Anda di halaman 1dari 47

Apa yang mendorong wisatawan memanfaatkan konten yang dibuat oleh

pengguna atau user generated content? Tinjauan literatur

Dandison C. Ukpabi⁎ , Heikki Karjaluoto Digital Marketing Research Group,

University of Jyväskylä, Finland

ABSTRAK

Konten yang dibuat oleh pengguna atau user generated content (UGC) menjadi

bagian yang penting dari perencanaan perjalanan wisatawan, karena wisatawan

menilai produk-produk perjalanan wisata berdasarkan pada ulasan sebelumnya.

Terdapat berbagai faktor yang menjelaskan mengapa wisatawan memanfaatkan UGC.

Tujuan dari penelitian ini adalah meninjau penelitian yang sudah ada mengenai

pemanfaatan UGC dalam perencanaan perjalanan wisata dengan menggunakan teori,

model, dan kerangka kerja. Ditemukan sebanyak 54 studi dari 2005 hingga 2016.

Penelitian ini menemukan bahwa penggunaan UGC ditentukan oleh atribut yang

berkaitan dengan pengguna, sumber, konten, dan respon. Penelitian ini juga

menemukan teori dan kerangka kerja yang berbeda dan heterogen terutama dari

sistem informasi, sosio-psikologi, dan disiplin manajemen. Koefisien rata-rata jalur

dari anteseden yang dianalisis ditemukan bahwa kepercayaan dapat memprediksi


sikap lebih baik dibandingkan variabel lainnya. Dalam penelitian ini juga terdapat

implikasi dan arahan penelitian selanjutnya.

Kata Kunci : Sosial Media, Konten yang dibuat pengguna, Pariwisata, Perjalanan,

Perhotelan, Model Teknologi, Penggunaan, Niat

1. Pendahuluan

Akhir-akhir ini platform media sosial dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi

mengenai produk dan layanan (Lu & Stepchenkova, 2015; Yang, 2017). Pemasar

menggunakan platform media sosial untuk berbagi informasi dan menarik wisatawan

(Aluri, Slevitch, & Larzelere, 2015; Culnan, McHugh, & Zubillaga, 2010; Sigala,

2011). Platform media sosial menjadi alat bagi konsumen untuk menyebarkan

informasi dari mulut ke mulut (WOM). Dalam industri jasa pariwisata dan

perhotelan, user generated content (UGC) telah menjadi alat yang efektif bagi

wisatawan untuk mengumpulkan informasi dalam membuat keputusan perjalanan

(Ukpabi & Karjaluoto, 2017a). Tsao, Hsieh, Shih, dan Lin (2015) menemukan bahwa

sekitar 80% wisatawan membaca ulasan tentang hotel sebelum memulai perjalanan,

dan 53% mengatakan bahwa mereka tidak akan memesan hotel yang tidak memiliki

ulasan. Dengan berbagi pengalaman perjalanan melalui teks, gambar, dan video,

pengguna meningkatkan informasi yang disediakan untuk calon wisatawan mengenai

pasar baru dan topik baru (Tsao et al., 2015). Pentingnya UGC dalam layanan

pariwisata dan perhotelan didasarkan pada pertimbangan berikut: Pertama, pariwisata

adalah pengalaman hedonis. Oleh karena itu, konsumen ingin membuat keputusan
perjalanan terbaik mereka untuk memaksimalkan pengalaman, dan mereka berusaha

untuk melakukannya dengan membaca ulasan dan komentar dari sesama konsumen

(Rageh, Melewar, & Woodside, 2013). Kedua, pariwisata tidak dapat dirasakan

sebelum dikonsumsi; dengan demikian, konsumen bergantung pada pengetahuan dan

pengalaman orang lain (Zhang, Ye, Law, & Li, 2010). Ulasan dari sesama konsumen

dianggap jujur dan dapat dipercaya, sehingga konsumen mengandalkan mereka

sebagai sumber informasi yang dapat diandalkan untuk keputusan perjalanan mereka

(Cox, Burgess, Sellitto, & Buultjens, 2009; Ukpabi & Karjaluoto, 2017b).

Beberapa studi telah mengkaji penelitian mengenai media sosial pada industri

pariwisata. Salah satu ulasan paling awal, oleh Leung, Law, Hoof, dan Buhalis

(2013), menggunakan analisis konten untuk mengevaluasi studi dari tahun 2007

hingga 2011 dan mengidentifikasi dua penelitian yang berfokus pada konsumen dan

berbasis pemasok. Studi yang berfokus pada konsumen menyatakan media sosial

sebagai platform utama untuk perencanaan perjalanan wisatawan, karena media

social memberikan sejumlah besar informasi bervariasi yang relevan dengan

keputusan perjalanan wisatawan. Menariknya, mereka mencatat bahwa peran media

sosial dalam mengevaluasi alternatif perjalanan wisata jarang dipelajari.

Penelitian berbasis pemasok berfokus pada media sosial sebagai platform

pemasaran, promosi, dan penelitian. Ketika Leung et al. (2013) menemukan bahwa

media sosial digunakan sebagai sumber informasi dalam perencanaan perjalanan oleh

konsumen dan sebagai alat pemasaran oleh pemasok. Zeng dan Gerritsen (2014) tetap

berpendapat bahwa studi yang berkaitan dengan media sosial masih dalam
perkembangan, karena luasnya sifat dari industri pariwisata. Ketika studi sebelumnya

telah membahas UGC dari perspektif konsumen, mereka menyatakan studi di masa

depan akan meneliti mengenai nilai UGC sebagai alat strategis untuk perusahaan

pariwisata. Lu dan Stepchenkova (2015) menganalisis studi sebelumnya tentang UGC

dalam pariwisata yang menekankan pada pendekatan metodologis dan perangkat

lunak. Mereka menemukan bahwa mayoritas studi tidak melaporkan perspektif

teoretis yang mendasari analisis. Selain itu, sebagian besar penelitian menggunakan

pengumpulan data manual, dan dalam kasus tertentu program perangkat lunak yang

digunakan, adalah aplikasi yang dikembangkan sendiri seperti spider, crawler, worm,

atau robot.

Ulasan ini merupakan upaya komprehensif untuk memahami metode yang

digunakan dalam penelitian ini. Namun, tinjauan penggunaan UGC dalam

perencanaan perjalanan kurang memadai. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan

untuk mengisi kesenjangan dalam literatur dan bertujuan untuk memahami faktor-

faktor yang mempengaruhi penggunaan UGC dalam perencanaan perjalanan melalui

tinjauan studi yang ada. Secara khusus, tujuan penelitian ini meliputi : (1)

mengidentifikasi teori, model, dan kerangka kerja yang digunakan dalam penelitian

ini dan pendekatan metodologis yang digunakan; (2) mengidentifikasi cakupan

geografis studi; (3) mengidentifikasi penggunaan UGC dalam perencanaan

perjalanan; dan (4) menganalisis anteseden dalam memprediksi penggunaan UGC

dalam perencanaan perjalanan.


Penelitian ini memberikan tiga kontribusi utama untuk literatur. Pertama,

sejalan dengan karya Okoli dan Schabram (2010), penelitian ini memberikan latar

belakang teoritis yang kuat untuk penelitian selanjutnya dengan menggunakan teori

dari studi yang ditinjau. Selain itu, sejalan dengan metodologi ulasan berbasis konsep

Webster dan Watson (2002), tinjauan sistematis ini juga menyediakan berbagai

konsep dan konteks yang digunakan. Hal ini akan berfungsi sebagai refrensi untuk

penelitian selanjutnya di lapangan. Kedua, dengan menganalisis koefisien hubungan

jalur yang diuji dari studi yang ditinjau (lihat Lampiran 1), penelitian ini

menyediakan sumber refrensi untuk para sarjana yang ingin melakukan penelitian

UGC, terutama analisis UGC dalam pariwisata. Ketiga, temuan penelitian ini akan

mengklarifikasi dan menyelaraskan temuan sebelumnya. Sebagai contoh, Ayeh

(2012) menemukan bahwa persepsi kemudahan penggunaan (PEOU) adalah penentu

sikap dan niat untuk menggunakan media social, Lee, Xiong, dan Hu (2012)

menemukan bahwa persepsi kemudahan penggunaan (PEOU) tidak berpengaruh pada

sikap dalam menggunakan media social seperti Facebook untuk menghadiri festival.

Ketika kontradiksi semacam itu ada, tinjauan yang mengklarifikasi temuan sangat

penting untuk penelitian masa depan di bidang ini. Kerangka kerja yang

dikembangkan berdasarkan studi yang ditinjau akan meningkatkan pemahaman

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan UGC selama pencarian

informasi perjalanan.

Penelitian ini pada Bagian 2 memberikan informasi latar belakang, Bagian 3

menjelaskan metode penelitian, Bagian 4 menyajikan hasil, dan Bagian 5


memberikan diskusi, kontribusi, keterbatasan, dan arah penelitian selanjurnya.

Penelitian ini mengacu pada niat untuk menggunakan UGC dalam pencarian

informasi perjalanan.

2. Latar belakang

Secara tradisional, konsumen dianggap sebagai penerima pesan pemasaran

yang pasif, pola komunikasi satu arah membuat konsumen mengetahui informasi

yang terbatas, karena mereka hanya menerima informasi yang dianggap perlu oleh

pemasar (Bacile, Ye, & Swilley, 2014). Namun, dengan WOM, konsumen mampu

mempengaruhi tidak hanya sesama konsumen lain tetapi juga program pemasaran dan

komunikasi perusahaan (Groeger & Buttle, 2014). Jelas, konsumen yang puas

cenderung untuk merekomendasikan produk atau layanan kepada konsumen lain

(Chiu, Wang, Fang, & Huang, 2014). Munculnya teknologi informasi dan

komunikasi (TIK) dan ekspansi berikutnya ke Web 2.0 secara radikal mengubah cara

konsumen berkomunikasi (Ukpabi & Karjaluoto, 2017a), dan elektronik dari mulut

ke mulut (eWOM) menjadi kendaraan baru untuk rekomendasi produk dan layanan di

antara konsumen (Cheung & Thadani, 2012). Untuk mendapatkan rekomendasi

eWOM yang menguntungkan, pemasar beralih ke peningkatan kualitas produk dan

layanan (Sigala, 2009; Sigala, 2011).

