Anda di halaman 1dari 15

PENGENDALIAN KUANTITAS UDARA TAMBANG

Ventilasi tambang bertujuan untuk menyalurkan udara yang cukup ke


dalam tambang melalui lubang bukaan tambang. Ventilasi tambang pada
prinsipnya merupakan aplikasi prinsip dinamika fluida udara dalam tambang.
Arah aliran udara dalam tambang dipengaruhi oleh :
1. Tempat dengan perbedaan tekanan
2. Udara mengalir dari tempat bertemperatur rendah ke tempat bertemperatur
tinggi
3. Udara mengalir dari tempat yang kerapatannya tinggi ke tempat yang
kerapatanya rendah
Gambar 4.1 Sistem Aliran Fluida yang Menunjukkan Aliran Energi

Perhatikan gambar 4.1, dimana;


Energi total 1 = energi total 2 + kehilangan energi, atau; Energi masuk sistem

= energi keluar sistem. Jadi didapat persamaan yang disebut persamaan Bernouli :
(P1/w) + (V12/2g) + ( Z1) = (P2/w) + (V22/2g) + ( Z2) + Hl
Dimana :
(P/w) = energi statik /head statik
(V2/2g) = energi kecepatan /head kecepatan
Z = energi potensial /head potensial
Hl = energi kehilangan /head kehilangan
Setiap suku dalam persamaan diatas pada dasarnya adalah energi spesifik
dalam satuan ft. lb/lb atau ft. Karena ft adalah ukuran head fluida, maka suku-
suku tersebut dapat dinyatakan sebagai ‘presure head’ atau ‘head’ saja.

Sehingga persamaan :
Ht1 = Ht2 + Hl
Dan Persamaan (2) menjadi :

Hs1 + Hv1 + Hz1 = Hs2 + Hv2 + Hz3 + Hl


Dimana ;
- Hs = head statik
- Hv = head kecepatan
- Hz = head potensial

4.1 Bentuk Aliran Udara Tambang


Bentuk aliran fluida pada zona transisi ada dua yaitu aliran laminar dan
aliran tubulen. Bilangan Reynolds digunakan untuk membedakan kedua aliran
tersebut yang merupakan fungsi dari unsur-unsur alam aliran fluida.
N Re = pDV :  = DV : v
Keterangan:
- p : Kecepatan fluida -D : Diameter saluran
- V : Kecepatan aliran -n : Viskositas absolut
- v : Viskositas kinematis
Untuk udara pada kondisi normal, biasanya viskositas kinematis, n = 1,60
x 10-4 ft2/dt, sehingga :
Nre = 6250 DV

Kecepatan pada bilangan Reynolds = 4000 disebut kecepatan kritis :

Vc = 60 N : 6250D = (60)(4000) : 6250D =38,4 : D

4.2 Pengaruh Bentuk Aliran Pada Distribusi Kecepatan


Aliran udara pada suatu bukaan atau pipa ventilasi, kecepatan
maksimumnya akan terjadi pada pusat bukaan. Dalam perhitungan kecepatan,
yang dipakai adalah kecepatan rata-rata, sehingga pengukurannya dilakukan lebih
dari satu kali, apabilan dilakukan hanya disatu tempat, maka hasilnya harus
dikoreksi, besarnya nilai faktor koreksi yaitu 0,8
4.3 Head Loss dan Mine Head
Head merupakan energi yang harus disuplay untuk menciptakan perbedaan
tekanan antara dua titik dalam suatu sistem. Head loss terdiri dari dua komponen,
yaitu julang friksi (H1) yaitu apabila suatu aliran melewati pipa atau bukaan
dengan luas konstan dan julang kontaksi (H2) yaitu kehilangan yang disebabkan
oleh adanya perubahan arah aliran atau perubahan luas penampang saluran.
Hi = H1 + H2

4.4 Perhitungan Kehilangan Julang


4.4.1 Julang Kecepatan
Persamaan :

Hv = V2 : 2g

Keterangan : - V : Kecepatan, fps


- g : Percepatan gravitasi m/s
-
Faktor Gesek untuk Bukaan Tambang Batubara dan Non Tambang Batubara

4.4.2 Julang Gesekan (head friction) merupakan fungsi dari kecepatan aliran
udara. Dalam Mekanika fluida untuk menghitung julang gesekan, yaitu :
HL = f (L/D)(V2/2g)

