Anda di halaman 1dari 15

Nama : Selma Ajeng Wulandari

NIM : 171810301069
BIOREAKSI B
Sistem Imun

Sistem imun yaitu sistem yang sangat kompleks dengan berbagai peran ganda dalam
usaha menjaga keseimbangan tubuh, seperti halnya sistem indokrin yang merupakan sistem
yang bertugas mengatur keseimbangan menggunakan komponen yang terdapat diseluruh
tubuh. Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi
matahari, patogen, polusi, dan benda asing lainya sehingga tubuh manusia memiliki sistem
pertahanan yang disebut dengan sistem imun. Imunitas atau kekebalan bisa disebut juga
dengan sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh
biologis luar dengan mengidentifikasi serta membunuh patogen serta sel tumor. Respon imun
timbul karena adanya reaksi yang dikoordinasi sel-sel dan molekul-molekul terhadap
mikorba. Leukosit merupakan sel imun utama disamping sel plasma, makrofag, dan sel mast.
Fungsi dari sistem imun yaitu sebagai berikut :
a. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit
b. Menghancurkan dan menghilangkan mikoroorganisme atau sibstansi asing seperti
bakteri, parasit, jamur, dan virus serta tumor yang masuk ke dalam tubuh.
c. Menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak (debris sel) untuk perbaikan
jaringan
d. Mengenali dan menghilangkan sel abnormal
Sasaran utama dari sistem imun yaitu bakteri patogen dan virus. patogen bagi tubuh
manusia yaitu bakteri, virus, jamur, protozoa bersel satu, dan parasit. Sel imun yang berperan
dalam tubuh manusia ada dua macam yaitu sel imun utama dan sel imun pendukung, sel imun
utama yaiatu leukosit dan sel imun pendukung yaitu sel plasma, makrofag, serta sel mast. Sel
yang terdapat di dalam sistem imun yaitu sebagai berikut:
Sel yang terdapat di dalam sel imun

