Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya beru kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-
teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga
makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kriitik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya
dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada Dosen kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Semoga laporan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Makassar, 06 September 2019,

Penyusun

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari baik disadari maupun tidak, kita sangat


berkaitan dengan zat kimia yang memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya
yaitu dalam bentuk larutan yang akan dibahas lebih jauh dalam makalah ini.
Misalnya larutan asam sulfat encer (H 2SO4) yang digunakan pada accumulator
timbal yang biasa digunakan sebagai aki pada mobil sehingga dapat
menghantarkan listrik dan menggerakkan mobil.
Demikian juga halnya dengan larutan-larutan lainnya, misalnya air suling,
larutan gula, asam asetat, amonia, asam sulfat, asam klorida, natrium klorida,
natrium hidroksida, dan masih banyak lagi.Secara garis besar larutan dibagi
menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit.Larutan elektrolit
dibagi lagi menjadi dua yaitu elektrolit kuat dan elektroit lemah.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka
perumusan dari makalah ini adalah :
1. Bagaimana Sifat Dasar Larutan
2. Bagaimana Komposisi Larutan
3. Apa saja Jenis – Jenis Larutan
4. Apa saja Macam – Macam Larutan
5. Bagaimana Konsentrasi Larutan
6. Bagaimana Sifat Koligatif Larutan
7. Bagaimana Pengaplikasian Larutan dalam Kehidupan Sehari – hari

2
1.3. Maksud Dan Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami sifat – sifat dasar larutan
2. Untuk mengetahui dan memahami konsep larutan
3. Untuk mengetahui dan memahami jenis – jenis larutan
4. Untuk mengetahui dan memahami macam – macam larutan
5. Untuk mengetahui dan memahami konsentrasi larutan
6. Untuk mengetahui dan memahami sifat koligatif larutan
7. Untuk mengetahui dan memahami pengaplikasian larutan dalam
kehidupan sehari – hari

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini pembaca dapat menambah wawasan


mengenai larutan, mulai dari sifat dasar, jenis-jenis dan macamnya larutan, apa
saja sifat koligatif dari larutan tersebut, serta pengapliksiannya dalam kehidupan
sehari – hari.

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Sifat Dasar Larutan

Larutan didefinisikan sebagai campuran dua atau lebih zat yang


membentuk satu macam fasa (homogen) dan sifat kimia setiap zat yang
membentuk larutan tidak berubah. Disebut campuran karena susunannya atau
komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam
sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan
dengan mikroskop optis sekalipun. Homogen juga dapat diartikan suatu kondisi
dimana tidak ada kecenderungan zat-zat dalam larutan terkonsentrasi pada bagian-
bagian tertentu, melainkan menyebar secara merata di seluruh campuran. Sifat-
sifat fisika zat yang dicampurkan dapat berubah atau tidak, tetapi sifat-sifat
kimianya tidak berubah.

Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya
udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain.
Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain.

Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute).
Pelarut adalah medium bagi zat terlarut yang dapat berperan serta dalam reaksi
kimia dalam larutan atau meninggalkan larutan karena pengendapan atau
penguapan. Dan uraian mengenai gejala ini memerlukan komposisi larutan.
Sedangkan zat terlarut adalah komponen dari larutan yang memiliki jumlah lebih
sedikit dalam sistem larutan. Selain ditentukan oleh kuantitas zat, istilah pelarut
dan terlarut juga ditentukan oleh sifat fisikanya (struktur). Pelarut memiliki
struktur tidak berubah, sedangkan zat terlarut dapat berubah. Contohnya yaitu
dapat kita lihat pada larutan garam. Di dalam larutan garam, air yang digunakan
lebih banyak daripada garam, sehingga air merupakan pelarutnya. Kemudian air
sendiri bentuknya tidak berubah (tetap cair) walaupun telah dicampur dengan

4
garam yang berbentuk kristal. Sebaliknya pada garam terjadi perubahan bentuk
dimana sebelumnya berbentuk kristal menjadi bentuk cair atau melarut dalam air,
sehingga disebut zat terlarut. Larutan sendiri dapat terjadi karena adanya gaya
tarik-menarik antara molekul-molekul solven dan solute. Pada bagian ini yang
dibahas adalah larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang
lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol.

2.2. Komposisi Larutan

Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam


konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut
membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Contoh larutan yang
umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti
garam atau gula dilarutkan dalam air.

Komposisi larutan adalah perbandingan zat-zat di dalam campuran.


Untuk menentukan komposisi larutan digunakan istilah kadar dan
konsentrasi. Kedua istilah ini menyatakan kuantitas zat terlarut dengan
satuan tertentu. Satuan yang digunakan untuk menyatakan kadar larutan
adalah persen berat (%b/b), persen volume (%V/V), dan bagian per sejuta
(bpj) atau ppm (part per million).

Persen berat menyatakan fraksi berat zat terlarut terhadap berat


larutan dalam satuan persen. Persen berat biasa diterapkan dalam
campuran padat-cair atau padat-padat. Persen volume menyatakan fraksi
volume zat terlarut terhadap volume larutan dalam satuan persen. Persen
volume biasa diterapkan untuk campuran cair-cair atau gas-cair.