UGC memungkinkan konsumen lain untuk membaca, belajar, dan berbagi

dalam pengalaman orang lain (Chiu et al., 2014). Istilah UGC dan media yang

dikonsumsi kembali atau consumer generated media (CGM) telah digunakan secara

bergantian dalam literatur (Ayeh, Au, & Law, 2013b). CGM didefinisikan sebagai
"tayangan media yang dibuat oleh konsumen, biasanya dinformasikan oleh

pengalaman yang relevan dan dibagikan secara online untuk diakses secara mudah

oleh konsumen lain yang mudah dipengaruhi" (Gretzel, Kang, & Lee, 2008, hal. 100).

Dalam industri pariwisata dan perhotelan, konsumen menyatakan kepuasan atau

ketidakpuasan mereka terhadap suatu produk atau layanan melalui UGC. Media

sosial menawarkan peluang bagi orang untuk bersosialisasi dan membentuk

komunitas yang menarik dengan membuat dan berbagi konten (Chung & Koo, 2015).

Konsumen menggunakan UGC karena berbagai alasan, seperti mengevaluasi kualitas

dan harga layanan (Liu & Lee, 2016) dan mengidentifikasi atraksi, makanan, dan

tujuan terbaik (Lee et al., 2012). Lainnya mencari penerimaan sosial (Khan & Khan,

2015), kesenangan (Ayeh et al., 2013b), perasaan komunal (Ku, 2011), dan

keterlibatan (Sotiriadis & Zyl, 2013).

Saat merencanakan perjalanan, konsumen mencari informasi dari pemasar dan

sesama konsumen. Namun, mereka lebih mengandalkan UGC karena mereka

mengharapkannya tulus dan jujur dan untuk menyampaikan pengalaman nyata

(Wang, 2012). Wisatawan menganggap UGC lebih berpengaruh karena

mencerminkan kinerja produk pariwisata yang khas, sehingga membuatnya lebih

persuasif daripada konten yang dihasilkan pemasar (Sparks & Browning, 2011).

Namun, kebenaran UGC baru-baru ini berada di bawah pengawasan ketat (Ayeh et

al., 2013a). Beberapa konsumen dapat memposting ulasan sebagai bentuk balas

dendam (Sparks & Browning, 2011), dan beberapa di antaranya secara hukum

memfitnah (Ayeh et al., 2013a). Tetap saja, banyak konsumen lain memposting
ulasan sebagai bentuk perhatian (Wang, 2015a, 2015b), dan ini telah membantu orang

lain dalam mengambil keputusan perencanaan sebelum perjalanan. Secara

keseluruhan, UGC semakin populer karena saran pihak ketiga secara online telah

terbukti menjadi sumber informasi yang sangat andal bagi para wisatawan (Tsao et

al., 2015). Selain itu, preferensi konsumen untuk papan diskusi independen, seperti

TripAdvisor dan Lonely Planet, telah memungkinkan situs ini tetap populer di

kalangan wisatawan.

Berfokus pada platform yang terbatas di mana konsumen dapat memperoleh

informasi dari sesama konsumen tentang layanan pariwisata dan perhotelan,

penelitian awal menyoroti keikutsertaan dan kenyamanan dalam keanggotaan

komunitas online (Lin, 2007; Wu & Chang, 2005). Ketika anggota berbagi informasi

tentang pengalaman dengan produk dan layanan pariwisata, WOM yang negatif

mempengaruhi bagaimana anggota masyarakat mempersepsikan layanan ini (Cheng,

Lam, & Hsu, 2006). Mencari saran dari anggota masyarakat menjadi bagian penting

dari perencanaan perjalanan (Casalo, Flavian, & Guinaliu, 2011). Namun, banyak

faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap informasi tersebut

sebagai penentu pilihan layanan pariwisata dan perhotelan. Faktor-faktor ini termasuk

individu konsumen, sumber informasi, sifat informasi, dan bagaimana informasi itu

dibagikan.

Atribut demografis konsumen mempengaruhi bagaimana ia mempersepsikan

UGC (Fan & Miao, 2012). Misalnya, wisatawan yang lebih muda cenderung

mengevaluasi ulasan dari banyak sumber karena ingin mengetahui lebih banyak
sebelum mencapai keputusan, sementara wisatawan dewasa memiliki peluang

pencarian yang terbatas (Ayeh et al., 2013b). Selain itu, mereka yang mendapatkan

kenikmatan dan keterlibatan tingkat tinggi dari ulasan online lebih cenderung untuk

menerimanya daripada mereka yang tidak (Chung & Koo, 2015; Sotiriadis & Zyl,

2013). Penerimaan ulasan online sebagai elemen penting perencanaan perjalanan juga

didasarkan pada sumber informasi. Secara khusus, kredibilitas dan keahlian sumber

(Sotiriadis & Zyl, 2013) adalah fitur dari kepercayaan ulasan tersebut. Dengan

demikian sifat informasi dan bagaimana informasi itu dibagikan juga menentukan

penerimaan. Sparks and Browning (2011) menemukan bahwa konsumen secara

khusus lebih dipengaruhi oleh ulasan negatif ketika informasi seperti itu diberi nilai

negatif. Chen, Shang, dan Li (2014) juga mengemukakan bahwa persepsi konsumen

tentang kesenangan mereka terhadap blog perjalanan dan kebaruan, keandalan,

pemahaman, dan ketertarikan blog memengaruhi niat konsumen untuk mengunjungi

tujuan.

3. Metode penelitian

3.1. Literatur

Berdasarkan pada metodologi dari Shaikh dan Karjaluoto (2015) dan

pendekatan Perea, Monsuwé, Dellaert, dan De Ruyter (2004) dan Cheung dan

Thadani (2012), penelitian ini menyusun rencana penelitian berdasarkan rekomendasi

dari peneliti sebelumnya. Pertama, kami mengidentifikasi kata kunci yang menjadi

dasar pencarian dan analisis literatur. Kedua, kami menetapkan kriteria

pengembangan literatur. Berdasarkan kata kunci dan kriteria pengembangan ini, kami
menggunakan istilah pencarian berikut, antara lain: "penggunaan media sosial dalam

pariwisata", "e-WOM dalam pariwisata dan perjalanan", "penggunaan Web 2.0 dalam

pariwisata dan perjalanan", "yang dibuat pengguna konten dalam pariwisata dan

perjalanan "," jejaring sosial dalam pariwisata dan perjalanan "," blog dalam

pariwisata dan perjalanan "," komunitas online dalam pariwisata dan perjalanan ",

dan" komunitas virtual dalam pariwisata dan perjalanan ". Seperti yang

direkomendasikan oleh Shaikh dan Karjaluoto (2015), kami melakukan pencarian

horizontal dan vertikal. Untuk pencarian horizontal, kami menggunakan Google

Cendekia, basis data referensi utama yang menampung berbagai materi akademik dan

menyediakan akses mudah ke studi yang relevan (Zeng & Gerritsen, 2014). Untuk

memastikan bahwa kami menangkap sebanyak mungkin studi yang relevan, kami

juga melakukan pencarian vertikal dari database tertentu, termasuk Science Direct,

SAGE, Wiley, Springer, Emerald, JSTOR, IEEE, Taylor & Francis, dan Inderscience.

Selain itu, karena media sosial adalah fenomena teknologi yang berkembang pesat

dengan konferensi yang didedikasikan khusus untuk mengeksplorasi berbagai

perspektif yang berbeda (Paquet-Clouston, Bilodeau, & Décary-Hétu, 2017), kami

memperluas pencarian kami untuk menyertakan proses konferensi.

3.2. Penentuan Literatur

Untuk memenuhi tujuan kami, kami menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi kami mensyaratkan bahwa penelitian ini berbasis empiris, memiliki

ukuran sampel yang ditentukan, dan termasuk pengukuran untuk variabel independen

dan dependen. Selain itu, kami memutuskan bahwa studi yang akan dimasukkan
harus berisi hasil analisis data dan bagian diskusi dan menawarkan implikasi praktis

dan manajerial. Kriteria eksklusi kami menghilangkan studi berbasis perusahaan di

samping studi konseptual dan teoritis. Kami menggunakan pendekatan Lu dan

Stepchenkova (2015) dengan mengidentifikasi studi yang memenuhi kriteria di atas.

Dipandu oleh Tranfield, Denyer, dan Smart (2003), yang mengemukakan bahwa

inklusi adalah subyektif berdasarkan minat dan tujuan peneliti, kami mengidentifikasi

total 54 studi yang diterbitkan dari 2005 hingga 2016 untuk dimasukkan: 51 artikel

dari 28 jurnal, 1 makalah konferensi, dan 2 disertasi.

4. Hasil

Pada bagian berikut, kami menyajikan hasil temuan kami. Sejalan dengan

tujuan kami, bagian pertama dari bagian hasil menggambarkan teori, model, dan

kerangka kerja yang diidentifikasi. Penelitian ini juga menganalisis komposisi jurnal

yang menerbitkan studi, penyebaran geografis studi, dan pendekatan metodologis

yang digunakan. Selain itu, penelitian ini menjelaskan bagaimana penggunaan UGC

untuk perencanaan perjalanan dan karakteristik kritis dari sumber, konten, dan

pengguna. Kerangka kerja konseptual kemudian disediakan untuk merangkum

bagaimana elemen-elemen yang berbeda menjadi sama. Bagian hasil diakhiri dengan

diskusi dan perhitungan kekuatan dari variabel utama dalam memprediksi

penggunaan UGC menggunakan koefisien jalur yang diidentifikasi dari studi yang

dipilih.

4.1. Statistik
Berdasarkan 54 studi yang ditinjau yang disajikan dalam Lampiran 1,

menggunakan 22 teori, kerangka kerja, dan model yang berbeda dan heterogen.

Model penerimaan teknologi (TAM) digunakan dalam 14 (26%) studi. Teori perilaku

terencana digunakan dalam lima (9%) studi, elaboration likelihood model (ELM)

dalam tiga (5%) studi, dan teori action reasoned dalam tiga (5%) studi. Hanya satu

(1,8%) studi yang menggunakan teori penerimaan dan penggunaan teknologi terpadu.

Karena UGC menarik dari literatur eWOM tradisional, sebagian besar studi

meminjam konstruksi dari model lain dan menggunakan eWOM sebagai kerangka

kerja (misalnya Wang, 2012; Zhao, Wang, Guo, & Law, 2015). Dari 28 jurnal di

mana studi yang ditinjau ditemukan, 32% (9 dari 28) adalah jurnal berbasis

pariwisata, sedangkan 68% (19 dari 28) adalah jurnal non-pariwisata (Lampiran 2).