Sel imun
Organ sistem imun berada di seluruh bagian tubuh yaitu organ limfoid. Organ limfoid
merupakan rumah untuk limfosit. Jaringan limfoid sibedakan menjadi dua yaitu jaringan
limfoid primer dan sekunder, jaringan limfoid primer yaitu kelenjar yaitu kelenjar tymus dan
sumsum tulang belakang serta jaringan limfoid sekunder yaitu limpa dan kelenjar limf yang
berkapsul, sedangkan yang tidak berkapsul yaitu tonsil, GALT (gut-associated lymphoid
tissue), jaringan limfoid di kulit, sal. Nafas, dan reproduksi. Jaringan limfoid merupakan
jaringan yang memproduksi, menyimpan, dan memproses limfosit.
Tahap-tahap respons imun yaitu yang pertama dengan mendeteksi dan mengenali
benda asing, selanjutnya dengan melakukan komunikasi dengan sel lain untuk memeberi
respons sehingga akan dilakukan rekruitmen bantuan dan koordinasi respons. Proses yang
terakhir yaitu dengan mendestruksi atau supresi penginvasi, hal tersebut akan mengakibatkan
terbentuknya antibodi dan sitokin. Respons imun terbagi menjadi dua yaitu respons imun non
spesifik dan non spesifik. Perbedaan respons imun spesifik dan nonspesifik yaitu respons
imun nonspesifik sudah terdapat sejak lahir, tidak memiliki target ttt, terjadi di dalam
beberapa menit sampai jam yang selanjutnya akan mengalami reaksi inflamasi. Respons imun
spesifik tersebut diperuntukkan untuk jenis ttt dan respons terhadap paparan l terjadi dalam
beberapa hari tetapi untuk paparan pada hari berikutnya akan lebih cepat dikarenakan
antibodi sudah mengenali jenis paparan l tersebut. Kedua jenis respons imun tersebut saling
meningkatkan efektivitasnya. Respons imun yang terjadi sebenarnya merupakan interaksi
antara satu komponen dengan komponen lain yang terdapat di dalam sistem imun. Interaksi
tersebut berlangsung bersama-sama sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu aktivitas
biologis yang seirama dan serasi.
Respons Imun Nonspesifik
Imun snon spesifik ini umumnya termasuk dalam imunitas bawaan atau innate
immunity , sehingga dapat dimaksudkan bahwa respon terhadap zat asing dapat terjadi
meskipun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar oleh zat asing tersebut. Salah satu upaya
yang dilakukan saat suatu bakteri masuk di dalam tubuh yaitu dengan cara menghancurkan
bakteri tersebut dengan cara nonspesifik melalui proses fagositosis, jadi dalam hal ini
makrofag, neutrofil, dan monosit memiliki peran yang sangat penting. Proses terjadinya
fagositosis dengan cara sel-sel fagositosis tersebut harus berada dalam jarak yang dekat
dengan partikel bakteri atau bakteri harus melekat pada permukaan fagosit, maka untuk
mencapai hal ini fagosit harus bergerak menuju sasaran. Hal ini dapat terjadi karena
dilepaskannya zat atau moderator tertentu yang disebut dengan faktor leukotaktik atau
kemotaktik yang berasal dari bakteri maupun yang dilepaskan oleh neutrofil, makrofag, atau
komplemen yang telah berada ditempat adanya bakteri.
Faktor kemotaktik yang memiliki fungsi untuk menarik fagosit menuju antigen
sasaran, untuk melakukan proses fagositosis selanjutnya, bakteri perlu mengalami opsonisasi
terlebih dahulu, yang dimaksud yaitu bekteri terlebih dahulu dilapisi oleh immunoglobulin
atau komplemen atau C3b, sehingga lebih mudah ditangkap oleh fagosit. Parktikel bakteri
selanjutnya masuk dalam kedalam sel dengan cara endositosis dan oleh proses pembentukan
fagusom. Fagusom tersebut terperangkap dalam kantong fagosum, seolah-olah ditelan dan
kemudian dihancurkan baik dengan proses oksidadi reduksi maupun ole derajat keasaman
yang ada dalam fagosit atau penghancuran oleh lisozim dan gangguan metabolisme bakteri.
Sistem kekebalan non spesifik mencakup beberapa reaksi yaitu reaksi inflamasi atau
peradangan, protein antivirus atau interferon, sel natural killer (NK), dan sistem komplemen.
Reaksi inflamasi ini merupakan respons lokal tubuh terhadap infeksi atau perlukaan, respons
yang sama juga terjadi pada perlukaan akibat infeksi mikroba yang dipengaruhi oleh suhu
yang dingin, panas, atau trauma. Proses imun nonspesifik salah satunya yaitu reaksi
inflamasi, reaksi ini terjadi akibat dilepaskannya mediator-mediator tertentu oleh beberapa
jenis sel, seperti histiamin yang dilepaskan oleh basofil dan mastosit, vascoactive amine yang
dilepaskan oleh trombosit, dan anafilatoksin yang berasal dari komponen-komponen
komplemen. Pelepasan tersebut sebagai reaksi umpan balik dari mastosit dan basofil.
Mediator-mediator ini akan merangsang bergeraknya sel-sel polymorfonuklear (PMN)
menuju lokasi masuknya antigen serta meningkatkan permeabilitas dinding vaskuler yang
mengakibatkan eksudasi protein plasma dan cairan. Gejala inilah yang disebut dengan
respons inflamasi akut. Tahapan inflamasi yang pertama yaitu masuknya bakteri ke dalam
jaringan, selanjutnya akan mengalami vasodilatasi sistem mikrosirkulasi area yang terinfeksi
sehingga mengakibatkan meningkanya aliran darah. Tahapan selanjutnya yaitu mengalami
permeabilitas kapiler dan venul yang terinfeksi terhadap protein meningkat sehingga akan
mengalami difusi protein dan filtrasi air ke intersitial. Tahapan selanjutnya yaitu keluarnya
neutrofil lalu monosit dari kapiler dan venula ke interstisial dan nantinya akan mengalami
penghancuran bakteri di jaringan ke fagositosis sehingga munculah respons sistematik yaitu
demam serta mengalami perbaikan jaringan. Proses inflamasi yang terjadi saat luka yaitu
sebagai berikut:

Interferon meruapakn salah satu respons sistem imun non spesifik dimana sel yang
yang terinfeksi vorus akan mengeluaran interferon yang sleanjutnya interferon akan
mengganggu replikasi virus atau antivrus. Interferon juga akan memperlambat pembelahan
dan pertumbuhan sel tumor dengan meningkatkan potensi sel NK dan sel T sitotoksik atau
anti kanker. Tahap selanjutnya peran interferon yang lain yaitu meningkatkan aktivitas
fagositosis mekrofag dan merangsang produksi antibodi. Proses yang terjadi dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
Sel natural killer termasuk dalam respons imun non spesifik dimana prosesnya
merusak sel yang terinfeksi virus dan sel kanker dengan melisiskan membran sel pada
paparan I. Sel natural killer ini kerjanya yaitu sel T sitotoksik, tetap lebih cepat, nonspesifik,
dan bekerja sebelum sel T sitotoksik menjadi lebih banyak dan berfungsi. Sistem komplemen
yang juga termasuk dalam respons imun non spesifik, sistem ini diaktifkan oleh paparan
rantai karbohidrat yang ada pada permukaan mikroorganisme yang tidak ada pada sel
manusia dan paparan antibodi yang diproduksi spesifik untuk zat asing tertentu oleh sistem
imun adaptif. Sistem komplemen ini bekerja sebagai komplemen dari kerja antibdi. Aktivasi
sistem komplemen yaitu sebagai berikut:

Komplemen yang teraktivasi akan berikatan dengan basofil dan sel mast serta akan
menginduksi pelepasan histiamin yang termasuk dalam reaksi inflamasi. Komplemen akan
berperan sebagai faktor kemotaksis dengan permukaan bakteri dan bekerja sebagai opsonin
atau opsonisasi yang termasuk dalam proses fagpsitosis yang selanjutnya akan menepel pada
membran dan membentuk struktur berbentu tabung yang melubangi membran sel dan
menyebabkan lisis sel. Komplemen yang teraktivasi yaitu sebagai berikut :
Respons Imun Spesifik
Respons imun spesifik merupakan respons imun yang di dapat dari rangsangan
antigen tertentu sebagai akibat tubuh pernah terpapar sebelumnya. Respons imun spesifik
juga adaotif yang dapat menghancurkan patogen yang lolos dari sistem kekebalan non
spesifik. Respons imun spesifik dimulai dengan adanya aktifitas makrofag atau natigen
precenting cell yang memproses antigen sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan
interaksi dengan sel-sel imun. Rangsangan antigen yang telah diproses selanjutnya sel-sel
sistem imun berploriferasi sehingga menjadi sel yang memiliki kompetensi imunologik dan
mampu bereaksi dengan antigen. Respons imun spesifik terdapat dua macam yaitu imun
humoral yang memproduksi antibodi oleh limfosit B atau les plasma dan imun selular yang
memproduksi limfosit T yang telah teraktivais.
Antigen pada kontak pertama dapat dimusnahkan dan kemudian sel-sel sitem imun
mengadakan involusi, tetapi respons imun primer tersebut akan mengakibatkan terbentuknya
klon atau kelompok sel yang disebut dengan memori sel. Memori sel yang nantinya dapat
mengenali antigen yang bersangkutan, apabila dikemudian hari antigen yang sama masuk ke
dalam tubuh maka klon tersebut akan berproliferasi dan menimbulkan respins sekunder
spesifik yang berlangsung lebih cepat dan lebih intensif dibandingkan dengan respons imun
primer. Sistem imun spesifik ini harus bisa membedakan sel asing yang harus dirusak dari
sel-diri atau antigen yang merupakan molekul besar, kompleks, dan unik yang memicu
respons imun spesifik jika masuk ke dalam tubuh.
a. Respons Imun Seluler
Respons imun seluler ini merupakan limfosit T spesifik untuk kekebalan terhadap
infeksi virus dan pengaturan pada mekanisme kekebalan. Sel-sel T tersebut harus mengalami
kontak langsung dengan sasaran. Subpopulasi sel T yang disebut dengan sel T helper dan
terbagi menjadi tiga yaitu sel T sitotoksik, sel T penolog, dan sel T penekan.
Mikoroorganisme yang hidup dan berkembang biak secara intra seluler, antara lain di dalam
makrofag sehingga sulit untuk dijangkau oleh antibodi, untuk melawan mikroorganisme
intraseluler tersebut di perlukan respons imun seluler yang diperankan oleh limfosit T. Sel T
tersebut akan mengenali mikoroorganisme atau antigen bersangkutan melalui major
hiscompatibility complex kelas II yang terdapat pada permukaan sel makrofag. Sinyal ini
menyulut limfosit untuk memproduksi berbagai jenis limfokin, seperti interferon yang dapat
membantu makrofag untuk menghancurkan mikroorganisme tersebut. Sub populasi limfosit T
lain yang disebut dengan T sitotoksik yang juga berfungsi untuk menghancurkan
mikroorganisme intraseluler yang disajikan melalui major hiscompatibility complex kelas I
secara langsung (sel to sel). Sel T sitotoksik selain untuk menghancurkan mikroorganisme
secara langsung juga akan menghasilkan gamma interferon yang mencegah penyebaran
mikroorganise ke dalam sel lainnya. Aktivasi sel T yaitu sebagai berikut :

