Anda di halaman 1dari 5

JUDUL :“KOS BHINNEKA.

Cast :

- Maria (Penganut Agama Kristen)

- Nurul (Penganut Agama Islam)

- Made (Penganut Agama Hindu)

- Ferris (Penganut Agama Buddha)

- Tian (Penganut Agama Konghucu)

- Ibu Kos

- Driver Grab (Cameo)

“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk


agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.” – UUD 1945 PASAL 29 AYAT 2

SCENE 1

Maria melangkahkan kedua kakinya santai, menyusuri trotoar pinggir


jalan yang cukup ramai di bawah sinar matahari menjelang senja.

Maria : (berjalan)

- PROLOG + MONOLOG –

“Hai, namaku Maria. Dari namaku saja kalian pasti sudah tahu, bukan?
Ya, aku adalah seorang Kristiani. Indonesia memberikan kebebasan
bagi setiap warga negaranya untuk memeluk keyakinannya masing-
masing, diantaranya yaitu agama Islam, Kristen, Hindu, Buddha dan
Konghucu. Akan tetapi, biar kuberi tahu kalian satu rahasia,
meskipun agamaku adalah salah satu dari 5 agama yang diakui negeri
ini, terkadang aku merasa tidak percaya diri dengan statusku sebagai
minoritas. Hal itu cukup untuk membuatku berpikir, apakah orang lain
juga pernah merasakan hal yang sama sepertiku? Oleh karena itu, aku
selalu berharap orang-orang disekitarku dan juga diriku sendiri bisa
menunjukkan rasa toleransi yang tinggi.”

(yang di shoot : bendera [pas “Indonesia memberikan...”], lambang


tiap agama [“yakni Islam, Kristen,...”], orang-orang sekitar [“oleh
karena itu, aku selalu...”])

“Oh ya, bicara soal toleransi, aku jadi teringat dengan teman-
temanku. Mereka adalah Nurul, Made, Ferris dan juga Tian. Nurul
adalah seorang Muslimah, Made beragama Hindu, Ferris penganut agama
Buddha dan Tian beragama Konghucu. Kami berlima tinggal di
lingkungan kos yang sama. Awalnya, tinggal bersama orang-orang
dengan berbagai agama yang berbeda cukup membuat kami merasa
canggung satu sama lain, misalnya saat makan bersama.” (di shoot
mukanya satu-satu, pas “Mereka adalah Nurul, Made...”)

*flashback*

(Setting : kelimanya berkumpul di meja makan bersama Ibu Kos. Ada


yang saling lirik, saling senggol, dan ada juga yang memerhatikan
lauk di atas meja.)

Ibu Kos : Lah kok pada bengong, hayuk atuh dimakan, cepet! Cobain
masakan Ibu. Pasti enak! (meletakkan lauk di atas piring anak-anak)

Maria, Nurul, Tian, Ferris : Makasih, Bu.

Made : (menolak halus) Maaf Bu, saya gak bisa makan daging sapi.

Ferris : (asyik makan, menyadari situasi) Oh, yaudah nih makan ini
aja. Daging ayam boleh kan? Enak banget, cobain! (memberikan daging
ke piring Made, Made tersenyum menyambut.)

Made : Makasih, Bang.

Tian : (memukul tangan Ferris saat hendak menyuap) Berdoa dulu baru
makan!

Ferris : Oh ya, lupa bro, hehe.

Ibu Kos : Yowes, ayo kita berdoa dulu ya. Biar Ibu yang pimpin.

All : Hah? (kebingungan)

Made : Gi, gimana Bu maksudnya..? (suasana mendadak kaku, ada yang


menggaruk kepala, memegang tengkuk, dll.)

Maria : Maksudnya, berdoa sesuai agama masing-masing. (semua menoleh


ke Maria, Maria kikuk.)

(Monolog : krik, krik.. “apa hanya aku yang agamanya berbeda?”)

Maria : (tersenyum kaku) Hehe, silakan.. (semuanya berdoa sesuai


agama masing-masing, lalu mulai makan.)
SCENE 2

(Setting : kembali ke jalanan)

Maria :

“Haha, itu baru satu kejadian. Aku bahkan masih ingat betul saat
pertama kali Nurul datang ke kos untuk menjadi teman sekamarku,
dengan hijab cantiknya dia berdiri sendirian di depan pintu kamar
dengan koper besar dan peralatan sholat di tangan.”

*flashback*

Maria : (keluar dari kamar) Eh, Nurul ya? Anak kos baru?

Nurul : Iya, Assalamualaikum. (Maria tersenyum, menjabat tangan


Nurul)

(Adzan berkumandang)

Maria : Hhm, kebetulan udah adzan tuh. Yuk, masuk! Sholat di dalem.
Sini gue bantuin. (Maria menarik koper Nurul, Nurul masuk ke dalam
kos dan langsung menggelar sajadahnya.)

