Anda di halaman 1dari 12

MEMBANGUN PEMAHAMAN KARAKTER KEJUJURAN

MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK DAN BEKEL


PADA ANAK USIA DINI

Reni Nurapriani Mpd 1. Agus Ruswandi M.Ag 2,Ai Susilawati 3

PG Paud Universitas Islam Nusantara 1, PG Paud Universitas Islam Nusantara 2, PG


PAUD Universitas Nusantara 3

Email: aisusilawati2018garut @gmail .com ,agus ruswandi,pg paud @gmail.com


Reni nurapriani@ gmail.com

ABSTRAK

Berdasarkan data-data tentang tingkat korupsi di Indonesia, persoalan korupsi


menjadi permasalahan besar yang harus diselesaikan. Salah satu cara yang bisa
dilakukan adalah melalui pendidikan karakter. Ada salah satu nilai yang paling
penting untuk membangun karakter anti korupsi yaitu nilai kejujuran. Penanaman
pondasi karakter kejujuran harus ditanamkan sejak usia dini. Salah satu media yang
tepat digunakan dalam implementasi pendidikan membangun karakter kejujuran
adalah melalui metode bermain. Permainan yang bisa digunakan adalah permainan
tradisional anak yang sudah cukup lama berkembang di negeri ini yang sarat dengan
nilai budaya bangsa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada
perbedaan karakter kejujuran antara siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen
sesudah menggunakan permainan tradisional jawa.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah eksperimen pretest-posttest control
group design. Populasi dalam penelitian ini harus homogen, yaitu lembaga dari satu
yayasan, berusia 5-6 tahun. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple
random sampling, terambil dua sampel yaitu PAUD AL Ikhlas sebagai kelompok
eksperimen dengan siswa jumlah 17 anak dan sebagai kelompok kontrol dengan
jumlah siswa 17 anak. Analisis perhitungan t test posttest antara kelompok
eksperimen dan kontrol menghasilkan nilai Nilai t hitung sebesar 3,489 > ttabel sebesar
2,120. Nilai sig (2-tailed) < 0,05 yaitu 0,01 < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Ho ditolak dan Ha diterima. Rata-rata atau Mean nilai posttest meningkat dari
40.1176 menjadi 46.0588.
Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan pemahaman karakter kejujuran pada pretest dan posttest kelompok
eksperimen, serta tidak ada perbedaan pemahaman karakter kejujuran pada pretest
dan posttest pada kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa permainan
tradisional efektif digunakan untuk membangun pemahaman karakter kejujuran pada
anak usia dini.
Kata kunci: Permainan Tradisional, Karakter Kejujuran, Anak Usia Dini
ABSTRACT