b. Respons Imun Humoral


Respons imun humoral ini merupakan antigen yang merangsang sel B sehingga
berubah menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Antigen disekresi ke darah atau
limfa atau lokasi sel plasma yang teraktivasi, semua antibodi akan mencapai darah dan
membentuk gamma globulin atau imunoglobulin (Ig). Respons imun humoral diawali dengan
defresenisasi limfosit B yang menjadi satu populasi atau klon, sel plasma yang melepaskan
antibodi spesifik ke dalam darah. Respons imun humoral juga berlaku pada respons imun
primer yang membentuk klon sel B memori. Klon limfosit diprogramkan untuk membentuk
satu jenis antibodi spesifik teradap antigen tertentu atau clonal selection. Antibodi nantinya
akan berikatan dengan antigen membentuk kompleks antigen-antibodi yang dapat
mengaktivasi komplemen dan mengakibatkan hancurnya antigen tersebut. Limfosit B
berdiferensiasi dan membentuk antibodi siperlukan bantuan limfosit T penolong atau T
helper. Fungsi antibodi dan reaksi antara antigen dan antibodi yaitu sebagai berikut :
Fungsi antibodi

Reaksi antigen dan antibodi


Mekanisme pengikatan antibodi ke antigen
Kedua sisi akan berikatan membentuk kompleks antigen dan antibodi. Mekanisme
pengikatan antibodi ke antigen dapat melalui beberapa cara, yaitu :
1. Aglutinasi (penggumpalan) : Kondisi ketika satu antibodi memiliki minimal 2 pengikatan
disebut dengan aglutinasi atau penggumpalan. Sisi pengikatan tersebut berikatan dengan
antigen berupa materi partikel seperti sel darah merah atau bakteri. Kompleks besar
dengan mudah difagosit oleh makrofag
2. Netralisasi : Kondisi yang menyebabkan suatu antibodi menutup sisi penghubung
determinan antigen, sehingga antigen tidak berbahaya dan akhirnya dapat dicerna oleh
sel fagosit
3. Presipitasi (pengendapan) : Pengikatan silang molekul-molekul antigen yang terlarut
dalam cairan tubuh dan antigen akan dikeluarkan atau dibuang melalui fagositosis
setelah terendapkan
4. Fiksasi komplemen : Terjadi aktivasi sistem komplemen oleh kompleks antigen-antibodi.
Komplemen memiliki 20 protein serum yang berbeda. Infeksi pada protein serum
pertama teraktivasi dan mengaktifkan protein serum selanjutnya secara jalur berantai
(efek domino). Fiksasi komplemen menghasilkan 2 jenis efek yang disebut dengan
sitolisis dan inflamasi. Hasil reaksi komplemen tersebut akan melisiskan sel-sel patogen
dan virus.
Respons imun terhadap invasi bakteri dan virus yaitu sebagai berikut :