Dimana:
-L = panjang saluran
-D = diameter saluran (ft)
-V = kecepatan (fpm)
-F = koefisien gesekan
Untuk memudahkan perhitungan pada bermacam-macam bentuk
saluran, diperoleh dengan menyatakan head loss dalam bentuk radius hidrolik
(hydroulic radius) RH, yaitu perbandingan antara luas penampang A terhadap
perimeter atau keliling P dari saluran. Untuk saluran berbentuk lingkaran, R H
adalah:
RH = A/P = (1/4. D2)/.D = D/4
Dengan demikian maka diperoleh persamaan :
HL = f (L/4 RH)(V2/2g)

Untuk friction loss pada ventilasi tambang (dikenal sebagai rumus


Atkinson) didapat sebagai berikut :
Hf = (f/5,2)(l/4RH)(0,075V2/2g(60)2) = (K/5,2)(L/RH)(V2)
= (KPLV2) / (5,2 A) = (KSV2)/ (5,2 A)

karena debit , Q = V x A, maka persamaan ditas menjadi;

Hf = (KPLQ2) / (5,2 A3)


Dimana :
- Hf = friction loss (inch water)
- V = kecepatan aliran
- K = faktor gesekan untuk densitas udara standar (lb.men2/ft4)
- A = luas penampang saluran (ft2)
- S = rubbing surface (ft2) = PL
- P = keliling saluran (ft)
- L = panjang saluran (ft)
- Q = debit udara (cfm)

4.4.3 Kehilangan Julang karena Kontraksi


Perhitungan shock loss dapat dilakukan secara langsung sebagai berikut :
Perhitungan shock loss, Hx dalam inci air dapat dihitung dari velocity head,
yakni

Hx = X Hv
Dimana;
- Hx = shock loss
- X = faktor shock loss
Tabel 4.2 Panjang Ekuivalen Untuk Berbagai Sumber Shock Loss (ft)
Sumber Le
Feet Meter

Bend, acute, round 3 1

Bend, acute, sharp 150 45

Bend, right, round 1 1

Bend, right, sharp 70 20

Bend, obtuse, round 1 1

Bend, obtuse, sharp 15 5

Doorway 70 20

Overcast 65 20

Inlet 20 6

Discharge 65 20

Contraction, gradual 1 1

Contraction, abrupt 10 3

Expansion, gradual 1 1

Expansion, abrupt 20 6

Splitting, straight branch 30 10

Splitting, straight branch (90o) 200 60

Junction, straight branch 60 20

Junction, deflected branch (90o) 30 10

Mine car or skip (20 % of airway area) 100 30


Mine car or skip (40 % of airway area) 500 150

a. Kombinasi Friction dan Shock Loss


Head loss merupakan jumlah dari friction loss dan shock loss, maka ;
HL = Hf + Hx
= (KP (L + Le)Q2)/ 5,2 A3
dimana ;
HL = head loss (inci air)
Le = panjang ekuivalen (ft)
K = faktor gesekan untuk density udara standar
Q = debit udara (cfm)
A = luas penampang saluran (ft2)
L = panjang saluran (ft)

4.5 Air Horsepower


Daya yang diperlukan untuk mengatasi kehilangan energi dalam aliran
udara disebut Air Horsepower (Pa):
Pa = pQ = 5,2 HQ lb ft/menit
Pa = 5,2 HQ / 33.000 = (HQ / 6.346) HP

4.6 Teori Perhitungan Jaringan Ventilasi


Seperti sudah diketahui dari persamaan Atkinson bahwa head merupakan
fungsi kuantitas aliran udara
HL ~ Q2
HS ~ Q2
HV ~ Q2
HT ~ Q2

Oleh karenanya persamaan head loss untuk ventilasi tambang ditulis


sebagai berikut :
H ~ Q2
Dalam pembuatan kurva, kuantitas diasumsikan dahulu, kemudian head
ditentukan dengan persamaan :
H1/H2 = (Q1/Q2)2 , atau
H2 = H1 (Q2/Q1)2

