Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RANGKUMAN MATERI KONSEP KERAJINAN TANGAN AUD

Untuk Memenuhi Mata Kuliah


Neuro Science
Yang dibina oleh Pramono,S.Pd, M.Or

Oleh:
Kristi Susanti
(170153603043)

Offering B7 PGPAUD

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEPTEMBER 2020
1. Jelaskan menguasai konsep dasar Neuro science anak usia dini !
Neurosains secara etimologi adalah ilmu neural (neural science) yang mempelajari
sistem syaraf, terutama mempelajari neuron atau sel syaraf dengan pendekatan
multidisipliner. Secara terminologi, neurosains merupakan bidang ilmu yang
mengkhususkan pada studi saintifik terhadap sistem syaraf. Dengan dasar ini, neurosains
juga disebut sebagai ilmu yang mempelajari otak dan seluruh fungsi-fungsi syaraf
belakang. Otak mengontrol setiap aspek tubuh, dari emosi dan memori hingga aktivitas
tubuh dasar seperti gerakan, pernapasan, dan mengendalikan detak jantung. Ilmu saraf
kebanyakan mempelajari tentang perilaku.
Dalam pendidikan anak usia dini neurosains sangat penting untuk dipelajari dan
dipahami. Usia dini adalah usia emas, dimana pada tahap ini anak selalu diwarnai dengan
kemampuannya melakukan banyak hal. Mereka menaruh optimism yang sangat tinggi
untuk berhasil, meskipun tidak selalu berhasil.
Ketika anak lahir, sel-sel otaknya mencapai 100 miliar. Sel-sel tersebut saling
berhubungan meskipun hanya sedikit, meliputi sel-sel otak yang mengendalikan jantung,
pernapasan, pendengaran, gerak refleks, dan naluri hidup. Ketika anak memasuki usia 3
tahun, sel otaknya telah membentuk sekitar 1.000 triliun jaringan koneksi/sinapsis.
Jumlah ini 2 kali lebih banyak dari yang dimiliki orang dewasa.
Sel otak itu sendiri dapat berhubungan dengan 15.000 sel yang lain. Sinapsis-sinapsis
yang sering digunakan, akan menjadi semakin kuat dan permanen. Dalam hal ini, setiap
rangsangan atau stimulasi yang diterima anak dalam pembelajaran PAUD akan
menciptakan suatu sambungan baru , dan memperkuat sambungan yang sudah ada.
Stimulasi-stimulasi yang dimaksudkan, sangat banyak kita jumpai dalam PAUD.
Oleh karena itu, PAUD sangatlah penting bagi pemberian stimulasi otak anak. Kurangnya
stimulasi nantinya akan menyebabkan perkembangan otak anak menjadi tidak optimal.
Selain itu, stimulasi yang diberikan kepada anak melalui lembaga-lembaga PAUD
akan membuat fungsi-fungsi neuron bekerja secara optimal, sehingga berguna untuk
mengembangkan kemampuan sensori anak.
Penelitian di bidang neurosains yang dilakukan oleh Osbon, White, dan Bloom;
menyatakan bahwa perkembangan intelektual atau kecerdasan anak pada usia 0-4 tahun
mencapai 50%. Sedangkan pada usia 0-8 tahun mencapai 80%, dan selanjutnya pada usia
0-18 tahun mencapai 100%. Hal ini menandakan bahwa perkembangan otak anak
memiliki presentase paling besar ketika menginjak tahap usia dini.
Dengan uraian diatas, neurosains pada anak usia dini mampu membuat anak belajar
dengan maksimal berdasarkan kerja otak secara alami. Dengan demikian, neurosains
dalam pembelajaran akan membuat anak belajar, walau semata-mata hanya untuk
memenuhi rasa keingintahuannya akan sesuatu.

2. Jelaskan pengertian Neurosains !


Neurosains adalah ilmu yang memepelajari tentang sistem saraf, yang meliputi otak,
sumsum tulang belakang, dan saraf. Otak mengontrol setiap aspek tubuh, dari emosi dan
memori hingga aktivitas tubuh dasar seperti gerakan, pernapasan, dan mengendalikan detak
jantung. Ilmu saraf kebanyakan mempelajari tentang perilaku

