TENTANG
TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI LEMBAGA PENJAMIN
Menimbang: I. UMUM
Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26 Undang-
Baik merupakan elemen penting dalam
Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Penjaminan, perlu
membangun kredibilitas dan reputasi
menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Tata
-2-
Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Lembaga Penjamin. perushaaan dimata para pemangku
kepentingan. Seiring dengan
Mengingat:
perkembangan industri penjaminan
1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas semakin tinggi pula risiko dan tantangan
Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia yang akan dihadapi. Penerapan Tata
Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi oleh
Republik Indonesia Nomor 5253); Lembaga Penjamin, sebagaimana
dimanatkan dalam Pasal 26 Ayat 1
2. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2016 tentang
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016,
Penjaminan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
akan mendorong terciptanya iklim usaha
2016 Nomor 9 Tambahan Lembaran Negara Republik
yang sehat.
Indonesia Nomor 5835);
Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang
Baik Bagi Lembaga Penjamin
berlandaskan pada lima prinsip dasar ,
MEMUTUSKAN yaitu:
Menetapkan: 1. keterbukaan (transparency), yaitu
TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI LEMBAGA keterbukaan dalam proses
pengambilan keputusan dan
PENJAMIN
keterbukaan dalam pengungkapan dan
penyediaan informasi yang relevan
mengenai perusahaan, yang mudah
diakses oleh pemangku kepentingan
sesuai dengan peraturan perundang-
undangan di bidang penjaminan serta
standar, prinsip, dan praktik
penyelenggaraan usaha Penjaminan
yang sehat;
2. akuntabilitas (accountability), yaitu
kejelasan fungsi dan pelaksanaan
pertanggungjawaban organ Lembaga
Penjamin sehingga kinerja perusahaan
-3-
Penjaminan.
18. Sertifikat Penjaminan adalah bukti persetujuan
Penjaminan dari Perusahaan Penjaminan kepada
Penerima Jaminan atas kewajiban finansial Terjamin
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2016 tentang Penjaminan.
19. Sertifikat Kafalah adalah bukti persetujuan Penjaminan
Syariah dari Perusahaan Penjaminan Syariah dan UUS
kepada Penerima Jaminan atas kewajiban finansial
Terjamin sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Penjaminan.
20. Imbal Jasa Penjaminan, yang selanjutnya disingkat lJP,
adalah sejumlah uang yang diterima oleh Perusahaan
Penjaminan dari Terjamin dalam rangka kegiatan
Penjaminan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Penjaminan.
21. Imbal Jasa Kafalah, yang selanjutnya disingkat IJK,
adalah sejumlah uang yang diterima oleh Perusahaan
Penjaminan Syariah dan UUS dari Terjamin dalam
rangka kegiatan Penjaminan Syariah sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016
tentang Penjaminan.
22. Imbal Jasa Penjaminan Ulang, yang selanjutnya disingkat
IJPU, adalah sejumlah uang yang diterima oleh
Perusahaan Penjaminan Ulang dari Perusahaan
Penjaminan dalam rangka kegiatan Penjaminan Ulang
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 1
-9-
Pasal 3
BAB IV
PEMEGANG SAHAM
Pasal 6
Pasal 11
(1) Lembaga Penjamin wajib memiliki anggota Direksi yang .
membawahkan fungsi kepatuhan.
(2) Anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan
sebagaimana pada ayat (1) tidak dapat dirangkap oleh
anggota Direksi yang membawahkan fungsi teknik
penjaminan, fungsi pemasaran dan fungsi keuangan,
kecuali direktur utama.
Pasal 12
Anggota Direksi Lembaga Penjamin wajib memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. dinyatakan lulus penilaian kemampuan dan kepatutan
(1) Direksi Lembaga Penjamin wajib menyelenggarakan rapat Bentuk rapat dapat disesuaikan dengan
Direksi secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 kebutuhan Lembaga Penjamin, antara lain
(satu) bulan. dengan cara penggunaan teknologi
telekonferensi.
DEWAN KOMISARIS
Pasal 20
Lembaga Penjamin yang wajib memiliki paling sedikit 2 (dua) Jumlah Dewan Komisaris termasuk
orang anggota Dewan Komisaris. Komisaris Independen
Pasal 21
-23-
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagai anggota Dewan Komisaris, atau anggota Direksi.
Dewan Komisaris Lembaga Penjamin.
