Berdasarkan data-data tentang tingkat korupsi di Indonesia, persoalan korupsi
menjadi permasalahan besar yang harus diselesaikan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui pendidikan karakter. Ada salah satu nilai yang paling penting untuk membangun karakter anti korupsi yaitu nilai kejujuran. Penanaman pondasi karakter kejujuran harus ditanamkan sejak usia dini. Salah satu media yang tepat digunakan dalam implementasi pendidikan membangun karakter kejujuran adalah melalui metode bermain. Permainan yang bisa digunakan adalah permainan tradisional anak yang sudah cukup lama berkembang di negeri ini yang sarat dengan nilai budaya bangsa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan karakter kejujuran antara siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen sesudah menggunakan permainan tradisional jawa. Pendekatan dalam penelitian ini adalah eksperimen pretest-posttest control group design. Populasi dalam penelitian ini harus homogen, yaitu lembaga dari satu yayasan, berusia 5-6 tahun. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling, terambil dua sampel yaitu PAUD AL Ikhlas sebagai kelompok eksperimen dengan siswa jumlah 17 anak dan sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa 17 anak. Analisis perhitungan t test posttest antara kelompok eksperimen dan kontrol menghasilkan nilai Nilai t hitung sebesar 3,489 > ttabel sebesar 2,120. Nilai sig (2-tailed) < 0,05 yaitu 0,01 < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Rata-rata atau Mean nilai posttest meningkat dari 40.1176 menjadi 46.0588. Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman karakter kejujuran pada pretest dan posttest kelompok eksperimen, serta tidak ada perbedaan pemahaman karakter kejujuran pada pretest dan posttest pada kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa permainan tradisional efektif digunakan untuk membangun pemahaman karakter kejujuran pada anak usia dini. Kata kunci: Permainan Tradisional, Karakter Kejujuran, Anak Usia Dini ABSTRACT
Based on data on the level of corruption in Indonesia, the problem of
corruption is a big problem that must be resolved. One way this can be done is through character education. There is one of the most important values to build an anti- corruption character, namely the value of honesty. The foundation of the character of honesty must be planted from an early age. One of the appropriate media to be used in the implementation of education to build honesty character is through the play method. The games that can be used are traditional children's games that have been developing in this country for a long time, which are full of national cultural values. The formulation of the problem in this study is whether there are differences in the character of honesty between students in the control class and the experimental class after using traditional Javanese games. The approach in this study was the experimental pretest-posttest control group design. The population in this study must be homogeneous, namely institutions from one foundation, 5-6 years old. Sampling using simple random sampling technique, taken two samples, namely PAUD AL Ikhlas as an experimental group with 17 students and a control group with 17 students. Analysis of the calculation of the posttest t test between the experimental group and control produces a value tcount of 3.489> t table of 2.120. The sig value (2-tailed) <0.05 is 0.01 <0.05. This shows that Ho rejected and Ha accepted. The average or mean posttest score increased from 40.1176 to 46.0588. Based on these calculations, it can be concluded that there is a difference in understanding of the character of honesty in the pretest and posttest of the experimental group, and there is no difference in understanding the character of honesty in the pretest and posttest in the control group. This shows that traditional games are effectively used to build understanding of the character of honesty in early