Anda di halaman 1dari 10

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)

GOSO*

*Dosen FEB Universitas Muhammadiyah Palopo

1. Overview

1.1   Pendahuluan

Perusahaan dalam melakukan kegiatannya selalu mempertimbangkan banyak hal, tidak hanya
dalam mengelola kegiatan operasi melainkan juga untuk mengembangkan usahanya ke depan.
Salah satu pertimbangan penting bagi perusahaan untuk kepentingan ekspansi serta
pengembangan usaha lebih lanjut adalah mengenai keputusan investasi. Dalam mengolah
keputusan investasi, perusahaan yang diwakili oleh manajer keuangan memiliki peranan penting.
Para manajer keuangan dalam hal ini mengambil peranan penting dalam melakukan pengelolaan
keuangan perusahaan agar dapat dialokasikan secara efektif dan efisien, terutama dalam hal
investasi yang sangat berdampak vital bagi keberlangsungan usaha beberapa waktu ke depan.

Salah satu tugas manajer keuangan dalam menentukan keputusan investasi adalah dengan
membuat penganggaran modal. Penganggaran modal ini menjadi penting karena hasil dari
keputusan penganggaran modal tidak hanya berlangsung dalam waktu yang singkat, namun
untuk jangka waktu yang panjang. Menurut Brigham & Houston (2006), keputusan
penganggaran modal menjadi salah satu fungsi yang mungkin paling penting di antara
keseluruhan fungsi yang harus dilakukan oleh para manajer keuangan dan staf-staf keuangan.
Hasil dari keputusan penganggaran modal akan terus berlangsung selama bertahun-tahun
sehingga perusahaan akan kehilangan sebagian fleksibilitasnya.

Segala kegiatan yang dilakukan perusahaan harus terlebih dahulu diawali oleh investasi modal.
Oleh karena itu, keputusan penganggaran modal akan kemudian menentukan arah perusahaan
dalam beberapa perioda ke depan. Keputusan atas investasi modal yang salah akan dapat
berdampak serius bagi perusahaan ke depan dalam jangka panjang. Apabila investasi yang
dilakukan perusahaan cukup banyak, maka akan berdampak pada pembebanan biaya depresiasi
di masa depan. Namun, apabila investasi yang dilakukan kurang dari yang semestinya maka
perusahaan akan mengalami kesulitan dalam mencapai kegiatan operasi yang efisien serta efektif
yang kemudian dapat menghambat pertumbuhan perusahaan.

Penentuan waktu investasi yang tepat juga berperan penting dalam menentukan saat keputusan
investasi akan dijalankan. Jika sebuah perusahaan meramalkan kebutuhan akan aset-aset modal
sebelumnya, perusahaan tersebut akan dapat membeli dan memasang aset-aset tersebut sebelum
aset dibutuhkan (Brigham & Houston, 2006). Peramalan akan keputusan investasi yang akurat
akan menghindarkan perusahaan dari biaya yang tinggi serta penimbunan yang menyebabkan
pada kerugian ataupun kebangkrutan (Brigham & Houston, 2006).

Keputusan penganggaran modal juga terkait erat dengan ketersediaan dana. Penentuan alokasi
dana serta sumber dana yang tepat harus dilakukan sebelum investasi dilakukan. Pengaanggaran
modal umunya melibatkan pengeluaran-pengeluaran yang substansial, dan sebelum dapat
menghabiskan sejumlah besar uang, perusahaan harus menyediakan dana tersebut terlebih dulu
(Brigham & Houston, 2006).

Guna mencakup kebutuhan akan peramalan atas keputusan investasi yang tepat, perusahaan
harus mempertimbangkan jenis investasi, ketepatan waktu, serta alokasi dana, sumber dana, dan
ekspektasi tingkat pengembalian di masa depan. Berbagai hal ini dapat dihitung dengan beberapa
metoda penghitungan untuk menilai proyek dan memutuskan apakah perusahaan akan
mengambil proyek tersebut atau tidak. Metoda tersebut terdiri dari metoda pembayaran kembali,
pembayaran kembali yang didiskontokan, nilai sekarang bersih (Net Present Value – NPV), dan
tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return – IRR) yang memiliki kelebihan serta
kekurangan masing-masing.