3. Jelaskan sejarah perkembangan Neurosains !


Sejak awal kesadaran manusia, orang-orang telah tertarik untuk memahami dasar
perilaku manusia. Filsuf Yunani kuno, Aristoteles, percaya bahwa semua fungsi yang
sekarang kita ketahui memiliki dasar di otak seperti ingatan, emosi, dan kesadaran yang
dijalankan oleh hati. Orang Mesir kuno juga percaya bahwa hati adalah sumber kesadaran.
Dalam budaya Mesir Kuno. Ketika tubuh orang yang meninggal dipertahankan sebagai
mumi, otak dianggap sebagai bagian tubuh yang tidak berguna, dan sering dibuang.
Orang Mesir mengakui bahwa otak bertanggung jawab atas fungsi tubuh tertentu.
Papirus Edwin Smith, sekitar tahun 1700 SM, adalah teks medis paling awal yang tercatat
dan memasukan kasus medis pasien dengan kerusakan pada otak dan sumsum tulang
belakang. Ia tahu bahwa otak mengendalikan gerakan, jadi pada titik tertentu orang Mesir
kuno memang memahami beberapa fungsi otak. Tetapi mereka tidak tahu bagaimana cara
mengobati kerusakan otak yang menyebabkan gangguan gerak.
Tabib Romawi Galen, yang hidup pada abad ke-2 SM, percaya bahwa fungsi dan
temperamen tubuh seseorang dikendalikan oleh otak. Dia juga mempelajari sumsum tulang
belakang dan menyimpulkan bahwa itu adalah perpanjangan dari otak, dan bahwa itu
mengendalikan gerakan motorik tubuh dengan mengirimkan sinyal dari otak.
Pada jangka waktu yang lama, mereka menjadi dogma sentral, dan tidak banyak
dikembangkan sampai abad ke-17 oleh para ilmuwan seperti Rene Descartes, yang
merupakan orang pertama yang mempelajari tindakan refleks. Descartes juga mendalilkan
bahwa pikiran terpisah dari otak; walaupun gagasan ini masih ada sampai sekarang,
kebanyakan ahli saraf percaya bahwa otak dan pikiran tidak terpisah, dan bahwa pikiran
muncul langsung dari proses biologis di otak. Juga di abad ke-17, Thomas Willis
menerbitkan buku Anatomi Otak, yang membahas refleks, epilepsi, dan kelumpuhan. Buku
ini berisi penggunaan pertama kata neurologi (studi tentang gangguan sistem saraf).
Kemajuan lebih lanjut dibuat dalam beberapa ratus tahun terakhir. Neuron ditemukan
dan saraf dihipotesiskan akan beroperasi melalui listrik. Bedah saraf mulai dilakukan, dan
jurnal penelitian ilmu saraf didirikan. Pada abad ke-20, teknik-teknik seperti magnetic
resonance imaging (MRI), pemindaian magnetic resonance (NMR), dan pemindaian
positron emission tomography (PET) dikembangkan, yang memungkinkan para ilmuwan
untuk mencitrakan aktivitas di otak. Neurosains menjadi bidang booming di awal 1990-an,
ketika fungsional magnetic resonance imaging (fMRI) digunakan untuk memetakan
aktivitas otak melalui mendeteksi perubahan dalam aliran darah otak.

4. Jelaskan Pendekatan Neurosains


Peserta didik menurut perspektif neurosains adalah aktivitas otak pembelajar selama
menerima pelajaran dan respons otak terhadap proses pembelajaran. Dalam konteks
pendidikan, kelima instrumentasi teknologi pemindaian otak di bawah ini berimplikasi
terhadap perubahan pandangan terhadap otak peserta didik, khususnya aktivitas
pembelajaran. Pembelajaran yang pasif dan menegangkan (peserta didik hanya duduk
terdiam sambil mendengarkan ceramah guru) tidak banyak mengaktivasi otak peserta didik
sehingga hasilnya kurang optimal. Sebaliknya, pembelajaran yang aktif dan menyenangkan
(peserta didik diajak bergerak, tertawa, dan bertanya), lebih banyak mengaktifkan area-area
otak sehingga pembelajaran jauh lebih berhasil.
Neurosains kini menjadi satu-satunya bidang ilmu yang mengalami perkembangan
paling pesat. Semakin jelas pengamatan terhadap akivitas otak, semakin mudah mengontrol
perilaku seseorang, semakin pesat pula kegiatan neurosains. Berikut ini merupakan
beberapa kegiatan otak yang berkontribusi bagi pendidikan: (Wathon, 2015).

a. Electroencephalography (EEG) dan Magnetoencephalography (MEG)