childhood. Keywords: Traditional Games, Honesty Character, Early Childhood Pendahuluan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih ditentukan oleh kemampuan Tingkat korupsi suatu negara mengelola diri dan orang lain (soft skill). dapat diukur dari Indek Persepsi Korupsi Pendidikan anti korupsi adalah (IPK). Data tahun 2009 menunjukan pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai bahwa Indonesia berada pada papan pada anak. Menurut Handoyo (2009) bawah dengan dengan Indek Persepsi nilai-nilai yang dapat disemaikan kepada Korupsi (IPK) 2,8. Skala IPK mulai dari 1 generasi muda, terutama mereka yang sampai 10, semakin besar nilai IPK suatu masih duduk di bangku sekolah negara maka semakin bersih negara diantaranya adalah kejujuran, tanggung tersebut dari tindakan korupsi. Dari data jawab, keberanian, keadilan, keterbukaan, yang diperoleh dari Transparency kedisiplinan, kesederhanaan, kerja keras, dan kepedulian. International Corruption Perception Index Menurut laporan KPK tahun 2007 2009 tersebut, IPK Indonesia sama dalam pengembangan modul pendidikan, dengan negara lainnya pada urutan 111 telah dibuat 3 modul untuk siswa SMP seperti Algeria, Djibouti, Egypt, Kiribati, dan telah siap untuk dipublikasikan pada Mali, Sao Tome and Principe, Solomon tahun 2008. Selain itu juga, untuk Islands dan Togo. Angka ini pendidikan pengembangan karakter anti menyimpulkan bahwa Indonesia adalah korupsi bagi SD, telah dibuat modul sebuah negara yang belum lepas dari pendidikan untuk siswa kelas 4, 5, dan 6. persoalan korupsi. Khusus untuk pendidikan pengembangan Berdasarkan data-data tentang siswa Taman Kanak-kanak (TK) telah tingkat korupsi di Indonesia, persoalan dibuat buku dongeng anti korupsi yang korupsi menjadi permasalahan besar yang berisi pesan moral yang memadukan harus diselesaikan. Salah satu cara yang cerita sederhana dengan tokoh dan bisa dilakukan adalah melalui pendidikan. karakter hewan-hewan lucu. Implementasi Pendidikan Anti Korupsi pada hakikatnya kegiatan pendidikan dengan pendekatan merupakan bagian dari pendidikan dongeng akan dilaksanakan pada tahun karakter. Pendidikan anti korupsi berfokus 2008. pada pengembangan tata nilai & moralitas Pendidikan anti korupsi memiliki pada individu. Kemendikbud telah banyak nilai yang harus dikembangkan menetapkan bahwa pendidikan karakter untuk dapat membangun karakter anti dianggap sangat penting dalam korupsi kepada anak. Ada salah satu nilai keseluruhan proses pembelajaran di yang paling penting untuk membangun sekolah. Dalam buku panduan tentang karakter anti korupsi. Nilai tersebut adalah Pendidikan Karakter di SMP, nilai kejujuran. Pendidikan anti korupsi Kemendiknas (2010), disebutkan bahwa adalah pendidikan yang berkaitan dengan karakter merupakan salah satu faktor cara-cara untuk menanamkan kujujuran terpenting bagi kesusksesan seseorang. pada diri peserta didik melalui Kesuksesan seseorang tidak ditentukan serangkaian cara dan strategi yang bersifat semata-mata oleh pengetahuan dan edukatif (Deal dan Peterson, 1999) dalam Hamdani (2010). Sebagaimana pernyataan dikenalkan konsep atau pemahaman yang ditulis oleh Hamdani (2010) bahwa kepada anak usia dini tentang karakter moral kejujuran adalah moral universal, kejujuran. moral yang dijunjung tinggi oleh bangsa- Model pendidikan untuk anak usia bangsa modern dan beradab. Yang dini harus disesuaikan dengan masa didasarkan atas nilai-nilai kejujuran. perkembangan mereka yang masih Kejujuran pada gilirannya akan didominasi oleh permainan sebagai media menumbuhkan kepercayaan (trust), dan transfer pengetahuan. Salah satu metode kepercayaannya merupakan salah satu yang sesuai digunakan dalam unsur modal sosial. Tugas pendidikan implementasi pendidikan membangun adalah menanamkan nilai-nilai kejujuran pemahaman karakter kejujuran adalah kepada setiap komponen di dalamnya, melalui bermain. Bermain adalah suatu baik itu siswa, staff guru maupun kebutuhan yang sudah ada dengan