2. KONSEP & TEORI

2.1  Nilai Waktu Dari Uang


Konsep analisis menggunakan nilai waktu dari uang tidak lepas dengan hubungannya akan garis
waktu. Garis waktu menurut Brigham & Houston (2006) merupakan alat penting yang digunakan
dalam analisis nilai waktu dari uang dan merupakan penggambaran yang digunakan untuk
menunjukkan waktu dari arus kas. Garis waktu juga membantu para analis keuangan dalam
memvisualisasikan apa yang sedang terjadi dalam persoalan tertentu dan membantu menyiapkan
solusinya.
 2.1.1 Nilai Masa Depan (Future Value – FV)
Nilai masa depan secara umum menunjukkan nilai uang (arus kas) pada perioda mendatang atas investasi
yang dilakukan pada perioda sekarang yang dipengaruhi oleh tingkat suku bunga pada perioda tertentu.
Menurut Brigham & Houston (2006), nilai masa depan merupakan sebuah jumlah yang akan dicapai oleh
arus kas atau serangkaian arus kas yang berkembang setelah melalui jangka waktu tertentu bila
dimajemukkan dengan tingkat suku bunga tertentu. Proses dalam mengidentifikasi nilai masa depan
menggunakan proses pemajemukan (compouding) yang merupakan proses aritmatika untuk menetapkan
nilai akhir dari arus kas atau rangkaian arus kas ketika bunga majemuk digunakan. Proses pemajemukan
ini juga merupakan proses yang mengarah dari nilai sekarang (PV) menuju nilai masa depan (FV)
(Brigham & Houston, 2006).
Nilai masa depan berhubungan dengan beberapa komponen yakni nilai sekarang (PV), tingkat suku
bunga, pendapatan bunga, dan jumlah perioda. Secara umum, dari keseluruhan komponen yang ada maka
dapat ditarik suatu persamaan untuk menghitung nilai masa depan (FV) sebagai berikut (Brigham &
Houston, 2006).
FVn=PV (1+ i)n
Keterangan:
FV : Nilai masa depan / saldo akhir yang ada pada akhir tahun ke-n.
PV : Nilai sekarang / jumlah saldo awal.
i : Tingkat suku bunga yang dibayarkan atas rekening setiap tahunnya.
n: Jumlah perioda yang disertakan dalam analisis.