Hasil ini lebih lanjut menegaskan bahwa dari studi sebelumnya, yang menemukan

bahwa studi terkait pariwisata berbasis teknologi sebagian besar diterbitkan di jurnal

berbasis non-pariwisata daripada jurnal pariwisata tradisional (Cheng, 2016). Dari 54

studi, 35 (64,8%) dilakukan antara 2013 dan 2015. Tidak ada studi yang diterbitkan

pada 2008 atau 2009. Distribusi geografis studi adalah sebagai berikut: 1 (1,8%) studi

di Afrika, 28 (51,8%) di Asia, 2 (3,7%) di Australia / Oseania, 13 (24%) di Eropa,

dan 11 (20%) di Amerika Utara. Sebagian besar penelitian dilakukan di negara-

negara berikut: Taiwan dengan 11 (20%), Amerika Serikat dengan 10 (18%), Cina

dengan enam (11%), dan Spanyol dengan enam (11%). Dalam hal pengumpulan data,

seperti yang dinyatakan sebelumnya, semua studi adalah kuantitatif; Namun, dua

(3,7%) studi menggunakan pendekatan eksperimental, dan satu (1,8%) menggunakan


data panel. Lebih dari setengah (63,6%) menggunakan metode survei online (berbasis

web, email) untuk mendapatkan tanggapan, sementara 17 (31,5%) menggunakan

survei berbasis lapangan. Satu studi menggabungkan metode pengumpulan data

online dan berbasis lapangan (Zhao et al., 2015). Seperti ditunjukkan dalam Lampiran

1, sebagian besar studi menggunakan pendekatan pemodelan persamaan struktural

(SEM). Aplikasi dan popularitas SEM dalam ilmu sosial didasarkan pada fleksibilitas

dalam menangani teknik statistik multivariat, sehingga memberikan para sarjana alat

yang komprehensif untuk melakukan analisis faktor dan menguji hubungan struktural

(Xiong, Skitmore, & Xia, 2015). Xiong et al. (2015) berpendapat bahwa penggunaan

SEM dalam aliran penelitian yang muncul sangat penting untuk pengembangan teori;

penambahan moderator dan mediator sering memberikan petunjuk untuk

menyelesaikan masalah teoretis yang kompleks dan kontroversial. Dari argumen di

atas, kami mencatat variasi dalam penggunaan moderator dan mediator. Sementara

beberapa studi menggunakan dan menerapkannya dalam penelitian UGC awal, yang

lain menggunakan dan menguji variabel menggunakan hubungan langsung sebagai

gantinya (Cheng et al., 2006; Lin, 2007; Wu & Chang, 2005). Namun yang menarik,

penggunaan moderator dan mediator telah menjadi populer kembali dalam penelitian

terbaru (misalnya Chung & Koo, 2015; Liu & Lee, 2016).

4.2. Penentu sikap dan niat konsumen untuk menggunakan UGC dalam perencanaan

perjalanan

Ulasan ini mengungkap tujuan utama dari penggunaan UGC dalam pariwisata

dan perjalanan. Berbagai variabel dependen yang digunakan berhubungan dengan


sikap, niat, dan penggunaan. Variabel seperti niat, sikap, manfaat yang dirasakan, dan

kemudahan penggunaan telah menerima banyak perhatian dalam literatur penggunaan

teknologi (Lee et al., 2012). Sikap telah ditemukan secara positif mempengaruhi niat

dan penggunaan tentang UGC dalam konteks perencanaan perjalanan (Casaló,

Flavian, & Guinaliu, 2010). Namun, temuan konflik mengenai apakah persepsi

kegunaan (PU) atau persepsi kemudahan penggunaan (PEOU) lebih baik

memprediksi sikap dan niat. Menurut Casaló et al. (2010), sementara PU dan PEOU

memberikan efek positif pada sikap, PEOU memberikan efek yang lebih kuat. Selain

itu, dengan integrasi identitas sosial, penelitian ini juga menemukan bahwa memiliki

jaringan memiliki efek positif pada sikap dan norma subyektif, menyiratkan bahwa

anggota kelompok memiliki pengaruh positif pada pemanfaatan UGC di antara

anggota jaringan. Namun, dalam hibrida dari tiga model yang digunakan untuk

menguji peran blog, Facebook, dan TripAdvisor sebagai platform UGC, Muñoz-

Leiva, Hernandez-Mendez, dan Sanchez-Fernandez (2012) menemukan bahwa PU

memiliki pengaruh yang lebih kuat pada sikap di seluruh dunia. tiga model. Demikian

pula, meskipun blog telah terbukti menjadi sumber informasi penting bagi para

wisatawan, hubungan antara kemudahan penggunaan dan niat negatif, menyiratkan

bahwa semakin sedikit pilihan yang tersedia di blog menjadikannya kurang menarik

daripada Facebook dan TripAdvisor, yang berisi berbagai informasi dari wisatawan

lain.

Niat konsumen untuk menggunakan UGC untuk keputusan perjalanan

bergantung pada manfaat fungsional, sosial, dan hedonis (Parra-Lopez,


BulchandGidumal, Gutierrez-Tano, & Diaz-Armas, 2011). Mengenai manfaat

fungsional, konsumen mencari informasi penting untuk pilihan produk dan layanan

pariwisata mereka. Selain itu, konsumen juga dapat mencari informasi tentang

ketersediaan komunitas perjalanan online. Komunitas-komunitas ini sangat penting

ketika komunitas tertentu mempromosikan kepentingan konsumen. Dalam beberapa

kasus, konsumen mencari pendapat orang lain untuk mengurangi risiko yang terkait

dengan keputusan perjalanan mereka (misalnya menilai keamanan tujuan) atau

mendapatkan harga yang lebih rendah (Goldsmith & Horowitz, 2006).

Pertimbangan biaya merupakan elemen penting dari keputusan perjalanan

(Parra-Lopez et al., 2011). Akibatnya, konsumen melakukan penilaian komparatif

produk dan layanan pariwisata berdasarkan pendapat orang lain. Yang penting,

bagaimanapun, ada biaya yang terkait dengan penilaian UGC di media sosial juga.

Menurut Parra-Lopez et al. (2011), biaya tersebut terkait dengan upaya, kesulitan

penggunaan, dan hilangnya privasi. Biaya upaya termasuk upaya pribadi, biaya

moneter, dan waktu yang dihabiskan untuk mengakses informasi terkait perjalanan.

Kesulitan biaya penggunaan muncul jika proses mengakses atau menyumbangkan

pendapat tidak praktis. Biaya privasi melibatkan risiko pengungkapan informasi

pribadi di platform media sosial. Jika biaya ini tinggi, konsumen akan terhalang

menggunakan UGC. Parra-Lopez et al. (2011) menemukan bahwa meskipun

konsumen mungkin sadar bahwa biaya ini ada, mereka tidak merupakan penghalang

terhadap penggunaan media sosial untuk perencanaan perjalanan.


Selain itu, dua konstruksi TAM utama, PU dan PEOU, juga merupakan

penentu manfaat fungsional menggunakan UGC untuk perencanaan perjalanan.

Menurut Davis (1989), PU didefinisikan sebagai persepsi individu bahwa

menggunakan teknologi akan meningkatkan kinerjanya. Dalam konteks UGC

digunakan untuk perencanaan perjalanan, PU berhubungan dengan persepsi individu

bahwa menggunakan UGC akan meningkatkan peluangnya untuk membuat

keputusan perjalanan terbaik. Dengan demikian, Lin (2007) menemukan bahwa PU

adalah penentu utama keberlanjutan komunitas virtual. Lebih lanjut, Yang (2017)

mengemukakan bahwa PU sebuah situs web memiliki efek signifikan pada niat

eWOM, seperti halnya PU juga secara signifikan memoderasi hubungan antara

kepuasan / kebutuhan egoistik dan niat eWOM.

Konsumen menggunakan berbagai platform media sosial untuk perencanaan

perjalanan. Chung, Han, dan Koo (2015) berpendapat bahwa PU dan hubungan sosial

secara signifikan mempengaruhi penggunaan informasi perjalanan, menunjukkan

bahwa jenis acara dan platform media sosial menentukan kegunaan UGC. Hasil

mereka menunjukkan bahwa emosi emosional wisatawan akan tinggi pada platform

media sosial dengan kehadiran sosial yang tinggi, yang berarti bahwa platform

mengakomodasi konten seperti gambar, video, dan gambar grafis lainnya yang

meningkatkan interaktivitas pengguna. Hal ini ini memengaruhi penggunaan. Dengan

demikian anggota yang berada dalam jaringan yang sama dan akrab satu sama lain

lebih cenderung mengikuti rekomendasi perjalanan anggota yang mereka kenal

daripada yang tidak. Untuk platform dengan kehadiran sosial yang rendah, seperti
blog, kualitas argumen (kekuatan persuasif konten) adalah elemen vital dalam

penggunaan. Perbedaan antara blog dan Facebook atau YouTube adalah bahwa

sementara yang pertama harus menggunakan persuasi yang lebih besar untuk

meyakinkan pembaca, yang terakhir harus menanamkan konten interaktif. Lee et al.

(2012) menggemakan temuan ini, karena mereka menemukan bahwa menanamkan

halaman konten menarik dan interaktif seperti video dan foto di acara Facebook

secara signifikan mempengaruhi persepsi peserta tentang kegunaan, kemudahan

penggunaan, dan kenikmatan. Dengan demikian, foto dan video sangat penting untuk

memengaruhi kesenangan dan penggunaan UGC bagi pencari informasi perjalanan.

Menariknya, unsur ini telah diterapkan dalam konteks yang berbeda. Tabel 1

menyajikan respon dan penggunaan, frekuensi (berapa kali mereka muncul dalam

tinjauan sistematis), dan berbagai studi.

Kendala TAM yang banyak mendapat perhatian dalam literatur adalah PEOU.