komponen lainnya. Handoyo, dkk (2010) sendirinya (inhernt), dan sudah terberi melakukan penelitian tentang penanaman secara alami. Permainan yang bisa nilai-nilai kejujuran dalam pendidikan anti digunakan adalah permainan tradisional korupsi di SMA 06 kota Semarang. anak yang sudah cukup lama berkembang Adanya penelitian ini menunjukkan di negeri ini, bahkan permainan- bahwa dalam pendidikan anti korupsi, permainan tersebut sarat dengan nilai-nilai kejujuran merupakan nilai yang paling budaya bangsa. Namun demikian seiring penting untuk diajarkan kepada anak. dengan perkembangan jaman permainan Membangun karakter bukanlah tradisional ini semakin lama semakin merupakan produk instant yang dapat dilupakan oleh anak-anak terutama di langsung dirasakan sesaat setelah perkotaan karena sudah semakin pendidikan tersebut diberikan. Pendidikan banyaknya permainan modern yang membangun karakter merupakan proses berasal dari luar negeri. panjang yang harus dimulai sejak dini Kajian tentang permainan pada anak-anak dan baru akan dirasakan tradisional anak di Indonesia umumnya setelah anak-anak tersebut tumbuh belum sangat berkembang, tapi terlihat menjadi dewasa. Penanaman pondasi perhatian yang cukup besar dari kalangan karakter anti korupsi khususnya karakter ilmuan terhadap fenomena budaya ini, kejujuran harus ditanamkan sejak usia kecuali dari kalangan tertentu. Namun dini. Salah satu cara untuk menanamkan demikian perhatian yang cukup serius karakter kejujuran pada anak adalah telah diberikan oleh pemerintah melalui melalui pendidikan di sekolah. Menurut Balai kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Schweinhart (1994) dalam Megawangi yang berada di bawah naungan (2004) pendidikan karakter di sekolah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hendaknya dimulai dari usia TK. Beberapa studi telah dilakukan oleh para Pembelajaran bagi anak usia dini ahli, bahkan beberapa berusaha hendaknya dilakukan secara bertahap. mengetahui proses-proses perubahan yang Dalam membangun karakter kejujuran terjadi dalam masyarakat dan dampaknya pada anak, terlebih dahulu harus terhadap berbagai jenis permainan tradisional di Jawa. Salah satu faktor yang yang ada pada satu macam permainan ditemukan menjadi penyebab semakin tidak terdapat dalam permainan jenis surutnya permainan anak-anak tradisional lainnya. Ada percampuran-percampuran dari tengah kehidupan anak-anak di Jawa diantara unsur-unsur permainan tersebut. adalah masuknya pesawat televisi ke Yang mendasar, semua jenis permainan daerah pedesaan. Dengan berbagai ini kental dengan nilai-nilai kerjasama; tayangan acara yang menarik dan tidak kebersamaan; kedisiplinan; kejujuran; membutuhkan tenaga untuk yang merupakan nilai-nilai pandangan menikmatinya, tontonan dari pesawat hidup (world-view) dari berbagai suku televisi secara langsung menjadi hal yang bangsa di Indonesia, yang mendasari lebih disukai oleh anak-anak ketimbang filosofi terbentuknya permainan berbagai permainan anak-anak yang tradisional ini. memang tidak semuanya menarik dan Menurut Purwaningsih (2006) menyenangkan untuk dimainkan. permainan tradisional mengandung unsur- Permianan tradisional anak unsur nilai budaya. Menurut merupakan unsur-unsur kebudayaan yang Dharmamulya (2008), unsur-unsur nilai tidak dapat dianggap remeh, karena budaya yang terkandung dalam permainan permainan ini memberikan pengaruh yang tradisional adalah nilai kesenangan atau tidak kecil terhadap perkembangan kegembiraan, nilai kebebasan, rasa kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak berteman, nilai demokrasi, nilai di kemudian hari. Selain itu, permainan kepemimpinan, rasa tanggung jawab, nilai anak-anak ini juga dianggap sebagai salah kebersamaan dan saling membantu, nilai satu unsur kebudayaan yang memberi ciri kepatuhan, melatih cakap dalam atau warna khas tertentu pada suatu berhitung, melatih kecakapan berpikir, kebudayaan. Oleh karena itu permainan nilai kejujuran dan sportivitas. tradisional