Based on data on the level of corruption in Indonesia, the problem of


corruption is a big problem that must be resolved. One way this can be done is through
character education. There is one of the most important values to build an anti-
corruption character, namely the value of honesty. The foundation of the character of
honesty must be planted from an early age. One of the appropriate media to be used in
the implementation of education to build honesty character is through the play method.
The games that can be used are traditional children's games that have been developing
in this country for a long time, which are full of national cultural values. The
formulation of the problem in this study is whether there are differences in the character
of honesty between students in the control class and the experimental class after using
traditional Javanese games.
The approach in this study was the experimental pretest-posttest control group
design. The population in this study must be homogeneous, namely institutions from
one foundation, 5-6 years old. Sampling using simple random sampling technique,
taken two samples, namely PAUD AL Ikhlas as an experimental group with 17 students
and a control group with 17 students.
Analysis of the calculation of the posttest t test between the experimental group
and control produces a value tcount of 3.489> t table of 2.120. The sig value (2-tailed)
<0.05 is 0.01 <0.05. This shows that Ho rejected and Ha accepted. The average or mean
posttest score increased from 40.1176 to 46.0588.
Based on these calculations, it can be concluded that there is a difference in
understanding of the character of honesty in the pretest and posttest of the experimental
group, and there is no difference in understanding the character of honesty in the pretest
and posttest in the control group. This shows that traditional games are effectively used
to build understanding of the character of honesty in early childhood.
Keywords: Traditional Games, Honesty Character, Early Childhood
Pendahuluan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi
lebih ditentukan oleh kemampuan
Tingkat korupsi suatu negara mengelola diri dan orang lain (soft skill).
dapat diukur dari Indek Persepsi Korupsi Pendidikan anti korupsi adalah
(IPK). Data tahun 2009 menunjukan pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai
bahwa Indonesia berada pada papan pada anak. Menurut Handoyo (2009)
bawah dengan dengan Indek Persepsi nilai-nilai yang dapat disemaikan kepada
Korupsi (IPK) 2,8. Skala IPK mulai dari 1 generasi muda, terutama mereka yang
sampai 10, semakin besar nilai IPK suatu masih duduk di bangku sekolah
negara maka semakin bersih negara diantaranya adalah kejujuran, tanggung
tersebut dari tindakan korupsi. Dari data jawab, keberanian, keadilan, keterbukaan,
yang diperoleh dari Transparency kedisiplinan, kesederhanaan, kerja keras,
dan kepedulian.
International Corruption Perception Index Menurut laporan KPK tahun 2007
2009 tersebut, IPK Indonesia sama dalam pengembangan modul pendidikan,
dengan negara lainnya pada urutan 111 telah dibuat 3 modul untuk siswa SMP
seperti Algeria, Djibouti, Egypt, Kiribati, dan telah siap untuk dipublikasikan pada
Mali, Sao Tome and Principe, Solomon tahun 2008. Selain itu juga, untuk
Islands dan Togo. Angka ini pendidikan pengembangan karakter anti
menyimpulkan bahwa Indonesia adalah korupsi bagi SD, telah dibuat modul
sebuah negara yang belum lepas dari pendidikan untuk siswa kelas 4, 5, dan 6.
persoalan korupsi. Khusus untuk pendidikan pengembangan
Berdasarkan data-data tentang siswa Taman Kanak-kanak (TK) telah
tingkat korupsi di Indonesia, persoalan dibuat buku dongeng anti korupsi yang
korupsi menjadi permasalahan besar yang berisi pesan moral yang memadukan
harus diselesaikan. Salah satu cara yang cerita sederhana dengan tokoh dan
bisa dilakukan adalah melalui pendidikan. karakter hewan-hewan lucu. Implementasi
Pendidikan Anti Korupsi pada hakikatnya kegiatan pendidikan dengan pendekatan
merupakan bagian dari pendidikan dongeng akan dilaksanakan pada tahun
karakter. Pendidikan anti korupsi berfokus 2008.
pada pengembangan tata nilai & moralitas Pendidikan anti korupsi memiliki
pada individu. Kemendikbud telah banyak nilai yang harus dikembangkan
