Anda di halaman 1dari 3

Pemimpin Ideal di Era New Normal

Pandemi Covid 19 telam berimbas pada segala lini kehidupan, baik ekonomi,sosial,budaya, maupun
politik. Kekacauan muncul dimana-mana sebagai imbas dari pandangan ketidak-adilan pada
pemimpin,baik di daerah maupun nasional.

Spekulasi bermunculan.Provokasi tolak rapid test, demo covid konspirasi, adalah bentuk-bentuk
kekacauan yang terjadi. Kewibawaan pemerintah dijatuhkan dan presiden pun marah pada
jajaranya.

Kita tau, semua pasti punya harapan yang sama, yaitu mewujudkan indonesia yang bebas covid.
Dan sama seperti sejarah-sejarah indonesia sebelumnya. Para pahlawan pendiri bertujuan sama,
yaitu indonesia merdeka, namun pandangan dan cara mereka berbeda.

Perbedaan memang layak terjadi dalam keadaan seperti ini, dan ini membutuhkan kebijakan-
kebijakan yang tidak menimbulkan bias di masyarakat. Informasi dan data statistik harus benar-
benar dioptimalkan di segala media yang ada.

Edukasi dan pemberian bantuan harus ditingkatkan. Pemberian bantuan pun harus tepat sasaran dan
sesuai dengan kebijakan-kebijakan serta fakta-fakta di lapangan. Banyak protes dari masyarakat
mengenai hal ini,mulai dari bahan pangan, uang, dan lain-lain

Pembagian sembako dinilai tidak efektif dilakukan,karena hal ini memicu pelanggaran jaga jarak
yang menjadi protokol kesehatan dalam pandemi Covid 19.Hal ini harus diminimalisir agar tidak
menimbulkan kluster baru penyebaran pandemi ini.

Dari permasalahan-permasalahan di atas, Indonesia memang selayaknya butuh pemimpin yang


kompeten. Pemimpin yang cerdas dan bijaksana sangat dibutuhkan dalam hal ini. Pemimpin tidak
harus yang berharta, tidak harus yang kaya, karena rakyat membutuhkan bukti bukan janji.

Pemimpin harus bisa mengayomi seluruh lapisan masyarakat yang ada, apalagi dalam kondisi
seperti ini, mereka sangatlah dibutuhkan dalam perencanaan kebijakan-kebijakan yang dampaknya
sangat luas.

Kinerja mereka sangatlah harus diamati oleh yang berkuasa atas mereka yaitu presiden.Kebijakan-
kebijakan yang ada bukanlah semata-mata hanya spekulasi, namun harus dengan bukti yang ada
dilapangan.

Sebenarnya dengan adanya sistem pemerintahan demokrasi ini adalah sebuah pembodohan.
Pemimpin yang berkualitas hanya jika dipilih oleh orang-orang berkualitas. Pemimpin menentukan
segala kebijakan negara, oleh karena itu diperlukan pemimpin yang ideal dan sesuai dengan yang
diharapkan
Pemimpin yang sesuai dengan harapan bukanlah yang sesuai dengan harapan partai atau golongan
tertentu, namun adalah yang sesuai dengan harapan seluruh rakyat indoneia. Bukan dengan
uang,materi,sogokan dan semacamnya

Untuk menjadi pemimpin yang baik,hendaknya belajar dari yang terbaik, yaitu Rasulullah
Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam. Memang beliau sudah meninggal, namun sabda-sabda
beliau, hadist-hadist beliau masih bisa kita dapatkan untuk dijadikan sebagai pedoman hidup.

Untuk menjadi pemimpin, belajarlah dari Rasulullah, yang dengan kemuliaanya, Islam ada pada
puncaknya. Islam dapat menaklukkan daerah-daerah yang semula kafir dan mengislamkan
mereka.Beliau adalah pemimpin yang paling bijaksana dalam mengambil keputusan.

Misalnya pada piagam Madinah, Beliau membuat perjanjian dengan orang-orang Yahudi dan kaum
kafir, agar mereka mau bekerja sama dengan kaum muslimin. Beliau menghormati mereka
walaupun mereka adalah musuh-musuh islam.

Namun di sisi lain, Beliau tidak berlebih-lebihan terhadap mereka, tidak menjadikan mereka
sebagai pemimpin kaum muslimin, dan tetap bersikap tegas kepada siapa yang
memberontak.Pemerintahan sangat luar biasa karena dikelola oleh orang-orang terbaik yang tidak
lain adalah para Sahabat radhiyallahu anhum.

Korupsi tidak pernah terjadi, apalagi sampai perseteruan yang menimbulkan kekacauan
sebagaimana yang kita lihat di negara tercinta ini. Mereka menjalankan pemerintahan dengan jujur
amanah, dan bijaksana. Mereka menerapkan kebijakan yang berdasarkan pada hukum-hukum Allah,
karena mereka sadar, tidak ada yang lebih bijaksana kecuali Al-Hakim.

Mereka menerapkan syari’at islam dalam segala aspek kehidupan, dan tidak menyelisihi Al-Qur’an
dan Sunnah nabinya. Khulafa’ur Rasyidin, mereka tidak pernah melakukan kampanye, mereka tidak
pernah membuat janji-janji, karena yang mereka harapkan adalah ridho Allah semata.

Mereka takut diberikan jabatan, bukan malah bangga ketika diberi jabatan, mereka selalu mawas
diri, dan selalu memperhatikan rakyatnya yang kesusahan. Bahkan seorang Abu bakar As Shidiq,
tidak malu ketika merawat seorang wanita tua dan miskin. Dan Umar memberikan bantuan kepada
orang yang tidak mengenalnya sama sekali.

Umar mendengarkan nasihat dari rakyatnya, yaitu seorang wanita tua. Umar tetap mendengarnya
walaupun wanita itu ditegur oleh sahabat lain.Umar berkata walaupun dia berbicara kepadanya
sampai sore, beliau tetap mendengarnya.

Inilah para Salaf, mereka tidak mengharapkan jabatan,kekuasaan, dan harta. Dan dengan hal itu
mereka menjadi lebih rendah hati kepada rakyatnya.Mereka tidak mengharapkan apapun kecuali
rahmat dan ridho Allah. Mereka takut kepada Hisab yang Allah berikan kepada pemimpin-
pemimpin yang Dzalim

Anda mungkin juga menyukai