2.1.2 Nilai Sekarang (Present Value – PV)


Nilai sekarang (present value) menurut Brigham & Houston (2006) adalah nilai sekarang dari arus kas
atau serangkaian arus kas di masa mendatang. Dalam proses mengidentifikasikan nilai sekarang,         
terdapat proses pendiskontoan (discounting)  yang  merupakan  kebalikan  dari  proses  pemajemukan 
pada  nilai masa depan. Pendiskontoan ini memiliki definisi sebagai proses pencarian nilai sekarang dari
arus kas masa depan (Brigham & Houston, 2006).
Komponen-komponen yang terdapat pada nilai sekarang (PV) pada umumnya sama seperti yang terdapat
pada nilai masa depan (FV). Komponen-komponen seperti tingkat suku bunga, pendapatan bunga, dan
jumlah perioda merupakan komponen yang digunakan dalam mencari nilai sekarang. Dalam menentukan
persamaan proses  pendiskontoan  dalam  mencari  nilai  sekarang,  maka dapat menggunakan persamaan
nilai masa depan (FV) untuk mencari nilai sekarang (PV). Sehingga dapat ditarik persamaan sebagai
berikut (Brigham & Houston, 2006).
2.2   Penganggaran Modal (Capital Budgeting)
Pengertian modal menurut Brigham & Houston (2006) mengacu kepada aset-aset jangka panjang
yang digunakan dalam produksi. Sedangkan pengertian anggaran menurut Brigham & Houston
(2006) adalah sebuah rencana yang memerinci proyeksi-proyeksi arus kas masuk dan kas keluar
selama suatu perioda tertentu di masa mendatang.
Mengacu pada pengertian dari modal dan anggaran, maka penganggaran modal menurut
Brigham & Houston (2006) adalah keseluruhan proses menganalisis proyek dan memutuskan
proyek mana yang akan dimasukkan di dalam anggaran modal. Penganggaran modal merupakan
proses perencanaan pengeluaran pada aset-aset yang arus kasnya diperkirakan akan terjadi lebih
dari satu tahun. Penganggaran modal meliputi keseluruhan proses perencanaan pengeluaran uang
yang hasil pengembaliannya diharapkan terjadi dalam jangka waktu lebih dari satu tahun
(Weston & Copeland, 2010). Oleh karena itu, penganggaran modal dapat dikatakan juga sebagai
proses yang dilakukan dalam menganalisis serta mengelola perencanaan penggunaan aset yang
pengembaliannya terjadi dalam jangka panjang.
2.2.1 Klasifikasi Proyek
Perusahaan umumnya menetapkan beberapa kategori proyek yang menentukan perlakuan
analisisnya. Kategori proyek tersebut adalah sebagai berikut (Brigham & Houston, 2006).
1. Penggantian; pemeliharaan bisnis
Penggantian atau pemeliharaan bisnis terdiri dari penggantian peralatan yang sudah aus atau
rusak yang digunakan dalam proses produksi produk-produk yang memberikan keuntungan.
Satu-satunya permasalahan dalam pemeliharan bisnis adalah apakah sebaiknya operasi terus
dilanjutkan dan apakah kita terus menggunakan proses produksi yang sama? Jika jawabannya
adalah iya, maka keputusan-keputusan pemeliharan umumnya akan dibuat tanpa harus melalui
proses pengambilan keputusan yang rumit.
2. Penggantian; pengurangan biaya
Penggantian dan pengurangan biaya meliputi pengeluaran-pengeluaran untuk mengganti
peralatan yang sudah usang tetapi masih dapat diperbaiki. Keputusan ini tentu akan bergantung
pada pertimbangan, dan umumnya membutuhkan suatu analisis yang mendetil karena bertujuan
untuk menurunkan biaya tenaga kerja, bahan baku, dan input lain seperti tenaga listrik.
3. Ekspansi produk atau pasar yang sudah ada
Termasuk dalam ekspansi produk atau pasar yang sudah ada adalah pengeluaran untuk
memperluas jaringan pemasaran atau distribusi dalam pasar yang saat ini sedang dilayani.
Keputusan dalam kategori ini membutuhkan analisis yang lebih mendetil. Keputusan ini dibuat
oleh manajemen puncak untuk membuat keputusan untuk melanjutkan atau tidak.
4. Ekspansi ke produk atau pasar yang baru
Kategori ini merupakan investasi untuk menghasilkan produk baru atau untuk memperluas
pemasaran ke daerah geografis yang saat ini masih belum dilayani. Proyek-proyek seperti ini
melibatkan keputusan-keputusan strategis yang dapat saja mengubah sifat bisnis secara
fundamental, dan proyek tersebut umumnya membutuhkan pengeluaran dengan jumlah uang
yang besar, dan keputusan akhir hanya dapat ditetapkan oleh direksi perusahaan.
5. Keselamatan dan/ atau proyek-proyek lingkungan hidup
Kategori ini merupakan pengeluaran yang dibutuhkan untuk memenuhi peraturan pemerintah,
perjanjian serikat kerja, asuransi, dan proyek-proyek yang tidak menghasilkan pendapatan.
Proyek yang kecil akan diperlakukan hampir sama dengan proyek di kategori penggantian;
pemeliharaan bisnis.
6. Lain-lain
Kategori ini meliputi keputusan mengenai bangunan kantor, lahan parkir, atau pesawat eksekutif.
Penanganannya tergantung kebijakan setiap perusahaan.
2.2.2 Aturan Keputusan Penganggaran Modal
Terdapat beberapa metoda yang digunakan dalam menilai peringkat proyek serta memutuskan
apakah proyek tersebut layak diterima atau ditolak dalam anggaran modal (Brigham & Houston,
2006).
1. Pembayaran kembali
2. Pembayaran kembali yang didiskontokan
3. Nilai sekarang bersih (Net Present Value – NPV)
4. Tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return – IRR)

2.2.3 Perioda Pembayaran Kembali


Perioda pembayaran kembali (payback period) merupakan rentang waktu yang dibutuhkan oleh
pendapatan bersih suatu investasi untuk menutupi biayanya. Perioda pembayaran kembali
dinyatakan sebagai ekspektasi jumlah tahun yang dibutuhkan untuk memperoleh kembali
investasi awal (Brigham & Houston, 2006). Rumus perioda pembayaran kembali adalah sebagai
berikut.
Menurut Ross, et. al., (2009), keuntungan dan kerugian dari aturan perioda pembayaran kembali
sebagai berikut.
Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian dari Aturan Perioda Pembayaran Kembali
 