Invasi bakteri

Invasi virus
c. Interaksi antara Respons Imun Seluler dengan Humoral
Interaksi ini disebut dengan antibodi dependent cell mediated cytoxicity atau ADCC,
hal ini dikarenakan sitoasis baru terjadi bila dibantu oleh antibodi. Antibdi berfungsi untuk
melapisi antigen sasaran sehingga sel natural killer yang memiliki reseptor terhadap fragmen
Fc antibodi dapat melekat erat pada sel atau antigen sasaran. Pelekatan sel NK pada
kompleks antigen antibodi tersebut mengakibatkan sel NK dapat menghancurkan sel sasaran.
Respons imun spesifik atau adaptif dapat dibedakan dari respons imun bawaan, karena
adanya ciri-ciri umum yang dimiliki yaitu bersifat spesifik, heterogen dan memiliki daya
ingat atau memori. Sifat spesifik yang akan membutuhkan berbagai populasi sel atau zat yang
dihasilkan (antibodi) yang berbeda satu sama lain, sehingga menimbulkan sifat heterogenitas.
Kemampuan mengingat akan menghasilkan kualitas respons imun yang sama terhadap
konfigurasi yang sama pada pemaparan berikutnya.
Antigen dan Imunogen
Antigen adalah suatu substansi atau potensi dari suatu zat yang mampu merangsang
timbulnya respons imun yang dapat dideteksi, baik berupa respons imun seluler, maupun
respons imun humoral atau respons imun kedua-duanya. Hal tersebut mengakibatkan antigen
disebut juga imunogen. Imunogen yang paling poten umumnya merupakan makromolekuler
protein, polisakharida atau polimer sintetik yang lain seperti polivinilpirolidon (PVP).
Imunogenisitas atau kemampuan dari imunogen untuk merangsang terbentuknya antibody
bergantung dari antigennya sendiri, cara masuknya yaitu individu yang menerima antigen
tersebut, dan kepekaan dari metode yang digunakan untuk mendeteksi respons imunnya.
Jenis0jenis imuneg yaitu protein, plosakarida, polipeptida sintetik, dan asam nukleat. Protein
merupakan sebuah antigen atau imunogen, apabila disuntikkan kepada spesies yang bukan
merupakan sumber protein tersebut, apabila imunogen tersebut merupakan imunogen yang
dihasilkan oleh hewan berdasarkan alele yang dimiliki oleh spesies bersangkutan, maka
antigen tersebut dinamakan alloantigen. Beberapa contoh dari alloantigen yaitu antigen
golongan darah yang terdapat pada permukaan eritrosit, antigen system HLA yang terdapat
pada permukaan leukosit, dan epitop yang terdapat pada molekul immunoglobulin disebut
dengan alotipe.
Polisakharida dalam bentuk murni umumnya hanya dapat menimbulkan respons imun
pada spsies tertentu saja. Kelinci dan marmot yang mempunyai respons imun sangat baik bila
disuntik dengan protein, tidak akan menimbulkan respons imun sama sekali apabila hewan
tersebut disuntik dengan polisakharida murni. Sebaliknya mencit dan manusia sangat baik
responnya terhadap polisakharida, sehingga sangat diperlukan dalam penelitian
