Anda di halaman 1dari 4

Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Kesehatan (AHSR), volume 2

Konferensi Internasional Ilmu Kesehatan (HSIC 2017)

Pengaruh Terapi Latihan pada Nyeri di


Ibu Setelah Sectio Caesarea
Nungki Marlian Yuliadarwati

Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang


Indonesia
Jl. Bendungan Sutami 188A, Kota Malang, Jawa Timur, 65145
Penulis korespondensi: nungki.fisio2@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Sectio caesarea adalah pilihan terakhir untuk menyelamatkan nyawa ibu dan janin jika persalinan pervaginam
menghadapi kendala. Tindakan sectio caesarea dapat mengakibatkan komplikasi nyeri yang dirasakan akibat kerusakan jaringan. Nyeri
pasca operasi caesar bersifat akut dan memerlukan penanganan segera karena dapat menyebabkan hambatan dalam aktivitas
sehari-hari dan mengganggu proses pemulihan.
Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi senam terhadap intensitas nyeri pada ibu
pasca seksio sesarea. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu dengan desain control
group pre- and post-test. Sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu kelompok perlakuan dengan
perlakuan terapi senam sebanyak 25 sampel, dan kelompok kontrol dengan mobilisasi dini sebanyak 25 sampel.
Intensitas nyeri diukur menggunakan VAS (Visual Analog Scale). Hasil: Uji intensitas nyeri pada ibu dua kelompok
pasca seksio sesarea terdapat perbedaan dengan nilai p = 0,009 (p = <0,05).

Kesimpulan: Disimpulkan bahwa terapi senam dapat menurunkan intensitas nyeri pada ibu pasca seksio sesarea.

Kata kunci: seksio sesarea, terapi olahraga, intensitas nyeri

PENGANTAR

Operasi caesar merupakan salah satu metode penyelamatan ibu dan janin jika tidak memungkinkan untuk
dilakukan persalinan normal. Sectio caesarea memiliki banyak keluhan seperti nyeri disekitar sayatan, infeksi,
perdarahan, ruptur uteri, alergi dan gangguan produksi ASI (Kasdu, 2003). Efek samping tindakan sectio caesarea
adalah nyeri di daerah sayatan, yang dapat menyebabkan terganggunya aktivitas ibu sehari-hari pasca seksio
sesarea. Sebuah rumah sakit negeri di Surabaya menyatakan angka kejadian operasi caesar meningkat 22,28% per
tahun. Menurut data WHO tahun 2013, angka kejadian operasi caesar di Thailand meningkat menjadi 32% dari 21%.
Dilihat dari peningkatan angka kelahiran dengan operasi caesar, Fisioterapi menawarkan sejumlah metode terapi
senam untuk mengurangi nyeri di sekitar area sayatan, salah satunya dengan menggunakan teknik osteopathic, yang
memanipulasi jaringan lunak dengan melakukan gerakan langsung dengan kontrol gerakan oleh pasien sendiri
selama kontraksi isotonik atau isometrik untuk meningkatkan fungsi muskuloskeletal dan mengurangi nyeri (Chaitow,
2006). Gerakan ringan selama masa nifas bertujuan untuk mengurangi intensitas nyeri, meningkatkan kekencangan
otot, serta memelihara dan meningkatkan sirkulasi darah ibu (Brayshaw, 2008).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi senam terhadap intensitas nyeri pada ibu pasca seksio
sesarea.

Hak Cipta © 2017, Penulis. Diterbitkan oleh Atlantis Press. 386


Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-NC (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/).
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Kesehatan (AHSR), volume 2

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain control group
pre dan post test. Variabel bebas penelitian ini adalah terapi senam. Sedangkan variabel terikat terdiri dari
intensitas nyeri dan aktivitas sehari-hari. Variabel kontrol terdiri dari umur, penggunaan obat dan persalinan
caesar pertama. Penelitian dilakukan pada 50 subjek penelitian, dengan menggunakan rumus perhitungan
Rosner, 2012. Subjek diambil dari beberapa rumah sakit bersalin di Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi,
dimana ibu seharusnya berusia 20-35 tahun dan baru menjalani perawatan. operasi caesar pertama mereka.
Sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan dengan perlakuan terapi senam, dan
kelompok kontrol dengan mobilisasi dini. Intensitas nyeri diukur sebelum dan sesudah intervensi menggunakan
VAS.

Analisis statistik dalam uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam
penelitian berasal dari populasi yang sama atau apakah data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau
tidak. Analisis ini menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan program SPSS (Purwanto dan Irwandi, 2014).