  Keuntungan   Kerugian
       

1. Mudah dimengerti 1. Tidak mempertimbangkan nilai

2. Menyesuaikan dengan   waktu dari uang.

  ketidakpastian 2. Memerlukan sebuah titik potong

3. Bias terhadap likuiditas   (cut-off point) arbitrer.

    3. Tidak mempertimbangkan arus kas

      setelah titik potong

    4. Bias terhadap proyek jangka

      panjang, seperti penelitian dan

      pengembangan, dan proyek-

      proyek baru.
Sumber: Ross, et. al., (2009)

 Selain itu, beberapa perusahaan menggunakan varian lain dari perioda pembayaran kembali
yakni perioda pembayaran kembali terdiskonto (discounted payback period). Hal ini serupa
dengan perioda pembayaran kembali biasa, hanya saja terdapat pengecualian arus kas yang
diharapkan didiskontokan terlebih dahulu oleh biaya modal proyek tersebut. Perioda pembayaran
kembali terdiskonto merupakan rentang waktu yang dibutuhkan oleh arus kas sebuah investasi
yang didiskontokan dengan biaya modal untuk mengembalikan kembali biayanya (Brigham &
Houston, 2006). Perioda pembayaran kembali terdiskonto akan ditentukan oleh jumlah tahun
yang dibutuhkan untuk memperoleh kembali investasi dari arus kas bersih terdiskonto (Brigham
& Houston, 2006).

2.2.4 Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value – NPV)


Sejarah NPV atau nilai sekarang bersih sebagai metodologi tanggal penilaian setidaknya terjadi
pada abad 19. Karl Marx pada bukunya yang berjudul Das Capital yang beredar tahun 1909
mengacu pada NPV modal fiktif, dan perhitungan sebagai capitalizing. Marx (1984) menyatakan
“Para pembentukan modal fiktif disebut memanfaatkan. Setiap pendapatan periodik berulang
dikapitalisasi dengan menghitung pada tingkat rata-rata bunga, sebagai penghasilan yang akan
direalisasikan oleh modal pada suku bunga.”
Dalam arus utama ekonomi neo-klasik, NPV diresmikan dan dipopulerkan oleh Irving Fisher,
pada tahun 1907. NPV kemudian menjadi bahan dalam buku-buku teks pelajaran mengenai
keuangan dari tahun 1950 dan seterusnya (Santoso, 2012).
Nilai sekarang bersih merupakan penyempurnaan dari metoda pembayaran kembali. Metoda
nilai sekarang bersih merupakan metoda untuk menyusun peringkat usulan-usulan investasi
menggunakan NPV, yang setara dengan nilai sekarang dari arus kas bersih masa depan, yang
didiskontokan pada biaya modal (Brigham & Houston, 2006).
Langkah-langkah dalam mengimplementasikan pendekatan ini (Brigham & Houston, 2006)
adalah sebagai berikut.

1. Menghitung nilai sekarang dari setiap arus kas baik kas masuk maupun keluar yang
didiskontokan pada biaya modal proyek.
2. Menjumlahkan arus-arus kas terdiskonto di atas yang kemudian dinyatakan sebagai NPV.
3. Jika NPV positif, proyek sebaiknya diterima. Jika NPV negatif, proyek sebaiknya ditolak.
4. Jika kedua proyek memiliki NPV yang sama-sama positif, maka NPV dengan nilai yang
lebih baik diterima adalah NPV dengan nilai yang tertinggi (proyek saling eksklusif).

Beberapa dasar pemikiran dari metoda NPV didasarkan pada beberapa logika sebagai berikut
(Brigham & Houston, 2006).
1. NPV yang jumlahnya nol memiliki arti bahwa arus kas proyek tersebut pasti memadai
untuk membayar modal yang telah diinvestasikan serta untuk menghasilkan tingkat
pengembalian yang diminta atas investasi modal tersebut.
2. NPV yang bernilai positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menghasilkan kas lebih
banyak daripada yang dibutuhkan untuk menutup bunga utang dan untuk
memberikan return kepada investor/ pemegang saham.
2.2.5 Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return – IRR)
Metoda ini menyusun peringkat usulan investasi dengan menggunakan tingkat pengembalian
atas sebuah investasi yang dihitung dengan menemukan tingkat diskonto yang menyamakan nilai
sekarang (present value) dari arus kas masuk masa depan ke biaya proyek (Brigham & Houston,
2006). Tingkat pengembalian internal sendiri memiliki arti sebagai tingkat diskonto yang
memaksa present value dari arus kas masuk sebuah proyek menjadi sama dengan present
value biayanya (Brigham & Houston, 2006).
Secara umum, IRR dinyatakan sebagai tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari
ekspektasi arus kas masuk suatu proyek ke nilai sekarang dari biaya proyek. Sehingga tingkat
pengembalian internal dapat dirumuskan sebagai berikut (Brigham & Houston, 2006).