anak-anak juga dapat dianggap Berdasarkan penelitian yang sebagai aset budaya, sebagai modal bagi dilakukan oleh Badu (2011) menunjukkan suatu masyarakat untuk mempertahankan bahwa pelatihan permainan tradisional keberadaannya dan identitasnya di tangah edukatif potensi lokal mampu kumpulan masyarakat yang lain meningkatkan kemampuan dan (Sukirman, 2004). keterampilan orang tua anak usia dini Misbach (2006) mengatakan dalam dalam kegiatan bermain anak. Dalam artikelnya bahwa permainan tradisional penelitian ini dikatakan bahwa permainan mengandung pesan-pesan moral dengan tradisional edukatif menanamkan sikap muatan kearifan lokal (local wisdom). hidup dan keterampilan seperti nilai kerja Permainan tradisional bisa dikategorikan sama, kebersamaan, kedisiplinan, dalam tiga golongan, permainan untuk kejujuran, dan musyawarah mufakat bermain (rekreatif), permainan untuk karena ada aturan yang harus dipenuhi bertanding (kompetitif) dan permainan oleh anak sebagai pemain. Berdasarkan yang bersifat eduktif. Walaupun penelitian yang dilakukan oleh Badu permainan-permainan ini dibeda-bedakan (2011) ini menunjukkan bahwa perminan dalam 3 kategori, namun tidak berarti sifat tradisional adalah sangat penting untuk diajarkan kepada anak usia dini di kelincahan. Yang kedua, aspek psikologis lingkungan rumah melalui orang tua. yang meliputi nilai kejujuran, sportivitas, Penelitian yang dilakukan oleh Badu kepemimpinan, pengaturan strategi, (2011), menunjukkan bahwa permainan kegembiraan, spiritualisme, perjuangan. tradisional mengandung nilai sikap hidup Aspek ketiga, yaitu sosial yang meliputi dan keterampilan. Salah satu dari nilai itu nilai social skill, kerjasama dan adalah nilai kejujuran. kekompakan. Kajian permainan tradisional telah Berdasarkan rumusan masalah dilakukan oleh Kementrian Pendidikan diatas, tujuan penelitian ini adalah Tujuan dan Kebudayaan pada tahun 1982 melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pemahaman karakter kejujuran penelitian dalam bentuk inventarisasi antara siswa di kelas kontrol dan kelas permainan tradisional. Dalam penelitian eksperimen sesudah menggunakan tersebut belum sepenuhnya dijelaskan permainan tradisional. nilai-nilai yang terkandung dalam Penelitian ini menggunakan true permainan tradisional. Mengingat jangka eksperimen sehingga terdapat dua waktu interventarisasi penelitian telah kelompok yang diteliti, yaitu kelompok dilakukan oleh Kementrian dan kontrol dan kelompok eksperimen. Prosedur penelitian ini meliputi Kebudayaan pada tahun 1982 sudah langkah-langkah sebagai berikut: mencapai rentan waktu 15 tahun maka a. dengan cara random sampling dilakukan penelitian untuk terpilih kelas A di PAUD Al Ikhlas mengidentifikasi nilai-nilai kearifan lokal sebagai kelas eksperimen, dan (local wisdom) dalam permainan terpilih kelas B di PAUD Al Ikhlas tradisional etnis sunda. Dalam penelitian sebagai kelas kontrol. ini banyak sekali nilai-nilai yang ada b. Menyusun instrumen penelitian dalam permainan tradisional yaitu jiwa yang meliputi skala sikap atau tes kepemimpinan, kerjasama, lapang dada, sikap berupa cerita. menegakkan keadilan, taat aturan, jujur, c. Melakukan uji coba perangkat test, usaha keras, tidak sombong, cerdik, dan serta menghitung validitas dan motivator untuk menang. Salah satu reliabilitas. contoh misalnya permainan tradisional d. Memberikan pre-test pada kelompok congkak atau dhakon mengandung nilai eksperimen dan kelompok kontrol. e. Memberikan perlakuan pada disiplin diri, kejujuran diri, kerja sama, kelompok eksperimen berupa menghargai kawan dan lawan, kecepatan permainan tradisional. dan ketepatan, melatih kesabaran, f. Memberikan Post-tes pada kedua tanggung jawab. kelompok. Penelitian yang dilakukan oleh g. Hitung perbedaan antara hasil Siagawati dkk (2007), mengungkap nilai- Pretest dan Posttest untuk masing- masing kelompok, dan perbedaan nilai yang terkandung dalam permainan hasil posttest kelas kontrol dan tradisional