Uji diskriminasi dilakukan secara berkelompok dan antar kelompok. Saat uji normalitas menghasilkan
data berdistribusi normal maka uji diskriminasi antar kelompok menggunakan uji parametrik yaitu uji
independent sample t-test. Namun ketika uji normalitas menghasilkan hasil yang tidak berdistribusi normal
maka pembedaan antara kelompok menggunakan uji non parametrik yaitu uji Mann Whitney (Purwanto dan
Irwadi, 2014).

HASIL DAN DISKUSI

Sampel penelitian ini diambil dari pasien rawat inap pasca operasi caesar di sejumlah rumah
sakit bersalin. Sampel terdiri dari 50 orang dengan usia 20 sampai
35 yang baru pertama kali melahirkan dan tidak mengalami komplikasi apapun, terapi senam dilakukan setiap dua
jam sekali dengan 8 hitungan dan pengulangan sebanyak 5-10 kali selama empat hari selama dirawat di rumah
sakit.
Jumlah sampel adalah 50 yang dibagi menjadi dua kelompok. Data sampel diidentifikasi
berdasarkan umur ibu saat melahirkan, suhu tubuh, respirasi dan penyebab operasi caesar.

Sebelum melakukan terapi senam dilakukan pengukuran intensitas nyeri menggunakan VAS baik pada kelompok
perlakuan maupun kelompok kontrol. Diketahui bahwa intensitas nyeri pada ibu setelah operasi caesar menurun.

Tabel 1 Hasil analisis deskriptif distribusi subjek penelitian menurut umur


(tahun), suhu tubuh ( Hai) dan respirasi (X / menit).
Tidak. Karakteristik Mata Pelajaran N Rata-rata ± SD

1 Usia 50 27 ± 2.105 tahun 37 ±


2 Suhu tubuh 50 0.768 ºC
3 Pernafasan 50 22 ± 0.916 kali / menit

Berdasarkan latar belakang penelitian yang bertujuan untuk membuktikan pengaruh penerapan terapi
senam terhadap intensitas nyeri pada ibu pasca bedah sesar pada usia 20-30 tahun, maka penelitian yang
dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan metode kuasi eksperimental. Desain penelitian yang digunakan
adalah pre-test post-test control group design. Jumlah subjek penelitian ini dihitung menggunakan rumus Rosner.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan jumlah subyek dengan penambahan 10% sebagai koreksi

387
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Kesehatan (AHSR), volume 2

faktor dalam jumlah sampel, adalah 25 untuk setiap kelompok. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50.

Tabel 2 Hasil distribusi frekuensi subjek c-section berdasarkan penyebab


Frekuensi Kelompok
Tidak. Penyebab C-section Terapi Latihan Kontrol
1 Kebohongan Melintang 4 3
2 Panggul Sempit 3 5
3 Plasenta Previa 5 3
4 Preeklamsia 5 5

5 Pecahnya Membran Dini 2 5


6 Kembar 1 1
7 Bayi besar 2 2
8 Gawat Janin 3 1
TOTAL 25 25

Meja 3 Hasil uji normalitas data pre dan post test intensitas nyeri
Tidak. Variabel N Signifikansi (p)
1 Nilai terapi nyeri sebelum latihan (cm) Nilai 25 0,009 *
2 terapi nyeri pasca latihan (cm) 25 0,009 *
3 Nilai kelompok pra kontrol nyeri (cm) Nilai 25 0,089
4 kelompok kontrol pot nyeri (cm) 25 0,080
Catatan: pra (sebelum terapi terapi olahraga), pasca (setelah terapi terapi olahraga), p (uji normalitas dengan Saphiro-Wilk), cm (unit
untuk nyeri), * (signifikansi p <0,05).
Sumber: Data Primer

Meja 4 Hasil uji homogenitas: intensitas nyeri rata-rata pada ibu pasca bedah sesar
Tidak. Variabel Rata-rata ± SD P.

Rata-rata nilai terapi nyeri pra latihan


1 - Rerata nilai pain pra control - 7.596 ± 21.581 0,085

Meja. 5 Hasil analisis perbedaan intensitas nyeri kelompok terapi senam dan kelompok kontrol

Signifikansi (p)
Variabel
Perbedaan nilai intensitas nyeri sebelum dan 0,009 sesudah terapi
terapi senam

Catatan: p> 0,05. Sumber: Data Primer

Penurunan intensitas nyeri akibat terapi senam menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan dengan
nilai p = 0,009 (p <0,05). Hasil uji diskriminasi intensitas nyeri kelompok terapi senam dan kelompok kontrol
pada ibu pasca bedah membuktikan ada perbedaan antara terapi senam dengan mobilisasi dini. Hal ini
membuktikan bahwa terapi senam yang dilakukan setiap 2 jam sekali dengan 8 hitungan dan 3-5 kali
pengulangan selama rawat inap dapat menurunkan intensitas nyeri pada ibu pasca seksi. Hal ini disebabkan
oleh fakta bahwa terapi olahraga banyak melibatkan gerakan-gerakan anggota tubuh bagian atas seperti bahu,
lengan, wirsts, dan tungkai bawah seperti pinggul, perut dan punggung sebagai stimulasi / pemicu untuk
epinefrin, hormon pertumbuhan dan endorfin. .