imunokimiawi. Antigen polisakharida sederhana adalah dextran dan levan. Dextran
merupakan polimer yang hanya terdiri atas`glukosa, sedangkan levan tersusun dari fructose.
Jenis lain dari antigen polisakharida, yaitu yang terdapat sebagai kapsel pnemokokus yang
sangat penting sebagai bahan vaksin terhadap mikroorganisme tersebut. Bentuk dari
polipeptida sintetik tergantung dari yang kita kehendaki. Ada beberapa jenis polipeptida
sintetik yaitu sebagai berikut:
1. Homopolimer, merupakan polimer yang hanya terdiri dari satu jenis asam amino.
2. Kopolimer penggal, terdiri atas peptida pendek yang tersusun dari beberapa asam
amino yang dirangkai beberapa kali.
3. Kopolimer acak, terdiri dai asam amino yang dirangkaikan secara acak.
4. Kopolimer rantai ganda, tersusun dari rantai utama, dengan rantai cabang yang terdiri
dari tiga jenis polimer lainnya.
5. Polimer dengan rantai-rantai yang merupakan peptida yang berulang secara periodik.
Asam nukleat murni, sangat sukar menginduksi respons imun, kecuali dilakukan denaturasi
terlebih dahulu. Pada manusia, antibodi terhadap asam nukleat terbentuk secara spontan, pada
beberapa kejadian penyakit seperti pada Lupus Erythematosus.
Cara Kerja Imunogen
Imunogen merangsang respons imun tanpa melibatkan limfosit T tetapi langsung
merangsang limfosit B. Imunogen-imunogen tersebut disebut dengan antigen T-independent.
Antigen semacam ini mungkin terdiri atas beberapa unit, yang masing-masing mempunyai
susunan molekul yang sama. Misalnya ; polisakharida pada pneumokokus, beberapa jenis
polimer protein dan PVP. Respons imun yang ditimbulkan oleh antigen T-independent,
terutama antibody Ig M atau mungkin hanya Ig M saja.
Pengelompokan Antigen
Antigen dapat digolongkan menjadi antigen eksogen dan antigen endogen. Antigen
eksogen adalah antigen yang berasal dari luar tubuh individu, misalnya berbagai jenis bakteri,
virus, dan obat-obatan. Antigen endogen adalah antigen yang berasal dari dalam tubuh
sendiri, seperti antigen xenogenic atau heterolog yang terdapat dalam spesies yang berlainan.
Antigen autolog atau idiotipik yang merupakan komponen dari tubuh sendiri, dan antigen
allogenic atau homolog yang membedakan satu individu dari individu yang lain dalam satu
spesies. Salah satu contoh yaitu determinant antigen homolog adalah antigen yang terdapat
pada eritrosit, leukosit, trombosit, protein serum dan major histocompatibility complex
(MHC). Interaksi sistem imun saraf endokrin yaitu sebagai berikut :
Pertahanan lapis pertama yaitu sebagai berikut :
a. Kulit dan membran mukosa yang utuh
b. Kelenjar keringat, sebum, dan air mata (mensekresikan zat kimia dan bersifat
bakterisid)
c. Mukus, silia, tight junction, desmosom, sel keratin, dan lisozim di laipisan epitel
d. Rambut pada lubang hidung
e. Flora normal
Struktur Antibodi