menetapkan bahwa pendidikan karakter untuk dapat membangun karakter anti
dianggap sangat penting dalam korupsi kepada anak. Ada salah satu nilai
keseluruhan proses pembelajaran di yang paling penting untuk membangun
sekolah. Dalam buku panduan tentang karakter anti korupsi. Nilai tersebut adalah
Pendidikan Karakter di SMP, nilai kejujuran. Pendidikan anti korupsi
Kemendiknas (2010), disebutkan bahwa adalah pendidikan yang berkaitan dengan
karakter merupakan salah satu faktor cara-cara untuk menanamkan kujujuran
terpenting bagi kesusksesan seseorang. pada diri peserta didik melalui
Kesuksesan seseorang tidak ditentukan serangkaian cara dan strategi yang bersifat
semata-mata oleh pengetahuan dan edukatif (Deal dan Peterson, 1999) dalam
Hamdani (2010). Sebagaimana pernyataan dikenalkan konsep atau pemahaman
yang ditulis oleh Hamdani (2010) bahwa kepada anak usia dini tentang karakter
moral kejujuran adalah moral universal, kejujuran.
moral yang dijunjung tinggi oleh bangsa- Model pendidikan untuk anak usia
bangsa modern dan beradab. Yang dini harus disesuaikan dengan masa
didasarkan atas nilai-nilai kejujuran. perkembangan mereka yang masih
Kejujuran pada gilirannya akan didominasi oleh permainan sebagai media
menumbuhkan kepercayaan (trust), dan transfer pengetahuan. Salah satu metode
kepercayaannya merupakan salah satu yang sesuai digunakan dalam
unsur modal sosial. Tugas pendidikan implementasi pendidikan membangun
adalah menanamkan nilai-nilai kejujuran pemahaman karakter kejujuran adalah
kepada setiap komponen di dalamnya, melalui bermain. Bermain adalah suatu
baik itu siswa, staff guru maupun kebutuhan yang sudah ada dengan
komponen lainnya. Handoyo, dkk (2010) sendirinya (inhernt), dan sudah terberi
melakukan penelitian tentang penanaman secara alami. Permainan yang bisa
nilai-nilai kejujuran dalam pendidikan anti digunakan adalah permainan tradisional
korupsi di SMA 06 kota Semarang. anak yang sudah cukup lama berkembang
Adanya penelitian ini menunjukkan di negeri ini, bahkan permainan-
bahwa dalam pendidikan anti korupsi, permainan tersebut sarat dengan nilai-nilai
kejujuran merupakan nilai yang paling budaya bangsa. Namun demikian seiring
penting untuk diajarkan kepada anak. dengan perkembangan jaman permainan
Membangun karakter bukanlah tradisional ini semakin lama semakin
merupakan produk instant yang dapat dilupakan oleh anak-anak terutama di
langsung dirasakan sesaat setelah perkotaan karena sudah semakin
pendidikan tersebut diberikan. Pendidikan banyaknya permainan modern yang
membangun karakter merupakan proses berasal dari luar negeri.
panjang yang harus dimulai sejak dini Kajian tentang permainan
pada anak-anak dan baru akan dirasakan tradisional anak di Indonesia umumnya
setelah anak-anak tersebut tumbuh belum sangat berkembang, tapi terlihat
menjadi dewasa. Penanaman pondasi perhatian yang cukup besar dari kalangan
karakter anti korupsi khususnya karakter ilmuan terhadap fenomena budaya ini,
kejujuran harus ditanamkan sejak usia kecuali dari kalangan tertentu. Namun
dini. Salah satu cara untuk menanamkan demikian perhatian yang cukup serius
karakter kejujuran pada anak adalah telah diberikan oleh pemerintah melalui
melalui pendidikan di sekolah. Menurut Balai kajian Sejarah dan Nilai Tradisional
Schweinhart (1994) dalam Megawangi yang berada di bawah naungan
(2004) pendidikan karakter di sekolah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
hendaknya dimulai dari usia TK. Beberapa studi telah dilakukan oleh para
Pembelajaran bagi anak usia dini ahli, bahkan beberapa berusaha
hendaknya dilakukan secara bertahap. mengetahui proses-proses perubahan yang
Dalam membangun karakter kejujuran terjadi dalam masyarakat dan dampaknya
pada anak, terlebih dahulu harus terhadap berbagai jenis permainan
tradisional di Jawa. Salah satu faktor yang yang ada pada satu macam permainan
ditemukan menjadi penyebab semakin tidak terdapat dalam permainan jenis
surutnya permainan anak-anak tradisional lainnya. Ada percampuran-percampuran
dari tengah kehidupan anak-anak di Jawa diantara unsur-unsur permainan tersebut.
adalah masuknya pesawat televisi ke Yang mendasar, semua jenis permainan
daerah pedesaan. Dengan berbagai ini kental dengan nilai-nilai kerjasama;
tayangan acara yang menarik dan tidak kebersamaan; kedisiplinan; kejujuran;