EEG dan MEG mampu membaca seberapa cepat informasi diproses dalam otak.
Untuk mengukurnya, alat ini mendeteksi aktivitas elektrik dan magnetik yang terjadi
pada otak selama proses mental (termasuk proses belajar-mengajar) berlangsung.
Adapun pada MEG, sekitar 100 detektor magnetik ditempelkan sekitar kepala untuk
mencatat aktivitas
magnetik otak. EEG dan MEG mencatat perubahan yang terjadi di dalam otak secara
kontinyu, yakni dalam kisaran satu mili detik (satu per seribu detik) kisaran umum
waktu yang dibutuhkan otak untuk memproses kata. Hasil pencatatan memberi
informasi mengenai waktu yang diperlukan oleh otak untuk proses membaca atau
menghitung angka matematika.

b. Positron-Emission Tomography (PET)


PET merupakan teknologi yang diakui untuk mengobservasi fungsi-fungsi otak
yang mengandung radioaktif pada subjek di mana cairan akan bereaksi ke dalam otak.
Wilayah bereaksi ke tingkat tinggi akan mengakumulasi lebih banyak radiasi dan
aktivitas ini ditangkap oleh cincin detektor yang di pasang di sekitar kepala subjek
(pasien).

c. Functional Magnetic Resonance Imaging (FMRI)


Functional Magnetic Resonance Imaging (FMRI) merupakan teknologi yang
dengan
cepat menggantikan pemindaian PET karena efek radiasi yang terlalu tinggi.
Teknologi ini mampu menunjukkan area-area otak yang lebih besar atau lebih kecil
ketika memproses informasi (belajar). Operasinya berdasarkan fakta bahwa bagian
otak yang lebih aktif membutuhkan oksigen dan nutrisi yang lebih tinggi. Oksigen
dibawa menuju
sel-sel otak oleh hemoglobin. Hemoglobin mengandung zat besi yang bersifat
magnetik. FMRI memiliki magnet untuk membandingkan jumlah hemoglobin
teroksigenasi yang
memasuki otak dengan hemoglobin teroksigenasi.

d. Functional Magnetic Resonance Spectroscopy (FMRS)


FMRS menunjukkan dengan tepat area yang sedang aktif berpikir otak serta dapat
mengidentifikasi apakah zat-zat kimiawi muncul pada area otak teraktivasi.

e. Single Photon Emission Computed Tomography (SPELT)


SPELT adalah istrumen yang paling canggih di bidang neurosains. Teknologi ini
mampu merekam gelombang otak ketika manusia melakukan kegiatan tertentu tanpa
membawa.

5. Jelaskan Neurosains Kognitif.


Neurosains kognitif merupakan satu bidang kajian mengenai sistem saraf yang ada di
dalam otak manusia. Neurosains juga mengkaji mengenai kesadaran dan kepekaan otak dari
segi biologi, persepsi, ingatan, dan kaitannya dengan pembelajaran. Bagi teori Neurosains,
sistem saraf dan otak merupakan asas fisikal bagi proses pembelajaran manusia. Neurosains
dapat membuat hubungan diantara proses kognitif yang terdapat di dalam otak dengan
tingkah laku yang akan dihasilkan. Hal ini dapat diartikan bahwa, setiap perintah yang
diproses oleh otak akan mengaktifkan daerah-daerah penting otak (Harun, 2003).
Neurosains kognitif merupakan suatu bidang penelitian saintifik tentang sistem saraf,
utamanya otak. Neurosains merupakan penelitian tentang otak dan pikiran. Studi tentang
otak menjadi landasan dalam pemahaman tentang bagaimana kita merasa dan berinteraksi
dengan dunia luar dan khususnya apa yang dialami manusia dan bagaimana manusia
mempengaruhi yang lain (Schneider, 2011).
Neurosains kognitif merupakan ilmu pengetahuan tentang proses kognisi yang
melibatkan fungsi-fungsi otak. Pengetahuan tentang neurosains ini begitu kompleks
(jelimet), karena memang titi tumpu dari pembahasan ini mengenai otak, mulai dari
komponen penting dalam otak, hingga fungsi-fungsinya. Sedangkan hingga saat ini,
pengetahuan tentang otak manusia terus berkembang, sehingga kekompleksannya semakin
juga berkembang. Sebab itu, tidak ayal kemudian otak manusia sendiri bingung memirkan
tentang otak.

Rujukan :
Budiatma,Hisham.2019.Neurosains-Pengertian, sejarah, cabang, dan peluang kerja. (online),
https://usaha321.net/neurosains-pengertian-sejarah-cabang-dan-peluang-kerja.html.
Diakses pada 02 September 2020

Wathon,Aminul.2015.Neurosains dalam Pendidikan. (online),


https://media.neliti.com/media/publications/177272-ID-neurosains-dalam-
pendidikan.pdf. Diakses pada 02 September 2020

Anda mungkin juga menyukai