Terapi senam pada ibu postpartum membantu memulihkan rahim, memperkuat otot perut,
menyeimbangkan otot punggung dan otot pinggul yang mengalami trauma, serta mengembalikan bagian
tubuh tersebut, terutama rahim, ke bentuk normalnya (Gallagher, 2006). Carpenito (2009) menjelaskan
bahwa gerakan aktif berupa

388
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Kesehatan (AHSR), volume 2

terapi senam merupakan aspek terpenting dari fungsi fisiologis yang bertujuan untuk menjaga dan
menyeimbangkan kekuatan otot perut dan punggung. Oleh karena itu terapi senam dapat mempertahankan fungsi
fisiologis untuk menjaga dan meningkatkan kemandirian sedini mungkin serta mencegah terjadinya komplikasi.

Menurut teori, terapi olahraga mempengaruhi epinefrin dengan mengaktifkan reseptor α dan β,
termasuk meningkatkan glicolysis, relaksasi otot polos vena, stimulasi lipolisis, kontraksi miokardium,
sirkulasi darah dan glicolysis otot, yang meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan sirkulasi darah dan
menghambat kerusakan jaringan (Guyton, 2006).

Hormon pertumbuhan didukung oleh sitokin dalam proses inflamasi selama operasi caesar untuk mencegah
koagulasi lebih lanjut dan untuk memecah gumpalan fibrin untuk memudahkan migrasi sel ke area luka dan memulai fase
pemulihan berikutnya (Guyton, 2006). Berdasarkan teori tersebut, endorfin bekerja sebagai obat penenang alami yang
menimbulkan rasa nyaman. Kadar endorfin yang meningkat dalam tubuh dapat mengurangi nyeri saat kontraksi. Terapi
olahraga dapat meningkatkan kadar endorfin dalam darah empat hingga lima kali lipat. Dengan demikian, semakin banyak
terapi olahraga dilakukan, semakin tinggi kadar endorfinnya. Peningkatan endorfin terbukti memiliki hubungan yang erat
dengan penurunan nyeri, peningkatan daya ingat, nafsu makan lebih baik, kemampuan seksual lebih baik, tekanan darah
dan pernapasan lebih baik, menunjukkan bahwa terapi olahraga efektif untuk mengurangi nyeri (Guyton, 2006).

Hasil penelitian terapi senam yang dikombinasikan dengan senam nafas terhadap penurunan intensitas
nyeri pada pasien pasca operasi abdomen di RSUP Karima Utama Surakarta tahun 2006 oleh Dianingsih
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan. Latihan pernapasan dapat mengontrol rasa sakit di tubuh.
Ini akan memperbaiki komponen saraf parasimpatik secara bersamaan. Akibatnya adrenalin dan kortisol penyebab
stres akan berkurang dan orang tersebut akan mengalami peningkatan konsentrasi dan rasa tenang (Handerson,
2010).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh terapi senam dalam
menurunkan intensitas nyeri pada ibu pasca bedah sesar diperoleh nilai p =
0,009 (p <0,05). Untuk penelitian yang berbagi topik yang sama dengan penelitian ini, disarankan agar penelitian ini
memasukkan pemeriksaan kekuatan otot perut dan punggung sebagai senam utama dalam terapi senam.

REFERENSI

Brayshaw, E. (2008). Senam Hamil dan Senam Nifas, Jakarta: EGC Carpenito, LJ (2009). Diagnosis
keperawatan, Aplikasi Pada Praktek Klinis ( Edisi ke-9).
Jakarta: EGC
Chaitow, L. (2000). Teknik Energi Otot ( Edisi ke-3). Churchill Livingstone: Edinburgh. Gallagher CM
(2006). Pemulihan pasca operasi caesar. Jakarta: Erlangga. Guyton, AC, & Hall, JE (2006). Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran ( Edisi ke 11).
Penterjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: EGC

389

Anda mungkin juga menyukai