4.6.1 Tahanan Saluran Udara Tambang (Airway Resistance)


Hubungan dasar antara head dengan kuantitas aliran udata
dinyatakan pada persamaan Atkinson yang dapat dituliskan sebagai
berikut :
HL = R Q 2
Dimana , R = konstanta proporsionalitas.
R = KP (L + Le) / 5,2 A3
Untuk sistem ventilasi tambang, R kemudian disebut tahanan
ekuivalen. Tahanan ekuivalen serupa dengan sistem aliran listrik yang
mengikuti hukum Ohm.
4.6.2 Hukum Kirchoff
Ada dua dasar aturan dalam mempelajari sistem aliran listrik, yang
dapat digunakan pada sistem jaringan ventilasi.
4.6.2.1 Hukum Kirchoff 1
Bila ada aliran-aliran udara yang masuk melalui sutau titik atau
disebut juga Junction dan keluar lagi ke percabangan, maka udara keluar
harus sama dengan udara masuk
Q1 + Q2 = Q3 + Q4 = 0
Bila aliran udara keluar persimpangan dinyatakan positif dan yang
masuk dinyatakan negatif, maka;
Q1 + Q2 - Q3 - Q4 = 0 Atau ;  Q = 0

Q1
Q3
Q2
Q4

Gambar 4.5 Aplikasi Hukum Kirchoff 1


4.6.2.2 Hukum Kirchoff 2
Penjumlahan kehilangan tekanan pada jalur tertutup sama dengan
nol;
 HL = 0
Menurut gambar 4-12 jelas bahwa head loss jaringannya menjadi;
HL = Hla + HLb + HLc - HLd = 0

Hla , HLb dan HLc adalah positif karena aliran udara Q1 bergerak melalui
a, b, dan c dengan arah yang sama, sedangkan HLd adalah negatif karena udara
Q2 mengalir dengan arah berlawanan terhadap aliran lainnya.

Gambar 4.6 Aplikasi Hukum Kirchoff 2


Menurut Atkinson, persamaan tersebut di atas dapat dibentuk menjadi ;
 HL = RaQ1Q1 + RbQ1Q1 + RcQ1Q1 – Rd Q2Q2 = 0

4.6.3 Jaringan Seri


Dalam sistem ventilasi ada dua kemungkinan jaringan Seri dan
Gambar 4.7 Jaringan dengan susunan seri
Rangkaian jaringan ventilasi seri seperti tampat pada gambar 4.7 dapat
disederhanakan dalam bentuk jaringan ventilasi seri seperti ditunjukkan pada
gambar 4.8.

Gambar 4.8 Jalur Udara dalam Jaringan Seri dan Jalur Ekuivalennya
Jumlah aliran udara yang mengalir melalui masing-masing saluran adalah
sama:
Q = Q1 = Q2 = Q3
Dan; HL1 + HL2 + HL3 - Hm = 0
Hm = head loss (head statik)
Atau ; HL = HL1 + HL2 + HL3 …
Maka persamaan head loss dapat ditulis sebagai berikut :
HL = R1Q2 + R2Q2 + R3Q2
Atau; HL = (R1 + R2 + R3 + .. ) Q2 = Req.Q2.
Tahan equivalen hubungan seri saluran adalah :
Req. = HL / Q2.
4.6.3 Jaringan Paralel
Bila jaringan ventilasi dihubungkan secara paralel, maka aliran udara
dibagi menurut jumlah cabang paralel, yang besarnya masing-masing tergantung
kepada tahanan salurannya. Di dalam ventilasi tambang, percabangan paralel ini
disebut sebagai ‘splitting’ sedangkan cabangnya sendiri disebut ‘split’. Kalau
jumlah aliran udara dibagi ke percabangan paralel menurut karakteristik
alamiahnya tanpa peraturan, hal ini disebut ‘natural splitting’
Sedangkan splitting terkendali berlaku bila pembagian jumlah aliran udara
diatur dengan memasang beberapa penyekat (regulator) di dalam saluran udara
yang dikehendaki.
Menurut hukum Kirchoff 1;
Q = Q1 + Q2 + Q3 + …
Maka bila aliran udara didalurkan kepercabangannya paralel maka jumlah
total aliran udara merupakan penjumlahan jumlah aliran udara setiap saluran.
Demikian juga halnya dengan head loss.
Menurut hukum Kirchoff 2 ;
HL = HL1 = HL2 = HL3 = …
Tahanan ekuivalen saluran hubungan paralel ditunjukkan pada gambar 16.
Pada gambar ini tampak bahwa aliran udara Q dibagi menjadi Q1, Q2, dan Q3
yang masing-masing melalui tahanan saluran R1, R2, dan R3. Bila tahanan
saluran masing-masing dinyatakan dalam satu nilai atau didapat tahanan
ekuivalen yang perhitungannya sesuai dengan cara yang dilakukan pada masalah
listrik, maka persamaan Atkinson untuk Junction A adalah;
Q =  HL/R1 +  HL/R2 +  HL/R3
Atau; Q =  HL ( 1/R1 + 1/R2 + 1/R3) =  HL (1/Req.)
Sedangkan : 1/Req. = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 +
Gambar 4.9 Saluran Aliran Udara Paralel dan Saluran Ekuivalen