Untuk menyatakan kadar suatu zat yang kuantitasnya sangat


sedikit, biasanya diungkapkan dalam satuan bagian per sejuta (bpj) atau
dalam bahasa inggrisnya part per million (ppm). Jumlah zat A maupun
jumlah pelarut dapat berupa satuan berat atau satuan volume, dengan
syarat kedua satuan sama atau disamakan terlebih dulu.

5
2.3. Jenis – Jenis Larutan
Larutan dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi berikut :
1. Jenis-Jenis Larutan Berdasarkan Wujud Pelarutnya
Berdasarkan wujud pelarutnya, larutan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
larutan cair, larutan padat, dan larutan gas.
a. Larutan cair, adalah larutan yang wujud pelarut (solvent) berupa zat cair.
Contoh larutan cair antara lain larutan gula, larutan garam, dan sebagainya.
b. Larutan padat, adalah larutan yang wujud pelarutnya berupa zat padat.
Contoh larutan padat adalah emas 22 karat yang merupakan campuran
homogen antara emas dan perak atau logam lain.
c. Larutan gas, adalah larutan yang wujud pelarutnya berupa zat gas. Contoh
larutan gas adalah udara yang kita hirup sehari-hari untuk bernafas.

2. Jenis-Jenis Larutan Berdasarkan Zat Terlarutnya


Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut (solute), larutan dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu larutan pekat dan larutan encer.
a. Larutan pekat, adalah larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute
dibandingkan dengan solvent.
b. Larutan encer, adalah larutan yang mengandung relatif lebih sedikit solute
dibandingkan dengan solvent.

3. Jenis-Jenis Larutan Berdasarkan Fase Zat Pelarut dan Terlarutnya


Berdasarkan zat terlarut dan pelarutnya, larutan dibedakan menjadi sembilan (9)
jenis, yakni sebagai berikut.
a. Larutan gas dalam gas, contohnya: udara.
b. Larutan gas dalam cairan, contohnya: air terkarbonisasi (CO2 dalam air).
c. Larutan gas dalam padatan, contohnya: Hidrogen dalam logam (platina).
d. Larutan cairan dalam gas, contohnya: uap air di udara.
e. Larutan cairan dalam cairan, contohnya: alkohol dalam air (bir).

6
f. Larutan cairan dalam padatan, contohnya: air dalam kayu, air dalam buah-
buahan, dan sebagainya.
g. Larutan padat dalam gas, contohnya: bau atau aroma.
h. Larutan padat dalam cairan, contohnya: air gula.
i. Larutan padat dalam padatan, contohnya: baja (campuran besi dan
karbon).

2.4. Macam – Macam Larutan

Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan


menjadi dua, yaitu:
a. Larutan Pekat
Larutan pekatyaitu larutan yang relatif mengandung lebih banyak
solute (zat telarut) dibanding solvent (zat pelarut) atau memiliki
konsentrasi yang lebih tinggi.
b. Larutan Encer
Larutan enceryaitu larutan yang relatif mengandung lebih sedikit
solute (zat telarut) dibanding solvent (zat pelarut) atau memiliki
konsentrasi yang lebih rendah.

Berdasarkan daya hantarnya, larutan dapat dibedakan menjadi


dua, yaitu:
a. Larutan Elektrolit
Larutan elektrolityaitu larutan yang dapat menghantarkan arus
listrik jika larutan tersebut mengandung partikel-partikel yang bermuatan
listrik (ion-ion) dan bergerak bebas di dalam larutannya.
Larutan elektrolit dapat dibagi menjadi dua, yaitu larutan elektrolit
kuat dan larutan elektrolit lemah.Larutan elektrolit kuat yaitu larutan yang
terbentuk dari zat elektrolit yang terurai atau terionisasi sempurna
(elektrolit kuat).Sedangkan larutan elektrolit lemah yaitu larutan yang
terbentuk dari zat elektrolit yang tidak terurai atau terionisasi secara
sempurna (elektrolit lemah).

7
b. Elektrolit kuat
Elektrolit kuat memiliki ciri-ciri antara lain; dapat
terionisasi sempurna, dapat menghantarkan arus listrik, lampu
menyala terang, serta memiliki gelembung gas.
Pada asam-asam kuat seperti HCl, HNO3, dan H2SO4, gugus
sisa asamnya memiliki daya tarik relatif kuat terhadap pasangan
elektron ikatan sehingga hampir semua molekul asam dalam air
terionisasi.Dapat dikatakan bahwa asam-asam tersebut terionisasi
sempurna.
HCl(aq) → H+(aq) + Cl–(aq)
Larutan elektrolit kuat tidak hanya berupa asam-asam kuat
(H2SO4, HCl). Namun dapat juga berupa basa-basa kuat (NaOH,
Ba(OH)2), serta garam (NaCl, KCl).

c. Elektrolit Lemah
Elektrolit lemah memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
terionisasi sebagian, dapat menghantarkan arus listrik, lampu
menyala redup, dan terdapat gelembung gas namun tidak sebanyak
pada elektrolit kuat.
Pada asam-asam lemah seperti CH3COOH, H2S, HCN, dan
H2SO3, gugus sisa asamnya memiliki daya tarik kurang kuat
sehingga tidak semua molekul-molekul asam ini dalam air
terionisasi, tetapi hanya sebagian kecil.Sisanya tetap dalam bentuk
molekulnya.