Nurul : Maaf, kiblatnya kemana ya?

Maria : Huh? (baru ngeh) ah... kiblat, ke barat ya. Hhm, barat-
barat,.. kesana!

Nurul : Makasih. Oh ya, kamar mandinya di luar kan? Aku ambil wudhu
dulu ya.

Maria : Iya, silakan. (Nurul keluar kamar. Maria melihat kalung


salibnya tergantung di dinding, tepat ke arah kiblat Sholat Nurul.)

Maria : (mengambil kalungnya, dipindahkan) [shoot kalungnya di


tangan Maria]

SCENE 3

(Teks di layar : another day...)

(Setting : depan kamar kos. Ferris dan Tian sedang duduk di samping
pintu kamar Made, memainkan game di ponsel, gaduh, berisik.)

Maria : (keluar kamar) Guys! (Ferris dan Tian menoleh) Sstt! Made
lagi nyepi. (menunjuk kamar Made yang gelap di seberang)

Ferris : Oh ya, duh. Thanks udah ngingetin Mar. Btw, lo mau kemana?
Rapi amat pagi-pagi.

Maria : Biasa, kebaktian Minggu.


Ferris : Ayo gua anterin, sekalian gua nanti mau ke kuil.

Maria : Boleh, yuk!

Tian : Wey, game-nya gimana nih?!

Ferris : Lanjutin sendiri! (ke lantai bawah dengan Maria)

(Nurul keluar kamar)

Ferris : Eh mau pergi juga Rul?

Nurul : Iya nih, acara kampus.

Ferris : Oh.., perlu gua anterin gak?

Nurul : Gak usah, makasih. Udah pesen ojol kok di bawah.

Ferris : Oke deh kalau gitu. (Nurul mengangguk dan turun ke bawah.)

Ibu Kos : (memanggil Nurul) Nurul, mukena-mu ketinggalan, Nak!

Ferris : Sini, Bu, biar saya yang kasih. (mengejar ojol yang dinaiki
Nurul) Rul!!! Mukena-nya ketinggalan!!!

Nurul : (berhenti, turun dari motor) Oh ya lupa, makasih ya Fer.

Ferris : (memberikan mukena, nafasnya tersengal) ...sama-sama, hati-


hati ya. (Nurul melambai)

SCENE 4

Maria :

“Meskipun butuh waktu untuk menyesuaikan diri, tapi dari sinilah


aku, dan kami semua belajar bagaimana caranya menghargai berbagai
perbedaan, indahnya saling menghormati, dan bahagianya hidup dalam
kerukunan.” (shoot adegan lagi ngobrol-ngobrol bareng, bercanda,
ketawa, dll.)

(kembali ke jalan) “Oh ya, aku lupa memberitahu kalian, aku adalah
calon biarawati. Saat ini aku sedang dalam perjalanan menuju gereja
tempatku mengabdi. Berhubung saat ini adalah Bulan Ramadhan bagi
umat Muslim, aku dan beberapa sukarelawan dari berbagai agama akan
mengadakan acara buka puasa bersama untuk warga sekitar. Dan
mereka... juga ada disana. Teman-temanku!” (Maria tersenyum, kamera
diarahkan ke Nurul, Made, Ferris, Tian sibuk mempersiapkan meja,
kursi, makanan, dll.)

Nurul : Maria!!! (melambai dari jauh, semuanya menoleh)

Made : Ayo Mar kesini, buruan gabung!


Maria : (tersenyum, berlari kecil menghampiri)

Tian : (mengeluarkan makanan dari tas) Guys, ada tambahan makanan


nih, oleh-oleh Imlek masih ada. Lumayan kan? Haha.

Ferris : Mantap!

Nurul : Ayo, lanjut Guys! Sebentar lagi waktunya buka puasa.

EPILOG :

(Maria : Perbedaan agama tidak membuat kami menjadi asing satu sama
lain, kami percaya bahwa tidak ada satu pun agama yang mengajarkan
keburukan, kami yakin semua agama mengajarkan tentang kebaikan dan
juga saling mengasihi satu sama lain. Karena kita adalah Bhinneka
Tunggal Ika, tak peduli apapun agamamu, dengan bermacam-macam
keragaman, tetaplah saling menghormati, mengingatkan, dan bersatu
demi kebaikan dan kedamaian bersama. Yang harus selalu diingat
adalah, walau berbeda-beda tapi kita tetaplah satu jua. Jika bisa
bersama-sama menebarkan kebaikan, kenapa harus bermusuhan? Dengan
begitu, barulah tercipta negeri damai yang menjadi dambaan semua
orang.) [shoot adegan lagi buka puasa bersama, bawain makanan,
minuman ke meja, dll.]

- TAMAT.

Anda mungkin juga menyukai