Pasal 22
kepada Direksi;
b. mengawasi Direksi dalam menjaga keseimbangan
kepentingan semua pihak;
c. menyusun laporan kegiatan Dewan Komisaris yang
merupakan bagian dari laporan penerapan Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik;
d. memantau efektifitas penerapan Tata Kelola Perusahaan
Yang Baik;
e. memberikan persetujuan dalam hal DPS memerlukan
bantuan anggota komite yang struktur organisasinya
berada dibawah Dewan Komisaris; dan
f. memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti temuan
audit dan rekomendasi dari satuan kerja audit internal
Lembaga Penjamin, auditor eksternal, hasil pengawasan
OJK dan/atau hasil pengawasan otoritas lain.
Pasal 26
Pasal 34
Lembaga Penjamin dengan lingkup nasional dan provinsi
wajib memiliki fungsi yang membantu Dewan Komisaris
dalam memantau dan memastikan efektifitas sistem
pengendalian internal dan pelaksanaan tugas auditor
internal dan auditor eksternal dengan melakukan
pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan
pelaksanaan audit dalam rangka menilai kecukupan
pengendalian internal termasuk proses pelaporan keuangan.
Pasal 35
(1) Dewan Komisaris Lembaga Penjamin wajib Bentuk rapat disesuaikan dengan
menyelenggarakan rapat Dewan Komisaris paling sedikit kebutuhan Lembaga Penjamin antara lain
1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan. dengan cara penggunaan teknologi
telekonferensi.
kepentingan pribadi;
d. mampu mengambil keputusan berdasarkan penilaian
independen dan objektif untuk kepentingan Perusahaan
Penjaminan Syariah, Perusahaan Penjaminan Ulang
Syariah, UUS dan/atau pemangku kepentingan lainnya;
dan
e. mampu menghindarkan penyalahgunaan kewenangannya
untuk mendapatkan keuntungan pribadi yang tidak
semestinya atau menyebabkan kerugian bagi Perusahaan
Penjaminan Syariah, Perusahaan Penjaminan Ulang
Syariah, dan UUS.
Pasal 42
DPS Perusahaan Penjaminan Syariah, Perusahaan
Penjaminan Ulang Syariah, dan UUS wajib menjamin
pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat serta
dapat bertindak secara independen, tidak mempunyai
kepentingan yang dapat mengganggu kemampuannya untuk
melaksanakan tugas secara mandiri dan objektif.
Pasal 43
AUDITOR EKSTERNAL
Pasal 49
Pasal 51
(1) Lembaga Penjamin wajib menyusun pedoman Tata Board Manual dimaksudkan untuk
Laksana Kerja Direksi dan Dewan Komisaris (Board menjelaskan hubungan kerja Direksi dan
Manual) Dewan Komisaris dalam melaksanakan
tugas agar tercipta pengelolaan
perusahaan secara profesional,
transparan dan efisien
berwenang; dan
c. pihak lain tersebut memiliki sumber daya manusia
yang telah memperoleh sertifikasi profesi di bidang
penagihan dari lembaga yang ditunjuk oleh asosiasi
lembaga penjamin Indonesia.
(4) Lembaga Penjamin bertanggung jawab penuh atas segala
dampak yang ditimbulkan dari kerjasama dengan pihak
lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(5) Lembaga Penjamin wajib melakukan evaluasi secara
berkala atas kerjasama dengan pihak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
BAB XII
Pasal 56
Penjamin;
d. sistem informasi dan komunikasi, yaitu suatu proses
penyajian laporan mengenai kegiatan operasional,
finansial, dan ketaatan atas peraturan perundang-
undangan dibidang usaha Penjaminan, Penjamin
Syariah, Penjamin Ulang, dan Penjaminan Ulang
Syariah;
e. tata cara monitoring, yaitu proses penilaian terhadap
kualitas sistem pengendalian internal termasuk fungsi
internal audit pada setiap tingkat dan unit struktur
organisasi Lembaga Penjamin, sehingga dapat
dilaksanakan secara optimal; dan
f. mekanisme pelaporan kepada Direksi dengan
tembusan kepada komite audit, dalam hal terjadi
penyimpangan kualitas sistem pengendalian internal
termasuk fungsi internal audit pada setiap tingkat dan
unit struktur organisasi Lembaga Penjamin.
BAB XIV
KETERBUKAAN INFORMASI
Pasal 59
ETIKA BISNIS
Pasal 61
PELAPORAN
Pasal 63
SANSKI
-47-
Pasal 65
c. peringatan ketiga.
(3) Lembaga Penjamin yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) namun pelanggaran
tersebut telah diselesaikan, tetap dikenakan sanksi
peringatan pertama yang berakhir dengan sendirinya.
(4) Dalam hal sampai dengan berakhirnya jangka waktu
peringatan ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Lembaga Penjamin tidak juga memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direksi, Dewan
Komisaris dan/atau PSP dikenakan penilaian kembali
kemampuan dan kepatutan.
Pasal 66
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 67
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 68