Tanda panah dua arah menunjukkan hanya sebagian kecil


dari asam asetat terurai menjadi ion-ionnya.Umumnya tetap
sebagai molekul.
Larutan elektrolit lemah biasanya berupa senyawa-senyawa
dari asam lemah (HCN, CH3COOH) serta basa lemah
(NH4OH, Al(OH)3 ).

8
d. Larutan Non Eletrolit
Larutan non elektrolit yaitu larutan yang molekul-
molekulnya tidak terionisasi sehingga tidak ada ion-ion yang dapat
menghantarkan arus listrik.
Contohnya seperti larutan gula, larutan urea, larutan
alkohol.Zat non elektrolit dalam larutan, tidak terurai menjadi ion-
ion tetapi tetap berupa molekul.

Berikut tabel penjelasan mengenai larutan elektrolit dan larutan non


elektrolit:
Jenis Larutan Sifat dan Pengamatan Lain Contoh Senyawa Reaksi Ionisasi
Elektrolit terionisasi sempurna NaCl, HCl, NaCl  Na+ + Cl-
Kuat menghantarkan arus listrik NaOH, NaOH  Na+ + OH-
lampu menyala terang H2SO4,KCl H2SO4  2 H+ + SO42-
terdapat gelembung gas   KCl  K+ + Cl-

Elektrolit terionisasi sebagian NH4OH, NH4OH  NH4+ + OH-


Lemah menghantarkan arus listrik HCN, Al(OH)3 HCN  H+ + CN-
lampu menyala redup   Al(OH)3  Al3+ + 3OH-

terdapat gelembung gas    

Non tidak terionisasi C6H12O6, C6H12O6,C12H22O11,


Elektrolit C12H22O11,
tidak menghantarkan listrik CO(NH2)2 C2H5OH CO(NH2)2

lampu tidak menyala    


tidak terdapat gelembung  
 C2H5OH
gas

Berdasarkan kejenuhannya, larutan dapat dibedakan menjadi:


a. Larutan Sangat Jenuh
Larutan sangat jenuh yaitusuatu larutan yang mengandung lebih
banyak solute (zat terlarut) daripada yang diperlukan untuk larutan

9
jenuh.Larutan tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi
endapan.Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion
> Ksp sehingga menyebabkan pengendapan (kelewat jenuh).
b. Larutan Jenuh
Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang partikel- partikelnya tepat
habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal).
Larutan jenuh terjadi apabila hasil konsentrasi ion = Ksp maka larutan
tersebut tepat jenuh.
c. Larutan Tak Jenuh
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat
terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan
jenuh.Larutan ini partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan
pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila
hasil kali konsentrasi ion < Ksp ( masih dapat larut).

Larutan Asam-Basa
a. Asam  Basa  Menurut Arhenius
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang bila dilarutkan di dalam
air meningkatkan konsentrasi ion H+(aq). Asam Arrhenius dirumuskan
sebagai HxZ, yang dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut:
HxZ ⎯⎯→ x H+ + Zx-
Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut
valensi asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah
melepaskan ion H+ disebut ion sisa asam.
Berdasarkan valensinya, asam dibedakan atas:
· Asam bervalensi satu, misalnya: HCl, HCN, HNO3, CH3COOH,
dan lain-lain.
· Asam bervalensi dua, misalnya: H2SO4, H2CrO4, H2CO3, dan lain-
lain.
· Asam bervalensi tiga, misalnya: H3PO4, H3AsO4, dan lain-lain.

10
Sifat-sifat asam diantaranya, yaitu di dalam air menghasilkan ion
H+ , dapat mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah, larutannya
dalam air dapat menghantarkan arus listrik (larutan elektrolit), dan dapat
menyebabkan perkaratan pada logam (korosif).
Basa adalah zat yang bila dilarutkan di dalam air dapat
meningkatkan konsentrasi ion OH-(aq).Jadi, pembawa sifat basa adalah ion
OH-.
Jumlah ion OH- yang dapat dihasilkan oleh satu molekul basa
disebut valensi atau martabat basa. Berdasarkan valensinya basa dibedakan
atas:
· Basa bervalensi satu, misalnya: NaOH, KOH, AgOH, NH4OH, dan
lain-lain.
· Basa bervalensi dua, misalnya: Ca(OH)2, Mg(OH)2,Fe(OH)2, dan
lain-lain.
· Basa bervalensi tiga, misalnya: Fe(OH)3, Cr(OH)3, dan lain-lain.
Sifat yang dimiliki oleh basa, yaitu jika di dalam air dapat
menghasilkan ion OH-, dapat mengubah warna kertas lakmus merah
menjadi biru, larutannya dalam air dapat menghantarkan arus listrik
(larutan elektrolit), dan jika mengenai kulit, maka dapat menyebabkan
kulit melepuh (kaustik).

 Walaupun teori Arrhenius berhasil mengungkapkan beberapa


kasus, tetapi memiliki keterbatasan. Selain hanya memandang aspek reaksi
asam-basa di dalam pelarut air, juga pembentukan ion H+ atau ion OH
merupakan kekhasan teori asam-basa Arrhenius. Artinya jika suatu reaksi
tidak membentuk ion H+ atau ion OH tidak dapat dikatakan sebagai asam
atau basa.

b. Teori Asam Basa Brønsted–Lowry

11
Menurut Brønsted-Lowry, dalam reaksi yang melibatkan transfer
proton, asam adalah spesi yang bertindak sebagai donor proton. Contoh
pada reaksi asam ini dapat dilihat sebagai berikut:
HCl  +  H2O   -->   H3O+  +  Cl-
Sedangkan basa adalah spesi yang bertindak sebagai akseptor
proton. Contoh dari reaksi basa ini dapat dilihat pada:
NH3  +  H2O  --> NH4+  +  OH-
Proton (ion H+) dalam air tidak berdiri sendiri melainkan terikat
pada molekul air karena atom O pada molekul H 2O memiliki pasangan
elektron bebas yang dapat digunakan untuk berikatan kovalen koordinasi
dengan proton membentuk ion hidronium, H3O+. Persamaan reaksinya:
H2O(l) + H+(aq) → H3O+(aq)
Dalam larutan, asam atau basa lemah akan membentuk
kesetimbangan dengan pelarutnya. Misalnya HF dalam pelarut air dan
NH3 dalam air.

Pasangan a1 – b2 dan a2 – b1 merupakan pasangan asam – basa


konjugasi.Asam konjugasi yaitu asam yang terbentuk dari basa yang
menerima proton.Basa konjugasi yaitu basa yang terbentuk dari asam yang
melepas proton
Teori Brönsted – Lowry memperkenalkan adanya zat yang dapat
bersifat asam maupun basa, yang disebut sebagai zat amfoter. Contohnya
adalah air. Di dalam larutan basa, air akan bersifat asam dan mengeluarkan

12
ion positif (H3O+). Sedangkan dalam larutan asam, air akan bersifat basa
dan mengeluarkan ion negatif (OH-).

c. Asam-Basa Lewis
Pada umumnya definisi asam-basa mengikuti apa yang dinyatakan
oleh Arrhenius atau Bronsted-Lowry, tapi dengan adanya struktur yang
diajukan Lewis muncul definisi asam dan basa baru. Asam Lewis
didefinisikan sebagai spesi yang menerima pasangan electron dan
merupakan senyawa dengan elektron valensi < 8.Basa Lewis didefinisikan
sebagai spesi yang memberikan pasangan electron dan mempunyai
pasangan elektron bebas.
Reaksi antara boron trifluorida dengan amonia menurut teori ini
merupakan reaksi asam-basa; dalam hal ini boron trifluorida berindak
sebagai asam dan amonia sebagai basa. Dengan menggunakan diagram
dot-elektron, persamaan reaksi kedua spesies ini dapat dituliskan sebagai
berikut:

Di dalam kulit valensi atom pusat N dalam molekul NH3, terdapat


tiga pasang elektron ikatan (N-H) dan satu pasang elektron menyendiri,
sedangkan untuk atom pusat B alam molekul BF 3 terdapat tiga pasang
elektron ikatan (B-F). Sepasang elektron menyendiri atom elektron non
bonding ini dapat disumbangkan kepada atom pusat B untuk kemudian
dimiliki bersama-sama, Dengan demikian terjadi ikatan kovalen koordinat
B-N dan struktur yang terjadi berupa dua bangun tetrahedron bersekutu
pada salah satu sudutnya.
d. Kekuatan Asam- Basa

13
Asam dapat dibedakan menjadi asam kuat dan asam
lemah, begitu pula basa. Reaksi ionisasi asam kuat, secara umum
dapat ditulis
· Asam kuat
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini
mengion seluruhnya (α = 1 Untuk menyatakan derajat 
keasamannya, dapat ditentukan langsung dari konsentrasi
asamnya dengan melihat valensinya.
· Asam lemah
Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini
tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1).Penentuan
besarnya derajat keasaman tidak dapat ditentukan langsung
dari konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam kuat).
· Basa kuat
Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini
mengion seluruhnya (α = 1). Pada penentuan derajat
keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai pOH
dari konsentrasi basanya.
· Basa lemah
Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini
tidak mengion seluruhnya,  α  ≠ 1, (0 <  α < 1). Penentuan
besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung
dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat).

e. Larutan Penyangga (Buffer)


Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang dapat
mempertahankan pH tertentu terhadap usaha mengubah pH, seperti
penambahan asam, basa, ataupun Pengenceran. Dengan kata lain pH
larutan penyangga tidak akan berubah walaupun pada larutan tersebut
ditambahkan sedikit asam kuat, basa kuat atau larutan tersebut diencerkan.
Jadi, ada 2 jenis larutan penyangga yaitu:

14
§ Larutan penyangga asam yang terdiri dari campuran asam lemah dan
basa konjugasinya.
§ Larutan penyangga basa yang terdiri dari campuran basa lemah dan
asam konjugasinya.
Larutan penyangga dapat dibuat secaralangsung dan secara tidak
langsung.Hal ini tergantung dari sumber asam konjugasi/basa konjugasi
dari asam lemah/ basa lemahnya.
Perhatikan peta konsep berikut!

a. Sistem penyangga asam dan basa konjugasinya


Larutan penyangga ini dibuat secara langsung dari campuran asam
lemah dengan basa konjugasinya atau campuran asam lemah dengan
garamnya.
Contoh :
Mereaksikan :
CH3COOH dari CH3COONa            :
CH3COOH           : asam lemah
CH3COONa         : basa konjugasi
H3PO4 dan NaH2PO4                      :

15
H3PO4                      : asam lemah
NaH2PO4                 : basa konjugasi
Selain dibuat secara langsung, juga dapat dibuat secara tidak
langsung, yakni dengan mereaksikan asam lemah berlebihan dengan basa
kuat.
Contoh :
Mereaksikan 100 mL larutan  CH3COOH 0,1M dengan 50 mL
NaOH 0,1M sehingga secara stokiometri dalam 150 mL campuran yang
dihasilkan terdapat 0,005 mol CH3COOH (sisa reaksi) dan CH3COO-
(hasil reaksi)

b. Sistem penyangga basa dan asam konjugasinya


Larutan penyangga ini dibuat secara langsung dari campuran basa
lemah dengan asam konjugasinya atau campuran basa lemah dengan
garamnya.
Contoh :
Mereaksikan larutan NH3atau NH4OH dengan larutan NH4Cl
sehingga terdapat NH4OHdan NH4+ yang berasal dari ionisasi NH4Cl.
Selain dibuat secara langsung juga dapat dibuat secara tidak
langsung, yakni dengan mereaksikan basa lemah berlebihan dengan asam
kuat.
Contoh :

16
Mereaksikan 100 mL larutan NH4OH 0,1M dengan 50 mL larutan
HCl 0,1M sehingga secara stokiometri dalam 150 mL campuran yang
dihasilkan terdapat 0,005 mol NH4OH (sisa reaksi) dan NH4+ (hasil reaksi)

2.5. Konsentrasi
Untuk menyatakan jumlah atau banyak zat terlarut dalam suatu
larutan digunakan istilah konsentrasi. Terdapat beberapa metode yang
digunakan untuk menyatakan konsentrasi zat terlarut di dalam larutan.
1. Persen massa 

Contoh :
a. Berapa % gula dalam larutan yang dibuat dengan
melarutkan 10 g gula dalam 70 g air.

b. Berapa gram gula yang terdapat dalam 500 gram larutan


12% massa gula

 
2. Persen volume
    

17
Konsentrasi suatu larutan dari dua cairan dinyatakan sebagai presentasi
volume. Hal ini bisanya dijumpai pada konsentrasi minuman beralkohol.
Misalnya vodka yang
mengandung 15 persen
alkohol artinya didalam 100 mL vodka terdapat 15 mL alkohol.
Misalnya menentukan % volume alkohol dari suatu campuran. 40 mL alkohol
dicampur 50 mL aseton maka:

 
 
3. PPM dan PPB
Untuk larutan yang sangat sangat encer untuk menyatakan konsentrasi
digunakan satuan parts per million atau bagian perjuta (ppm), dan parts per billion
atau bagian per milliar (ppb).

Larutan dengan konsentrasi 1 bpj artinya mengandung 1 gram zat terlarut


didalam tiap 1 juta gram larutan atau 1 mg zat terlarut dalam tiap 1 kg larutan.

Karena larutan yang sangat encer memiliki massa jenis = 1 g/mL, maka 1
bpj diartikan sebagai 1 miligram zat terlarut dalam 1 liter larutan.
 
 

4. Molalitas
Kemolalan menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 Kg pelarut.

18
Dengan, Mr = massa molar, P = berat pelarut (gram)

Contoh :
1) Berapa molal larutan NaCl jika diketahui persen massa NaCl = 10%
Jawab :

2) Berapa molalitas larutan yang dibuat dengan


melarutkan 3 g urea (CO(NH)2)2) di dalam 500 g air? (Mr urea = 60)
Jawab

 
5. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan atau jumlah
milimol zat terlarut dalam 1 mL larutan.
 

Larutan 0,50M artinya 0,50 mol zat dalam satu liter


larutan atau 0,50 milimol zat dalam 1 mL larutan.