Gobak Sodor. Nilai-nilai dalam kelas eksperimen. permainan Gobak Sodor adalah sebagai 1. Perbandingan perbedaan- berikut ; yang pertama yaitu aspek perbedaan tersebut, untuk jasmani yang meliputi nilai kesehatan dan menentukan apakah penerapan perlakuan X itu berkaitan Partisipan IM menggunakn metode dengan perubahan yang lebih pembelajaran tanya jawab dalam kegiatan besar pada kelompok menyusun kartu bergambar. Hal ini sesuai eksperimental. dengan metode menurut Al Jamaroh, 2. Kenakan Uji-t untuk ___:107. menentukan apakah perbedaan Metode ini membangun dalam hasil tes itu signifikan. pengetahuan anak melalui pertanyaan yang di ajukan sehingga anak dapat 1. Pelaksanan Guru dalam menjawab dan membuat pertanyan sesuai Mengembangkan Kemampuan informasi yang ingin diperolehnya. Membilang pada Anak Usia 4-5 Disamping itu juga, diharapkan anak Tahun di TK Hadidjah mampu mengingat, memikirkan dan menganalisis suatu hal yang menjadi a. Partisipan NT bahan pelajaran atau permainan yang Partisipan NT menggunakan dihadapinya. Bercakap-cakap dapat model pembelajaran kelompok dengan dilakukan dalam bentuk tanya jawab metode unjuk kerja dalam kegiatan antara anak dengan pendidik atau antara menghitung sendok, dengan jumlah anak yang lain. Menurut Jamaris, metode angkanya, mengelompokan alat makan hal tanya jawab adalah cara mengajar ini sesuai dengan metode menurut. pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang Metode pemberian tugas ialah metode harus dijawab terutama oleh guru kepada yang memberikan kesempatan kepada siswa, tapi dapat pula dari siswa kepada anak melaksanakan tugas berdasarkan guru. petunjuk langsung kepada anak c. Partisipan AM melaksanakan tugas berdasrkan petunjuk Partisipan AM mengunakan langsung dari guru, apa yang harus metode bermain peran dengan media alam dikerjakan, sehingga anak dapat dengan kegiatan bermain peran berkebun memahami tugasnya secara nyata agar menjadi petani kegiatan nya anak di dapat dilaksanakan secara tuntas (Sujiono, kenalkan konsep membandingkan besar, 2005:74) merupakan salah satu tanggung kecil, banyak sedikit, anak dapat jawab yang harus diselesaikan oleh anak. pengetahuan juga sebab akibat tentang Pemberian tugas merupakan salah satu tanam hal ini sesuai dengan metode metode yang dilakukan oleh pendidik menurut Bermain peran atau role playing ketika memberikan pekerjaan kepada anak adalah sesuatu kegiatan untuk untuk mencapai suatu tujuan kegiatan memerankan sesuatu diluar perannya pengembangan tertentu. Dengan sendiri agar anak dapat memilih mengerjakan tugas yang diberikan pemahaman dan pandangan yang benar diharapkan ada perubahan tingkah laku tentang sejarah di masa lampau, anak yang lebih positif sesuai dengan kemungkinan di masa datang dan tujuan perkembangan. peristiwa hangat yang memiliki arti Metode pemberian tugas penting di masa kini atau situasi yang dimaksudkan agar: 1) Memberi diciptakan setiap saat dan di setiap kesempatan kepada anak untuk belajar tempat.Tujuan belajar kegitan bermain lebih banyak ; 2) Memupuk rasa tanggung peran di TK bisa bermacam- jawab pada anak; 3) Memperkuat motivasi macam,misalnya guru ingin menyajikan belajar ; 4) Membangun hubungan yang informasi kepada anak, mengajarkan erat dengan orang tua; dan 5) prinsif tertentu, mengubah sikap anak, Mengembangkan keberanian berinisiatif. mengembangkan keterampilan praktis b. Partisipan IM sehubungan dengan tugas atau kewajiban bermain dan yang cocok dengan kegiatan anak sehari-hari, belajar menempatkan pengembangan kemampuan membilang. diri pada diri orang lain sehingga dapat Model pembelajaran kelompok model memahami orang lain secara lebih baik, pembelajaran ini membagi anak menjadi menasehati anak secara tidak langsung. beberapa kelompok dengan kegiatan yang Melalui bermain peran anak dapat berbeda-beda, anak-anak yang telah mengembangkan pengetahuan social menyelesaikan kegiatannyadapat dimana anak dituntut untuk mempelajari melakukan kegiatan yang lainnya