membutuhkan tenaga untuk yang merupakan nilai-nilai pandangan
menikmatinya, tontonan dari pesawat hidup (world-view) dari berbagai suku
televisi secara langsung menjadi hal yang bangsa di Indonesia, yang mendasari
lebih disukai oleh anak-anak ketimbang filosofi terbentuknya permainan
berbagai permainan anak-anak yang tradisional ini.
memang tidak semuanya menarik dan Menurut Purwaningsih (2006)
menyenangkan untuk dimainkan. permainan tradisional mengandung unsur-
Permianan tradisional anak unsur nilai budaya. Menurut
merupakan unsur-unsur kebudayaan yang Dharmamulya (2008), unsur-unsur nilai
tidak dapat dianggap remeh, karena budaya yang terkandung dalam permainan
permainan ini memberikan pengaruh yang tradisional adalah nilai kesenangan atau
tidak kecil terhadap perkembangan kegembiraan, nilai kebebasan, rasa
kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak berteman, nilai demokrasi, nilai
di kemudian hari. Selain itu, permainan kepemimpinan, rasa tanggung jawab, nilai
anak-anak ini juga dianggap sebagai salah kebersamaan dan saling membantu, nilai
satu unsur kebudayaan yang memberi ciri kepatuhan, melatih cakap dalam
atau warna khas tertentu pada suatu berhitung, melatih kecakapan berpikir,
kebudayaan. Oleh karena itu permainan nilai kejujuran dan sportivitas.
tradisional anak-anak juga dapat dianggap Berdasarkan penelitian yang
sebagai aset budaya, sebagai modal bagi dilakukan oleh Badu (2011) menunjukkan
suatu masyarakat untuk mempertahankan bahwa pelatihan permainan tradisional
keberadaannya dan identitasnya di tangah edukatif potensi lokal mampu
kumpulan masyarakat yang lain meningkatkan kemampuan dan
(Sukirman, 2004). keterampilan orang tua anak usia dini
Misbach (2006) mengatakan dalam dalam kegiatan bermain anak. Dalam
artikelnya bahwa permainan tradisional penelitian ini dikatakan bahwa permainan
mengandung pesan-pesan moral dengan tradisional edukatif menanamkan sikap
muatan kearifan lokal (local wisdom). hidup dan keterampilan seperti nilai kerja
Permainan tradisional bisa dikategorikan sama, kebersamaan, kedisiplinan,
dalam tiga golongan, permainan untuk kejujuran, dan musyawarah mufakat
bermain (rekreatif), permainan untuk karena ada aturan yang harus dipenuhi
bertanding (kompetitif) dan permainan oleh anak sebagai pemain. Berdasarkan
yang bersifat eduktif. Walaupun penelitian yang dilakukan oleh Badu
permainan-permainan ini dibeda-bedakan (2011) ini menunjukkan bahwa perminan
dalam 3 kategori, namun tidak berarti sifat tradisional adalah sangat penting untuk
diajarkan kepada anak usia dini di kelincahan. Yang kedua, aspek psikologis
lingkungan rumah melalui orang tua. yang meliputi nilai kejujuran, sportivitas,
Penelitian yang dilakukan oleh Badu kepemimpinan, pengaturan strategi,
(2011), menunjukkan bahwa permainan kegembiraan, spiritualisme, perjuangan.
tradisional mengandung nilai sikap hidup Aspek ketiga, yaitu sosial yang meliputi
dan keterampilan. Salah satu dari nilai itu nilai social skill, kerjasama dan
adalah nilai kejujuran. kekompakan.
Kajian permainan tradisional telah Berdasarkan rumusan masalah
dilakukan oleh Kementrian Pendidikan diatas, tujuan penelitian ini adalah Tujuan
dan Kebudayaan pada tahun 1982 melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan pemahaman karakter kejujuran
penelitian dalam bentuk inventarisasi
antara siswa di kelas kontrol dan kelas
permainan tradisional. Dalam penelitian eksperimen sesudah menggunakan
tersebut belum sepenuhnya dijelaskan permainan tradisional.
nilai-nilai yang terkandung dalam Penelitian ini menggunakan true
permainan tradisional. Mengingat jangka eksperimen sehingga terdapat dua
waktu interventarisasi penelitian telah kelompok yang diteliti, yaitu kelompok
dilakukan oleh Kementrian dan kontrol dan kelompok eksperimen.
Prosedur penelitian ini meliputi
Kebudayaan pada tahun 1982 sudah
langkah-langkah sebagai berikut:
mencapai rentan waktu 15 tahun maka a. dengan cara random sampling
dilakukan penelitian untuk terpilih kelas A di PAUD Al Ikhlas
mengidentifikasi nilai-nilai kearifan lokal sebagai kelas eksperimen, dan
(local wisdom) dalam permainan terpilih kelas B di PAUD Al Ikhlas
tradisional etnis sunda. Dalam penelitian sebagai kelas kontrol.
ini banyak sekali nilai-nilai yang ada