Ada empat rantai polipeptida: dua rantai berat identik dan dua rantai ringan identik
dihubungkan oleh ikatan disulfida. Light Chain (L) terdiri dari polipeptida sekitar 22.000 Da
dan Rantai Berat (H) terdiri dari polipeptida yang lebih besar sekitar 50.000 Da atau lebih.
Ada lima jenis rantai Igheavy (dalam mamalia) yang dilambangkan dengan huruf-huruf
Yunani: α, δ, ε, γ, dan μ. Ada dua jenis rantai cahaya Ig (pada mamalia), yang disebut lambda
(λ) dan kappa (κ). Antibodi terdiri dari daerah variabel dan daerah konstan, dan daerah yang
berubah ke berbagai struktur tergantung pada perbedaan antigen disebut wilayah variabel,
dan wilayah yang memiliki struktur konstan disebut wilayah konstan.
Jenis-jenis Antibodi
Antibodi memiliki beberapa jenis, dimana masing-masing jenisnya tersebut memiliki
fungsi yang tersendiri. Antibodi juga dikenal sebagai immunoglobulin (Ig). Imunoglobulin
dibedakan menajadi 5 macam yaitu sebagai berikut:
1. Ig M
Imunoglobulin M yang memiliki peran sebagai reseptor permukaan sel B dan
disekresi pada tahap awal respons plasma sel. Imunoglobulin M atau IgM disebut juga
sebagai makroglobulin yang merupakan 5% - 10% dari seluruh serum globulin (kadarnya di
dalam serum 0,5-2 mg/ml). Waktu paruh IgM yaitu 10 hari, berat molekulnya 900.000-
1.000.000 dengan angka sendimentasi 19S. IgM sebagian besar berada di dalam pembuluh
darah (intravaskuler) dan sering ditemukan bentuk polimer dengan rantai J. Bentuk IgM
merupakan bulatan dan terbentuk lebih dini pada respon primer, sedangkan IgG dibuat lebih
belakangan. IgM lebih efisien bekerja pada reaksi aglutinasi, reaksi sitolisis, dan sitotoksik.
Pada septikemia sering ditemukan difisiensi IgM.
2. Ig G
Imunoglobulin G yang terdapat didalam darah paling banyak, diproduksi jika tubuh
memberi respons terhadap antigen yang sama. Ig M dan G akan berperan saat terjadi invasi
bakteri dan virus serta aktivasi komplemen. IgG memiliki waktu paruh 23 hari dan bentuknya
menyerupai lingkaran dengan panjang 250-300 A°. Konsentrasi IgG di dalam serum normal
adalah 5-16 mg/ml. IgG berperan pada berbagai reaksi imunologis seperti presipitasi,
pengikatan komplemen, serta netralisasi toksin dan virus. IgG memiliki 4 kelas yang telah
ditemukan, yaitu IgG1, IgG2, IgG3, IgG4. Tiap-tiap jenis ini mempunyai jenis rantai gama
yang berbeda yang dapat dibedakan dengan antiserum khusus.
3. Ig E
Imunoglobulin E berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi parasit dan mrp
mediator pada reaksi alergi yang melepaskan histiamin dari biosfil dan sel mast.
Imunoglobulin E (IgE) adalah antibodi reaginik yang berperan pada reaksi hipersensitivitas
tipe cepat yang sebagian besar berada di area intravaskuler. IgE memiliki berat molekul
190.000 dan angka sedimentasinya 8S dengan waktu paruhnya 2 hari. IgE dapat diinaktifkan
dengan pemanasan pada suhu 56°C selama 1 jam. IgE mempunyai afinitas terhadap sel-sel
jaringan (terutama mast-cell) pada spesies yang sama, menjadi perantara pada reaksi
Prausnitz-Kustner, dan tidak dapat melewati plasenta atau mengikat komplemen. Kadar IgE
dalam keadaan normal di dalam serum sangat kecil dan akan meningkat pada keadaan atopic
seperti asma, demam jerami (hayfever) atau eksim, dan infeksi cacing.
4. Ig A
Imunoglobulin A dapat ditemukan pada sekresi sistem pencernaan, pernafasan, dan
perkemihan. IgA adalah gama atau beta globulin yang dapat bergerak cepat dan merupakan
10% globulin serum. Kadar normalnya di dalam serum ialah 0,6-4,2 mg/ml, waktu paruhnya
6-8 hari, dan berat molekulnya 160.000 dengan angka sendimentasi 7S. IgA terdapat dalam
konsentrasi tinggi pada kolostrum, air mata, cairan empedu, air liur, serta secret saluran
pencernaan dan hidung. IgA tidak mengikat komplemen tetapi secara aktif mengubah jalur
reaksi komplemen. IgA mengikat fagositosit dan penghancuran mikroorganisme di dalam sel.
IgA yang terdapat di dalam secret mengandung unit struktur tambahan yang disebut bagian
transport (T) atau sekretori (S). Bagian T dibuat di dalam sel epitel kelenjar, usus, dan saluran
pernafasan. Bagian ini melekat pada molekul IgA selama pengangkutannya melalui sel.
Bagian T mengikatkan dua molekul IgA pada bagian Fc.
5. Ig D
Imunoglobulin D terdapat pada banyak permukaan sel B yang mengenali antigen pada
sel B. Imunoglobulin D memiliki konsentrasi di dalam serum sebesar 0,03 mg/ml. IgD berada
dalam darah, kelenjar getah bening, dan permukaan sel B dengan waktu paruhnya 3 hari.
Imunoglobulin D tidak dapat bekerja sendiri melainkan menempel pada permukaan sel T,
sehingga membantu sel T dalam menangkap antigen. Imunoglobulin D jumlahnya kurang
dari 1% dari keseluruhan imunoglobulin manusia.

Anda mungkin juga menyukai