19
1L = 1 dm3 = 1000 mL = 1000 cm3
1 mol = 1000 mmol
 Contoh
                 Jika di dalam suatu botol pereaksi terdapat terdapat 250 mL larutan
NaOH (Mr = 40) yang  konsentrasinya 0,4M. maka
a. Berapa jumlah mol NaOH yang terkandung di dalam larutan tersebut
b. Berapa gram NaOH yang terlarut di dalam larutan tersebut
 
Jawab
a. Volume larutan = 250 mL = 0,25 L
Mol NaOH yang terlarut = 0,25 L x 0,4 mol/L = 0,10 mol
b. Gram NaOH yang terlarut dalam larutan = mol NaOH x Mr NaOH
= 0,1 mol x 40 g/mol = 4 g
Hubungan molaritas larutan dengan % massa

 
       Didalam laboratorium tersedia larutan asam format (CHO 2H) 4,6%. (Ar H =
1, C = 12 dan O = 16) dengan massa jenis 1,01 g/mL. Tentukan konsentrasi
larutan tersebut…
Jawab

Atau
v Massa larutan = 1000 mL x 1,01 g/mL = 1010 g

20
v Massa zat terlarut = % massa x massa larutan = 4,6/100 x 1010 g = 46,46 g
v Mol CHO2H yang larut dalam 1 liter larutan = 46,46 g/46 g/mol = 1,01 mol
 
 

6. Fraksi mol (X)


               Fraksi mol menyatakan jumlah mol zat terlarut atau jumlah mol pelarut
dalam jumlah mol total larutan.

Contoh
1) Dalam suatu larutan 16% massa naftalena dalam benzena, tentukan fraksi mol
masing-masing zat, jika diketahui Mr naftalena = 128 dan Mr benzena = 78?
Misalkan larutan total = 100 g

Hubungan Fraksi Mol, Kemolalan dan Kemolaran


Konstrasi larutan dapat dikonfersikan dari satuan ke satuan yang
lain.misalnya suatu larutan 40% NaNO3 dengan massa jenis 1,36 g/mL. Hitunglah
fraksi mol, kemolalan dan kemolaran dari NaNO3? (Mr = 85)

21
Jawab
 
Massa larutan = 1000 mL x massa jenis
= 1000 mL x 1,36 g/mL
= 1360 gram
NaNO3 yang terlarut dalam 1 liter larutan

Massa molar NaNO3 = 85 g/mol

Jumlah air dalam larutan


= massa larutan – massa NaNO3
= (1360-544) gram = 816 g
= 816 / 18 = 45,33 mol
 a. Fraksi mol NaNO3

Fraksi mol H2O

b. Kemolalan

22
 
c. Kemolaran

2.6. Sifat Koligatif


Kata koligatif berasal dari kata latin colligare yang artinya “ berkumpul
bersama”. Sifat koligatif dipengaruhi pada kebersamaan partikel namun tidak
bergantung pada sifat maupun keadaan partikel masing-masing. Berarti, sifat
koligatif larutan merupakan sifat larutan yang tidak tergantung pada jenis zat
terlarut namun hanya tergantung pada jumlah partikel zat terlarut dalamlarutan.
Larutan sendiri terdiri dari zat terlarut dan pelarut.

a. Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit


1. Penurunan Tekanan Uap

23
Apabila zat terlarut itu memiliki sifat non-volatil atau tidak mudah untuk
menguap (tekanan uapnya tidak bisa diukur), maka tekanan uap yang berasal dari
larutan itu akan selalu lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murni yang
volatil, dalam perhitungan ideal seharusnya tekanan uap dari pelarut volatil itu
diatas larutan yang memiliki zat terlarut non-volatil berbanding lurus kepada
konsenterasi pelarut didalam larutan, sedangkan hubungan yang ada dalam sifat
koligatif larutan ini bisa dinyatakan secara kuantitatif didalam hukum Raoult yang
berbunyi

Pº adalah tekanan uap zat cair yang murni


P adalah tekanan uap suatu larutan

Di tahun 1878 ada seorang ilmuwan dari perancis yaitu Marie Francois Raoult
yang melakukan percobaan mengenai tekanan uap jenih larutan, dan dia bisa
mendapatkan kesimpulkan kalau tekanan uap jenuh larutan itu sama dengan fraksi

nimol pelarut yang dikalikan dengan tekanan uap jenuh pelarut murni, dan
kesimpulan ini yang dikenal sebagai hukum Raoult yang sudah kami tulis diatas.

2. Kenaikan Titik Didih

24
Dan kenaikan titik didih zat cair itu adalah suhu yang tetap disaat zat cair
itu mendidih, di titik suhu ini tekanan uap zat cair itu sama dengan suhu dari udara
yang ada di sekitarnya, dan hal tersebut mengakibatkan adanya penguapan pada
semua bagian dari zat cair, titik didih suatu zat cair itu bisa diukur di tekanan 1
atmosfer, dan dari hasil dari penelitian ternyata titik didih larutan itu memang
selalu lebih tinggi jika dibandingkan dari titik didih pelarut murninya, dan hal ini

memang disebabkan karena ada partikel-partikel zat terlarut yang ada didalam
suatu larutan yang menghalangi adanya penguapan partikel-partikel pelarut, dan
karena adanya hal tersebut maka partikel-partikel pelarut itu membutuhkan energi
yang jauh lebih besar, kemudian perbedaan dari titik didih larutan itu dengan titik
didih pelarut murni itu bisa disebut sebagai kenaikan titik didih yang bisa
dinyatakan dengan ΔTb, sedangkan persamaanya juga bisa ditulis sebagai berikut

ΔTb itu sama dengan kenaikan titik didih ( ºC)


kb itu adalah tetapan kenaikan titik didih molal ( ºC kg/mol)
m itu adalah molalitas larutan (mol/kg)
Mr itu adalah molekul relatif
P itu adalah jumlah masa zat (kg)

Tabel Kenaikan Titik Didih Dengan beberapa pelarut

25
3. Penurunan Titik Beku

Di larutan yang menggunakan pelarut volatil dan zat terlarut non-volatil,


itu hanya pertikel-partikel pelarut yang bisa menguap dari larutan yang
menyebabkan partikel-partikel dari zat terlarut itu tertinggal, dan hal serupa ini
juga terjadi didalam banyak sekali kasus yang ada seperti partikel-partikel pelarut
saja yang bisa memadat atau membeku, dan meninggalkan partikel-partikel
terlarut yang membentuk larutan yang memiliki konsenterasi lebih pekar, dan titik

beku pada suatu larutan itu adalah temperatur dimana tekanan daru uap larutan itu
sama dengan uap pelarut murni, di temperatur inidua fasa=berada dalam
kesetimbangan-pelarut padat dan larutan cair.

Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan tekanan uap dari tekanan
uap pelarut, larutan itu membeku di temperatur yang lebih rendah dibandingkan
titik beku pelarut murni- titik beku larutan, Tf  lebih rendah daripada titik beku
learut murni Tf º, dan dengan kata lain jumlah dari partikel-partikel pelarut yang
bisa keluar masuk padatan yang membeku persatuan waktu menjadi sama di
temperatur yang lebih rendah, dan sifat koligatif larutanitu berupa penurunan dari
titik beku ΔTf, yaitu Tf° – Tf yang berbanding lurus pada konsentrasi (molalitas,
m) larutan, sebagaimana bisa disebutkan :dan Kf itu merupakan konstanta
penurunan dari titik beku molal (didalam satuan °C/m) sedangkan m itu adalah
molalitas dari larutan.

4. Tekanan Osmotik

Tekanan osmotik itu adalah gaya yang dibutuhkan untuk bisa


mengimbangi desakan dari zat pelarut yang melalui selaput semiperniabel yang
ada di dalam larutan, membran semipermeabel itu merupakan suatau selaput yang
bisa dilalui oleh molekul-molekul pelarut dan tidak bisa dilalui oleh zat terlarut,

26
dan menurut Van’t Hoff tekanan osmotik larutan ini bisa dirumuskan sebagai
berikut

Keterangan :

IIadalah tekanan osmotik

M adalah molaritas suatua larutan

R adalah tetapan gas (0,082)

Tadalah suhu mutlak

8. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit

Di konsenterasi yang sama, sifat koligatif larutan elektrolit memiliki


jumlah nilai yang lebih besar dibandingkan sifat koligatif larutan non
elektrolit, dan banyaknya partikel-partikel zat terlarut hasil dari reaksi ionisasi
larutan elektrolit ini bisa dirumuskan didalam faktor Van’t Hoff, untuk

perhitungan sifat koligatif larutan elektrolit ini selalu menggunakan perkalian


faktor van’t hoff sebagai berikut :

Keterangan :

i adalah faktor van’t hoff

n adalah jumlah koefisien kation

∝ adalah derajat ionisasi

2.7. Pengaplikasian Larutan

27
Larutan terbentuk dengan mencampur zat terlarut dalam pelarut.
Kita bisa menemukan sejumlah contoh larutan dalam kehidupan sehari-
hari. Berikut adalah daftar contoh larutan dalam kehidupan sehari-hari:
1. Larutan garam terbentuk saat kita mencampur garam (umumnya garam
dapur) dalam air. Dalam larutan garam, air adalah pelarut dan garam
adalah zat terlarut.
2. Larutan gula dibentuk dengan mencampur gula dalam air.
3. Obat kumur terdiri dari sejumlah bahan kimia yang dilarutkan dalam air.
4. Tingtur iodin diperoleh dengan melarutkan kristal yodium dalam alkohol.
5. Soda mengandung gula, karbon dioksida, warna, dan lain-lain dalam air.
6. Kool Aid mengandung gula dan warna dalam air.
7. Cuka diperoleh saat kita mencampur asam asetat dalam air.
8. Larutan hidrogen peroksida terbentuk dengan mencampur hidrogen
peroksida dalam air.
9. Larutan deterjen diperoleh dengan mencampur deterjen dalam air.
10. Pembersih jendela terdiri dari sejumlah bahan kimia dan wangi-wangian
yang dilarutkan dalam air.
11. Larutan larutan asam sulfat yang terdapat pada aki.
12. Larutan asam karbonat yang terdapat dalam tubuh, sebagai larutan
penyangga/buffer.
13. Larutan asam klorida terdapat di lambung
14. Larutan natrium hidroksida terbentuk dengan mencampurkan natrium
hidroksida dalam air
15. Larutan kalium hidroksida terbentuk dengan mencampurkan kalium
hidroksida dalam air
16. Cat dalam ticner
17. Minyak parfum dalam alcohol
18. Minyak atsiri dalam alcohol
19. Larutan asam nitrat
20. Larutan urea
21. Larutan propanol