b. Menyusun instrumen penelitian
dalam permainan tradisional yaitu jiwa
yang meliputi skala sikap atau tes
kepemimpinan, kerjasama, lapang dada, sikap berupa cerita.
menegakkan keadilan, taat aturan, jujur, c. Melakukan uji coba perangkat test,
usaha keras, tidak sombong, cerdik, dan serta menghitung validitas dan
motivator untuk menang. Salah satu reliabilitas.
contoh misalnya permainan tradisional d. Memberikan pre-test pada kelompok
congkak atau dhakon mengandung nilai eksperimen dan kelompok kontrol.
e. Memberikan perlakuan pada
disiplin diri, kejujuran diri, kerja sama, kelompok eksperimen berupa
menghargai kawan dan lawan, kecepatan permainan tradisional.
dan ketepatan, melatih kesabaran, f. Memberikan Post-tes pada kedua
tanggung jawab. kelompok.
Penelitian yang dilakukan oleh g. Hitung perbedaan antara hasil
Siagawati dkk (2007), mengungkap nilai- Pretest dan Posttest untuk masing-
masing kelompok, dan perbedaan
nilai yang terkandung dalam permainan
hasil posttest kelas kontrol dan
tradisional Gobak Sodor. Nilai-nilai dalam kelas eksperimen.
permainan Gobak Sodor adalah sebagai 1. Perbandingan perbedaan-
berikut ; yang pertama yaitu aspek perbedaan tersebut, untuk
jasmani yang meliputi nilai kesehatan dan menentukan apakah penerapan
perlakuan X itu berkaitan Partisipan IM menggunakn metode
dengan perubahan yang lebih pembelajaran tanya jawab dalam kegiatan
besar pada kelompok menyusun kartu bergambar. Hal ini sesuai
eksperimental. dengan metode menurut Al Jamaroh,
2. Kenakan Uji-t untuk ___:107.
menentukan apakah perbedaan Metode ini membangun
dalam hasil tes itu signifikan. pengetahuan anak melalui pertanyaan
yang di ajukan sehingga anak dapat
1. Pelaksanan Guru dalam menjawab dan membuat pertanyan sesuai
Mengembangkan Kemampuan informasi yang ingin diperolehnya.
Membilang pada Anak Usia 4-5 Disamping itu juga, diharapkan anak
Tahun di TK Hadidjah mampu mengingat, memikirkan dan
menganalisis suatu hal yang menjadi
a. Partisipan NT
bahan pelajaran atau permainan yang
Partisipan NT menggunakan
dihadapinya. Bercakap-cakap dapat
model pembelajaran kelompok dengan
dilakukan dalam bentuk tanya jawab
metode unjuk kerja dalam kegiatan
antara anak dengan pendidik atau antara
menghitung sendok, dengan jumlah
anak yang lain. Menurut Jamaris, metode
angkanya, mengelompokan alat makan hal
tanya jawab adalah cara mengajar
ini sesuai dengan metode menurut.
pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang
Metode pemberian tugas ialah metode
harus dijawab terutama oleh guru kepada
yang memberikan kesempatan kepada
siswa, tapi dapat pula dari siswa kepada
anak melaksanakan tugas berdasarkan
guru.
petunjuk langsung kepada anak
c. Partisipan AM
melaksanakan tugas berdasrkan petunjuk
Partisipan AM mengunakan
langsung dari guru, apa yang harus
metode bermain peran dengan media alam
dikerjakan, sehingga anak dapat
dengan kegiatan bermain peran berkebun
memahami tugasnya secara nyata agar
menjadi petani kegiatan nya anak di
dapat dilaksanakan secara tuntas (Sujiono,
kenalkan konsep membandingkan besar,
2005:74) merupakan salah satu tanggung
kecil, banyak sedikit, anak dapat
jawab yang harus diselesaikan oleh anak.
pengetahuan juga sebab akibat tentang
Pemberian tugas merupakan salah satu
tanam hal ini sesuai dengan metode
metode yang dilakukan oleh pendidik
menurut Bermain peran atau role playing
ketika memberikan pekerjaan kepada anak
adalah sesuatu kegiatan untuk
untuk mencapai suatu tujuan kegiatan
memerankan sesuatu diluar perannya
pengembangan tertentu. Dengan
sendiri agar anak dapat memilih
mengerjakan tugas yang diberikan
pemahaman dan pandangan yang benar
diharapkan ada perubahan tingkah laku
tentang sejarah di masa lampau,
anak yang lebih positif sesuai dengan
kemungkinan di masa datang dan
tujuan perkembangan.
peristiwa hangat yang memiliki arti
Metode pemberian tugas
penting di masa kini atau situasi yang
dimaksudkan agar: 1) Memberi
diciptakan setiap saat dan di setiap
kesempatan kepada anak untuk belajar
tempat.Tujuan belajar kegitan bermain
lebih banyak ; 2) Memupuk rasa tanggung
peran di TK bisa bermacam-
jawab pada anak; 3) Memperkuat motivasi
macam,misalnya guru ingin menyajikan
belajar ; 4) Membangun hubungan yang
informasi kepada anak, mengajarkan
erat dengan orang tua; dan 5)
