisme mula pertama dicetuskan
masyarakat itu terjadi pembentukan oleh Anne Oakkley. Perbedaan antara
yang “mengharuskan”, misalnya perem- seks (jenis kelamin) dan gender bahwa:
puan itu harus lemah lembut, emosio- yang pertama (seks) berkaitan erat
nal, cantik, sabar, penyayang, sebagai dengan ciri-ciri biologis dan fisik
pengasuh anak, pengurus rumah, dan tertentu, kromosom dan genitalia (eks-
lainnya. Sedangkan laki-laki harus kuat, ternal maupun internal); sementara yang
rasional, wibawa, perkasa (macho), kedua (identitas gender) lebih banyak
pencari nafkah, dan lainnya. dibentuk oleh persepsi sosial dan
Bertolak dari fenomena tersebut, budaya tentang stereotipe perempuan
maka konsep penting yang harus dan laki-laki dalam sebuah masyarakat.

Jurnal PPKn & Hukum______________________________Vol. 11 No. 2 Oktober 2016 41


Siti Osa Kosassy, Diversitas Sosiokultural dalam Pendidikan Multikultural dan Gender

Karena gender ditentukan secara sosial, perbedaan antara perempuan dan laki-
maka ideologi dan wawasan suatu laki dalam hal kesempatan bicara.
masyarakat atau suatu bangsa turut serta Isu gender dalam pendidikan ma-
membangun gagasan tentang identitas sing-masing berkaitan dengan tiga per-
ini (Siti Ruhaini Dzuhayatin, 1996:231). masalahan pokok (Ace, dkk., 2010:67),
Pengertian gender secara umum yakni:
mengacu kepada pemilahan peran sosial Pertama, isu gender berkaitan de-
atau konstruksi sosial yang mem- ngan pemerataan kesempatan belajar.
bedakan peran antara laki-laki dan Isu gender yang berkaitan dengan
perempuan oleh etika budaya setempat pemerataan kesempatan belajar pada
yang dikaitkan dengan pandangan setiap jenjang pendidikan yakni: (a)
kepantasan peran sosial menurut jenis Perolehan kesempatan pendidikan pada
kelamin secara biologis. Pada dasarnya awal 1970-an menunjukkan bahwa
gender hanya merupakan persepsi semakin tinggi jenjang pendidikan
masyarakat yang mengonstruksikan semakin lebar kesenjangan menurut
peran sosial perempuan harus begini gender. Pola ini berubah pada waktu-
dan peran sosial laki-laki harus begitu, waktu terakhir dimana kesenjangan
sehingga kondisi ini tidak berlaku gender paling besar terjadi pada
universal. Peran sosial antara laki-laki pendidikan dasar dan tinggi tetapi lebih
dan perempuan untuk kondisi sosial seimbang pada SLTP dan pendidikan
budaya di daerah tertentu bisa berbeda menengah. (b) Faktor-faktor yang
dengan daerah yang lain, bahkan bisa mempengaruhi kesenjangan gender di
berlaku sebaliknya. SD lebih disebabkan oleh faktor-faktor
4. Pendidikan Gender struktural, yaitu perilaku masyarakat
Beberapa kasus perbedaan gender yang dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial
juga sering terjadi di sekolah. Maka budaya dan ekonomi keluarga, yang
seorang guru harus dapat menghindari lebih mementingkan pendidikan anak
sikap-sikap yang mengindikasikan ada- laki-laki ketimbang anak perempuan.
nya “pembedaan” antara laki-laki dan Kedua, isu gender berkaitan de-
perempuan. Seorang guru juga harus ngan proses pengelolaan pendidikan
dapat menjelaskan bahwa tidak ada dan pembelajaran. Isu gender berkaitan