PEOU didefinisikan sebagai persepsi individu bahwa menggunakan teknologi baru

akan bebas dari upaya (Davis, 1989). Dalam konteks penelitian ini, kami

mendefinisikan PEOU sebagai persepsi individu bahwa menggunakan UGC untuk

perencanaan perjalanan akan bebas dari upaya. Perea et al. (2004, hal. 108)

berpendapat bahwa hubungan antara PU dan PEOU terletak pada fakta bahwa

sementara PU "mengacu pada persepsi konsumen mengenai hasil dari pengalaman

belanja online, 'kemudahan penggunaan' mengacu pada persepsi mereka tentang

proses memimpin ke hasil akhir belanja online. ”Dalam konteks penelitian kami, ini

berarti bahwa PU menunjukkan seberapa efektif penggunaan UGC dalam membantu


wisatawan mencapai keputusan perjalanan, sedangkan PEOU adalah betapa

mudahnya wisatawan menemukan menggunakan UGC dalam perencanaan

perjalanan. Dalam konteks pariwisata dan perjalanan, studi pertama yang menerapkan

model TAM di komunitas virtual (Lin, 2007) menemukan bahwa PEOU adalah

penentu utama keberlanjutan komunitas virtual. Dalam studi terkait, Ayeh (2012)

menemukan PEOU menjadi prediktor signifikan persepsi wisatawan online tentang

kegunaan UGC. Namun, Lee et al. (2012) berpendapat bahwa PEOU tidak

berpengaruh pada sikap terhadap penggunaan Facebook untuk menghadiri festival.

Ini sangat menarik karena menurut model TAM, PEOU sangat berpengaruh pada

tahap awal pengalaman pengguna, tetapi individu tumbuh dalam kemampuan mereka

untuk dengan mudah menggunakan sistem tertentu dengan meningkatnya kontak

langsung (Davis, 1989).

Selain PU dan PEOU, pengaruh lain memotivasi konsumen untuk

menggunakan UGC. Faktor-faktor ini, yang berasal dari dalam konsumen (endogen)

atau bersifat eksternal terhadap konsumen (eksogen), telah banyak ditemukan

mempengaruhi penggunaan konsumen terhadap UGC dalam perencanaan perjalanan.

Tinjauan ini mengungkap berbagai cara di mana faktor-faktor ini telah diintegrasikan

ke dalam teori dan model asli (lihat Lampiran 1) untuk menentukan dampaknya

terhadap perencanaan perjalanan.

4.2.1. Karakteristik Sumber

Faktor-faktor di luar konsumen yang berhubungan dengan asal informasi,

berperan dalam penggunaan konsumen terhadap UGC dalam perencanaan perjalanan.


Tabel 2 menyajikan karakteristik berbasis sumber utama, definisi, frekuensi (berapa

kali digunakan dalam studi yang ditinjau), dan studi yang membahasnya. Dalam

konteks pariwisata, karakteristik dan penggagas informasi terkait perjalanan yang

dipasang online berfungsi sebagai informasi dan panduan bagi calon wisatawan.

Chung et al. (2015) mendefinisikan kredibilitas sumber "sebagai sejauh mana

sumber informasi dianggap dapat dipercaya, kompeten, dan dapat dipercaya oleh

penerima informasi." kredibilitas sumber merupakan hal yg penting dalam

penggunaan UGC karena tidak berwujudnya produk pariwisata dan ketidakmampuan

konsumen untuk memgetahui produk atau layanan sebelum konsumsi aktual. Dengan

demikian, asal dan pencetus UGC adalah penanda penting dari kepercayaan konten.

Ayeh et al. (2013a) mengemukakan bahwa keahlian dan kepercayaan dapat terdiri

dari kredibilitas sumber. Keahlian “mengacu pada sejauh mana kontributor UGC

dianggap sebagai sumber pernyataan yang sah [kebenaran],” sementara kepercayaan

dapat “menggambarkan niat untuk mengkomunikasikan pernyataan yang mereka

anggap paling benar [benar]” (p 3). Chung et al. (2015) berpendapat bahwa nama

penulis yang menulis pesan, jumlah pesan yang telah diposting penulis, dan jumlah

balasan konten yang dihasilkan menunjukkan keahlian. Dengan demikian,

kepercayaan sumber didukung oleh tingkat kepercayaan pengguna terhadap sumber,

situs web, dan informasi yang diberikan (Ayeh et al., 2013a, 2013b). Dalam

menentukan pengaruh eWOM pada niat wisatawan untuk mengunjungi tujuan, Wang

(2015a, 2015b) menemukan bahwa kredibilitas sumber secara positif mempengaruhi

niat wisatawan untuk merekomendasikan tetapi tidak niat kunjungan mereka. Selain
itu, kredibilitas sumber tidak mempengaruhi sikap wisatawan terhadap destinasi,

sumber informasi hanya bertindak sebagai katalis, pilihan sebenarnya ditentukan oleh

atribut kognitif dan evaluatif tujuan.

Anggota kelompok yang memiliki kesamaan usia, pendidikan gender, status

sosial, profesi, dan lokasi geografis akan percaya informasi yang berasal dari dalam

grup lebih dari informasi dari luar (McPherson, Smith-Lovin, & Cook, 2001).

Individu serupa akan memainkan peran yang sangat penting dalam evaluasi konten di

antara anggota komunitas. Dalam konteks perencanaan wisata dan perjalanan, konten

dari pengguna yang serupa lebih dapat dipercaya daripada dari pengguna yang

berbeda. Masalah kredibilitas terkait dengan posting yang menipu di beberapa situs

web tinjauan perjalanan telah menimbulkan kontroversi. Misalnya, TripAdvisor

menghadapi sanksi di Inggris karena diposkan di situs webnya (Ayeh et al., 2013a).

Dengan demikian, konsumen telah meningkatkan kriteria evaluatif mereka dari UGC.

Dalam mencari informasi perjalanan, konsumen dari komunitas biasanya memberikan

kredibilitas konten karena anggota melihat diri mereka sebagai anggota keluarga yang

sama.

Tabel 1

Respon Anteseden dan Penggunaan

Konstruk Definisi Frekuensi Peneliti


Manfaat yang Sejauh yang diyakini oleh 13 Casalo et al. (2011); Ayeh
dirasakan seorang wisatawan tentang et al. (2013a, 2013b);
manfaat UGC selama pencarian Casaló et al. (2010); Zhao
informasi perjalanan et al. (2015); Lin (2007);
Chung et al. (2015);
Muñoz-Leiva et al. (2012);
Lee et al. (2012); Ayeh
(2015); Pietro and Pantano
(2013); Ayeh (2012);
Yang (2017); Ting, Ting,
and Hsiao (2014)
Persepsi Sejauh yang diyakini wisatawan 10 Ayeh et al. (2013b);
kemudahan tentang kemudahan Casaló et al. (2010); Lin
penggunaan menggunakan (2007); Bilgihan, Barreda,
UGC Okumus, and Nusair
(2016); Muñoz-Leiva et al.
(2012); Lee et al. (2012);
Ayeh (2015); Pietro and
Pantano (2013); Ayeh
(2012); Yang (2017)
Sikap Sejauh mana wisatawan 17 Casaló et al. (2010); Ayeh
merasakan UGC bermanfaat et al. (2013b); Sparks,
dalam pencarian informasi Perkins, and Buckley
perjalanan (2013); Ayeh et al.
(2013a); Jalilvand and
Samiei (2012); Hsiao, Lu,
and Lan (2013); Casalo et
al. (2011); Wang (2015a,
2015b); Zarrad and Debabi
(2015); Jalilvand,
Ebrahimi, and Samiei
(2013); Muñoz-Leiva et al.
(2012); Albarq (2014);
Cheng et al. (2006); Lee et
al. (2012); Ayeh (2015);
Ayeh (2012); Ting et al.
(2014)
Niat Wisatawan menyatakan Semua Lihat Lampiran 1
keinginannya untuk membaca penelitian
UGC selama pencarian kecuali 6
informasi perjalanan

4.2.2. Karakteristik Konten


Selain karakteristik pada sumber informasi, sifat dari informasi juga berperan

dalam penggunaannya. Beberapa penulis telah menggunakan berbagai cara untuk

menggambarkan sifat dan karakteristik informasi terkait perjalanan bagi para

wisatawan (lihat Tabel 3). Seperti kebaruan konten, atau kebaruan informasi terkait

perjalanan (Chen et al., 2014). Hal tersebut memainkan peranan penting dalam proses

pencarian informasi perjalanan karena membedakan antara apa yang sudah pernah

dilakukan dan apa yang baru serta menarik. Selain itu, nilai UGC (baik positif atau

negatif) juga berdampak pada penerapannya. Secara umum, UGC diposting untuk

mengungkapkan perasaan positif terkait dengan suatu produk atau layanan dan

keluhan. Dalam konteks pemesanan hotel, Sparks dan Browning (2011) menemukan

bahwa paparan ulasan positif meningkatkan niat dan kepercayaan pemesanan. Selain

itu, Mauri dan Minazzi (2013) berpendapat bahwa komentar online positif

meningkatkan niat pemesanan tetapi juga meningkatkan harapan konsumen. Dengan

demikian, manajer hotel harus terus meningkatkan layanan mereka agar sesuai

dengan harapan para tamu.

Daya tarik UGC juga merupakan faktor penting dalam pemanfaatannya.

Estetika, atau keseimbangan, daya tarik emosional, atau keindahan konten

sebagaimana dinyatakan dalam warna, jenis font, musik, atau animasi, dapat

membangkitkan minat pada konten (Cyr, Head, & Ivanov, 2006). Dalam konteks

pencarian informasi perjalanan, konten blog dan video sangat penting, karena mereka

menyajikan kesempatan untuk secara kreatif menambah kesenangan dan kenikmatan

dalam presentasi. Hsiao et al. (2013) menemukan bahwa estetika blog perjalanan
secara efektif meningkatkan niat pembaca serta sikap positif. Selain itu, kualitas

argumen, disebut "sebagai kekuatan persuasif argumen yang tertanam dalam pesan

informasi" (Bhattacherjee & Sanford, 2006, hal. 811), telah dipelajari secara luas

dalam penggunaan eWOM. Dalam konteks informasi terkait perjalanan, komunikasi

yang memiliki kualitas argumen yang tinggi lebih mungkin meningkatkan

penggunaan UGC daripada komunikasi dengan kualitas argumen yang rendah.

Dengan demikian, konten yang bermanfaat, dan persuasif secara positif memengaruhi

minat dan niat pembaca untuk mengunjungi tujuan perjalanan wisata (Wang, 2015a,

2015b). Namun, Chung et al. (2015) berpendapat bahwa pemanfaatan UGC

berdasarkan kualitas argumen dimoderasi oleh kehadiran sosial. Dengan demikian,

kualitas argumen secara signifikan mempengaruhi manfaat yang dirasakan ketika ada

kehadiran sosial yang rendah tetapi memiliki pengaruh yang lebih kecil dalam situasi

dengan kehadiran sosial yang tinggi. Dalam menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi pemanfaatan informasi wisatawan dari ulasan online, Filieri dan

McLeay (2013) menerapkan ELM untuk memahami kualitas informasi melalui rute

pusat dan periferal. Rute sentral - ketepatan waktu informasi, pemahaman informasi,

relevansi informasi, ketepatan informasi, informasi nilai tambah, dan kelengkapan

informasi - dan rute periferal -kualitas informasi dan peringkat produk - keduanya

mejadi faktor pilihan tujuan wisata.