PV ( Arus kas masuk )=PV ( Biaya Investasi)

Atau dalam persamaan yang lain, tingkat pengembalian internal memaksa NPV untuk menjadi
sama dengan nol (Brigham & Houston, 2006).

Pada IRR ini dikenal juga tingkat batas atas biaya modal. Tingkat batas ini merupakan tingkat
diskonto (biaya modal) yang harus dilampaui IRR jika sebuah proyek akan diterima. Jadi,
apabila terdapat proyek independen yang memiliki tingkat batas di bawan nilai IRR, maka
proyek tersebut sebaiknya diterima. Sebab hal ini berarti bahwa proyek tersebut diharapkan
dapat memberikan hasil yang lebih besar daripada biaya modal yang dibutuhkan untuk
mendanainya (Brigham & Houston, 2006).
Selain itu, apabila terdapat dua atau lebih proyek yang bersifat saling eksklusif, nilai IRR proyek
yang lebih tinggi yang sebaiknya diterima. Namun, biaya modal dari proyek yang diterima
sebaiknya tidak melampaui batas IRR tertinggi dari peroyek-proyek tersebut (Brigham &
Houston, 2006).
Beberapa dasar pemikiran dari metoda IRR didasarkan pada beberapa logika sebagai berikut
(Brigham & Houston, 2006).
1. IRR dari suatu proyek merupakan ekspektasi tingkat pengembaliannya.
2. Jika tingkat pengembalian internal (IRR) melebihi biaya uang yang digunakan untuk
mendanai proyek, maka terdapat surplus setelah pembayaran modal. Surplus ini akan
kemudian diberikan kepada pemegang saham perusahaan.
3. Keputusan untuk menerima proyek yang nilai IRR melebihi biaya modalnya akan
meningkatkan kekayaan para pemegang saham.

3. KONTROVERSI DAN GAP

3.1 Kelebihan dan Kelemahan Metoda NPV


Penghitungan menggunakan metoda nilai sekarang bersih (NPV) memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan. Beberapa kelebihan dan kelemahan metoda NPV menurut Brealy, et. al., (2007) adalah
sebagai berikut. Kelebihan dari NPV (Net Present Value).
1. Menggunakan arus kas, mempertimbangkan arus kas selama umur proyek.
2. Memakai nilai waktu uang, mempertimbangkan nilai waktu dari uang.
3. Konsisten dengan tujuan perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
4. Memungkinkan tingkat diskonto yang berbeda selama umur proyek.
Kelemahan dari NPV (Net Present Value).
1. Membutuhkan peramalan jangka panjang yang rinci mengenai pertambahan keuntungan dan
biaya.
2. Adanya kesulitan dalam menghitung dan memahami evaluasi pengeluaran modal yang meliputi
argumentasi.
3. Manajemen harus menentukan tingkat diskonto yang digunakan sementara untuk kemampuan
perusahaan yang berbeda-beda.
4. Profitabilitas dari proyek yang berbeda, sehingga tidak memerlukan investasi awal yang sama dan
tidak dibandingkan secara langsung.

3.2 Kelebihan dan Kelemahan Metoda IRR


Penghitungan menggunakan metoda tingkat pengembalian internal (IRR) memiliki beberapa kelebihan
dan kelemahan. Beberapa kelebihan dan kelemahan metoda IRR menurut Ross, et. al., (2009) adalah
sebagai berikut.

Tabel 2. Keuntungan dan Kerugian Metoda IRR


  Keuntungan   Kerugian

1. Secara dekat berhubungan dengan 1. Menghasilkan jawaban yang

  NPV, sering kali membawa kepada   beragam atau tidak berurusan

  keputusan-keputusan yang sama.   dengan arus kas non-konvensional.

2. Mudah dimengerti dan 2. Membawa kepada keputusan yang

  dikomunikasikan.   tidak benar dalam perbandingan

      dari investasi-investasi yang

      eksklusif secara mutual.