prinsif tertentu, mengubah sikap anak,
Mengembangkan keberanian berinisiatif.
mengembangkan keterampilan praktis
b. Partisipan IM
sehubungan dengan tugas atau kewajiban bermain dan yang cocok dengan kegiatan
anak sehari-hari, belajar menempatkan pengembangan kemampuan membilang.
diri pada diri orang lain sehingga dapat Model pembelajaran kelompok model
memahami orang lain secara lebih baik, pembelajaran ini membagi anak menjadi
menasehati anak secara tidak langsung. beberapa kelompok dengan kegiatan yang
Melalui bermain peran anak dapat berbeda-beda, anak-anak yang telah
mengembangkan pengetahuan social menyelesaikan kegiatannyadapat
dimana anak dituntut untuk mempelajari melakukan kegiatan yang lainnya di
dan memperagakan peran yang akan ia kelompok pembelajaran kelompok model
main kan. Bermain peran menurut Abidin pembelajaran ini membagi anak menjadi
(2009;15) merupakan salah satu bentuk beberapa kelompok dengan kegiatan yang
bermain aktif yang pentiing bagi berbeda-beda, anak-anak yang telah
perkembangan anak,karena anak-anak menyelesaikan kegiatannyadapat
menggunakan daya khayal atau imajinasi melakukan kegiatan yang lainnya di
dalam kegiatan bermain peran. kelompok yang lain. Apabila pada
Hal ini sesuai dengan pendapat kelompok yang lain tersebut tidak tersedia
Menurut Munandar (Ahmad, 2011: 97) dapat maka anak tersebut dapat
bahwa kemampuan adalah merupakan melakukan kegiatan di dalam tempat
daya untuk melakukan suatu tindakan kegiatan pengaman, sampai tersedia
sebagai hasil dari pembawan dan latihan. tempat dikelompok yang lain.
Seseorang dapat melakukan sesuatu Hal tersebut juga berlaku untuk
karena adanya kemampuan yang anak yang telah menyelesaikan seluruh
dimilikinya. Dalam pandangan Munandar, kegiatan yang ditugaskan maka anak
kemampuan ini adalah potensi seseorang tersebut dapat dimasukkan ke kelompok
yang merupakan bawan sejak lahir serta pengaman untuk menunggu teman-
dikembangkan dengan adanya pembiasan temannya yang lain menyelesaikan tugas
dan latihan, sehingga ia mampu kegiatan bermainya. Dalam kelompok
melakukan sesuatu. pengaman guru hendaknya
mempersiapkan alat dan media
pembelajaran yang bervasiasi yang
3. Hasil Pengembangan disesuaikan dengan tema yang sedang di
kemampuan membilang pada bahas pada hari itu. Ada pun penilaian
anak usia 4-5 tahun di TK menurut partisipan berikut ini:
Hadidjah
Berdasarkan hasil penilaian di TK a. Partisipan NT
Hadidjah Desa Citngtu Kecamatan Berdasarkan hasil observasi dan
Pangatikan Kabupaten Garut dapat di wawancara di atas, dapat diketahui bahwa
ketahui bahwa model belajar yang di tidak ada siswa yang yang termasuk
gunakan adalah kelompok dengan metode belum berkembang (BB),dari kegiatan
dan media yang berbeda.Masing-masing pertama hanya beberapa anak yang
model pembelajaran tersebut memiliki mampu mengelompokan alat
kehususan untuk mengembangkan makan,menyebutkan angka yang ada di
kemampuan membilang yang disesuaikan sendok. Pada kegiatan kedua anak dapat
dengan tema pembelajaran serta tujuan mengurutkan bilangan 1-10,anak juga
pembelajaran yang dilaksanakan. Maka dapat menyebutkan 1-5,dan anak juga
dari itu wajar ketika dalam pembelajaran mampumengenal konsep, di kegiatan
tidak semua model di gunakan ketiga anak sudah cukup baik dalam
dikarenakan keterbatasan pasilitas mengenal lambang bilangan anak dapat
mengurut kan bilangan 1-10 dan anak yang termasuk belum berkembang
mampu mengurutkan bilangan,kesimpulan (BB),yang termasuk siswa mulai
dari tiga kegiatan ini yang termasuk siswa berkembang (MB) adalah sebanyak
mulai berkembang (MB) adalah sebanyak delapan siswa, dan siswa yang sudah
empat siswa, dan siswa yang sudah berkembang sesuai harapan sebanyak
berkembang sesuai harapan sebanyak (BSH) sebanyak dua siswa Karna masih
(BSH) sebanyak enam siswa Karna dirasa dirasa cukup dalam pengembangan
cukup dalam pengembangan kemampuan kemampuan membilang sesuai pencapaian
membilang sesuai pencapaian kemampuan kemampuan dalam membilang yang
dalam membilang yang sesuai dengan sesuai dengan STTPA menurut
STTPA menurut Permendikbud No 137 Permendikbud No 137 tahun 2014
tahun 2014 diantaranya anak mampu diantaranya anak mampu mengelompokan
mengelompokan alat makan menurut jenis tanaman besar dan kecil,anak dapat