4.2.3. Karakteristik Pengguna

Karakteristik konsumen, seperti usia, jenis kelamin, pendapatan, dan tingkat

literasi, mempengaruhi penggunaan UGC. Dewasa muda dan setengah baya adalah
pengguna utama media sosial untuk perencanaan perjalanan (Filieri & McLeay, 2013)

karena kelompok usia ini, ditandai oleh keingintahuan, mengeksplorasi berbagai

platform media sosial untuk mencari teman dan informasi tentang tren dalam politik,

ekonomi, hiburan, dan olahraga.

Tabel 2

Karakteristik sumber
Konstruk Definisi Frekuensi Peneliti
Kredibilitas Sejauh mana wisatawan 5 Filieri, Alguezaui, dan
sumber menganggap sumber UGC McLeay (2015); Ayeh et
kompeten, dan dapat dipercaya al. (2013a); Wang, 2015a,
(2015b); Chung et al.
(2015); Ayeh (2015)
Keahlian Sejauh mana kontributor UGC 5 Ayeh et al. (2013a); Zhao
dianggap sebagai sumber et al. (2015); Sotiriadis
pernyataan yang valid dan Zyl (2013); Ayeh
(2015); Ayeh (2012)
Dapat Sejauh mana sumber dianggap 2 Ayeh et al. (2013a);
dipercaya membuat valid Sparks et al. (2013)
pernyataan
Homophily Sejauh mana wisatawan 2 Ayeh (2012); Ayeh et al.
menganggap kontributor UGC (2013a)
serupa dalam beberapa atribut

Tabel 3
Karakteristik Konten

Konstruk Definisi Frekuensi Peneliti


Estetika Sejauh mana wisatawan 1 Hsiao et al. (2013)
merasakan konten menjadi
indah dan menarik secara
emosional
Valensi ulasan Sejauh mana wisatawan 5 Zhao et al. (2015); Book,
menganggap UGC bernilai Tanford, Montgomery,
positif atau negatif and Love (2015); Tsao et
al.
(2015); Sparks and
Browning (2011); Lee et
al. (2012)
Keakuratan Sejauh mana wisatawan 1 Filieri dan McLeay
informasi menganggap UGC mengandung (2013)
informasi yang benar
Kualitas Kekuatan persuasif dari 3 Chung et al. (2015);
argumen argumen yang tertanam dalam Wang (2015a, 2015b);
UGC Chong dan Ngai (2013)

Relevansi Sejauh mana wisatawan 1 Filieri dan McLeay


informasi menganggap UGC masih (2013)
berlaku
Keandalan Tingkat kepercayaan yang 2 Chen et al. (2014); Chung
informasi dirasakan oleh wisatawan and Koo (2015)
ketika menggunakan UGC

Tabel 4
Karakteristik Pengguna.

Konstruk Definisi Frekuensi Peneliti


Keterlibatan Persepsi wisatawan tentang 3 Huang, Chou, dan Lin
relevansi UGC untuk (2010); Leung dan Bai
pencarian informasi perjalanan (2013); Sotiriadis dan Zyl
(2013)
Persepsi Sejauh mana wisatawan 11 Lee et al. (2012); Aluri et
kenyamanan menganggap UGC al. (2015); Ayeh et al.
menyenangkan (2013b); Ku (2011); Chen
et al. (2014);
Chung dan Koo (2015);
Kang dan Schuett (2013);
Pietro dan Pantano
(2013); Ayeh
(2012); Wang (2015a,
2015b); Ting et al. (2014)
Pengalaman Pengetahuan dan keterampilan 3 Ku (2011); Kang dan
yang dimiliki wisatawan Schuett (2013); Filieri et
sehingga meningkatkan al. (2015)
penggunaan UGC dalam
pencarian informasi perjalanan
Manfaat yang Tingkat keuntungan yang 3 Parra-Lopez et al. (2011);
dirasakan diperoleh wisatawan ketika Chung dan Koo (2015);
menggunakan UGC dalam Oz (2015)
pencarian informasi perjalanan

Selain itu, banyak di antara kelompok usia ini menganggap menjelajahi

platform media sosial sebagai hal yang menyenangkan. Penggunaan internet dan

media sosial pada perempuan lebih banyak dari penggunaan internet dan media sosial

pada laki-laki (Akman & Mishra, 2010), karena perempuan lebih kohesif secara

sosial daripada laki-laki dan media sosial menyediakan platform untuk memenuhi

kebutuhan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Ini juga memengaruhi perencanaan

perjalanan. Pendapatan konsumen juga merupakan penentu penting keterlibatan

dalam berbagai kegiatan. Ketersediaan pendapatan sangat mempengaruhi konsumen

untuk membeli barang-barang seperti gadget komputer, yang pada gilirannya

memungkinkan mereka untuk menjelajahi platform media sosial. Tingkat tersebut

memainkan peran utama dalam pemanfaatan UGC dalam perencanaan perjalanan.

Tingkat pendidikan seseorang telah terlihat berkorelasi dengan pendapatannya,

sehingga berdampak pada penggunaan perangkat komputernya dan memungkinkan

eksplorasi media sosial dengan perangkat tersebut untuk menjadi elemen penting dari

keputusan perjalanan. Tabel 4 menyajikan karakteristik berbasis pengguna, definisi

mereka, berapa kali mereka muncul dalam studi yang ditinjau (frekuensi), dan

peneliti.
Literatur tentang keterlibatan di bidang sosiologi, psikologi, dan perilaku

konsumen (Leung & Bai, 2013) menefinisikan keterlibatan sebagai "relevansi

persepsi seseorang terhadap objek berdasarkan kebutuhan, nilai-nilai, dan minat"

(Zaichkowsky, 1985, hal. 342), keterlibatan telah ditemukan memiliki pengaruh yang

signifikan pada proses pengambilan keputusan konsumen. Dalam konteks pariwisata,

keterlibatan merupakan penentu penting dalam pembelian karena layanan pariwisata

berisiko tinggi dan tidak dapat dievaluasi sebelum dikonsumsi (Sotiriadis & Zyl,

2013). Dengan demikian, dalam perencanaan perjalanan, konsumen mengeksplorasi

berbagai sumber informasi, dan konsumen yang sangat terlibat dalam eksplorasi

informasi perjalanan melalui banyak platform media sosial. Huang et al. (2010)

menemukan bahwa keterlibatan pribadi dalam blog perjalanan merupakan penentu

respons konsumen terhadap iklan.

Motivasi lain yang telah mendapat perhatian besar adalah kenyamanan yang

dirasakan. Studi yang telah memasukkan kenyamanan yang dirasakan ke dalam

model TAM telah mengamati hasil yang bervariasi, tergantung pada konteksnya.

Misalnya, dalam konteks utilitarian, Venkatesh (2000) melakukan eksperimen di

mana karyawan diperkenalkan ke sistem help desk online, sistem multimedia, dan

lingkungan PC (Windows 95) untuk sistem penggajian. Studi ini menemukan bahwa

kenyamanan adalah faktor yang lebih lemah dari niat dan penggunaan sistem

informasi baru. Dalam konteks pariwisata, menggunakan media sosial dianggap

sebagai aktivitas hedonis; Namun, menggunakan UGC untuk pencarian informasi

perjalanan dianggap sebagai aktivitas utilitarian (Ayeh et al., 2013b). Penelitian ini
telah menemukan kenyamanan yang dirasakan sebagai penentu dari sikap dan niat

dalam pencarian informasi perjalanan (Aluri et al., 2015; Pietro & Pantano, 2013).

Penggunaan konsumen terhadap UGC untuk perencanaan perjalanan juga

dikaitkan dengan pengalaman dan pengetahuan (Chong & Ngai, 2013). Internet

memberi konsumen akses tak terbatas ke produk dan layanan tanpa batasan yang

ditentukan oleh lokasi geografis. Dengan demikian, konsumen yang berpengalaman

dan berpengetahuan luas dalam sistem komputer dan internet akan memiliki motivasi

yang kuat untuk menggunakan UGC untuk pencarian informasi perjalanan (Chong &

Ngai, 2013). Dalam sebuah studi di Inggris dan Irlandia Utara wisatawan terutama

terdiri dari anak-anak berusia 18-35 tahun, Filieri et al. (2015) mengemukakan bahwa

pengalaman pengguna (pengetahuan dan keterampilan) memengaruhi kepercayaan

konsumen terhadap UGC.

Manfaat lainnya juga adalah untuk mengetahui niat konsumen menggunakan

UGC dalam perencanaan perjalanan. Dalam menggunakan UGC, konsumen mencari

berbagai jenis manfaat. Menurut Parra-Lopez et al. (2011), manfaat tersebut dapat

fungsional, sosial, psikologis, atau hedonis. Manfaat fungsional termasuk

menemukan tujuan terbaik, biaya rendah, dan layanan yang efisien. Dengan

demikian, konsumen yang mencari manfaat ini mempertimbangkan untuk

menggunakan UGC dalam mendapatkan informasi yang relevan. Dalam hal manfaat

sosial, media sosial menyediakan platform bagi konsumen untuk terhubung dan

berbagi informasi tentang kepentingan bersama. Manfaat sosial yang diperoleh dari
platform tersebut termasuk ikatan, keterlibatan, dukungan emosional, persahabatan,

dan dorongan (Chung et al., 2015).

Gambar 1. Penentu pemanfaatan UGC untuk perencanaan perjalanan


Beberapa sarjana menemukan bahwa minat dan niat konsumen untuk

menggunakan media sosial berasal dari kesenangan yang mereka dapatkan ketika

menggunakannya (Perea et al., 2004). Dengan demikian, dalam perencanaan

perjalanan, menonton video dan melihat foto-foto pemandangan yang menyenangkan

di berbagai tujuan dapat merangsang minat dalam penggunaan UGC.

Asumsi mendasar WOM adalah bahwa WOM melibatkan dua pihak: pengirim

dan penerima (Cheung & Thadani, 2012). Kerangka kerja kami pada penggunaan

UGC (Gambar 1) didasarkan pada klasifikasi literatur yang ditinjau, yang pada

gilirannya didasarkan pada penggunaan UGC yang tergantung pada tiga faktor:

karakteristik berbasis sumber, karakteristik berbasis pengguna, dan berbasis konten..