28
22. Larutan amoniak
23. Larutan magnesium klorida
24. Larutan natrium asetat
25. Larutan asam fosfat

Berikut ini untuk pengaplikasian khusus untuk larutan penyangga :


1. Dalam bidang obat-obatan misalnya obat tetes mata. Obat tetes mata yang
kita gunakan sehari-hari juga menggunakan system larutan buffer agar
pada saat di teteskan ke mata manusia, dapat diterima oleh kondisi tubuh
manusia. Suasana pH pada obat tetes mata tersebut disesuaikan
dengankondisi pH manusia agar tidak menimbulkan bahaya.
2. Sistem larutan penyangga atau buffer tersebut terdapat dalam cairan tubuh
manusia yakni cairan intra sel dan ekstra sel. Komponen yang berfungsi
sebagai penyangga di dalam tubuh manusia adalah komponen H2PO4-
danHPO42-. Buffer ini berfungsi untuk mempertahankan harga pH dalam
tubuh manusia yakni sekitar 7,4.
3. Adanya larutan penyangga ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari
seperti pada obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna.
4. Menjaga pH pada plasma darah agar berada pada pH berkisar 7,35 –
7,45,yaitudari ion HCO3-dengan ion Na+. Apabila pH darah lebihdari
7,45 akan mengalami alkalosis, akibatnya terjdi hiperventilasi/ bernapas
berlebihan. Apabila pH darah kurang dari 7,35 akan mengalami acidosis
akibatnya jantung, ginjal, hati dan pencernaan akan terganggu.
5. Menjaga pH cairan tubuh agar ekskresi ion H+pada ginjal tidak terganggu,
yaitu asam dihidrogenposphat (H2PO4-) dengan basa
monohidrogenposphat (HPO4-2).
6. Menjaga pH makanan olahan dalam kaleng agar tidak mudah rusak
/teroksidasi (asam benzoat dengan natrium benzoat).
7. Dalam bidang industri, terutama bidang farmasi (obat-obatan), diperlukan
keadaan pH yang stabil. Perubahan pH akan menyebabkan khasiat zat aktif
dalam obat-obatan akanterus berkurang atau hilang sama sekali. Untuk

29
obat suntik dan obat yang dapat menimbulkan iritasi seperti tetes mata, pH
obat-obatan tersebut harus disesuaikan dengan pH cairan tubuh. pH Obat
suntik harus disesuaikan dengan pH darah agar tidak terjad iasidosis atau
alkalosis pada darah
8. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk
mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion
logam membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion
logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai pengawet dan
penghilang kesadahan air. Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk
serbuk kristal berwarna putih. Serbuk Kristal tersebut dapat berupa
bentukan hydrous(bebas air), atau bentuk monohidrat yang mengandung
satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat. Bentukanhydrousasam
sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk monohidrat
didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Bentuk
monohidrat tersebut dapat diubah menjadi bentukan hydrous dengan
pemanasan di atas 74 °C.
9. Penggunaan utama asam sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi cita rasa
dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan. Kode
asam sitrat sebagai zat aditif makanan (E number) adalah E330. Garam
sitrat dengan berbagai jenis logam digunakan untuk menyediakan logam
tersebut (sebagai bentuk biologis) dalam banyak suplemen makanan. Sifat
sitrat sebagai larutan penyangga digunakan sebagai pengendali pH dalam
larutan pembersih dalam rumah tangga dan obat-obatan.
10. Kemampuan asam sitrat untuk mengkelat logam menjadikannya berguna
sebagai bahan sabun dan deterjen. Dengan mengkelat logam pada air
sadah, asam sitrat memungkinkan sabun dan deterjen membentuk busa dan
berfungsi denganbaik tanpa penambahan zat penghilang kesadahan.

30
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sifat dasar larutan adalah campuran yang bersfiat homogen antara


molekul, atom, ataupun ion dari suatu zat atau lebih. Disebut campuran karena
susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena
susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian – bagian
yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.

31
DAFTAR PUSTAKA

http://kimiafarmasi.wordpress.com/2010/09/04/larutan/

http://www.ilmukimia.org/2013/01/asam-basa-lewis.html

http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-

Pendamping/Praweda/Kimia/0184%20Kim%202-1b.htm

http://bisakimia.com/2014/02/16/larutan-penyangga-part-1/

https://blogmipa-kimia.blogspot.com/2018/01/pengertian-sifat-jenis-

komponen-daya-hantar-listrik-dan-contoh-larutan.html?m=0

32
https://www.academia.edu/8638189/MAKALAH_KIMIA_FARMASI_D
ASAR_LARUTAN

33

Anda mungkin juga menyukai