GOSO*
1. Overview
1.1 Pendahuluan
Perusahaan dalam melakukan kegiatannya selalu mempertimbangkan banyak hal, tidak hanya
dalam mengelola kegiatan operasi melainkan juga untuk mengembangkan usahanya ke depan.
Salah satu pertimbangan penting bagi perusahaan untuk kepentingan ekspansi serta
pengembangan usaha lebih lanjut adalah mengenai keputusan investasi. Dalam mengolah
keputusan investasi, perusahaan yang diwakili oleh manajer keuangan memiliki peranan penting.
Para manajer keuangan dalam hal ini mengambil peranan penting dalam melakukan pengelolaan
keuangan perusahaan agar dapat dialokasikan secara efektif dan efisien, terutama dalam hal
investasi yang sangat berdampak vital bagi keberlangsungan usaha beberapa waktu ke depan.
Salah satu tugas manajer keuangan dalam menentukan keputusan investasi adalah dengan
membuat penganggaran modal. Penganggaran modal ini menjadi penting karena hasil dari
keputusan penganggaran modal tidak hanya berlangsung dalam waktu yang singkat, namun
untuk jangka waktu yang panjang. Menurut Brigham & Houston (2006), keputusan
penganggaran modal menjadi salah satu fungsi yang mungkin paling penting di antara
keseluruhan fungsi yang harus dilakukan oleh para manajer keuangan dan staf-staf keuangan.
Hasil dari keputusan penganggaran modal akan terus berlangsung selama bertahun-tahun
sehingga perusahaan akan kehilangan sebagian fleksibilitasnya.
Segala kegiatan yang dilakukan perusahaan harus terlebih dahulu diawali oleh investasi modal.
Oleh karena itu, keputusan penganggaran modal akan kemudian menentukan arah perusahaan
dalam beberapa perioda ke depan. Keputusan atas investasi modal yang salah akan dapat
berdampak serius bagi perusahaan ke depan dalam jangka panjang. Apabila investasi yang
dilakukan perusahaan cukup banyak, maka akan berdampak pada pembebanan biaya depresiasi
di masa depan. Namun, apabila investasi yang dilakukan kurang dari yang semestinya maka
perusahaan akan mengalami kesulitan dalam mencapai kegiatan operasi yang efisien serta efektif
yang kemudian dapat menghambat pertumbuhan perusahaan.
Penentuan waktu investasi yang tepat juga berperan penting dalam menentukan saat keputusan
investasi akan dijalankan. Jika sebuah perusahaan meramalkan kebutuhan akan aset-aset modal
sebelumnya, perusahaan tersebut akan dapat membeli dan memasang aset-aset tersebut sebelum
aset dibutuhkan (Brigham & Houston, 2006). Peramalan akan keputusan investasi yang akurat
akan menghindarkan perusahaan dari biaya yang tinggi serta penimbunan yang menyebabkan
pada kerugian ataupun kebangkrutan (Brigham & Houston, 2006).
Keputusan penganggaran modal juga terkait erat dengan ketersediaan dana. Penentuan alokasi
dana serta sumber dana yang tepat harus dilakukan sebelum investasi dilakukan. Pengaanggaran
modal umunya melibatkan pengeluaran-pengeluaran yang substansial, dan sebelum dapat
menghabiskan sejumlah besar uang, perusahaan harus menyediakan dana tersebut terlebih dulu
(Brigham & Houston, 2006).
Guna mencakup kebutuhan akan peramalan atas keputusan investasi yang tepat, perusahaan
harus mempertimbangkan jenis investasi, ketepatan waktu, serta alokasi dana, sumber dana, dan
ekspektasi tingkat pengembalian di masa depan. Berbagai hal ini dapat dihitung dengan beberapa
metoda penghitungan untuk menilai proyek dan memutuskan apakah perusahaan akan
mengambil proyek tersebut atau tidak. Metoda tersebut terdiri dari metoda pembayaran kembali,
pembayaran kembali yang didiskontokan, nilai sekarang bersih (Net Present Value – NPV), dan
tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return – IRR) yang memiliki kelebihan serta
kekurangan masing-masing.
Keuntungan Kerugian
proyek baru.