4.7 Analisis Jaringan Kompleks


Suatu jaringan disebut komleks jika sirkuit-sirkuit paralel saling tumpang
tindih dan terkait. Pemisahan sirkuit-sirkuit tersebut tidak dapat dilakukan atau
dengan kata lain jaringan tersebut tidak dapat disederhanakan menjadi saluran
ekuivalen.

Gambar 4.10 Penyelesaian Grafis Jaringan Ventilasi Sederhana

4.8 Pencabangan Terkendali


Jika saluran udara diatur secara paralel dan jumlah udara yang mengalir ke
setiap cabangnya ditentukan, maka diterapkan percabangan terkendali (controlled
splitting). Pengendalian tersebut umumya dilakukan dengan cara membuat
tahanan buatan pada salah satu cabang. Cabang yang tidak diberi tahanan buatan
disebut ‘free split’. Tahanan buatan merupakan shock loss yang timbul oleh alat
yang disebut ‘regulator’.
Dengan cara ini jumlah aliran udara ke permuka kerja atau tempat-tempat
lainnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Namun dengan cara ini head total
serta kebutuhan daya secara keseluruhanakan meningkat dan selanjutnya akan
meningkatkan biaya.
1) Penentuan Ukuran Regulator
Untuk menentukan ukuran regulator pertama-tama harus ditentukan
besarnya shock loss yang harus ditimbulkan, hal ini ditentukan dengan
menghitung head loss untuk setiap cabang. Cabang dengan head loss tertinggi
adalah ‘free split’. Menurut hukum Kirchoff 2, pada saluran udara paralel head
loss sama. Dengan demikian besarnya shock loss pada setiap cabang sama dengan
selisih antara head loss pada free split dengan head loss cabang yang
bersangkutan.

Saluran Q (cfm) R x 1010 HL (in) Mx (in)

Udara

1 20.000 23,50 0,940 Fre split

2 15.000 1,35 0,030 0,940-0,030 = 0,910

3 35.000 3,12 0,382 0,940-0,382 = 0,559

4 30.000 3,55 0,320 0,940-0,320 = 0,620

Penentuan ukuran regulator diturunkan bulat dan simetris.


X = (((1/Cc) – N)/N)2
Dimana X = faktor shock loss, N = nisbah luas regulator/ luas lubang
bukaan dan Cc = koefisien kontraksi.
Cc = 1 / ( X + (2x+Z))
Dimana Z = faktor kontraksi
X = Hx / Hv
Dimana Hx = shock loss yang harus ditimbulkan oleh regulator dan Hv =
head kecepatan.
dari rumus shock loss teoritis untuk suatu saluran
Nilai Z dapat dilihat pada tabel. Dan untuk regulator, nilai Z = 2,5 adalah
nilai yang umum di tambang bawah tanah.
Tabel Koefisien Kontraksi (berdasarkan saluran pojok siku, t = 2,50)

N 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
.1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 .0

C 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
c .63 .64 .65 .67 .69 .71 .75 .81 .88 .0

X 2 4 1 7 3 1 0 0 0 0
17.97 6.38 7.03 .61 .67 .78 .81 .30 .07

Tabel Faktor Konstraksi

Edge Z

Formed 1.05

Rounded 1.50

Smooth 2.00

Square 2.50

Sharp 3.80

Tabel Koefisien Saluran Masuk


Edge Z Cc X

Formed 1.05 0.975 0.0006


Round 1.50 0.785 0.05

Square 2.50 0.630 0.34

Source : McElroy, 1935.

Anda mungkin juga menyukai