nya,anak dapat menyusun batu berwarna menyusun lego dan menghitung banyak
dan menghitung banyak nya gambar ice nya lego anak mengenal konsep banyak
crem anak mengenal konsep banyak dan dan sedikit dari kegiatan berkebun. Anak
sedikit dari kegiatan mengelompokan batu dapat mengelompokan benda sesuai
berwarna. Anak dapat menyusun benda ukurannya.
sesuai ukurannya. Hal ini sesuai dengan pendapat
b. Partisipan IM tersebut ini penilaian atau evaluasi
Berdasarkan hasil observasi dan merupakan aspek perkembangan yang
wawancara di atas, dapat diketahui bahwa paling komplek karena melibatkan banyak
tidak ada siswa yang yang termasuk latar belakang. Tidak ada pembelajaran
belum berkembang (BB), yang termasuk tanpa penilaian. Karena penilain
siswa mulai berkembang (MB) adalah merupakan proses menetapkan kualitas
sebanyak tujuh orang siswa, dan siswa belajar untuk menentukan tingkat
yang sudah berkembang sesuai harapan pencapaian tujuan pembelajaran anak
sebanyak (BSH) sebanyak tiga siswa (Hamjah B. Uno, 2016: 5). Kemampuan
Karna masih dirasa cukup dalam mengevaluasi sangat dibutuhkan karena
pengembangan kemampuan membilang tidak ada pembelajaran tanpa evaluasi
sesuai pencapaian kemampuan dalam sebagai alat penentu tercapai
membilang yang sesuai dengan STTPA pembelajaran. Sebagai mengevaluasi
menurut Permendikbud No 137 tahun dalam kegiatan belajar mengajar
2014 diantaranya anak mampu merupakan bukti kongkrit bahwa proses
mengelompokan ikan besar dan kecil,anak evaluasi yang dilakukan sejalan dengan
dapat menyusun kartu bergambar dan pembelajaran yang dilakukan oleh anak
menghitung, kartu dan banyak nya ikan- didik. Oleh karena itu, evaluasi yang
ikan yang di pancing. Hal ini sesuai dilakukan oleh guru merupakan upaya
dengan indikator pencapian untuk memperbaiki kualitas anak didik,
perkembangan menurut STTPA dalam baik dalam proses maupun hasilnya.
Permendikbud No 137 tahun 2014.
cPartisipan AM 4. Kendala dalam Mengembangkan
Dari hasil kegiatan satu dan kedua Kemampuan Membilang Anak
anak yang mampu menyusun , Usia 4-5 Tahun di TK Hadidjah
mengurutkan dan menghitung tanaman Dari hasil osbservasi yang peneliti
bawang dan lego. Berdasarkan hasil lakukan bahwa kendala guru dalam
observasi dan wawancara di atas, dapat mengembangkan kemampuan membilang
diketahui bahwa tidak ada siswa yang anak yaitu tidak singkronnya pembiasaan
orang tua di rumah dengan pembisaan di bermain peran dengan media
sekolah dari dalam diri anak itu sendiri, bahan lam kegiatan nya
yaitu berupa anak yang tidak mau membandingkan, mengelompokan dan
mendengarkan dan sulit untuk menghitung dengan nilai perolehan
menanggapi perintah dari guru dalam pencapai perkembangan anak MB dua
kegiatan membilang atau berhitung, dan siswa BSH delapan siswa. Dengan
juga harus dilakukan pembiasaan terhadap menggunakan model kegiatan
anak agar kognitifnya berkembang dengan kelompok, dalam melaksanakan
baik. kegiatan belajar nya mengacu pada
Perkembangan kognitif RPPH walaupun terkadang tidak sesuai
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor dengan RPPH melihat situasi dan
tersebut dapat muncul dari dalam diri kondisi di lapangan.
anak, akan tetapi juga dapat muncul dari 3. Hasil dari kegiatan pengembangan
luar atau dari lingkungan menurut Susanto kemampuan membilang anak usia dini
(2011:59): adalah sebagai berikut: Guru NT dapat
4.Simpulan dan Saran mengembangkan kemampuan
Berdasarkan rumusan yang mebilang pada anak usia 4-5 tahun
diperoleh sebelumnya hasil penelitian dan dengan perolehan MB 70% dan BSH
analisa yang peneliti uraikan pada bab-bab 30% siswa,sedangkan ibu guru IM
sebelumnya mengenai upaya guru dalam memperoleh MB70% dan BSH nya
mengembangkan kemampuan membilang 30% siswa, dan guru AM memperoleh
pada anak usia dini di TK Hadidjah Desa nilai MB 20% dan BSH 80% siswa
Citangtu Kecamatan Pangatikan .Dari keseluruhan penilain yang
Kabupaten Garut, maka dapat tertinggi ibu AM dengan metode
disimpulkan sebagai berikut: bermain peran menggunkan media
1. Perencanan yang dilakukan oleh guru alam.hasilyang diperoleh anak mulai
TK Hadidjah ialah mengunakan berkembngnya 20% dan anak
pembelajaran tersetruktur. Dalam berkembang sesuai harapan
perancanan kegiatan TK Hadidjah sebanyak80% dan ini hasil capian
mengacu pada Protak, Prosem, RPPM pekembngannya Anak mampu