di dan memperagakan peran yang akan ia kelompok pembelajaran kelompok model main kan. Bermain peran menurut Abidin pembelajaran ini membagi anak menjadi (2009;15) merupakan salah satu bentuk beberapa kelompok dengan kegiatan yang bermain aktif yang pentiing bagi berbeda-beda, anak-anak yang telah perkembangan anak,karena anak-anak menyelesaikan kegiatannyadapat menggunakan daya khayal atau imajinasi melakukan kegiatan yang lainnya di dalam kegiatan bermain peran. kelompok yang lain. Apabila pada Hal ini sesuai dengan pendapat kelompok yang lain tersebut tidak tersedia Menurut Munandar (Ahmad, 2011: 97) dapat maka anak tersebut dapat bahwa kemampuan adalah merupakan melakukan kegiatan di dalam tempat daya untuk melakukan suatu tindakan kegiatan pengaman, sampai tersedia sebagai hasil dari pembawan dan latihan. tempat dikelompok yang lain. Seseorang dapat melakukan sesuatu Hal tersebut juga berlaku untuk karena adanya kemampuan yang anak yang telah menyelesaikan seluruh dimilikinya. Dalam pandangan Munandar, kegiatan yang ditugaskan maka anak kemampuan ini adalah potensi seseorang tersebut dapat dimasukkan ke kelompok yang merupakan bawan sejak lahir serta pengaman untuk menunggu teman- dikembangkan dengan adanya pembiasan temannya yang lain menyelesaikan tugas dan latihan, sehingga ia mampu kegiatan bermainya. Dalam kelompok melakukan sesuatu. pengaman guru hendaknya mempersiapkan alat dan media pembelajaran yang bervasiasi yang 3. Hasil Pengembangan disesuaikan dengan tema yang sedang di kemampuan membilang pada bahas pada hari itu. Ada pun penilaian anak usia 4-5 tahun di TK menurut partisipan berikut ini: Hadidjah Berdasarkan hasil penilaian di TK a. Partisipan NT Hadidjah Desa Citngtu Kecamatan Berdasarkan hasil observasi dan Pangatikan Kabupaten Garut dapat di wawancara di atas, dapat diketahui bahwa ketahui bahwa model belajar yang di tidak ada siswa yang yang termasuk gunakan adalah kelompok dengan metode belum berkembang (BB),dari kegiatan dan media yang berbeda.Masing-masing pertama hanya beberapa anak yang model pembelajaran tersebut memiliki mampu mengelompokan alat kehususan untuk mengembangkan makan,menyebutkan angka yang ada di kemampuan membilang yang disesuaikan sendok. Pada kegiatan kedua anak dapat dengan tema pembelajaran serta tujuan mengurutkan bilangan 1-10,anak juga pembelajaran yang dilaksanakan. Maka dapat menyebutkan 1-5,dan anak juga dari itu wajar ketika dalam pembelajaran mampumengenal konsep, di kegiatan tidak semua model di gunakan ketiga anak sudah cukup baik dalam dikarenakan keterbatasan pasilitas mengenal lambang bilangan anak dapat mengurut kan bilangan 1-10 dan anak yang termasuk belum berkembang mampu mengurutkan bilangan,kesimpulan (BB),yang termasuk siswa mulai dari tiga kegiatan ini yang termasuk siswa berkembang (MB) adalah sebanyak mulai berkembang (MB) adalah sebanyak delapan siswa, dan siswa yang sudah empat siswa, dan siswa yang sudah berkembang sesuai harapan sebanyak berkembang sesuai harapan sebanyak (BSH) sebanyak dua siswa Karna masih (BSH) sebanyak enam siswa Karna dirasa dirasa cukup dalam pengembangan cukup dalam pengembangan kemampuan kemampuan membilang sesuai pencapaian membilang sesuai pencapaian kemampuan kemampuan dalam membilang yang dalam membilang yang sesuai dengan sesuai dengan STTPA menurut STTPA menurut Permendikbud No 137 Permendikbud No 137 tahun 2014 tahun 2014 diantaranya anak mampu diantaranya anak mampu mengelompokan mengelompokan alat makan menurut jenis tanaman besar dan kecil,anak dapat nya,anak dapat menyusun batu berwarna menyusun lego dan menghitung banyak dan menghitung banyak nya gambar ice nya lego anak mengenal konsep banyak crem anak mengenal konsep banyak dan dan sedikit dari kegiatan berkebun. Anak sedikit dari kegiatan mengelompokan batu dapat mengelompokan benda sesuai berwarna. Anak dapat menyusun benda ukurannya. sesuai ukurannya. Hal ini sesuai dengan pendapat b. Partisipan IM tersebut ini penilaian atau