Karakteristik berbasis sumber terkait dengan pengirim, sedangkan karakteristik

berbasis pengguna terkait dengan penerima. Karakteristik berbasis konten terkait

dengan elemen konten.

4.3. Kekuatan anteseden dalam memprediksi penggunaan UGC

Analisis koefisien rata-rata jalur telah dilakukan untuk menjelaskan kekuatan

anteseden dalam memprediksi variabel dependen (Shaikh & Karjaluoto, 2015).

Shaikh dan Karjaluoto menganalisis kekuatan yang paling sering digunakan untuk

menjelaskan sikap, niat untuk menggunakan, dan penggunaan mobile dalam

perbankan. Dengan demikian, kami menganalisis koefisien rata-rata jalur ukuran efek

nilai-R dari hubungan yang paling sering digunakan seperti yang dianalisis (lihat

Lampiran 1); hubungan yang digunakan dalam enam studi atau lebih dimasukkan.

Hasilnya, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5, menunjukkan bahwa kepercayaan


memiliki pengaruh paling kuat pada sikap, diikuti oleh persepsi kemudahan

penggunaan. Selain itu, sikap memiliki pengaruh paling kuat pada niat, karena sikap

telah ditemukan sebagai faktor yang paling umum digunakan. Menariknya, manfaat

yang dirasakan juga memiliki pengaruh yang lebih kuat pada niat daripada persepsi

kemudahan penggunaan.

Tabel 5
Ukuran koefisien jalur rata-rata anteseden utama.

Konstruk Niat Sikap


Sikap - 0,511
Kegunaan yang 0,180 0,432
dirasakan

Kepercayaan 0,362 0,352

Persepsi kemudahan 0,264 0,347


penggunaan

Norma subyektif / - 0.343


pengaruh sosial

Kenyamanan - 0,335
5. Diskusi

Tujuan dari penelitian kami adalah untuk memberikan tinjauan literatur

tentang apa yang mendorong penggunaan UGC oleh para wisatawan selama

pencarian informasi perjalanan. Melalui kriteria pencarian, kami mengidentifikasi 54

artikel dari jurnal berbasis pariwisata dan non-pariwisata. Kami juga mengidentifikasi

22 teori, model, dan kerangka kerja yang heterogen dan berbeda dengan faktor yang

berbeda. Kami juga menganalisis artikel berdasarkan pendekatan metodologis yang

digunakan dan penyebaran geografisnya. Selanjutnya, penentu kriteria dan elemen

penggunaan UGC yang berkaitan dengan sumber, konten dan karakteristik penerima

diidentifikasi. Kami menyediakan kerangka kerja untuk menunjukkan bagaimana

elemen-elemen ini cocok dan menganalisis koefisien rata-rata jalur untuk menentukan

kekuatan faktor yang memprediksi penggunaan.

Konsumen menganggap pengalaman yang dibagikan oleh sesama wisatawan

adalah dapat dipercaya, (Sparks et al., 2013). Informasi wisata dan perjalanan dapat

dibagi di antara anggota jaringan sosial yang sama, di antara mereka yang tidak

termasuk dalam jaringan yang sama, dan bahkan di antara mereka yang secara

geografis jauh (Muñoz-Leiva et al., 2012). Ketika konten dibagikan oleh mereka yang

tidak termasuk dalam jaringan yang sama, kredibilitas sumber menjadi penentu

penting dari kepercayaan UGC. Kredibilitas sumber mencakup kepercayaan dan

keahlian(Ayeh et al., 2013a). Kepercayaan pada sumber dan keandalan sumber,

sementara keahlian menyiratkan bahwa sumber memiliki pengetahuan tentang tujuan.


Wisatawan yang mencari informasi perjalanan akan menganggap UGC dari mereka

lebih dapat dipercaya.

Informasi perjalanan berbeda berdasarkan pada valensi (konten berbingkai

negatif atau positif). Membaca ulasan positif dapat memiliki efek positif pada

kecenderungan wisatawan untuk mengunjungi tujuan (Tsao et al., 2015). Namun,

beberapa penelitian telah menghasilkan hasil yang bertentangan mengenai pengaruh

konten berbingkai positif dan negatif pada niat wisatawan (Sparks & Browning,

2011; Zhao et al., 2015). Ketika wisatawan mencari informasi perjalanan, elemen-

elemen baru dan mudah dipahami dari UGC secara positif memengaruhi niat

pemesanan (Chen et al., 2014)., Kualitas informasi, yang mencakup akurasi,

ketepatan waktu, kelengkapan, dan relevansi, memengaruhi kepercayaan dan niat

pemesanan (Filieri dan McLeay, 2014). Dalam media sosial tradisional, niat untuk

menggunakan media sosial secara langsung dipengaruhi oleh manfaat yang dirasakan

(fungsional, psikologis, hedonis, dan sosial) (Parra-Lopez et al., 2011). Dalam

konteks pariwisata dan perjalanan, perilaku mencari keuntungan adalah perilaku yang

mengejar tujuan terbaik, atraksi, hotel, transportasi, makanan, minuman, dan harga

menjelaskan penggunaan UGC (Oz, 2015). Sebagian besar studi yang diulas

menemukan bahwa UGC secara positif memengaruhi niat wisatawan untuk memesan

hotel dan mengunjungi tujuan. Beberapa penelitian juga mengungkapkan bahwa

pengaruh sosial, keterlibatan, kenikmatan, dan pengalaman adalah penentu penting

penggunaan UGC untuk perjalanan dan pariwisata (Chung & Koo, 2015).

5.1. Kontribusi penelitian


5.1.1. Implikasi Teoritis

Pertama, penelitian kami menemukan bahwa penggunaan UGC untuk

perencanaan perjalanan tergantung pada tiga faktor: karakteristik berbasis sumber,

karakteristik berbasis pengguna, dan karakteristik berbasis konten. Identifikasi

kepercayaan memiliki pengaruh paling kuat pada sikap, hal ini sejalan dengan

penelitian sebelumnya yang mengidentifikasi kepercayaan sebagai kriteria penting

untuk penggunaan UGC karena mereka yang menggunakan media sosial tidak saling

mengenal satu sama lain (Ayeh et al., 2013a, 2013b; Parra- Lopez et al., 2011).

Kedua, analisis geografis dari pekerjaan sebelumnya pada teknologi informasi dan

komunikasi sebagian besar dilakukan di Amerika Utara, Eropa, wilayah Asia Timur

(Cina, Korea Selatan, Hong Kong dan Taiwan), dan Timur Tengah, tanpa studi di

Asia Selatan atau Afrika (Shaikh & Karjaluoto, 2015). Namun dalam penelitian ini,

tidak ada penelitian yang dilakukan di wilayah Asia Selatan (terdiri dari India,

Pakistan, Bangladesh, Nepal dan Bhutan) dan hanya satu studi di Afrika.

Ketiga, dari 22 teori, kerangka kerja, dan model tinjauan sistematis kami yang

tidak dijelaskan (lihat Lampiran 1), TAM adalah yang paling banyak digunakan

(26%). Meskipun TAM pada awalnya dikembangkan pada tingkat organisasi,

penggunaan dan penerapannya pada tingkat konsumen terdapat dalam literatur

(Muñoz-Leiva et al., 2012). Namun, kelemahan TAM dalam memprediksi

penggunaan teknologi hanya pada tingkat individu (Chau & Hu, 2001) yang

mengharuskan beberapa penelitian untuk menggabungkan teori dengan model lain

(misalnya Casalo et al., 2011) dan memperluas teori dengan menambahkan konstruk
lainnya (Ayeh et al., 2013b). Demikian pula, dalam tinjauan literatur tentang

dorongan konsumen untuk berbelanja online, Perea et al. (2004) secara luas meneliti

TAM dan konstruknya dalam belanja online konsumen.

Keempat, teori yang diidentifikasi dengan koefisien jalur berasal dari studi

yang berbeda (lihat Lampiran 1) dan memberikan latar belakang teoritis yang kuat

untuk penelitian selanjutnya (Okoli & Schabram, 2010); dengan demikian, penelitian

ini menyediakan sumber refrensi bagi para sarjana yang ingin melakukan penelitian,

terutama meta-analisis UGC dalam pariwisata. Kelima, kontribusi para sarjana dari

bidang sistem informasi akan tumbuh, dan tidak hanya dalam bidang ilmu

manajemen, sebagaimana dibuktikan dengan semakin tingginya penelitian di media

sosial dalam pariwisata dan perjalanan dalam jurnal-jurnal berbasis non-pariwisata.

5.1.2. Implikasi Praktis

Tinjauan sistematis kami menghasilkan beberapa implikasi untuk dapat

dipraktikan. Pertama, meluasnya TIK telah mengubah konsumen dari penerima pesan

pemasaran yang pasif menjadi peserta aktif dalam penciptaan merek dan penciptaan

produk atau layanan. Media sosial dengan ekstensi menyediakan platform untuk

UGC. Yang menarik, ketersediaan akses gratis ke internet merupakan kontributor

signifikan terhadap kepuasan konsumen dengan layanan pariwisata yang diberikan,

sehingga manajer harus memastikan bahwa konsumen memiliki akses tanpa

hambatan dan tanpa batas ke internet. Dalam sebuah penelitian yang mengevaluasi

peringkat pelanggan tentang hotel, Bulchand-Gidumal, Melián-González, dan Lopez-

Valcarcel (2013) menemukan bahwa hotel yang menawarkan wifi gratis menerima
skor lebih tinggi daripada yang lain. Untuk menekankan pentingnya internet bagi

konsumen, maskapai penerbangan telah mulai menyediakan akses internet untuk

penumpang pesawat (Medina, Hoffmann, Rossetto, & Rokitansky, 2010), yang

sebelumnya tidak tersedia.

Kedua, evaluasi kepuasan / ketidakpuasan pelanggan muncul dari dua pilar:

layanan inti dan faktor relasional. Layanan inti meliputi harapan dasar terkait dengan

ukuran dan kebersihan kamar, fasilitas toilet, jenis dan ketersediaan makanan,

penerangan, perabotan, dan perlengkapan. Faktor-faktor relasional berkaitan dengan

kinerja layanan pelanggan. Layanan yang baik biasanya menghasilkan UGC positif,

dan meningkatkan harapan calon wisatawan. Oleh karena itu, manajer harus terus

meningkatkan layanan mereka agar dapat terus memenuhi harapan wisatawan.

Ketiga, walaupun informasi yang diberikan oleh sesama konsumen adalah

penting, keputusan sebenarnya untuk mengunjungi masih berada pada konsumen,

yang mendasarkan pilihan mereka pada atribut kognitif dan evaluatif tujuan. Dengan

demikian, manajer tidak boleh menyerah sepenuhnya berdasarkan ulasan dan

komentar tentang layanan mereka. Konsumen masih mengambil langkah-langkah

tambahan untuk mengevaluasi layanan dan produk.

Penelitian kami juga menemukan bahwa pemanfaatan jejaring sosial sangat

cocok untuk manajer festival dan acara. Forum semacam itu memberikan

kesempatan bagi wisatawan sebelumnya untuk berbagi pengalaman, pertanyaan, dan

umpan balik yang diperoleh. Sementara halaman web tradisional mungkin berisi

informasi yang sangat terbatas tentang kegiatan seperti itu, Lee et al. (2012)
menemukan bahwa Facebook adalah media yang tidak hanya menyediakan informasi

tetapi juga memungkinkan manajer untuk melakukan sesi obrolan langsung dengan

konsumen. Oleh karena itu perusahaan harus memastikan telah memberikan

pengalaman menarik yang akan menghasilkan UGC positif. Berbagi pengalaman

seperti itu di halaman Facebook akan memengaruhi mereka yang membaca konten

tersebut untuk dikunjungi.

5.2. Keterbatasan dan arah penelitian selanjutnya

Salah satu keterbatasan penelitian ini adalah penelitian ini didasarkan hanya

pada studi kuantitatif tidak memasukkan penelitian kualitatif. Tinjauan didasarkan

pada UGC dan tidak memasukkan media yang dihasilkan pemasar. Media yang

dibuat oleh pemasar dapat menawarkan lebih banyak wawasan tentang pemanfaatan

konten online untuk perencanaan perjalanan. Review hanya mencakup periode dari

2005 hingga 2016.

Di antara pasar negara berkembang, hanya China dan Taiwan yang secara

substansial tercermin, dengan satu studi di Afrika. Oleh karena itu, kami

merekomendasikan penelitian dilakukan di pasar-pasar penting yang sedang

berkembang seperti India dan negara-negara di Afrika dan Amerika Selatan yang

telah memiliki tingkat berlangganan internet yang cepat dan penggunaan media sosial

yang tinggi. Selain itu, Facebook dan Twitter adalah platform media sosial yang

paling banyak dipelajari. Platform seperti YouTube, Delicious, Digg, dan Lonely

Planet juga sangat penting untuk rencana perjalanan dan pariwisata; penelitian lebih

lanjut harus berupaya untuk menggabungkan jaringan-jaringan ini ke dalam literatur


UGC. Semua studi yang ditinjau hanya terkait pada profil sampel, tidak ada yang

mengambil langkah lebih dalam menuju pembobotan karakteristik sampel dalam

penggunaan UGC dalam perencanaan perjalanan. Penelitian ini dapat menjadi bidang

studi yang menarik, terutama di pasar negara berkembang.


Refrensi
Akman, I., & Mishra, A. (2010). Gender, age and income differences in internet
usage among employees in organizations. Computers in Human Behavior,
26(3), 482–490.
Albarq, A. N. (2014). Measuring the impacts of online word-of-mouth on
Tourists' attitude and intentions to visit Jordan: An empirical study.
International Business Research, 7(1), 14–22.
Alcazar, M. D. C. H., Pinero, M. S., & Maya, S. R. (2014). The effect of user-
generated content on tourist behavior: The mediating role of destination image.
Tourism Management Studies, 10, 158–164.
Aluri, A. K. (2012). Does embedding social media channels in hotel websites
influence tra- vellers' satisfaction and purchase intention? (A thesis submitted
to the Faculty of the Graduate College of the Oklahoma State University in
partial fulfilment of the re- quirements for the degree of doctor of philosophy).
Aluri, A., Slevitch, L., & Larzelere, R. (2015). The influence of embedded
social media channels on Travelers' gratifications, satisfaction, and purchase
intention. Cornell Hospitality Quarterly.
http://dx.doi.org/10.1177/1938965515615685.
Ayeh, J. K. (2012). Analysing the factors affecting online Travellers' attitude and
intention to use consumer-generated media for travel planning. (A Thesis
submitted in partial ful- filment of the requirement of the degree of Doctor of
Philosophy of The Hong Kong Polytechnic University).
Ayeh, J. K. (2015). Travellers' acceptance of consumer-generated media: An
integrated model of technology acceptance and source credibility theories.
Computers in Human Behaviour, 48, 173–180.
Ayeh, J. K., Au, N., & Law, R. (2013a). “Do we believe in TripAdvisor?”
examining credibility perceptions and online travelers' attitude toward using
user-generated content. Journal of Travel Research, XX(X), 1–16.
Ayeh, J. K., Au, N., & Law, R. (2013b). Predicting the intention to use
consumer-gener- ated media for travel planning. Tourism Management, 35,
132–143.
Bacile, T. J., Ye, C., & Swilley, E. (2014). From firm-controlled to consumer-
contributed: Consumer co-production of personal media marketing
communication. Journal of Interactive Marketing, 28(2), 117–133.
Bhattacherjee, A., & Sanford, C. (2006). Influence processes for information
technology acceptance: An elaboration likelihood model. MIS Quarterly, 805–
825.
Bilgihan, A., Barreda, A., Okumus, F., & Nusair, K. (2016). Consumer
perception of knowledge-sharing in travel-related online social networks.
Tourism Management, 52, 287–296.
Book, L. A., Tanford, S., Montgomery, R., & Love, C. (2015). Online traveler
reviews as social influence: price is no longer king. Journal of Hospitality and
Tourism Research, xx(x), 1–31.
Bulchand-Gidumal, J., Melián-González, S., & Lopez-Valcarcel, B. G. (2013).
A social media analysis of the contribution of destinations to client
satisfaction with hotels. International Journal of Hospitality Management, 35,
44–47.
Casaló, L. V., Flavian, C., & Guinaliu, M. (2010). Determinants of the intention
to parti- cipate in firm-hosted online travel communities and effects on
consumer behavioural intentions. Tourism Management, 31, 898–911.
Casalo, L. V., Flavian, C., & Guinaliu, M. (2011). Understanding the intention
to follow the advice obtained in an online travel community. Computers in
Human Behaviour, 27, 622–633.
Chau, P. Y., & Hu, P. J. H. (2001). Information technology acceptance by
individual professionals: A model comparison approach. Decision Sciences,
32(4), 699–719.
Chen, Y., Shang, R., & Li, M. (2014). The effect of perceived relevance of
travel blogs' content on the behavioural intention to visit a tourist destination.
Computers in Human Behaviour, 30, 787–799.
Cheng, M. (2016). Sharing economy: A review and agenda for future research.
International Journal of Hospitality Management, 57, 60–70.
Cheng, S., Lam, T., & Hsu, C. H. C. (2006). Negative word-of-mouth
communication in- tention: an application of the theory of planned behaviour.
Journal of Hospitality and Tourism Research, 30(1), 95–116.
Cheung, C. M. K., & Thadani, D. R. (2012). The impact of electronic word-of-
mouth communication: A literature analysis and integrative model. Decision
Support Systems, 54(1), 461–470.
Chiu, C. M., Wang, E. T., Fang, Y. H., & Huang, H. Y. (2014). Understanding
customers' repeat purchase intentions in B2C e-commerce: The roles of
utilitarian value, hedonic value and perceived risk. Information Systems
Journal, 24(1), 85–114.
Chong, A. Y. L., & Ngai, E. T. W. (2013). What influences travellers' adoption of
a loca- tion-based social media service for their travel planning? Pacific Asia
Conference on Information Systems.(PACIFIC).
Chung, N., & Koo, C. (2015). The use of social media in travel information
search.
Telematics and Informatics, 32, 215–229.
Chung, N., Han, H., & Koo, C. (2015). Adoption of travel information in user-
generated content on social media: The moderating effect of social presence.
Behaviour & Information Technology, 34(9), 902–919.
Cox, C., Burgess, S., Sellitto, C., & Buultjens, J. (2009). The role of user-
generated content in tourists' travel planning behavior. Journal of Hospitality
Marketing & Management, 18(8), 743–764.
Culnan, M. J., McHugh, P. J., & Zubillaga, J. I. (2010). How large US
companies can use Twitter and other social media to gain business value. MIS
Quarterly Executive, 9(4).
Cyr, D., Head, M., & Ivanov, A. (2006). Design aesthetics leading to m-loyalty in
mobile commerce. Information Management, 43(8), 950–963.
Davis, F. D. (1989). Perceived usefulness, perceived ease of use, and user
acceptance of information technology. MIS Quarterly, 13(3), 319–339.
http://dx.doi.org/10.2307/ 249008.
Duhan, P., & Singh, A. (2014). Virtual communities' antecedents and marketing
dyna- mism: An empirical study of tourists visit to Varanasi. Journal of Direct,
Data and Digital Marketing Practice. 16, 115–127.
Fan, Y. W., & Miao, Y. F. (2012). Effect of electronic word-of-mouth on
consumer pur- chase intention: The perspective of gender differences.
International Journal of Electronic Business Management, 10(3), 175.
Filieri, R., & McLeay, F. (2013). E-WOM and accommodation: An analysis of
the factors that influence travelers' adoption of information from online
reviews. Journal of Travel Research, 53(1), 44–57.
Filieri, R., & McLeay, F. (2014). E-WOM and accommodation: An analysis of
the factors that influence travelers’ adoption of information from online
reviews. Journal of Travel Research, 53(1), 44–57.
Filieri, F., Alguezaui, S., & McLeay, F. (2015). Why do travellers trust
TripAdvisor? Antecedents of trust towards consumer-generated media and its
influence on re- commendation adoption and word of mouth. Tourism
Management, 51, 174–185.
Goldsmith, R. E., & Horowitz, D. (2006). Measuring motivations for online
opinion seeking. Journal of Interactive Advertising, 6(2), 1–16.
Gretzel, U., Kang, M., & Lee, W. (2008). Differences in consumer-generated
media adoption and use: A cross-national perspective. Journal of
Hospitality & Leisure Marketing, 17(1–2), 99–120.
Groeger, L., & Buttle, F. (2014). Word-of-mouth marketing influence on offline
and online communications: Evidence from case study research. Journal of
Marketing Communications, 20(1–2), 21–41.
Herrero, A., Martin, H. S., & Harnandez, J. M. (2015). How online search
behavior is influenced by user-generated content on review websites and hotel
interactive websites. International Journal of Contemporary Hospitality
Management, 27(7), 1573–1597.
Hosany, S., & Prayag, G. (2013). Patterns of tourists' emotional responses,
satisfaction, and intention to recommend. Journal of Business Research, 66,
730–737.
Hsiao, K., Lu, H., & Lan, W. (2013). The influence of the components of
storytelling blogs on readers' travel intentions. Internet Research, 23(2), 160–
182.
Huang, C.-Y., Chou, C.-J., & Lin, P.-C. (2010). Involvement theory in
constructing blog- gers' intention to purchase travel products. Tourism
Management, 31, 513–526.
Jalilvand, M. R., & Samiei, N. (2012). The impact of electronic word of mouth
on a tourism destination choice. Internet Research, 22(5), 591–612.
Jalilvand, M. R., Ebrahimi, A., & Samiei, N. (2013). Electronic Word of Mouth
Effects on Tourists' Attitudes Islamic Destinations and Travel Intention: An
Empirical study in Iran. Procedia – Social and Behavioural Sciences, 81, 484–
489.
Kang, M., & Schuett, M. (2013). Determinants of sharing travel experiences in
social media. Journal of Travel & Tourism Marketing, 30, 93–107.
Khan, G., & Khan, F. (2015). Motivations to engage in eWOM among
Muslim tourists: A study of inbound Muslim tourists to Malaysia.
International Journal of Islamic Marketing and Branding, 1(1), 69–80.
Ku, E. C. S. (2011). Recommendations from a virtual community as a catalytic
agent of travel decisions. Internet Research, 21(3), 282–303.
Ladhari, R., & Michaud, M. (2015). E-WOM effects on hotel booking intentions,
attitudes, trust, and website perceptions. International Journal of Hospitality
Management, 46, 36–45.
Lee, W., Xiong, L., & Hu, C. (2012). The effect of Facebook users' arousal
and valence on intention to go to the festival: Applying an extension of the
technology acceptance. International Journal of Hospitality Management,
31, 819–827.
Leung, X. Y., & Bai, B. (2013). How motivation, opportunity, and ability impact
Travelers' social media involvement and revisit intention. Journal of Travel &
Tourism Marketing, 30, 58–77.
Leung, D., Law, R., Hoof, H. V., & Buhalis, D. (2013). Social media in tourism
and hos- pitality: A literature review. Journal of Travel & Tourism Marketing,
30, 3–22.
Lin, H. (2007). The role of online and offline features in sustaining virtual
communities: An empirical study. Internet Research, 17(2), 119–138.
Liu, C.-H. S., & Lee, T. (2016). Service quality and price perception of service:
Influence on word-of-mouth and revisit intention. Journal of Air Transport
Management, 52, 42–54.
Lu, W., & Stepchenkova, S. (2015). User-generated content as a research mode in
tourism and hospitality applications: Topics, methods, and software. Journal of
Hospitality Marketing & Management, 24(2), 119–154.
Mauri, A. G., & Minazzi, R. (2013). Web reviews influence on expectations and
pur- chasing intentions of hotel potential customers. International Journal of
Hospitality Management, 34, 99–107.
McPherson, M., Smith-Lovin, L., & Cook, J. M. (2001). Birds of a feather:
Homophily in social networks. Annual Review of Sociology, 415–444.
Medina, D., Hoffmann, F., Rossetto, F., & Rokitansky, C. H. (2010, May). A
crosslayer geographic routing algorithm for the airborne internet.
Communications (ICC), 2010 IEEE International Conference on (pp. 1–6).
(IEEE).
Munar, A. M., & Jacobsen, J. K. S. (2014). Motivations for sharing tourism
experiences through social media. Tourism Management, 43, 46–54.
Muñoz-Leiva, F., Hernandez-Mendez, J., & Sanchez-Fernandez, J. (2012).
Generalizing user behavior in online travel sites through the Travel 2.0
website acceptance model. Online Information Review, 36(6), 879–902.
Okoli, C., & Schabram, K. (2010). A guide to conducting a systematic literature
review of information systems research. Sprouts work. Pap. Information
Systems, 10, 26.
Oz, M. (2015). Social media utilization of tourists for travel-related purposes.
International Journal of Contemporary Hospitality Management, 27(5), 1003–
1023.
Ozturen, A. (2013). Effects of electronic trust on purchase intentions in online
social review networks: The case of TripAdvisor.com. Life Sciences Journal,
10(2), 2002–2010.
Paquet-Clouston, M., Bilodeau, O., & Décary-Hétu, D. (2017, July). Can we
trust Social media data?: social network manipulation by an IoT botnet.
Proceedings of the 8th International Conference on Social Media & Society
(pp. 15). ACM.
Parra-Lopez, E., Bulchand-Gidumal, J., Gutierrez-Tano, D., & Diaz-Armas, R.
(2011).
Intentions to use social media in organising and taking vacation trips.
Computers in Human Behaviour, 27, 640–654.
Perea, Y., Monsuwé, T., Dellaert, B. G., & De Ruyter, K. (2004). What
drives consumers to shop online? A literature review. International
Journal of Service Industry Management, 15(1), 102–121.
Pietro, L. D., & Pantano, E. (2013). Social network influences on young tourists:
An ex- ploratory analysis of determinants of the purchasing intention. Journal
of Direct, Data and Digital Marketing Practice, 15, 4–19.
Rageh, A., Melewar, T. C., & Woodside, A. (2013). Using netnography research
method to reveal the underlying dimensions of the customer/tourist
experience. Qualitative Market Research: An International Journal, 16(2),
126–149.
Shaikh, A. A., & Karjaluoto, H. (2015). Making the most of information
technology & systems usage: A literature review, framework and future
research agenda. Computers in Human Behaviour, 49, 541–566.
Sigala, M. (2009). E-service quality and Web 2.0: Expanding quality models to
include customer participation and inter-customer support. The Service
Industries Journal, 29(10), 1341–1358.
Sigala, M. (2011). eCRM 2.0 applications and trends: The use and perceptions
of Greek tourism firms of social networks and intelligence. Computers in
Human Behavior, 27(2), 655–661.
Sotiriadis, M. D., & Zyl, C. V. (2013). Electronic word-of-mouth and online
reviews in tourism services: The use of twitter by tourists. Electronic
Commerce Research, 13, 103–124.
Sparks, B. A., & Browning, V. (2011). The impact of online reviews on
hotel booking intentions and perception of trust. Tourism Management,
32, 1310–1323.
Sparks, B. A., Perkins, H. E., & Buckley, R. (2013). Online travel reviews as
persuasive communication: The effects of content type, source, and
certification logos on con- sumer behavior. Tourism Management, 39, 1–9.
Ting, K.-C., Ting, P.-H., & Hsiao, P.-W. (2014). Why are bloggers willing to
share their thoughts via travel blogs. International Journal of Technology
Management, 64(1), 89–108.
Tranfield, D., Denyer, D., & Smart, P. (2003). Towards a methodology for
developing evidence-informed management knowledge by means of
systematic review. British Journal of Management, 14(3), 207–222.
Tsao, W.-C., Hsieh, M.-T., Shih, L.-W., & Lin, T. M. Y. (2015). Compliance
with eWOM: The influence of hotel reviews on booking intention from the
perspective of consumer conformity. International Journal of Hospitality
Management, 46, 99–111.
Ukpabi, D. C., & Karjaluoto, H. (2017a). Consumers' acceptance of information
and communications technology in tourism: A review. Telematics and
Informatics, 34(5), 618–644.
Ukpabi, D. C., & Karjaluoto, H. (2017b). Influence of social media on
corporate heritage tourism brand. Information and Communication
Technologies in Tourism 2017 (pp. 697–709). Cham: Springer.
Venkatesh, V. (2000). Determinants of perceived ease of use: Integrating control,
intrinsic motivation, and emotion into the technology acceptance model.
Information Systems Research, 11(4), 342–365.
Wang, H. (2011). Exploring the factors of gastronomy blogs influencing
readers' intention to taste. International Journal of Hospitality
Management, 30, 503–514.
Wang, H. (2012). Investigating the determinants of travel blogs influencing
readers' in- tention to travel. The Service Industries Journal, 32(2), 231–255.
Wang, H.-Y. (2015a). Predicting customers' intentions to check in on Facebook
while patronizing hospitality firms. Service Business.
http://dx.doi.org/10.1007/s11628- 014-0265-7.
Wang, P. (2015b). Exploring the influence of electronic word-of-mouth on
tourist's visit intention. Journal of Systems and Information Technology, 17(4),
381–396.
Webster, J., & Watson, R. T. (2002). Analyzing the past to prepare for the
future: Writing a.
MIS Quarterly. vol. 26(2), 13–23.
Wu, J., & Chang, Y. (2005). Towards understanding members' interactivity,
trust, and flow in online travel community. Industrial Management & Data
Systems, 105(7), 937–954.
Xiong, B., Skitmore, M., & Xia, B. (2015). A critical review of structural
equation mod- eling applications in construction research. Automation in
Construction, 49, 59–70.
Yang, F. X. (2017). Effects of restaurant satisfaction on knowledge sharing
motivation on E-WOM intentions: The moderating role of technology
acceptance factors. Journal of Hospitality & Tourism Research, 41(1), 93–127.
Zaichkowsky, J. L. (1985). Measuring the involvement construct. Journal of
Consumer Research, 12(3), 341–352.
Zarrad, H., & Debabi, M. (2015). Analyzing the effect of electronic word of
mouth on Tourists' attitude toward destination and travel intention.
International Research Journal of Social Sciences, 4(4), 53–60.
Zeng, B., & Gerritsen, R. (2014). What do we know about social media in
tourism? A review. Tourism Management Perspectives, 10, 27–36.
Zhang, Z., Ye, Q., Law, R., & Li, Y. (2010). The impact of e-word-of-mouth on
the online popularity of restaurants: A comparison of consumer reviews and
editor reviews.
International Journal of Hospitality Management, 29(4), 694–700.
Zhang, L., Wu, L., & Mattila, A. (2014). Online reviews: The role of
information load and peripheral factors. Journal of Travel Research.
http://dx.doi.org/10.1177/ 0047287514559032.
Zhao, X., Wang, L., Guo, X., & Law, R. (2015). The influence of online
reviews to online hotel booking intentions. International Journal of
Contemporary Hospitality Management, 27(6), 1343–1364.
Dandison C. Ukpabi Heikki
Karjaluoto

Anda mungkin juga menyukai