Jurnal PPKn & Hukum______________________________Vol. 11 No. 2 Oktober 2016 42


Siti Osa Kosassy, Diversitas Sosiokultural dalam Pendidikan Multikultural dan Gender

dengan permasalahan kesenjangan gen- Hal ini muncul karena kondisi sosio-
der berkaitan dengan proses penge- kultur masyarakat terhadap peran-peran
lolaan pendidikan dan pembelajaran gender yang sudah terlembagakan. (b)
adalah: (a) Kurikulum dan buku ajar Penjurusan pada pendidikan menengah
yang belum berlandaskan pada peran dan tinggi menunjukkan masih ter-
gender secara seimbang akan menye- dapatnya stereotipe dalam pendidikan
babkan perempuan tidak mempunyai di Indonesia. (c) Terjadinya diskri-
mentalitas sebagai warga masyarakat minasi gender dalam jurusan-jurusan
yang produktif. (b) Pengaruh sosio- atau program studi tertentu akan
kultur masyarakat Indonesia masih mengakibatkan tidak berkembangnya
menempatkan perempuan dalam posisi pola persaingan sehat menurut gender.
yang kurang strategis dalam mengambil (d) Mentalitas para pengelola dan
keputusan di bidang pendidikan dan pelaksana pendidikan yang masih
pembelajaran. (c) Rendahnya angka dominan laki-laki cenderung akan
partisipasi perempuan dalam pendidikan mempertahankan kesenjangan gender
akan mengakibatkan pendidikan men- dalam waktu yang lama.
jadi kurang efisien. Berkaitan dengan faktor-faktor
Ketiga, isu gender berkaitan de- yang mempengaruhi kesenjangan gen-
ngan pengelompokan siswa atau der sehubungan dengan kurikulum dan
mahasiswa. Isu gender berkaitan dengan proses pendidikan, dapat dikemukakan
pengelompokan siswa atau mahasiswa sebagai berikut: (a) Partisipasi perem-
dalam bidang kejuruan, jurusan ke- puan dalam proses pengambilan kepu-
ahlian dan program studi pada tusan pendidikan sangat rendah, karena
pendidikan menengah dan tinggi aspek mereka juga rendah dalam me-
adalah: (a) Dalam pembagian jurusan nempati jabatan-jabatan birokrasi peme-
dan program studi telah memunculkan gang kebijakan. Proporsi kepala sekolah
gejala pemisahan gender (gender perempuan secara konsisten kecil
segregation) ke dalam bidang keahlian dibandingkan dengan laki-laki pada
dan pekerjaan yang berlainan. Ini adalah setiap jenjang pendidikan. (b) Laki-laki
gejala diskriminasi gender secara lebih dominan dalam mempengaruhi isi
sukarela (voluntarily discrimination). kurikulum sehingga proses pembe-

Jurnal PPKn & Hukum______________________________Vol. 11 No. 2 Oktober 2016 43


Siti Osa Kosassy, Diversitas Sosiokultural dalam Pendidikan Multikultural dan Gender

lajaran cenderung lebih bias laki-laki di masyarakat yang diakibatkan oleh


(male bias). Gejala ini dapat diamati masuknya berbagai macam budaya baru
dari buku-buku pelajaran yang se- dari luar negeri ke Indonesia. Melalui
bagian besar penulisnya adalah laki- pendidikan multikultural yang memper-
laki. (c) Isi buku pelajaran yang kenalkan budaya asli kepada peserta
membahas status perempuan dalam didik diharapkan agar peserta didik
masyarakat akan banyak memberikan tidak melupakan budaya asalnya
pengaruh terhadap kesenjangan gender sendiri.
dalam proses pendidikan (Ace Suryadi Namun demikian, pendidikan
& Ecep Idris, 2010:159-160). multikultural tidak hanya dipelajari
Langkah-langkah yang harus dalam pendidikan normal. Pendidikan
diperhatikan oleh tenaga pendidik da- multikultural itu juga harus dipelajari
lam proses belajar mengajar adalah: (a) oleh masyarakat luas, secara nonformal,
Mempunyai wawasan yang cukup ten- melalui berbagai macam diskusi,
tang kesetaraan gender. (b) Sikap dan presentasi, sehingga akan dapat tercipta
tindakan antidiskriminasi gender. (c) masyarakat Indonesia yang tenteram
Sensitif terhadap permasalahan gender. dan damai.
E. PENUTUP Untuk sementara ini, pendidikan
Pendidikan di Indonesia yang multikultural memang kian mendesak
masyarakatnya terdiri dari berbagai untuk dilaksanakan di sekolah. Dengan
macam ras, suku budaya, bangsa, dan pendidikan multikultural, sekolah men-
agama dirasa penting untuk menerapkan jadi lahan untuk menghapus prasangka,
pendidikan multikultural. Sebab, tidak dan sekaligus untuk melatih dan
dapat dipungkiri bahwa dengan masya- membangun karakter siswa agar mampu
rakat Indonesia yang beragam inilah bersikap demokratis, humanis dan plu-
seringkali menjadi penyebab munculnya ralis. Ada dua hal yang perlu dilakukan
berbagai macam konflik. dalam pembangunan pendidikan multi-
Perkembangan zaman dan waktu kultural di sekolah, yaitu: Pertama,
juga dapat mempengaruhi kehidupan melakukan dialog dengan menempatkan
berbangsa dan bernegara, sehingga ba- setiap peradaban dan kebudayaan yang
nyak terjadi berbagai macam perubahan ada pada posisi sejajar. Kedua, me-

Jurnal PPKn & Hukum______________________________Vol. 11 No. 2 Oktober 2016 44


Siti Osa Kosassy, Diversitas Sosiokultural dalam Pendidikan Multikultural dan Gender

ngembangkan toleransi untuk memberi- hingga bisa menjadi manusia yang


kan kesempatan masing-masing kebu- beradab.
dayaan saling memahami. Toleransi di
sini tidak hanya pada tataran konsep- DAFTAR PUSTAKA
tual, melainkan juga pada teknik Banks, J.A. 1993. “Multicultural Edu-
cation: Historical Development,
operasional.
Dimensions, and Practice”. In
Gender adalah sifat dan perilaku J.A. Banks & C.A.M. Banks
(Eds.). Handbook of Research on
yang dilekatkan pada laki-laki dan
Multicultural Education. (pp. 3-
perempuan yang dibentuk secara sosial 29). San Francisco: Jossey-Bass.
Dzuhayatin, Siti Ruhaini. 1996. Mem-
maupun budaya. Dan gender itu sendiri
bincang Feminisme: Gender da-
merupakan kajian perilaku atau lam Perspektif Islam. Surabaya:
Risalah Gusti.
pembagian peran antara laki-laki dan
Freire, Paulo. 1984. Pendidikan sebagai
perempuan yang sudah dikonstruksikan Praktek Pembebasan. Terjema-
han Alois A. Nugroho. Jakarta:
atau dibentuk di masyarakat tertentu
Gramedia.
dan pada masa waktu tertentu pula. Ramly, Nadjamuddin. 2005. Memba-
ngun Pendidikan yang Member-
Gender ditentukan oleh sosial dan bu-
dayakan dan Mencerahkan. Ja-
daya setempat, sedangkan seks adalah karta: Grafindo.
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pen-
pembagian jenis kelamin yang ditentu-
didikan. Edisi Kedua. Jakarta:
kan oleh Tuhan. Hal itu perlu selalu Kencana Prenada Media Group.
Suryadi, Ace & Ecep Idris. 2010. Kese-
disosialisasikan kepada warga masya-
taraan Gender dalam Bidang
rakat. Pendidikan. Bandung: Gene-
sindo.
Melalui proses sosialisasi, sese-
Tilaar, H.A.R. 2005. Manifesto Pendidi-
orang akan terwarnai cara berpikir dan kan Nasional: Tinjauan dari
Perspektif Post Modernisme dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan
Studi Kultural. Jakarta: Penerbit
proses sosialisasi, seseorang diharapkan Kompas.
Woolfolk, Anita. 2009. Educational
menjadi tahu bagaimana ia mesti ber-
Psychology: Active Learning
tingkah laku di tengah-tengah masya- Edition. Edisi Kesepuluh. Ceta-
kan Pertama. Yogyakarta: Pus-
rakat dan lingkungan budayanya, se-
taka Pelajar.
hz

Jurnal PPKn & Hukum______________________________Vol. 11 No. 2 Oktober 2016 45

Anda mungkin juga menyukai