evaluasi Berdasarkan hasil observasi dan merupakan aspek perkembangan yang wawancara di atas, dapat diketahui bahwa paling komplek karena melibatkan banyak tidak ada siswa yang yang termasuk latar belakang. Tidak ada pembelajaran belum berkembang (BB), yang termasuk tanpa penilaian. Karena penilain siswa mulai berkembang (MB) adalah merupakan proses menetapkan kualitas sebanyak tujuh orang siswa, dan siswa belajar untuk menentukan tingkat yang sudah berkembang sesuai harapan pencapaian tujuan pembelajaran anak sebanyak (BSH) sebanyak tiga siswa (Hamjah B. Uno, 2016: 5). Kemampuan Karna masih dirasa cukup dalam mengevaluasi sangat dibutuhkan karena pengembangan kemampuan membilang tidak ada pembelajaran tanpa evaluasi sesuai pencapaian kemampuan dalam sebagai alat penentu tercapai membilang yang sesuai dengan STTPA pembelajaran. Sebagai mengevaluasi menurut Permendikbud No 137 tahun dalam kegiatan belajar mengajar 2014 diantaranya anak mampu merupakan bukti kongkrit bahwa proses mengelompokan ikan besar dan kecil,anak evaluasi yang dilakukan sejalan dengan dapat menyusun kartu bergambar dan pembelajaran yang dilakukan oleh anak menghitung, kartu dan banyak nya ikan- didik. Oleh karena itu, evaluasi yang ikan yang di pancing. Hal ini sesuai dilakukan oleh guru merupakan upaya dengan indikator pencapian untuk memperbaiki kualitas anak didik, perkembangan menurut STTPA dalam baik dalam proses maupun hasilnya. Permendikbud No 137 tahun 2014. cPartisipan AM 4. Kendala dalam Mengembangkan Dari hasil kegiatan satu dan kedua Kemampuan Membilang Anak anak yang mampu menyusun , Usia 4-5 Tahun di TK Hadidjah mengurutkan dan menghitung tanaman Dari hasil osbservasi yang peneliti bawang dan lego. Berdasarkan hasil lakukan bahwa kendala guru dalam observasi dan wawancara di atas, dapat mengembangkan kemampuan membilang diketahui bahwa tidak ada siswa yang anak yaitu tidak singkronnya pembiasaan orang tua di rumah dengan pembisaan di bermain peran dengan media sekolah dari dalam diri anak itu sendiri, bahan lam kegiatan nya yaitu berupa anak yang tidak mau membandingkan, mengelompokan dan mendengarkan dan sulit untuk menghitung dengan nilai perolehan menanggapi perintah dari guru dalam pencapai perkembangan anak MB dua kegiatan membilang atau berhitung, dan siswa BSH delapan siswa. Dengan juga harus dilakukan pembiasaan terhadap menggunakan model kegiatan anak agar kognitifnya berkembang dengan kelompok, dalam melaksanakan baik. kegiatan belajar nya mengacu pada Perkembangan kognitif RPPH walaupun terkadang tidak sesuai dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor dengan RPPH melihat situasi dan tersebut dapat muncul dari dalam diri kondisi di lapangan. anak, akan tetapi juga dapat muncul dari 3. Hasil dari kegiatan pengembangan luar atau dari lingkungan menurut Susanto kemampuan membilang anak usia dini (2011:59): adalah sebagai berikut: Guru NT dapat 4.Simpulan dan Saran mengembangkan kemampuan Berdasarkan rumusan yang mebilang pada anak usia 4-5 tahun diperoleh sebelumnya hasil penelitian dan dengan perolehan MB 70% dan BSH analisa yang peneliti uraikan pada bab-bab 30% siswa,sedangkan ibu guru IM sebelumnya mengenai upaya guru dalam memperoleh MB70% dan BSH nya mengembangkan kemampuan membilang 30% siswa, dan guru AM memperoleh pada anak usia dini di TK Hadidjah Desa nilai MB 20% dan BSH 80% siswa Citangtu Kecamatan Pangatikan .Dari keseluruhan penilain yang Kabupaten Garut, maka dapat tertinggi ibu AM dengan metode disimpulkan sebagai berikut: bermain peran menggunkan media 1. Perencanan yang dilakukan oleh guru alam.hasilyang diperoleh anak mulai TK Hadidjah ialah mengunakan berkembngnya 20% dan anak pembelajaran tersetruktur. Dalam berkembang sesuai harapan perancanan kegiatan TK Hadidjah sebanyak80% dan ini hasil capian mengacu pada Protak, Prosem, RPPM pekembngannya Anak mampu dan RPPH yang sesuai dengan K13 mengenal bilangan 1-10,anak mampu yang mengacu pada Permendikbus 137 menyebutkan