Sumber: Ross, et. al., (2009)

3.3 Perbandingan Antara Metoda NPV dan IRR

Metoda NPV serta IRR memiliki beberapa perbandingan dengan perlakuan kepada proyek yang
berbeda. Brigham & Houston (2006) mengemukakan perbandingan antara metoda NPV dan IRR
dalam dua jenis proyek yakni proyek independen dan juga proyek saling eksklusif sebagai
berikut.
3.3.1 Proyek Independen
Jika NPV sebuah proyek menyatakan bahwa sebuah proyek diterima, maka IRR juga
menyatakan diterima. Jika dua atau lebih pilihan proyek independen memiliki NPV yang lebih
tinggi dari 0, maka pemegang saham atau investor dapat memilih keduanya. Ketika proyek-
proyek saling independen, maka metoda NPV dan IRR akan mengarah kepada keputusan
penerimaan/ penolakan yang sama persis (Brigham & Houston, 2006).
3.3.2 Proyek Saling Eksklusif
Jika seseorang dihadapkan pada pilihan proyek yang bersifat saling eksklusif, maka ia hanya bisa
memilih salah satu dari pilihan proyek yang ditawarkan. Ia juga dapat menolak keduanya, tetapi
tidak dapat menerima keduanya. Jika biaya modal lebih besar daripada tingkat persilangan, maka
NPV proyek jangka pendek akan lebih besar dibandingkan dengan NPV proyek jangka panjang.
Sementara itu, jika biaya modal lebih kecil dibandingkan dengan tingkat persilangan, maka NPV
proyek jangka panjang akan lebih tinggi, akan tetapi IRR menunjukkan bahwa proyek jangka
pendek lebih baik. Logika menunjukkan bahwa metoda pengambilan keputusan investasi dengan
metoda NPV merupakan hal yang lebih baik, karena NPV memilih proyek yang memberikan
tambahan paling banyak pada kekayaan pemegang saham (Brigham & Houston, 2006).
Ada dua penyebab terjadinya konflik dari persilangan profil NPV, antara lain (Brigham &
Houston, 2006).
 Adanya perbedaan skala proyek, yang artinya biaya dari salah satu proyek menjadi lebih
besar daripada biaya proyek yang lain.
 
 Adanya perbedaan waktu, yang artinya waktu dari arus kas dari kedua proyek memiliki
perbedaan sehingga sebagian besar arus kas dari satu proyek akan diterima di awal tahun
sedangkan sebagian besar arus kas dari proyek lain diterima di tahun-tahun kemudian.
 
Solusi pemecahan konflik di antara proyek-proyek yang saling eksklusif adalah “Seberapa
bermanfaatkah jika kita menghasilkan arus kas lebih cepat daripada lebih lambat?” Nilai dari
arus kas awal akan tergantung pada pengembalian yang dapat kita peroleh dari arus kas tersebut,
yaitu tingkat pada saat kita dapat menginvestasikannya kembali. Metoda NPV secara implisit
berasumsi bahwa tingkat saat arus kas dapat diinvestasikan kembali adalah biaya modal,
sedangkan metoda IRR berasumsi perusahaan dapat menginvestasikan kembali pada tingkat
IRR. Oleh sebab itu, ketika mengevaluasi proyek-proyek yang saling eksklusif, sebaiknya
menggunakan metoda NPV (Brigham & Houston, 2006).
 

 
 
DAFTAR PUSTAKA
Brealey, R. A., Myers, S. C., & Marcus, A. J. (2007). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Brigham, E. F. & Houston, J. F. (2006). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Marx, K. (1894). Das Capital Volume 3, 1909 Edition. Hamburg: Verlag von Otto Meissner.
Mariana, M. (2011). Fungsi Dan Tujuan Manajemen Keuangan. Diakses Tanggal 28 Februari
2014, dari Situs: http://utabudhabi.files.wordpress.com/2011/10/ringkasan-tuton-
manajemen-keuangan-20052.pdf
Ross, S. A., Westerfield, R. W., & Jordan, B. D. (2009). Pengantar Keuangan Perusahaan.
Jakarta: Salemba Empat.
Santoso, B. (2012). Harga Nilai Waktu Uang. Diakses Tanggal 28 Febuari 2014, dari
Situs: http://budi2one.blogspot.com/2012/04/harga-nilai-waktu-uang.html
Weston, J. F. & Copeland, T. E. (2010). Manajemen Keuangan Edisi Revisi Jilid 1. Tangerang:
Binarupa Aksara Publisher.

Anda mungkin juga menyukai