Sumber: Ross, et. al., (2009)
Selain itu, beberapa perusahaan menggunakan varian lain dari perioda pembayaran kembali
yakni perioda pembayaran kembali terdiskonto (discounted payback period). Hal ini serupa
dengan perioda pembayaran kembali biasa, hanya saja terdapat pengecualian arus kas yang
diharapkan didiskontokan terlebih dahulu oleh biaya modal proyek tersebut. Perioda pembayaran
kembali terdiskonto merupakan rentang waktu yang dibutuhkan oleh arus kas sebuah investasi
yang didiskontokan dengan biaya modal untuk mengembalikan kembali biayanya (Brigham &
Houston, 2006). Perioda pembayaran kembali terdiskonto akan ditentukan oleh jumlah tahun
yang dibutuhkan untuk memperoleh kembali investasi dari arus kas bersih terdiskonto (Brigham
& Houston, 2006).
1. Menghitung nilai sekarang dari setiap arus kas baik kas masuk maupun keluar yang
didiskontokan pada biaya modal proyek.
2. Menjumlahkan arus-arus kas terdiskonto di atas yang kemudian dinyatakan sebagai NPV.
3. Jika NPV positif, proyek sebaiknya diterima. Jika NPV negatif, proyek sebaiknya ditolak.
4. Jika kedua proyek memiliki NPV yang sama-sama positif, maka NPV dengan nilai yang
lebih baik diterima adalah NPV dengan nilai yang tertinggi (proyek saling eksklusif).
Beberapa dasar pemikiran dari metoda NPV didasarkan pada beberapa logika sebagai berikut
(Brigham & Houston, 2006).
1. NPV yang jumlahnya nol memiliki arti bahwa arus kas proyek tersebut pasti memadai
untuk membayar modal yang telah diinvestasikan serta untuk menghasilkan tingkat
pengembalian yang diminta atas investasi modal tersebut.
2. NPV yang bernilai positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menghasilkan kas lebih
banyak daripada yang dibutuhkan untuk menutup bunga utang dan untuk
memberikan return kepada investor/ pemegang saham.
2.2.5 Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return – IRR)
Metoda ini menyusun peringkat usulan investasi dengan menggunakan tingkat pengembalian
atas sebuah investasi yang dihitung dengan menemukan tingkat diskonto yang menyamakan nilai
sekarang (present value) dari arus kas masuk masa depan ke biaya proyek (Brigham & Houston,
2006). Tingkat pengembalian internal sendiri memiliki arti sebagai tingkat diskonto yang
memaksa present value dari arus kas masuk sebuah proyek menjadi sama dengan present
value biayanya (Brigham & Houston, 2006).
Secara umum, IRR dinyatakan sebagai tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari
ekspektasi arus kas masuk suatu proyek ke nilai sekarang dari biaya proyek. Sehingga tingkat
pengembalian internal dapat dirumuskan sebagai berikut (Brigham & Houston, 2006).
Atau dalam persamaan yang lain, tingkat pengembalian internal memaksa NPV untuk menjadi
sama dengan nol (Brigham & Houston, 2006).
Pada IRR ini dikenal juga tingkat batas atas biaya modal. Tingkat batas ini merupakan tingkat
diskonto (biaya modal) yang harus dilampaui IRR jika sebuah proyek akan diterima. Jadi,
apabila terdapat proyek independen yang memiliki tingkat batas di bawan nilai IRR, maka
proyek tersebut sebaiknya diterima. Sebab hal ini berarti bahwa proyek tersebut diharapkan
dapat memberikan hasil yang lebih besar daripada biaya modal yang dibutuhkan untuk
mendanainya (Brigham & Houston, 2006).
Selain itu, apabila terdapat dua atau lebih proyek yang bersifat saling eksklusif, nilai IRR proyek
yang lebih tinggi yang sebaiknya diterima. Namun, biaya modal dari proyek yang diterima
sebaiknya tidak melampaui batas IRR tertinggi dari peroyek-proyek tersebut (Brigham &
Houston, 2006).
Beberapa dasar pemikiran dari metoda IRR didasarkan pada beberapa logika sebagai berikut
(Brigham & Houston, 2006).
1. IRR dari suatu proyek merupakan ekspektasi tingkat pengembaliannya.
2. Jika tingkat pengembalian internal (IRR) melebihi biaya uang yang digunakan untuk
mendanai proyek, maka terdapat surplus setelah pembayaran modal. Surplus ini akan
kemudian diberikan kepada pemegang saham perusahaan.
3. Keputusan untuk menerima proyek yang nilai IRR melebihi biaya modalnya akan
meningkatkan kekayaan para pemegang saham.
Metoda NPV serta IRR memiliki beberapa perbandingan dengan perlakuan kepada proyek yang
berbeda. Brigham & Houston (2006) mengemukakan perbandingan antara metoda NPV dan IRR
dalam dua jenis proyek yakni proyek independen dan juga proyek saling eksklusif sebagai
berikut.
3.3.1 Proyek Independen
Jika NPV sebuah proyek menyatakan bahwa sebuah proyek diterima, maka IRR juga
menyatakan diterima. Jika dua atau lebih pilihan proyek independen memiliki NPV yang lebih
tinggi dari 0, maka pemegang saham atau investor dapat memilih keduanya. Ketika proyek-
proyek saling independen, maka metoda NPV dan IRR akan mengarah kepada keputusan
penerimaan/ penolakan yang sama persis (Brigham & Houston, 2006).
3.3.2 Proyek Saling Eksklusif
Jika seseorang dihadapkan pada pilihan proyek yang bersifat saling eksklusif, maka ia hanya bisa
memilih salah satu dari pilihan proyek yang ditawarkan. Ia juga dapat menolak keduanya, tetapi
tidak dapat menerima keduanya. Jika biaya modal lebih besar daripada tingkat persilangan, maka
NPV proyek jangka pendek akan lebih besar dibandingkan dengan NPV proyek jangka panjang.
Sementara itu, jika biaya modal lebih kecil dibandingkan dengan tingkat persilangan, maka NPV
proyek jangka panjang akan lebih tinggi, akan tetapi IRR menunjukkan bahwa proyek jangka
pendek lebih baik. Logika menunjukkan bahwa metoda pengambilan keputusan investasi dengan
metoda NPV merupakan hal yang lebih baik, karena NPV memilih proyek yang memberikan
tambahan paling banyak pada kekayaan pemegang saham (Brigham & Houston, 2006).
Ada dua penyebab terjadinya konflik dari persilangan profil NPV, antara lain (Brigham &
Houston, 2006).
Adanya perbedaan skala proyek, yang artinya biaya dari salah satu proyek menjadi lebih
besar daripada biaya proyek yang lain.
Adanya perbedaan waktu, yang artinya waktu dari arus kas dari kedua proyek memiliki
perbedaan sehingga sebagian besar arus kas dari satu proyek akan diterima di awal tahun
sedangkan sebagian besar arus kas dari proyek lain diterima di tahun-tahun kemudian.
Solusi pemecahan konflik di antara proyek-proyek yang saling eksklusif adalah “Seberapa
bermanfaatkah jika kita menghasilkan arus kas lebih cepat daripada lebih lambat?” Nilai dari
arus kas awal akan tergantung pada pengembalian yang dapat kita peroleh dari arus kas tersebut,
yaitu tingkat pada saat kita dapat menginvestasikannya kembali. Metoda NPV secara implisit
berasumsi bahwa tingkat saat arus kas dapat diinvestasikan kembali adalah biaya modal,
sedangkan metoda IRR berasumsi perusahaan dapat menginvestasikan kembali pada tingkat
IRR. Oleh sebab itu, ketika mengevaluasi proyek-proyek yang saling eksklusif, sebaiknya
menggunakan metoda NPV (Brigham & Houston, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Brealey, R. A., Myers, S. C., & Marcus, A. J. (2007). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Brigham, E. F. & Houston, J. F. (2006). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Marx, K. (1894). Das Capital Volume 3, 1909 Edition. Hamburg: Verlag von Otto Meissner.
Mariana, M. (2011). Fungsi Dan Tujuan Manajemen Keuangan. Diakses Tanggal 28 Februari
2014, dari Situs: http://utabudhabi.files.wordpress.com/2011/10/ringkasan-tuton-
manajemen-keuangan-20052.pdf
Ross, S. A., Westerfield, R. W., & Jordan, B. D. (2009). Pengantar Keuangan Perusahaan.
Jakarta: Salemba Empat.
Santoso, B. (2012). Harga Nilai Waktu Uang. Diakses Tanggal 28 Febuari 2014, dari
Situs: http://budi2one.blogspot.com/2012/04/harga-nilai-waktu-uang.html
Weston, J. F. & Copeland, T. E. (2010). Manajemen Keuangan Edisi Revisi Jilid 1. Tangerang:
Binarupa Aksara Publisher.