angka 1-5, anak mampu dan 146 tahun 2014. mengurutkan angka 1-10,dan anak 2. Pelaksanaan dalam mengembangkan mampu mengenal konsepbilangan .Hal kemampuan membilang adalah ini sesuai dengan perkembangan dengang guru NT menggunakan kemampuan membilang anak usia dini metode ujunjuk kerja dengan media di dalam STTPA di Permendibud No alat makan di kegiatan 137 tahun 2014. mengelompokan, menghitung, 4. Kendala Guru Dalam Mengembangkan menyebutkan dengan hasil penilaian Kemampuan Membilang Pada Anak MB tujuh siswa dan BSH tiga siswa. Usia 4-5 tahun di TK Hadidjah Dari Guru IM menggunakan metode tanya hasil osbservasi yang peneliti lakukan jawab dan menggunakan media kartu bahwa kendala guru dalam bergambar di kegiatan menyusun mengembangkan kemampuan angka, menyebutkan angka membilang anak yaitu factor mengelompokan bilangan dengan hasil lingkungan dan tidak singkronnya penilaian MB tujuh siswa BSH tiga pembiasaan orang tua di rumah dengan siswa. Guru AM menggunakan metode pembisaan di sekolah dari dalam diri anak itu sendiri, yaitu berupa anak Proposal. Jakarta: PT. Rineka Cipta. yang tidak mau mendengarkan dan Badudu & Zain. (2001). Kamus Umum sulit untuk menanggapi perintah dari Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka guru dalam kegiatan membilang atau Sinar Berbasis Kecerdasan Jamak. berhitung, dan juga harus dilakukan Jakarta: Indeks. pembiasaan terhadap anak agar Departemen Pendidikan Nasional. (2005) kognitifnya berkembang dengan baik. Peraturan pemerintah republic 005 Dengan terselesaikannya Tenta indonesia Nomer 19 Tahun penelitian tentang pengembangan 2005 tentang Standar Nasional kemampuan membilang melalui berbagai Pendidikan Jakarta :Departemen kegiatan bermain dengan benda-benda Pendidikan Nasional. kongkrit di TK Hadidjah Desa Citangtu Depdikbud(1994). KurikulumPendidikan Kecamatan Pangatikan Kabupaten Garut, Dasar(GBPP).Jakarta:Depdikbud. maka penulis memberikan beberapa saran dan masukan demi kemajuan di masa Depdiknas (2003) Undang-Undang mendatang, adapun pihak-pihak tersebut Nomor 20 Tahun 2003 Tentang antara lain: Sistem Pendidikan Nasional pasal 1. Bagi kepala sekolah diharapkan 1ayat 14 tentang sistem pendidikan langsung mengatasi keterbatasan media Nasional . Jakarta:Depdiknas benda-benda kongkrit untuk proses pembelajaran agar lebih variatif dan DGellens, Suzanne. (2013). Membangun bisa lebih meningkatkan kemampuan Daya Pikir Otak: 600 Ide Aktifitas membilang kedepannya dan kepada Untuk Anak. Jakarta: Indeks. kepala sekolah, guru untuk bekerja sama dalam memantau cara guru dalam Gibson, (2002). Organisasi Perilaku mengembangkan kemampuan Moleong Lexy J. (2011). Penelitian membilang di TK Hadidjah. Kualitatif (29th ed). Bandung: 2. Kepada guru sebagai pelaksana dan Remaja Rosdakarya. pengawas dalam proses mengembangkan membilang anak Struktur Proses, Terjemahan, Edisi V. untuk mengoptimalkan strategi yang Jakarta: Erlangga. diterapkan dalam mengembangkan J. Tombokan Runtukahu, Pembelajaran kognitif tentang membilang pada anak. Matematika Dasar Bagi Anak 3 Bagi orang tua disarankan untuk Berkesulitan Belajar, (Yogyakarta: selalu mengikuti parenting yang di adakan Ar-Ruzz Media, 2014), 97. di sekolah untuk menambah pengetahuan orang tua dalam menerapan pendidikan Khadijah (2016), pengembangan kognitif agar sejalan yang dilakukan di sekolah Anak Usia Dini, Medan : Perdana dan di rumah. Publising, hlm,55 4,Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih mendalam lagi Sugiono (2018). Metode Penelitian mengenai upaya guru dalam Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. mengembangkan kemampuan membilang (28th. Ed) CV. Alfabeta. pada anak usia dini Sugiyono. (2012). Metode Penelitian 5. Daftar Pustaka Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Arikunto, S. (2002). Metodologi Bandung: Alfabeta Penelitian Suatu Pendekatan Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010).
Metode Penelitian Penelitian (6th). Bandung: Remaja Rosdakarya.