dan RPPH yang sesuai dengan K13 mengenal bilangan 1-10,anak mampu
yang mengacu pada Permendikbus 137 menyebutkan angka 1-5, anak mampu
dan 146 tahun 2014. mengurutkan angka 1-10,dan anak
2. Pelaksanaan dalam mengembangkan mampu mengenal konsepbilangan .Hal
kemampuan membilang adalah ini sesuai dengan perkembangan
dengang guru NT menggunakan kemampuan membilang anak usia dini
metode ujunjuk kerja dengan media di dalam STTPA di Permendibud No
alat makan di kegiatan 137 tahun 2014.
mengelompokan, menghitung, 4. Kendala Guru Dalam Mengembangkan
menyebutkan dengan hasil penilaian Kemampuan Membilang Pada Anak
MB tujuh siswa dan BSH tiga siswa. Usia 4-5 tahun di TK Hadidjah Dari
Guru IM menggunakan metode tanya hasil osbservasi yang peneliti lakukan
jawab dan menggunakan media kartu bahwa kendala guru dalam
bergambar di kegiatan menyusun mengembangkan kemampuan
angka, menyebutkan angka membilang anak yaitu factor
mengelompokan bilangan dengan hasil lingkungan dan tidak singkronnya
penilaian MB tujuh siswa BSH tiga pembiasaan orang tua di rumah dengan
siswa. Guru AM menggunakan metode pembisaan di sekolah dari dalam diri
anak itu sendiri, yaitu berupa anak Proposal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
yang tidak mau mendengarkan dan Badudu & Zain. (2001). Kamus Umum
sulit untuk menanggapi perintah dari Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka
guru dalam kegiatan membilang atau Sinar Berbasis Kecerdasan Jamak.
berhitung, dan juga harus dilakukan Jakarta: Indeks.
pembiasaan terhadap anak agar Departemen Pendidikan Nasional. (2005)
kognitifnya berkembang dengan baik. Peraturan pemerintah republic 005
Dengan terselesaikannya Tenta indonesia Nomer 19 Tahun
penelitian tentang pengembangan 2005 tentang Standar Nasional
kemampuan membilang melalui berbagai Pendidikan Jakarta :Departemen
kegiatan bermain dengan benda-benda Pendidikan Nasional.
kongkrit di TK Hadidjah Desa Citangtu Depdikbud(1994). KurikulumPendidikan
Kecamatan Pangatikan Kabupaten Garut, Dasar(GBPP).Jakarta:Depdikbud.
maka penulis memberikan beberapa saran
dan masukan demi kemajuan di masa Depdiknas (2003) Undang-Undang
mendatang, adapun pihak-pihak tersebut Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
antara lain: Sistem Pendidikan Nasional pasal
1. Bagi kepala sekolah diharapkan 1ayat 14 tentang sistem pendidikan
langsung mengatasi keterbatasan media Nasional . Jakarta:Depdiknas
benda-benda kongkrit untuk proses
pembelajaran agar lebih variatif dan DGellens, Suzanne. (2013). Membangun
bisa lebih meningkatkan kemampuan Daya Pikir Otak: 600 Ide Aktifitas
membilang kedepannya dan kepada Untuk Anak. Jakarta: Indeks.
kepala sekolah, guru untuk bekerja
sama dalam memantau cara guru dalam Gibson, (2002). Organisasi Perilaku
mengembangkan kemampuan Moleong Lexy J. (2011). Penelitian
membilang di TK Hadidjah. Kualitatif (29th ed). Bandung:
2. Kepada guru sebagai pelaksana dan Remaja Rosdakarya.
pengawas dalam proses
mengembangkan membilang anak Struktur Proses, Terjemahan, Edisi V.
untuk mengoptimalkan strategi yang Jakarta: Erlangga.
diterapkan dalam mengembangkan
J. Tombokan Runtukahu, Pembelajaran
kognitif tentang membilang pada anak.
Matematika Dasar Bagi Anak
3 Bagi orang tua disarankan untuk
Berkesulitan Belajar, (Yogyakarta:
selalu mengikuti parenting yang di adakan
Ar-Ruzz Media, 2014), 97.
di sekolah untuk menambah pengetahuan
orang tua dalam menerapan pendidikan Khadijah (2016), pengembangan kognitif
agar sejalan yang dilakukan di sekolah Anak Usia Dini, Medan : Perdana
dan di rumah. Publising, hlm,55
4,Untuk peneliti selanjutnya dapat
melakukan penelitian lebih mendalam lagi Sugiono (2018). Metode Penelitian
mengenai upaya guru dalam Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
mengembangkan kemampuan membilang (28th. Ed) CV. Alfabeta.
pada anak usia dini
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
5. Daftar Pustaka Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Arikunto, S. (2002). Metodologi Bandung: Alfabeta
Penelitian Suatu Pendekatan
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010).


Metode Penelitian Penelitian (6th).
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Susanto, (2012). Perkembangan Anak


Usia Dini. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai