Peranan Arab Saudi Dalam Dakwah&pendidikan Di Ind
Peranan Arab Saudi Dalam Dakwah&pendidikan Di Ind
Oleh :
KH. ABDULLAH SYUKRI ZARKASYI, MA
(Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo)
A. Pendahuluan
B. Sejarah Berdirinya Kerajaan Arab Saudi
C. Peranan Arab Saudi dalam Penyebaran Islam ke Indonesia (Nusantara)
D. Peranan Arab Saudi Sebagai Pusat Ilmu Pengetahuan Islam
1. Hubungan Dunia Arab dengan Indonesia
2. Haramain Sebagai Pusat Penyebaran Ilmu Pengetahuan Islam ke Indonesia
3. Pusat-pusat Studi di Arab Saudi Dewasa Ini
4. Lembaga Pendidikan di Indonesia yang Didirikan oleh Para Ulama yang
Pernah Belajar di Haramain
a. Di Sumatra
b. Di Jawa
c. Di Jakarta
d. Di Sulawesi
5. Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab Saudi (LIPIA)
F. Penutup
Sumber Tulisan
2
PERANAN ARAB SAUDI
DALAM DAKWAH DAN PENDIDIKAN ISLAM
DI INDONESIA
Arab Saudi adalah sebuah negara kerajaan terbesar di Semenanjung Arab; yakni
dengan Kuwait dan Irak; di timur berbatasan dengan Teluk Persia, Qatar, dan Emirat
Arab; berbatasan dengan Oman di tenggara; Yaman di selatan; Laut Merah di barat;
dan berbatasan dengan Yordania di barat laut. Luas negeri ini 2.240.000 km2, dengan
bangsa Semit yang telah mendiami kawasan ini sejak ribuan tahun silam. Sebagian
besar penduduk tinggal di kota-kota. Selain ibukota Riyadl, kota-kota penting lainnya
penyebaran Islam. Pada pokoknya peranan tersebut antara lain: Pertama, sebagai
tempat lahirnya Islam, dari sini Islam tersebar ke seluruh dunia. Kedua, Arab Saudi
menjadi pusat ilmu pengetahuan Islam sejak zaman klasik hingga kini, terutama di
Mekkah dan Madinah, dan sejumlah umat Islam belajar agama di negeri ini. Ketiga,
pada awal abad delapanbelas, tepatnya tahun 1703M/1115H, telah lahir di negeri ini
bin Abdul Wahab; bersama dengan para penguasa Arab Saudi, ia telah berhasil
3
memurnikan tauhid dan membasmi berbagai bid’ah yang mengotori akidah umat
Islam.
diletakkan dalam bingkai dakwah dan pendidikan, khususnya bagi negara Indonesia.
Kerajaan Arab Saudi untuk dapat melihat dengan baik hubungan antara
kepemimpinan politik dan kepemimpinan agama yang mendjadi ciri kerajaan ini.
Kerajaan Arab Saudi menempati suatu wilayah yang strategis. Negeri ini terletak
pada jalur lalu lintas yang menghubungkan pantai Teluk Persia dengan pantai Laut
Tengah serta daerah-daerah lain di Timur Tengah. Sejak ribuan tahun yang silam,
negeri ini, terutama kota Mekkah, sudah terkenal di antara para pengembara dan
kafilah yang mengarungi padang pasir Arab. Mekkah dan sekitarnya dikenal sebagai
pusat perjalanan dan tempat transit pada jalur perdagangan yang pada berikutnya
Saudi menjadikan negeri ini semakin penting dalam percaturan dunia. Dari sini Nabi
Muhammad SAW mengembangkan Islam ke seluruh dunia, dan di wilayah negeri ini
pula (Madinah) didirikan untuk pertama kali sebuah negara Islam di bawah pimpinan
Rasulullah SAW. Sejarah mencatat bahwa negara Islam yang pertama ini telah
kemanusiaan. Hingga kini Piagam tersebut selalu menjadi kerangka acuan bagi
negara-negara Islam.
4
Sepeninggal Nabi SAW, negara Islam ini diperluas dan diperkokoh oleh para
Khalifah terkenal dan berpengaruh: Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan,
dan Ali bin Abi Thalib. Sampai khalifah ketiga, pusat kekhalifahan tetap dikendalikan
dari Madinah sebagaimana pada zaman Nabi SAW. Baru pada masa khalifah
keempat, Ali bin Abi Thalib, pusat pemerintahan dipindahkan ke Kufah. Pada waktu
itu negara Islam telah berhasil menaklukkan daerah-daerah yang cukup luas yang
meliputi, antara lain: Persia, Irak, Damaskus, Yaman, Yerussalem, Mesir, Sudan,
Sejak kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, sebagaimana telah disebutkan di atas,
pusat pemerintahan telah dipindahkan dari wilayah yang sekarang disebut sebagai
Kerajaan Arab Saudi. Mula-mula dipindahkan ke Kufah, pada zaman Ali. Kemudian
seterusnya pusat pemerintahan dunia Islam tidak lagi berada di wilayah Arab Saudi.
Kerajaan Arab Saudi yang kita kenal saat ini berasal dari penguasaan Dinasti
Sa`ud atas keemiran di Dar’iyah, dekat kota Riyadh sekarang. Kekuasaan Dinasti
Sa`ud kemudian diperluas sehingga pada awal abad ke-18 Mekkah dan Madinah, dua
Suatu momentum sangat penting dalam sejarah Kerajaan Arab Saudi terjadi
pada tahun 1744, pada saat pendiri Saudi modern, Muhammad bin Sa`ud,
5
Kesepakatan dan persekutuan ini tidak hanya bermakna buat Kerajan Arab
Saudi, tetapi juga buat dunia Islam secara keseluruhan. Kesepakatan ini telah
mempertemukan kembali antara kepemimpinan politik, yang diwakili oleh Ibn Sa`ud
sebagai penguasa, dengan kepemimpinan agama yang diwakili oleh Muhammad bin
politik adalah ciri khas dan sekaligus keunggulan dan kekuatan dari sebuah model
serigkali mewakili suatu oposisi terhadap kekuasaan politik, terus menerus ditekan
untuk menjauhi dunia politik. Imam Abu Hanifah misalnya telah meninggal di dalam
penjara karena menolak diangkat menjadi hakim. Imam Malik bin Anas pernah
disiksa oleh penguasa karena berani mengeluarkan fatwa yang bertentangan dengan
fatwa penguasa mengenai talaq secara paksa (al-thalaq bi al-jabr). Demikian juga
Imam Syafi`i harus meninggalkan Baghdad menuju Mesir karena tekanan penguasa.
Pemisahan ini telah menimbulkan bencana bagi umat. Struktur tubuh umat
Pikiran-pikiran keagamaan hanya berhenti pada tataran yang abstrak dan tidak dapat
Dampak terburuk dari pemisahan ini adalah timbulnya sikap saling tidak
buruk bagi keduanya. Bagi kepemimpinan politik, hal ini jelas akan menyebabkannya
6
cenderung dan mudah melakukan penyelewengan-penyelewengan dan dengan
hal ini berakibat timbulnya sikap curiga dan skeptis terhadap segala inisiatif yang
diambil oleh para politisi tanpa melihat validitas dari inisiatif tersebut. Sikap skeptis
membukakan jalan bagi sikap kaku yang mengarah pada penutupan pintu ijtihad,
Kecenderungan untuk bersikap kaku semacam ini, pada tataran tertentu, dapat
dipahami, tetapi harus diakui bahwa para pemimpin agama tidak dapat melihat
demikian ini tentu saja memiskinkan aktivitas keilmuan para ahli agama yang
agama dan kepemimpinan politik yang diupayakan oleh dua tokoh penting dalam
sejarah Kerajaan Arab Saudi semacam di atas untuk mengembalikan ciri khusus
sistem kepemimpinan Islam yang pernah diwujudkan pada masa awal sejarahnya.
kebangkitan kembali Gerakan Salafiyah yang digagas oleh Ibn Taimiyah (mengenai
gerakan ini dan pengaruhnya terhadap Indonesia akan dibahas pada bagian E.) ini
memberikan kesan yang mendalam dalam diri Muhammad bin Sa`ud. Dia melihat
bahwa pikiran-pikiran itu adalah benar belaka dan ia merasa sangat penting dan tepat
akan berdampak lebih besar jika mendapat dukungan dari kekuasaan pilitik yang
mendatangkan manfaat ganda. Di satu sisi, segera setelah kedua tokoh itu berjanji
untuk saling mendukung, apa yang disebut sebagai Kerajaan Arab Saudi saat itu telah
lahir. Antara tahun 1773-1819, gabungan kekuatan itu telah berhasil mempersatukan
masyarakat Islam untuk pertama kalinya sejak masa-masa awal. Di sisi lain, bagi
seluruh dunia Islam, gerakan pemurnian ajaran-ajaran Islam ini semakin bergema
dengan timbulnya gerakan perang melawan segala bid`ah dan khurafat di berbagai
upaya-upaya Abdul Aziz bin Sa`ud untuk merebut dan menyatukan kembali daerah-
daerah kekuasannya dari tangan Kesultanan Turki Usmani. Usaha ini dilakukan
masyarakat yang mempunyai tempat tinggal tetap dalam suatu ikatan persaudaraan
Jelas sekali bahwa motivasi dari tindakan di atas bernafaskan Islam. Ikatan
persaudaraan itu disebut ikhwan, pengikutnya disebut akh, dan tempat pemukimannya
disebut hijrah, yakni suatu perpindahan dari keadaan kotor menuju keadaan bersih,
persis sebagaimana hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah. Dengan cara ini, dalam
kekuatannya. Ia berhasil menguasai Riyadh, Nejd tahun 1906 (1319), Hasa tahun
1913, Asir tahun 1923, dan Hijaz tahun 1925. Keberhasilah-keberhasilan yang luar
biasa inilah yang meletakkan Raja Abdul Aziz sebaga pendiri Kerajaan Arab Saudi.
8
Semangat gabungan ini juga tampak jelas dalam sistem pemerintahan Arab
Saudi. Saudi adalah negara kerajaan yang menjadikan al-Qur’an sebagai konstitusi
dan syari`ah sebagai undang-undang dasarnya. Menurut ajaran Islam kekuasaan itu
hanya milik Allah dan manusia memiliki kekuasaan dalam kapasitasnya sebagai
khalifah Allah. Tidak ada seseorang atau satu kelompok tertentu yang dapat
mengklaim kekuasaan Allah untuk dirinya, kekuasaan itu diberikan kepada orang-
orang atau mereka yang dipilih untuk hal itu, yang pada akhirnya semua itu kembali
kepada Tuhan.
Dalam sistem suksesi raja, Kerajaan Arab Saudi tidak mendasarkannya pada
raja meninggal atau turun tahta, suatu badan konsultatif atau Syura, sebagaimana
kedudukan raja. Sebagaimana rakyat pada umumnya, raja dalam sistem pemerintahan
Arab Saudi juga tunduk kepada undang-undang yan sama, yakni syari`ah.
Seorang sarjana Muslim kenamaan, Akbar S. Ahmad, telah menyoroti hal ini.
Dia menulis: ‘Arab Saudi tengah berusaha untuk menjawab permasalahan pokok yang
kita hadapi dewasa ini: bagaimanakah seharusnya pemerintahan Muslim itu menjadi
Islami? Jawabannya telah diberikan dengan baik oleh dunia Arab pada abad ke-18.
Agama dan pemerintah menyatu ketika Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab
Riyadl, ibukota Nejd. Sebuah aliansi yang mampu menghadapi tantangan zaman telah
politik.’
9
Kerajaan ini menempatkan Islam sepenuhnya dalam struktur pemerintahan,
bahwa Islam telah merembes keseluruh sektor kehidupan di Kerajaan Arab Saudi;
‘Islam sebagai teologi, sebagai makanan, dan sebagai pakaian. Dan kini bagi orang-
orang Saudi, Islam sebagai politik.’ Sementara itu al-Farsi, seorang ilmuwan Saudi
lulusan Amerika, mengamati bahwa Arab Saudi adalah ‘satu-satunya bangsa yang
Arab Saudi di sini tentu saja bukan dimaksudkan Kerajaan Arab Saudi sebagaimana
Banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli mengenai kedatangan Islam ke
Indonesia. Setidaknya ada tujuh teori tentang asal kedatangan Islam ke Nusantara.
Dari berbagai teori tersebut tampaknya “teori Arab” banyak memperoleh dukungan
baik dari kalangan ilmuwan Muslim sendiri maupun kalangan orientalis. Dalam
seminar yang diadakan pada 1969 dan 1978 mengenai kedatangan Islam ke Indonesia,
dari Arabia, tidak dari tempat lain; hal ini terjadi tidak pada abad ke-12 atau ke-13,
melainkan pada abad pertama Hijrah atau abad ke-7 Masehi, tetapi baru setelah abad
ke-12 pengaruh Islam kelihatan lebih nyata. Terori tentang kedatangan Islam ke
Nusantara langsung dari Arabia ini selaras dengan cerita yang ditulis dalam
10
Historiografi lokal tersebut menyebutkan secara jelas peranan Mekkah dan
Jeddah—dua kota dalam wilayah Kerajaan Arab Saudi saat ini—sebagai asal daerah
tinggal para penyebar agama Islam ke Nusantara. Menurut Hikayat Raja-raja Pasai
(ditulis setelah 1350), seseorang bernama Syekh Ismail datang dengan kapal dari
Mekkah melalui Malabar menuju Pasai. Sesampainya di Pasai, syekh Ismail berhasil
membuat penguasa setempat, Merah Silu, masuk Islam. Merah Silu kemudian
Melayu (ditulis setelah 1500) mencatat bahwa seabad kemudian, sekitar tahun
817/1414, penguasa Malaka juga berhasil diislamkan oleh Sayyid Abdul Aziz,
seorang Arab dari Jeddah. Setelah masuk Islam, penguasa yang bernama asli
Hikayat Merong Mahawangsa (ditulis setelah 1630), juga mencatat bahwa seorang
penduduk setempat. Setelah masuk Islam dia mengambil gelar Sultan Muzhaffar
Syah.
Dalam karyanya, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara Abad XVII dan
XVIII, Azyumardi Azra telah membahas dengan sangat baik mengenai peranan Arab
Saudi (terutama Mekkah dan Madinah) sebagai pusat studi ilmu-ilmu keislaman bagi
umat Islam di Indonesia pada era tersebut. Tulisan pada bagian berikut ini (juga pada
11
Beberapa ahli telah mencatat bahwa hubungan antara Nusantara dengan dunia
Arab telah terjadi sejak masa yang sangat tua. Dalam hal perdagangan misalnya,
hubungan tersebut dapat ditelusuri sejak zaman Phunisia dan Saba. Hubungan ini
menjadi semakin meluas ke berbagai bidang lain yang meliputi agama, sosial, politik,
Para sejarawan Arab telah mencatat adanya hubungan ini sejak masa awal, di antara
mereka adalah al-Ya`qubi, Abu Zaid, dan al-Mas`udi. Hanya saja riwayat-riwayat
mereka ini bersifat fragmentaris dan juga terkadang secara inheren problematis.
Riwayat mengenai hubungan dua kawasan ini juga dapat dibaca, misalnya,
sepucuk surat yang diyakini sebagai berasal dari penguasa di Nusantara; Ibn Abd al-
Rabih (246-329/860-940) dalam karyanya al-`Iqd al-Farid yang memuat surat dari
penguasa di wilayah Nusantara kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz; Ibn
Qahirah juga mencatat dan memberi tambahan kalimat pada surat yang sama yang
dikirim kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Surat ini diperkirakan diterima oleh
keagamaan Islam, yakni Mekkah dan Madinah juga berlangsung intensif; baik dalam
Makasar dengan penguasa Haramain. Sultan Alauddin, raja Aceh yang mulai naik
tahta pada 943/1537, telah mengadakan kontak dengan penguasa Haramain; dia juga
pernah mendapat “stempel emas Bayt al-Haram, Mekkah” dari penguasa Haramain;
dan sejak 1570-an Aceh menerima kedatangan ulama dari Hijaz secara reguler.
Sultan dari Syarif Mekkah sebagai hasil misi khusus yang dikirimkannya ke Tanah
suci. Demikian juga halnya yang dilakukan oleh penguasa Mataram, Pangeran
telah menerima beberapa pucuk surat dari Mekkah yang dikirimkan dengan kapal-
kapal Aceh. Mekkah juga mengirimkan dua ulama terkemuka ke Makassar yang
Mekkah. Boleh jadi mereka itu adalah para pedagang atau jamaah haji yang kemudian
memperpanjang masa tinggal mereka di Mekkah untuk berdagang dan menuntut ilmu
Haramain yang berarti dua kota suci, yakni Mekkah dan Madinah, merupakan
tempat-tempat penting bagi umat Islam. Islam sendiri lahir di Mekkah dan demikian
juga Nabi SAW serta di kota ini pulalah kiblat umat Islam seluruh dunia terletak.
Sedangkan Madinah adalah kota hijrah Nabi; tempat dibangunnya negara Islam
pertama; dan di situ dibangun Masjid Nabi. Gabungan antara keutamaan kedua kota
13
suci itu dan perhatian agama yang sangat tinggi terhadap menuntut ilmu semakin
Mekkah
Mekkah merupakan salah satu dari kota yang tertua, terbesar, dan terkenal di tanah
Hijaz dalam Kerajaan Arab Saudi. Sejak zaman dulu, Mekkah sudah terkenal di
antara para pengembara dan kafilah yang melintasi padang pasir Arab, karena kota ini
merupakan pusat perjalanan dan tempat transit yang penting. Ptolemeus telah
menyebutkan kota Mekkah dengan nama Macoraba dan menghubungkan nama ini
kebudayaan, dan keagamaan. Di wilayah ini terdapat Thaif yang memiliki tiga
berhala; `Ukazh sebagai pusat lomba bersyair; Dzul Majaz tempat diadakannya
pertemuan keagamaan yang kemudian memuncak pada upacara khusus dari pesta
akbar di Arafah, lalu di Quzah atau Muzdalifah, dan kemudian di Mekkah sendiri
dengan Ka`bah sebagai pusatnya yang dikelilingi oleh patung-patung dan berhala-
Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa kota Mekkah itu terletak di suatu lembah
yang tandus (Q.S. 14:40). Di sini tidak banyak mata air, sumur, kebun-kebun dan
pepohonan. Di mana ada mata air, di situ ada kampung. Peternakan hanya terbatas
pada binatang-binatang yang tidak begitu banyak membutuhkan air, semisal domba
dan unta. Mekkah juga disebut dengan berbagai nama di dalam al-Qur’an. Ada
dalam Surat al-Thin ayat 1-3. Istilah lain untuk Mekkah adalah Bakkah (Q.S. 3:96),
14
yakni lembah yang dimaksudkan oleh Nabi Ibrahim AS sebagai lembah yang tandus
dan tiada bertumbuhan, karena lembah ini dikelilingi bukit-bukit. Nama lain yang
diberikan oleh al-Qur’an untuk kota ini adalah Umm al-Qura yang berarti ibukota.
Islam datang membawa perubahan luar biasa terhadap kota Mekkah. Nabi
Muhammad SAW membawa risalah tauhid yang memproklamirkan bahwa tidak ada
tuhan selain Allah. Karena itu Nabi membersihkan segala berhala dan patung yang
menjadi sesembahan di sekitar Ka`bah, ketika itu berjumlah lebih kurang 360-an.
dibentengi oleh bukit-bukit itu. Salah unsur terpenting Mekkah sebagai pusat ilmu
pengetahuan Islam adalah keberadaan Al-Masjid al-Haram di kota ini. Para sejarawan
Arab mencatat bahwa pada zaman Nabi SAW dan Abu Bakar RA, al-Al-Masjid al-
Haram itu tidak mempunyai dinding di sekelilingnya. Diriwayatkan bahwa luas Al-
Masjid al-Haram ketika itu adalah seluas lapangan yang sekarang diberi tanda tiang-
tiang lampu di sekitar Ka’bah. Umar-lah yang disebut sebagai yang mula-mula
seterusnya hingga zaman Dinasti Usmani serta Para penguasa dari keturunan Sa`ud.
sebagai pusat studi Islam, terlebih lagi dengan terjadinya pertemuan terbesar kaum
15
Muslimin dari berbagai penjuru dunia untuk menunaikan ibadah haji pada setiap
tahun. Biasanya, sebagian di antara para jamaah haji itu tinggal di kota ini untuk
menuntut ilmu atau untuk kepentingan lainnya. Karena itu di lingkungan Al-Masjid
diperkenalkan di dunia Islam secara agak luas pada abad ke-9—dikenal di Mekkah
pada abad ke-12 dengan didirikannya Madrasah al-Ursufiyyah oleh Afif Abdullah
Muhammad al-Ursufi (w. 595/1196) di dekat Pintu Umrah, bagian selatan Al-Masjid
al-Haram.
Haram yang menjadi pusatnya, sebagai pusat studi ilmu-ilmu agama yang sangat
prestisius. Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan kenyataan bahwa hampir seluruh
ulama besar dalam sejarah negeri ini pernah mengenyam pendidikan di Mekkah.
Mereka adalah sebagian contoh dari para ulama besar Indonesia yang pernah
misalnya dapat dilihat dari karya-karya mereka maupun kiprah mereka bagi
Hamzah adalah seorang ulama besar Aceh pada masanya. Ia pernah menjabat sebagai
semacam “chief bishope” di Kerajaan Aceh. Raja dan seluruh rakyat Aceh sangat
menghormatinya karena kedalaman ilmunya dan karena sikapnya yang bijak dan
- Asrar al-`Arifin
- Muntahi.
Al-Raniri seorang alim besar keturunan Arab (Hadlrami) yang dilahirkan di Ranir
(modern: Randir), sebuah kota pelabuhan tua di pantai Gujarat. Meski lahir di India
dari keturunan Arab, ia secara umum dianggap lebih sebagai seorang alim Indonesia.
Ia pernah diangkat sebagai Syaikh al-Islam di kesultanan Aceh, salah satu kedudukan
17
tertinggi di Kesultanan di bawah Sultan sendiri. Al-Raniri juga dikenal sebagai tokoh
pembaru ajaran tasawuf yang telah tersebar di kalangan masyarakat Aceh saat itu.
Kebesaran dan kedalaman ilmu al-Raniri juga dapat dilihat dari karya-karyanya yang
- Bustan al-Salathin,
- Shirath al-Mustaqim
Selain di Mekkah, al-Sinkli pernah belajar di beberapa tempat lain misalnya di Doha
(Uni Emirat Arab), Yaman, Jeddah, dan terakhir di Madinah. Ia dicatat telah
yakni Mufti Kerajaan atau Qadli Malik al-`Adil, yang bertanggungjawab atas
produktif; ia menulis tidak kurang dari 22 karya dalam berbagai bidang: tafsir, fikih,
tasawuf, dan kalam. Ia dikenal sebagai ulama pertama yang menulis mengenai fiqh
al-mu`amalat. Dia juga tercatat sebagai alim pertama yang di Nusantara yang
bersedia memikul tugas besar mempersiapkan tafsir lengkap al-Qur’an dalam bahasa
Melayu yang didasarkan pada Tafsir al-Jalalain dan Tafsir al-Baghawi. Di antara
- Tarjuman al-Mustafid
18
- Mir’at al-Thullab fi Tafshil Ma`rifat al-Ahkam al-Syar’iyyah li al-Malik al-
Wahhab
- Fiqh al-Mu’amalat
- Kifayat al-Muhtajin
- Daqa’iq al-Huruf
- Al-Mau’izhah al-Badi’ah
- Hadits Arba’in
Al-Makassari adalah seorang ulama kenamaan dari Nusantara yang memiliki reputasi
internasional. Tokoh ini juga dikenal sebagai penyebar dan pengembang Islam di
Afrika Selatan, hingga kini umat Islam di kawasan tersebut masih mengenangnya
sebagai alim besar yang berjasa kepada dakwah Islam di negeri ini. Al-Makasari
adalah menantu dari Sultan Goa, Ala’uddin, yang memerintah tahun 1591-1636.
Setelah belajar dalam waktu yang lama di dunia Arab dia kembali ke Indonesia dan
menetap di Banten untuk beberapa. Di Kesultanan Banten ini dia menduduki salah
satu jabatan tertinggi di kalangan elit istana Banten, dan juga menjadi anggota Dewan
alih kepemimpinan pasukan perang Banten yang berjumlah 4000 untuk melawan
Belanda, ketika Sultan Banten ditangkap oleh penjejah Belanda. Al-Makasari ternyata
seorang yang ahli dan memiliki keberanian luar bias di medan pertempuran. Berkali-
licik untuk menangkapnya pada tanggal 14 Desember 1683. Pada 1684 al-Makassari
19
diasingkan ke Sri Langka selama hampir satu dasawarsa. Pengasingannya ke Sri
Langka ini tidak membuat hubungan al-Makassai putus dengan Indonesia, karena itu
ini.
- Asrar al-Shalat
- Al-Barakah al-Sailaniyyah
- Bidayat al-Mubtadi’
- Al-Futuhat al-Rabbaniyyah
- Habl al-Warid
- Kaifiyyat al-Mughni
- Mathlab al-Salikin
- Qurrah al-`Ain
- Al-Risalah al-Naqsyabandiyyah
- Safinat al-Najat
- Sirr al-Asrar
- Taj al-Asrar
- Tuhfah al-Labib
- Zubdat al-Asrar
Nur al-Din al-Jami (w. 1492). Menurut Nicholas Heer, salinan al-Durrah al-
Fakhirah yang dilakukan oleh al-Makassari tersebut adalah yang terbaik dan paling
akurat dari beberapa salinan yang lain dari buku yang sama ini.
Jika tiga ulama besar terdahulu berada di lingkungan Kerajaan Aceh, dan al-
Makassari berasal dari Sulawesi, al-Palembani adalah seorang ulama besar abad ke-18
yang berasal dari Sumatra Selatan. Dia adalah ulama Palembang jebolan Mekkah
Alim dari Kalimantan ini pernah belajar di Mekkah selama sekitar tigapuluh tahun.
Dia juga pernah mengajar selama beberapa tahun di Al-Masjid al-Haram sebelum
untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang agama dan agar mereka dapat
menjalankan praktik-praktik agama dengan baik. Dalam hal ini dia bekerjasama
21
dengan Sultan Tahmid Allah II (1187-1223/1773-1808) untuk mendirikan lembaga
pondokan para murid, rumah para guru, dan perpustakaan. Lembaga pendidikan ini
Kesultanan Banjar. Dia juga menjadikan ajaran-ajaran Islam sebagai acuan terpenting
Islam yang terpisah untuk mengurusi masalah-masalah hukum sipil murni. Dia juga
Muhammad Nafis adalah seorang alim penting lainnya dari Kalimantan. Dia adalah
penulis buku terkenal berjudul al-Durr al-Nafis fi Bayan Wahdat al-Af`al wa al-
Asma` wa al-Shifat wa al-Dzat al-Taqdis yang beredar luas di Nusantara. Buku ini
22
Imam Nawawi adalah seorang alim kenamaan berasal dari Banten yang pernah
belajar di Mekkah, dan wafat di sana. Ilmunya sangat luas meliputi bidang tafsir,
hadis, fikih, tauhid, tasawwuf, sejarah, akhlak, dan bahasa. Hal ini tampak dari karya-
karya yang ditulis yang berjumlah tidak kurang dari 99 buah, di antaranya ialah:
- Al-Tsimar al-Yani`ah
- Tanqih al-Qaul
- Al-Taushiyah
- Fath al-Majid
- Fath al-Mujib
- Muraqi al-`Ubudiyah
- Nasha’ih al-`Ibad
- Al-Futuhat al-Madaniyah
- Bahjat al-Wasa’il
- Qathr al-Ghaits
- Sullam al-Fudhala’
- Sullam al-Munajat
- Tijan al-Darari
- Qami` Thughyan
Ahmad Khatib adalah seorang alim terkenal yang dianggap tokoh pertama yang
tinggi dalam mengajarkan agama, yakni sebagai imam mazhab Syafii di Al-Masjid al-
Mereka bertiga adalah para tokoh gerakan pembaruan di Minangkabau yang akan
Saudi. Sedangkan Kyai Haji Ahmad Dahlan adalah tokoh pendiri Muhammadiyah.
Perihal mereka akan diuraikan secara agak rinci ketika membicarakan pengaruh
Syekh Ahmad Soorkatti adalah salah seorang pendiri perhimpunan al-Irsyad, sebuah
Syekh Soorkatti lahir di Dunggula, Sudan, tahun 1872. Setelah ayahnya meninggal
Syekh Soorkatti pergi ke Tanah Suci untuk menuntut ilmu; di Madinah selama 4
Selama di Tanah Suci Syekh ini bekenalan dengan ide-ide pembaruan Ibn
Abdul Wahhab dan Muhammad Abduh. Ia juga berlangganan majalah al-Manar yang
24
terbit di Mesir. Pada tahun 1911, Syekh yang sangat tekun dan alim ini tiba di
didirikan oleh Jama’at al-Khairat, dan kemudian mendirikan sendiri Madrasah al-
Irsyad al-Islamiyyah. Hal ini dia wujudkan dengan mendirikan organisasi pembaruan
dengan al-Irsyad.
didirikannya, Syekh Ahmad juga sering tampil dalam berbagai perdebatan terbuka
bertentangan dengan ajaran-ajaran agama yang murni. Untuk hal ini dia juga menulis
aliran lama dan baru mengenai: (1) ijtihad dan taqlid, (2) sunnah dan bid’ah, dan (3)
Ketiganya adalah ulama yang pernah tinggal dan belajar di Mekkah. Pada tahun 1926,
dua tokoh pertama ikut mendirikan organisasi Islam Nahdlatul Ulama. Di samping
itu, Kyai Haji Hasyim Asy`ari adalah pendiri pondok pesantren Tebuireng yang telah
Madinah
Kota ini mempunyai beberapa nama, antara lain Madinah al-Nabi (Kota Nabi),
al-Abrar, Dar al-Akhyar, Dar al-Sunnah, Dar al-Salam, dan juga dikenal sebagai al-
Madinah al-Munawwarah.
dengan Bukit Air; di sebelah utara dengan Bukit Uhud dan Sur; gurun pasir di sebelah
Sebelum datangnya Islam, kota ini bernama Yatsrib. Ada yang mengatakan
nama ini berasal dari bahasa Ibrani atau Aram. Ada juga yang berpendapat bahwa
Yatsrib itu berarti orang-orang Arab selatan. Ptolemeus, dalam buku geografinya
yang ditulis pada pertengahan abad ke-2, menyebut kota ini Iathrippa, demikian juga
Stephen dari Bizantin memberikan nama yang sama untuk kota ini. Setelah Nabi
berhijrah ke kota ini, Yatsrib diganti menjadi Madinah al-Nabi atau al-Madinah al-
Munawwarah.
Hijrah Nabi tersebut merupakan peristiwa terpenting dalam sejarah kota ini
sehubungan dengan pengembangan Islam. Penduduk kota ini (kaum Anshar) telah
bersedia menerima Nabi SAW dan para pengikutnya. Selanjutnya Nabi SAW
dan kemanusiaan yang ditandai dengan disepakatinya Piagam Madinah. Piagam ini
dengan Piagam Madinah sebagai undang-undang dasar; Nabi SAW sebagai kepala
negara; Madinah dan sekitarnya sebagai wilayah; orang Islam, Yahudi, dan
Rasulullah SAW menjadikan kota ini sebagai pusat pemerintahan dan dakwah Islam
dan tempat mengatur segala strategi yang berkaitan dengan kehidupan sosial, politik,
Satu hal lagi yang menjadikan kota ini menjadi semakin penting dalam dunia
keilmuan Islam adalah dibangunnya Masjid Nabi di kota ini. Di samping merupakan
salah satu masjid yang paling utama bagi umat Islam setelah Al-Masjid al-Haram di
Mekkah dan Masjid al-Aqsha di Yerussalem, Masjid Nabi ini juga menjadi pusat
Bagi umat Islam Indonesia, Madinah juga merupakan kota tujuan untuk
pengajaran yang ada di Mekkah. Hampir semua tokoh yang disebutkan di atas pernah
Era kekuasaan Raja Abdul Aziz Al-Saud, sang pendiri Kerajaan Arab Saudi,
merupakan awal kebangkitan pendidikan modern di Arab Saudi. Setelah Raja Abdul
Mekkah.
itu mulailah pengembangan berbagai sarana pendidikan di setiap tingkatan; baik dari
ilmu di Arab Saudi dari masa lampau menunjukkan bahwa sebagian besar mereka
yang datang ke pusat-pusat pengajaran di negeri tersebut telah membekali diri mereka
mengikuti pendidikan di negeri ini. Bahkan tidak jarang juga sebelum mereka pergi
ke Arab Saudi, mereka telah belajar ilmu-ilmu agama secara intensif di pusat-pusat
Malaka) atau di wilayah dunia Arab yang lain (Uni Emirat Arab, Yaman, dan Siria).
Dengan demikian dimungkinkan mereka itu mendatangi Arab Saudi (Haramain) guna
28
menuntut ilmu untuk tingkat lanjutan, lebih kurang sama dengan tingkatan ilmu-ilmu
Menuntut ilmu-ilmu agama ke dunia Arab, khususnya Arab Saudi, telah dan
tetap merupakan tradisi yang mengakar dalam diri umat Islam di Nusantara. Dewasa
berbagai tempat di Arab. Pusat- pusat ilmu di Arab Saudi merupakan salah tujuan
utama para penuntut ilmu itu. Terutama di berbagai universitas yang telah dilengkapi
dengan kampus-kampus, sumber daya manusia, dan teknologi serta dengan adanya
yang memungkinkan para penuntut ilmu di tempat itu mewujudkan cita-cita mereka.
Universitas ini, merupakan universitas tertua di Kerajan Arab Saudi, mulai dirintis
tahun 1947 bertempat di Riyadl, ibukota Kerajaan Arab Saudi. Universitas ini
Pendidikan, Fakultas Pertanian, dll. Pada 1962, universitas ini mulai membuka
program paskasarjana.
Universitas Umm al-Qura bermula dari Fakultas Syariah yang dibuka tahun 1949, di
Mekkah. Fakultas Tarbiyah dibuka kemudian pada 1962. Sejak 1971 kedua fakultas
ini menginduk ke Universitas al-Malik Abdul Aziz. Baru pada 1981 lembaga ini
resmi menjadi universitas yang membawahi beberapa fakultas berikut ini: Fakultas
29
Syariah dan Studi Islam, Fakultas Tarbiyah, Fakultas Ilmu-ilmu Terapan dan Teknik,
Fakultas Bahasa Arab, Fakultas Dakwah dan Usuluddin, Fakultas Ilmu-ilmu Sosial,
Universitas ini bermula dari Ma`had al-Riyadl al-`Ilmi yang didirikan tahun 1950 di
Riyadl. Pada tahun 1953 mulai dibuka fakultas syariah dan kemudian fakultas bahasa
Arab. Baru pada tahun 1974 lembaga ini berubah menjadi sebuah universitas
membawahi beberapa fakultas, antara lain: Fakultas Syariah, Fakultas Bahasa Arab,
Fakultas Dakwah dan Informasi, Fakultas Usuluddin, dan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial.
didirikan tahun 1961 di Madinah. Sifat internasional universitas ini dapat dilihat dari
jumlah mahasiswa non-Saudi yang belajar di lembaga ini. Hingga tahun 1983/1984
- Eropa : 21 alumni
Fakultas Dakwah dan Usuluddin, Fakultas al-Qur’an dan Studi Islam, Fakultas Hadis
Universitas yang bertempat di Dahran ini bermula dari Fakultas Petroleum dan
Pertambangan yang dibuka tahun 1963. Pada 1975, fakultas ini berubah menjadi
Kerajaan ini. Universitas ini mempunyai beberapa fakultas, antara lain: Fakultas Ilmu
Universitas ini didirikan tahun 1964 di Hasa, Wilayah Timur Arab Saudi. Universitas
ini mempunyai beberapa fakultas, antara lain: Fakultas Ilmu Pertanian dan Makanan,
Universitas al-Malik Abdul Aziz mulai dibuka tahun 1968. Mulanya perguruan ini
berstatus swasta. Pada tahun 1971 ia berubah menjadi perguruan tinggi negeri dengan
31
berbagai fakultas berikut: Fakultas Ekonomi dan Administrasi, Fakultas Sastra dan
tinggi di atas, terutama Universitas Islam Madinah, Universitas Islam Imam Ibn
Sa`ud, Universitas Umm al-Qura, dan Universitas al-Malik Sa`ud. Bahkan Kerajaan
Arab Saudi telah memberikan jatah khusus serta beasiswa kepada mahasiswa
Indonesia untuk dapat belajar di beberapa universitas negara itu. Setiap tahun puluhan
pemberian jatah dan beasiswa oleh penguasa Kerajaan itu. Demikian juga, puluhan
mahasiswa Indonesia dalam setiap tahunnya yang berhasil menamatkan studi mereka
di Arab Saudi.
a. Di Sumatra
1) Madrasah/Surau Sungayang
Lembaga pendidikan ini didirikan oleh H. M. Thaib Umar pada tahun 1315/1897 di
di Mekkah lebih kurang 5 tahun lamanya. Di lembaga ini diajarkan berbagai ilmu
agama dan bahasa Arab, yaitu: tauhid, tafsir, hadis, fikih, usul fikih, fara’idl, nahwu,
sharf, dan balaghah. Lembaga pendidikan yang hanya menempati surau ini telah
keduanya adalah ulama Perti yang masyhur dan dari keduanya juga lahir murid-murid
yang banyak dan terkenal; Abdul Manaf Batusangkar dan Makhudum Lintau,
keduanya dikenal sebagai ulama terkenal dan berhasil mendidik murid-murid yang
alim; dll.
di Mingkabau yang didirikan oleh Haji Abdul Karim Amrullah tahun 1918. Tetapi
nama ini juga digunakan untuk nama tempat-tempat pendidikan yang tergabung di
dalamnya. Misalnya:
Amrullah tahun 1914, seorang ulama dan tokoh pembaru kenamaan jebolan Mekkah,
pada mulanya dengan nama Surau Jembatan Besi, dengan sistem halaqah. Kemudian
tahun 1921 dia mengubah sistem halaqah Surau Jembatan Besi dengan sistem kelas
mencetak para ulama besar di Sumatra, mereka itu antara lain: Abdul Hamid Hakim,
seorang yang sangat alim yang kemudian menggantikan kedudukan gurunya itu
setelah yang terakhir ini wafat. Abdul Hamid Hakim adalah seorang penulis
33
produktif. Hingga kini karya-karyanya, terutama buku-buku usul fikih (al-Mabadi’ al-
Islam semisal Pondok Modern Gontor dan sebagian besar pondok yang didirikan oleh
alumni Gontor. Tokoh lain yang pernah belajar di Sumatra Thawalib Padang Panjang
ini adalah A.R. Sutan Mansur. Kedalaman ilmu tokoh ini telah menarik perhatian
muballigh besarnya di Sumatra. Alumnus lain lembaga ini adalah H. Jalaluddin Thaib
yang pernah menjadi ketua partai politik PERMI (Persatuan Muslimin Indonesia).
Lembaga pendidikan ini didirikan pada tahun 1921 oleh H. Ibrahim Musa, seorang
ulama yang pernah belajar selama lebih kurang 9 tahun di Mekkah,. Sekolah ini
sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1910 di surau Parabek, hanya saja ketika itu
masih menggunakan sistem halaqah. Setelah diubah dengan sistem modern sekolah
ini mempunyai tujuh kelas: kelas 1-4 untuk bagian tsanawiyah pertama dan kelas 5-7
Pada 1909, H. Abdullah Ahmad mendirikan sekolah agama bernama Adabiah School
di Padang. Sekolah ini terus berkembang pesat mengikuti perkembangan zaman. Pada
1915 sekolah ini diubah menjadi HIS Adabiah. Pada masa kemerdekaan sekolah itu
34
b. Di Jawa
Tepat menjelang abad ke-20 di Jawa didirikan sebuah pondok pesantren oleh seorang
ulama kenamaan K.H. Hasyim Asy’ari. Kyai yang sangat berpengaruh dan juga
pendiri pergerakan Nahdlatul Ulama ini pernah belajar selama lebih kurang 8 tahun di
Tanah Suci. Ilmunya yang luas dan mendalam menjadi daya tarik tersendiri bagi para
santri yang hendak menuntut ilmu di Tebuireng. Pondok ini berkembang dengan
cepat dan pesat. Para santri yang menuntut di pesantren ini berasal dari berbagai
telah berhasil melahirkan generasi penerus umat yang berkiprah dalam berbagai
kyai besar, tokoh masyarakat yang berpengaruh, guru, pejabat, dan bahkah ada di
antara mereka ada yang pernah menjadi menteri, contohnya adalah mantan Menteri
Dahlan, seorang ulama yang pernah belajar beberapa tahun di Tanah Suci, adalah
untuk memajukan pendidikan dan pengajaran umat Islam di Indonesia agar mereka
Islam.
seluruh Indonesia dalam jumlah yang tak terhitung. Bahkan lembaga pendidikan
c. Di Jakarta
Salah satu lembaga pendidikan Islam terkenal di Jakarta yang didirikan pada peremat
awal abad ini (1913) ialah Madrasah al-Irsyad al-Islamiyah. Madrasah ini didirikan
oleh perhimpunan al-Irsyad, sebuah perhimpunan umat Islam yang didirkan oleh
Syekh Ahmad Surkati. Syekh Ahmad pernah belajar di Madinah selama empat tahun
maupun kualitasnya.
36
d. Di Sulawesi
bernama Madrasah Wajo Tarbiyah Islamiyah. Nama ini kemudian diganti menjadi
Madrasah As’adiyah, sesuai dengan nama pendirinya yaitu, Syekh H.M. As’ad bin
H.A. Rasyid (1907-1952). Pendiri madrasah ini lahir di Mekkah. Pendidikannya juga
sepenuhnya ditempuh di Mekkah dan Madinah, dan dia baru kembali ke Sulawesi
tahun 1928. Madrasah ini berkembang pesat, jumlah santrinya sangat banyak, dan
akhirnya madrasah ini berhasil mencetak para alim dan guru yang tidak sedikit
jumlahnya.
Dalam membahas peranan Kerajaan Arab Saudi dalam dakwah dan pendidikan di
Indonesia kiranya belum mewakili jika tidak dibahas tentang Lembaga Ilmu
Pengetahuan Islam dan Arab Saudi (LIPIA) yang berlokasi di Jakarta. LIPIA
merupakan lembaga yang berafiliasi ke Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud
di Riyad. Lembaga semacam ini didirikan di beberapa negara di luar Arab Saudi
sebagai menara dan pusat penyebaran dakwah Islam, pengajaran Bahasa Arab dan
Ilmu-ilmu keislaman.
37
LIPIA merupakan salah satu jembatan penghubung budaya yang memainkan
khususnya untuk kepentingan dakwah dan pendidikan. Di tempat ini puluhan bahkan
ratusan generasi muda Muslim Indonesia, yang datang dari berbagai penjuru negeri
ini, telah dan sedang mendapatkan pendidikan dan pengajaran tentang berbagai ilmu
keislaman dan Bahasa Arab. Keterkaitan ilmu-ilmu Islam dengan Bahasa Arab
tampaknya mendapatkan penekanan khusus yang tercermin pada nama lembaga ini.
Penekanan ini dapat dimengerti karena penguasaan ilmu-ilmu Islam secara baik akan
menjadi lebih mungkin jika seseorang itu mempunyai bekal Bahasa Arab yang baik.
Untuk memperoleh hasil yang labih baik, terutama dalam kaitannya dengan
pengajaran Bahasa Arab, para tenaga akademis di lembaga ini didatangkan langsung
juga aktif mengadakan dan mengikuti berbagai kegiatan di luar kampus. Kegiatan-
kegiatan luar kampus yang dilakukan oleh lembaga ini dalam rangka mengemban
1) Penataran
Indonesia, untuk menatar guru-guru dan dosen-dosen Bahasa Arab dan ilmu-ilmu
Islam. Penataran ini antara lain dimaksudkan untuk memperluas wawasan keislaman
dan memperbaiki serta meningkatkan sistem dan metode pengajaran Bahasa Arab
yang efektif. Penataran ini sudah pernah diadakan di berbagai daerah di tanah air ini,
Darunnajah.
Penataran ini dimaksudkan untuk memperluas dan mendalami ilmu syariah. Sebagai
contoh adalah penataran yang pernah dilakukan di Bogor pada pertengahan tahun
2) Bantuan Dosen
dan berbagai lembaga pendidikan di Indonesia untuk jangka waktu tertentu. Lembaga
pendidikan yang pernah mendapat bantuan dosen tersebut antara lain: Fakultas Sastra,
Bahasa Arab, IKIP, Jakarta; Lembaga Pengajaran Bahasa Arab, Pusat Pendidikan
Bahasa, Dep. Hankam, Jakarta; dan Fakultas Adab, IAIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
Lembaga ini juga aktif mengirimkan tenaga akademisnya untuk mengikuti dan
pembaruan begitu menyedihkan. Bahkan ada yang menyebutkan kondisi saat itu tidak
Nejd misalnya, sebagian orang Islam biasa mendatangi kuburan, pohon-pohon yang
dianggap keramat, dan batu-batu yang dianggap bertuah untuk meminta pertolongan.
Di Mekkah dan Madinah juga merajalela praktik semacam ini, bahkan ada yang minta
pertolongan kepada jin dan orang gila. Di Yamamah, ada satu pohon kurma yang
diyakini oleh penduduk sebagai memiliki kekuasaan yang luar biasa, mereka meminta
berkah ke pohon itu. Di Dar’iyyah terdapat satu gua yang juga dikeramatkan. Mereka
diberi anak. Ada yang minta supaya dapat jodoh, Ada lagi yang meminta supaya
seluruh sendi-sendi kehidupan umat Islam. Do’a tidak lagi langsung dipanjatkan
kepada Tuhan, tetapi harus melalui syafa’at syekh atau wali dalam satu tarekat yang
40
dipandang sebagai orang yang dapat mendekati Tuhan dan dapat memperoleh rahmat-
Nya. Karena itu kuburan para syekh dan orang-orang yang dianggap wali serta tempat
syekh-syekh atau orang-orang yang dianggap wali yang masih hidup ramai
dikunjungi orang. Mereka berkeyakinan bahwa Tuhan tidak bisa didekati kecuali
karena tersebarnya taklid sebagai sikap hidup beragama. Taklid mengajarkan untuk
tunduk dan patuh begitu saja kepada penafsiran dan pendapat orang-orang terdahulu.
Sikap ini menjadikan umat statis dan tidak kritis, mereka cenderung menerima dan
mengikuti begitu saja apa-apa yang dikatakan oleh orang yang dianggap mengerti
agama.
2. Gerakan Salafiyah
Salafiyah adalah kata jadian; asalnya salafa, yaslufu, dan salafan; padanannya adalah
kata taqaddama dan madla; artinya berlalu, sudah lesat, atau terdahulu. Al-Salaf
Dalam tradisi pemikiran sering disebut kata al-Salaf al-salih, artinya orang
saleh yang terdahulu atau yang sudah lewat. Biasanya kata ini dipakai untuk merujuk
kepada orang-orang Muslim yang hidup sezaman dengan Nabi SAW sampai abad ke-
3 H. Mereka itu terdiri dari sahabat, tabi’in, tabi’ al-tabi’in, dan atba’ al-tabi’in. Hal
ini didasarkan pada sabda Nabi SAW: “Sebaik-baik abad adalah abadku ini,
kemudian abad berikutnya, dan abad berikutnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
41
Pertimbangan masa dalam memaknai kata Salaf tidaklah mencukupi sebab
pada tiga abad pertama itu ada orang-orang yang tidak sepenuhnya memenuhi kriteria
dan ciri utama Salaf, yakni mendasarkan segala pandangan, pikiran, dan perbuatan
pada al-Qur’an dan al-Sunnah. Kriteria yang baru disebutkan ini sudah semestinya
Mereka yang hidup pada tiga abad pertama dan mengikuti pola pikir dan
hidup sesuai dengan kriteria Salaf, disebut Salafiyun. Sedangkan Salafiyah merujuk
kepada suatu keterkaitan terhadap metode Salaf. Sebagai sebuah gerakan, Salafiyah
adalah gerakan yang berusaha menghidupkan kembali ajaran kaum Salaf, bertujuan
agar umat Islam kembali kepada ajaran-ajaran yang ditetapkan oleh al-Qur’an dan al-
Sunnah serta meninggalkan segala ajaran yang tidak didasarkan pada keduanya.
Gerakan ini meliputi seluruh bidang kehidupan: akidah, ibadah, dan bahkan
Ishlah (perbaikan), dan gerakan Tathhir (pemurnian). Pencetus gerakan ini dalam
Islam adalah Ibn Taimiyah. Bahkan dia juga disebut sebagai Muhyi Atsar al-Salaf
gerakan ini dilanjutkan oleh Ibn Qayyim al-Jauziyah, murid Ibn Taimiyah.
42
Setelah era Ibn Qayyim, pelita gerakan Salafiyah meredup di hampir seluruh
belahan dunia Islam. Sampai akhirnya lahirlah seorang pembangkit gerakan ini di
dunia Arab yang bernama Muhammad bin Abdul Wahab. Genderang kebangkitan
Gerakan Salafiyah ditabuh dengan kerasnya oleh tokoh ini di tengah dunia Islam yang
Rasyid Rida. Pada akhirnya Gerakan ini kemudian tersebar ke negara-negara Islam
Gerakan Salafiyah
Muhammad bin Abdul Wahhab adalah tokoh pembaruan Islam yang sangat
berpengaruh di dunia Arab khususnya dan dunia Islam umumnya. Dia lahir pada
1115/1703, di Uyainah, sebuah desa yang terkenal di Yamamah, Nejd. Nama lengkap
tokoh ini adalah Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali al-Tamimi al-
Hanbali al-Najdi.
bermadzhab Hanbali. Dari mereka dia belajar al-Qur’an, fikih, hadis, dan tafsir.
Kemudian dia melanjutkan belajar di Mekkah dan Madinah. Di Madinah dia belajar
di bawah bimbingan ulama-ulama yang masyhur, antara lain: Syekh Abdullah bin
Ibrahim Ibn Saif al-Najdi, Syekh Muhammad Hayat al-Sindy, Syekh Sulaiman al-
Muhammad Hayat (w. 1163/1749) adalah termasuk salah satu guru yang
memberi pengaruh kuat pada Ibn Abdul Wahhab, terutama mengenai pentingnya
43
ajaran tauhid, penentangan terhadap bid`ah dan khurafat, penolakan terhadap taklid,
dan perlunya kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah. Dalam karyanya `Unwan al-
Majd, Ibn Bisyr meriwayatkan bahwa pada suatu kesempatan Ibn Abdil Wahhab
memandangi beberap orang Muslim yang sedang berdoa di pusara Nabi dengan
mendekati Ibn Abdul Wahhab, lalu sambil menunjuk ke arah orang-orang itu dia
berkata bahwa apa yang mereka lakukan itu sangat salah, tetapi sayang mereka tidak
menyadarinya.
Guru Ibn Abdul Wahhab yang lain yang sangat berpengaruh terhadap
pandangannya adalah Abdullah bin Ibrahim bin Saif. Dia adalah seorang ahli fikih
Hanbali dan ahli hadis yang sangat mengagumi Ibn Taimiyyah. Besar kemungkinan
bahwa dialah yang menyuruh Ibn Abdul Wahhab untuk membaca karya-karya Ibn
dari Ibn Taimiyyah. Dengan mengikuti Ibn Taimiyyah, Ibn Saif percaya bahwa
Islam yang benar. Bedanya dengan muridnya, Ibn Abdul Wahhab, Ibn Saif
Baghdad, Kurdistan, Hamadzan, Isfahan, dan terakhir di Qum. Sepulang dari Qum,
Muhammad bin Abdul Wahhab pulang ke kampung halamannya dan menetap selama
melihat umat Islam telah menyimpang jauh dari ajaran-ajaran agama yang murni;
betapa bedanya antara ajaran Islam yang murni dengan praktek-praktek keagamaan
yang hidup dalam masyarakat. Kemusyrikan tumbuh subur, bid`ah dan khurafat
44
menjadi hiasan hidup sehari-hari umat. Ia berkesimpulan bahwa inilah penyebab
utama terjadinya kemunduran umat Islam dalam segala bidang kehidupan: politik,
sosial, ekonomi, dll. Melihat realitas umat semacam ini, dia tergugah untuk
- Ushul al-Iman,
- Kitab al-Kaba’ir,
- Kasyf al-Syubhat,
antara lain:
- Hanyalah Allah yang boleh dan wajib disembah. Siapa saja yang menyembah
- Mayoritas umat Islam tidak lagi berpegang kepada tauhid yang sebenarnya,
karena mereka tidak lagi meminta pertolongan kepada Allah, tetapi kepada para
45
syekh dan orang-orang yang dianggap wali serta dari kekuatan gaib lain. Orang
- Menyebut nama Nabi, syekh, atau Malaikat sebagai perantara dalam doa adalam
syirk.
kekufuran.
Secara garis besar kedelapan pikiran di atas dapat diringkas menjadi tiga
Tauhid menurut tokoh ini adalah ibadah atau pengabdian hanya kepada Allah. Dalam
(a) Tauhid uluhiyyah, yakni tauhid terhadap Allah sebagai Yang disembah.
(b) Tauhid rububiyyah, yakni tauhid terhadap Allah sebagai Pencipta segala
sesuatu.
(c) Tauhid asma’ dan sifat, yakni tauhid yang berhubungan dengan nama dan
sifat Allah.
(d) Tauhid al-af`al, yakni tauhid yang berhubungan dengan perbuatan Allah.
Menurut Ibn Abdul Wahhab, tiga tauhid yang disebut terakhir hanyalah tauhid
ilmu dan keyakinan. Sedangkan tauhid yang sesungguhnya adalah tauhid yang
(3) Membuka pintu ijtihad dan memerangi sikap jumud dan taklid.
terutama yang tinggal di Madinah. Tetapi Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab telah
mendorong bandul kebangkitan ini jauh lebih keras ketimbang semua tokoh lain.
Persatuan antara Muhammad Ibn Abdul Wahhab dengan Muhammad Sa`ud benar-
benar memiliki dampak luar biasa bagi suksesnya penyiaran Gerakan Salafiyah di
satu sisi. Di sisi lain persatuan ini juga memantapkan posisi Ibn Sa`ud dan
terwujud pada masa Raja Abdul Aziz yang berhasil menyatukan seluruh wilayah yang
Salafiyah tidak hanya terbatas pada wilayah Kerajaan Arab Saudi, tetapi melintasi
banyak negara di dunia Islam. Pusat-pusat studi di Haramain serta musim haji
merupakan sarana sangat baik untuk penyebaran Gerakan ini. Terhadap jama`ah haji
ide-ide Gerakan ini disampaikan kepada para pemimpin jamaah dari berbagai negara.
Sepulang dari berhaji mereka menyiarkan ide-ide tersebut di negeri mereka masing-
masing. Di Afrika, yakni Zanzibar, terdapat kelompok besar umat Islam yang
memegang teguh ajaran-ajaran Gerakan ini. Di Afrika Utara ada Imam al-Sanusi yang
ketika berhaji di Mekkah mendengar dan menerima ide-ide di atas, lalu mewujudkan
semangat ide-ide itu dalam tarekat khas yang didirikannya di Maghribi. Di India
47
terdapat seorang ulama besar Sayyid Ahmad. Pada 1822 ia pergi haji dan pada
kesempatan itu dia mempelajari pikiran-pikiran para tokoh dalam Gerakan Salafiyah.
menjangkau daerah utara India. Di Mesir lahir Muhammad Abduh yang juga
semangat Gerakan Salafiyah ini dari orang-orang Indonesia yang pergi haji atau dari
Haramain dan Mesir, atau juga dari orang-orang Arab yang datang ke Indonesia.
mencatat bahwa Gerakan Salafiyah pertama kali masuk ke Indonesia terjadi pada
1790. Pada tahun itu ada orang-orang Arab yang datang ke wilayah Mataram untuk
- Kembali kepada Islam sebagaimana yang terdapat pada masa al-salaf al-shalih
Gerakan dakwah ini mendapat sambutan hangat dari Paku Buwana IV,
penguasa Mataram saat itu. Paku Buwana IV terkesan dengan misi yang dibawa oleh
para juru dakwah ini. Karena itu Paku Buwana IV segera mengamalkan ajaran-ajaran
yang mereka dakwahkan tersebut dengan senang hati. Berbagai tradisi dan adat
penguasa dihapuskan, dan segala bentuk praktik-praktik syirk dan bid’ah dibasmi.
48
Dakwah ini mulai menampakkan hasilnya, hanya saja penjajah Belanda
kemudian mencium bahaya misi dakwah ini buat pelanggengan kekuasaan mereka
atas negeri ini. Untuk itu penjajah merekayasa tipu muslihat untuk dapat mengusir
para juru dakwah itu agar pengaruhnya tidak sampai menyebar di negeri ini. Mereka
kemudian melancarkan tuduhan bahwa para juru dakwah itu melakukan tindakan-
tipu daya tersebut dan akhirnya para juru dakwah itupun diusir dari Mataram.
pada permulaan abad ke-19. Pada tahun 1803 ada tiga anak muda Minangkabau pergi
haji ke Mekkah dan kemudian menetap di sana kira-kira lima tahun untuk menuntut
ilmu. Mereka itu ialah Haji Miskin dari Pandai Sikat (Luhak Agam), Haji
Abdurrahman dari Piabang (Luhak Lima Puluh), dan Haji Muhammad Arif dari
Sumanik (Luhak Tanah Datar). Ketika itu Mekkah berada dalam kekuasaan dan
pengaruh para pengikut Ibn Abdul Wahhab. Semasa berada di Mekkah ketiga orang
ini sangat terkesan dengan berbagai hal yang ditemuinya di sana. Mereka ketika itu
menyaksikan dakwah hebat yang dilakukan oleh para pendukung Gerakan Salafiyah.
memberantas orang-orang yang meminta pertolongan ke wali, pohon, dan apa saja
selain Allah. Membatalkan dengan keras amalan-amalan yang tidak memiliki dasar
Ketiga ulama muda ini begitu terpengaruh dengan cara-cara dakwah itu..
tetapi belum mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Karena itu mereka
Haji Muhammad Arif menyiarkan ide-ide ini di Sumanik, tetapi di sana dia
di Piabang relatif tidak mendapat tantangan. Di Pandai Sikat, Haji Miskin mendapat
perlawanan keras sehingga dia terpaksa hijrah ke Batu Tebal (Ampat Angkat). Di sini
dia mendapat sambutan baik dari para tuanku alim ulama setempat. Bersama-sama
mereka, dia melarang orang menyabung ayam, berjudi, mengisap candu, meminum
Agam. Mereka itu adalah Tuanku Nan Renceh di Kamang, Tuanku di Kubu Sanang,
Koto Ambalau, dan Tuanku di Lubuk Aur. Mereka bertujuh ditambah dengan Tuanku
Haji Miskin ini kemudian dikenal dengan sebutan Harimau Nan Salapan, karena
Mereka berpikir bahwa gerakan mereka ini akan lebih efektif jika mendapat
dukungan dari para ulama yang lebih tua dan lebih berpengaruh, yaitu Tuanku Nan
Tuo di Ampang Angkat. Tetapi mereka gagal. Kegagalan ini tidak mematahkan
benar bisa menaklukkan satu persatu nagari-nagari di sekitar Agam, jika suatu nagari
Tuan Kadi bertugas menjaga pelaksanaan hukum syara`, sedangkan Tuan Imam
syara` semisal berjudi, mengadu ayam, mengadu balam atau puyuh, dan meminum
tuak dilarang keras. Siapa yang melanggar larangan-larangan itu boleh dibunuh. Pola
dakwah ini jelas menunjukkan pengaruh yang sangat dalam dari ide-ide Gerakan
Minangkabau. Di banyak nagari, paham yang dianggap baru ini diterima oleh kaum
adat dengan sukarela. Banyak pengulu dan ninik-mamak yang menjadi orang penting
dalam gerakan ini, sehingga gerakan ini menjadi cepat tersebar dan banyak mendapat
pengikut. Di Lintau gerakan ini mendapat tantangan dari kaum bangsawan yang
mulai merasa terusik posisinya dengan kehadiran gerakan ini. Mereka tidak
menunjukkan i’itikad yang baik mengahadapi gerakan ini. Karena itu, Tuanku Lintau
marah lalu menangkap dan membunuh bangsawan itu. Adapun bangsawan Raja Alam
mereka meminta bantuan kepada penjajah Belanda di Padang. Inilah yang kemudian
penjajah itu. Mereka mewarisi gagasan memurnikan ajaran Islam dan memerangi apa
saja yang bertentangannya dengannya, yang dikobarkan oleh Muhammad bin Abdul
Wahhab.
51
Ide-ide pembaruan ini secara terus-menerus hidup dan diwarisi oleh generasi-
generasi berikutnya. Di antara tokoh kenamaan yang juga mewarisi ide-ide ini adalah
antara lain: Haji Abdul Karim Amrullah, Haji Abdullah Ahmad, dan Muhammad
Jamil Jambek. Semua tokoh ini pernah belajar di Mekkah untuk beberapa tahun, dan
samping ide-ide Gerakan Salafiyah yang dihidupkan oleh Muhammad bin Abdul
Wahhab, ketiga tokoh terakhir itu juga cukup intensif berkenalan dengan ide-ide
atas. Mereka menolak praktik-praktik dalam tarekat yang bertentangan dengan al-
Qur’an dan Hadis Nabi SAW. Mereka menolak praktik-praktik bid’ah dan khurafat
serta segala sesuatu yang mendorong kepada syirk. Hanya saja cara-cara yang mereka
praktik menyeleweng yang dilakukan oleh para pengikut tarekat dan terhadap
berbagai bentuk bid’ah. Hal ini terlihat dalam karya-karyanya, antara lain: Izhar
Cara yang lebih keras ditempuh oleh murid Ahmad Khatib, yaitu Haji Abdul
Karim Amrullah (ayah Hamka). Pendekatan yang diambil oleh tokoh yang sering
dipanggi Haji Rasul ini cukup keras, tiada maaf, dan tanpa kompromi. Ceramah-
ceramahnya ditandai dengan kecaman dan serangan terhadap segala perbuatan yang
dinilainya menyeleweng dari ajaran Islam yang sejati. Ia bersikap keras dalam
52
melaksanakan pendapatnya, termasuk kepada keluarganya sendiri. Pokok-pokok
pikiran pembaruan tokoh ini benar-benar sejalan dengan ide-ide pembaruan Ibn
(1) Kenduri di rumah orang mati dan meratapi orang mati haram hukumnya. Karena
itu adat kenduri tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari, dst. berkaitan
(2) Berziarah dan membesar-besarkan kuburan, bernazar dan berkaul kepada tempat-
tempat yang dipandang keramat adalah perbuatan merusak tauhid dan membawa
kemusyrikan.
(3) Menggunakan suatu cara tertentu dalam berzikir yang tidak berasal dari
(4) Rabitah kepada guru dan mengambil perantara dalam berhubungan dengan
(5) Taklid buta adalah serendah-rendah derajat. Agama tidak bisa ditegakkan selama
(6) Pintu ijtihad tidak pernah tertutup bagi orang yang mampu.
(7) Adat bernalam, yaitu membaca zikir dan puji-pujian dengan menggunakan rebana
atau talam dan mementingkan lagu sehingga bacaannya salah haruslah diberantas.
(8) Talqin mayat di atas kubur tidak mempunyai dasar yang kuat dalam agama.
Sedangkan dua tokoh yang lain, yaitu Haji Abdullah Ahmad dan M. Jamil
Jambek menempuh cara-cara dakwah yang lembut dan tenang. Abdullah Ahmad
adalah pendiri Sekolah Adabiyah yang telah berhasil melahirkan banyak ulama di
53
Sumatra Barat. Dia juga termasuk orang yang membidani kelahiran dan orang yang
sangat penting dalam penerbitan surat kabar al-Munir yang merupakan media dakwah
Cara-cara yang lebih ramah dalam berdakwah ini juga dilakukan oleh
Muhammad Jamil Jambek. Pada usia 16 tahun Jambek dibawa ayahnya pergi ke
Mekkah untuk belajar di sana. Ia bermukim selama sembilan tahun di sana untuk
mempelajari agama. Pengaruh ide-ide pembaruan tampak dalam diri Jambek berupa
yang tegas terhadap tarekat dan berbagai praktik keagamaan yang menyeleweng dari
sampaikan. Hanya saja semua itu disampaikan tanpa menyakiti pihak yang terkena
kritik-kritiknya.
Muhammadiyah
organisasi yang teleh mengobarkan jiwa pembaruan pemikiran Islam di negeri ini.
Jiwa pembaruan yang melekat pada diri pendiri organisasi ini telah ditempa sejak dia
belajar di Mekkah selama 5 tahun, yaitu antara 1890-1895. Pada tahun 1903 dia
kembali lagi ke Mekkah untuk belajar lagi selama 3 tahun. Di Mekkah dia belajar
tauhid, tafsir, fikih, tasawwuf, qira’at, mantiq, dan falak. Selama di Mekkah tokoh ini
bin Abdul Wahhab, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Rida.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Gerakan Salafiyah yang digagas oleh Ibn
dilakukan Ibn Abdul Wahhab ini kemudian berpengaruh bagi meningkatnya minat
para ulama untuk menelaah kembali karya-karya Ibn Taimiyyah. Kondisi kondusif
untuk pembaruan yang diupayakan oleh para pengikut Ibn Abdul Wahhab, termasuk
dan terutama para penguasa Kerajan Arab Saudi dari keturunan Muhammad Sa’ud,
memungkinkan lahirnya para tokoh pembaru semisal Jamaluddin, Abduh, dan Rida.
Pengaruh mereka inilah yang kemudian terlihat kental dalam oraganisasi yang
organisasi adalah:
(1) Kenyataan bahwa umat Islam Indonesia telah banyak yang meninggalkan al-
(2) Lembaga-lembaga pendidikan agama Islam yang ada ketika itu tidak efisien;
ilmu-ilmu agama dalam arti sempit. Akitabnya umat terpecah dan hal ini
55
(3) Mayoritas umat Islam yang terdiri dari petani dan buruh menjadi semakin miskin.
Sementara yang kaya tidak ingat berzakat, sehingga hak-hak orang miskin
terabaikan.
(4) Aktivitas misi Kristen semakin gencar. Bahkan mereka mendapat bantuan dari
penjajah Belanda.
(5) Kebanyakan umat Islam terperangkap dalam fanatisme sempit, taklid buta, dan
(1) Menggalakkan dan meningkatkan mutu pendidikan umat Islam. Hal ini
dimaksudkan agar umat Islam dapat mengerti ajaran-ajaran agama mereka secara
benar. Ajaran agama yang benar itu ialah yang memurnikan tauhid, memperteguh
zaman.
(4) Mempertahankan Islam dari segala pikiran dan perbuatan yang bertentangan
berlangsung begitu cepat, tidak sampai 15 tahun dari masa berdirinya organisasi ini
56
Di Aceh Muhammadiyah telah masuk untuk pertama kali tahun 1922/1923
sini Muhammadiyah mendapat dukungan kuat dari seorang ulama kenamaan Dr. Haji
oleh orang-orang yang datang dari Tapanuli, Suatra Barat dan Jawa. Merekalah yang
dari Alabio, Hulu Sungai Utara. Tokoh ini masuk menjadi anggota Muhammadiyah
tahun 1923, dan pada 1925 dia kembali ke Alabio untuk menyiarkan Muhammadiyah
setelah Pimpinan Pusat Muhammdiyah mengutus M. Yunus Anis ke daerah ini tahun
1928.
beberapa organisasi otonom yang gerak dan tujuannya seiring dengannya. Organisasi-
(1) Aisyiyah, didirikan tahun 1917 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Organisasi ini bergerak
(2) Nasyi’atul Aisyiyah, berdiri tahun 1930, untuk membina remaja putri Islam.
(4) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), didirikan tahun 1381/1961. Organisasi ini
dibentuk untuk membina dan menggerakkan potensi para mahasiswa Islam; baik
(6) Tapak Suci, didirikan tahun 1963. Tapak Suci juga disebut Persatuan Pencak Silat
Putra Muhammadiyah.
(7) Hizbul Wathan (HW), didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan tahun 1918. Organisasi
ini bergerak di bidang kepanduan. Andil HW cukup besar dalam menyiapkan para
HW adalah Jenderal Sudirman yang pada tahun 1945 diangkat oleh Presiden RI,
Sukarno, menjadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat yang menjadi cikal
58
bakal TNI. Pada tahun 1961, HW ditiadakan dan dileburkan ke dalam Gerakan
Pramuka.
perjuangannya telah memberikan andil yang cukup besar dalam mencapai dan
Al-Irsyad
Didirikan tahun 1914, di Jakarta, oleh Syekh Ahmad Soorkatti dengan dibantu oleh
adalah seorang tokoh pembaru yang mengenal ide-ide pembaruan Ibn Taimiyah, Ibn
al-Qayyim al-Jauziyah, Ibn Abdul Wahhab, dan Muhammad Abduh semasa dia
belajar di Tanah Suci. Ide-ide pembaruan itu dia siarkan di Indonesia melalui
muridnya terdiri dari anak-anak keturunan Arab dan sebagian kecil anak-anak
Salafiyah yang dibangkitkan kembali oleh Muhammad bin Abdul Wahhab yang
oleh Muhammad Abduh. Hal ini terlihat dalam tujuan yang hendak dicapai al-Irsyad
jiwa dan hartanya secara benar. Pengajaran ilmu fikih dimaksudkan untuk
59
memperbaiki akhlak seseorang dengan berpedoman pada al-Qur’an dan Sunnah.
kemajuan dan kemunduran peradaban umat Islam pada masa lalu untuk dijadikan
Pergerakan al-Irsyad saat ini telah tersebar di hampir seluruh kota-kota besar
setiap umat Islam dari keturunan apapun bisa menjadi anggota pergerakan ini sesuai
mendirikan lembaga pendidikan yang tidak hanya terbatas pada sekolah agama, tetapi
F. Penutup
Dakwah dan pendidikan adalah dua bidang yang saling terkait, keduanya bagai dua
sisi dari satu mata uang yang sama. Pendidikan tidak akan bermakna jika ia
dilaksanakan secara efektif dan efisien jika pendidikan diberi perhatian yang
Kerajaan Arab Saudi telah berlangsung sejak masa-masa awal lahirnya Islam.
60
Hubungan itu terjadi dalam berbagai bidang yang meliputi, antara lain: ekonomi,
politik, budaya, dakwah dan pendidikan. Bahkan sebenarnya kedua bidang terakhir
itu dapat merangkum dan mewakili hubungan dalam semua bidang yang ada.
Hubungan ekonomi, politik, dan budaya misalnya tidak semata-mata dilakukan untuk
kepentingannya sendiri, lebih dari itu dilakukan untuk suatu misi dakwah. Misi
dakwah ini terlihat menjadi sangat intensif ketika melibatkan hubungan di bidang
pendidikan. Dalam hal ini, kedudukan Haramain sebagai pusat pendidikan Islam
menjadi sangat penting bukan saja bagi Indonesia, tetapi bagi dunia Islam pada
umumnya.
keduanya merupakan mata air dakwah dan pendidikan yang mengalir ke Indonesia
melalui mereka yang belajar ke sana kemudian kembali ke negeri ini atau melalui
Ketika air dakwah dan pendidikan di mata airnya mengeruh, lahirlah seorang
pejuang yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk menjernihkan air itu kembali.
Upaya pejuang yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab untuk membangkitkan
ajaran-ajaran Gerakan Salafiyah yang dicetuskan oleh Ibn Taimiyah dan dilanjutkan
oleh muridnya Ibn Qayyim al-Jauziyah ini ternyata mendapat dukungan dari pihak
politik) ini menghasilkan kekuatan luar biasa untuk mewujudkan tujuan yang hendak
dicapai itu.
para jamaah haji dan/atau orang-orang Indonesia yang menuntut ilmu di Haramain,
ketika wilayah ini telah berhasil ditaklukkan oleh penguasa yang memiliki semangat
61
pembaruan, yakni Keluarga dan keturunan Saud. Pengaruh gerakan ini di Indonesia
dan Pergerakan al-Irsyad misalnya, juga lahirnya berbagai lembaga pendidikan yang
cukup besar bagi mengantarkan negeri ini mencapai kemerdekaannya. Sebab gerakan
pembaruan tersebut bertekad untuk menolak dan membasmi segala sesuatu yang
dianggap betentangan dengan ajaran-ajaran Islam yang sejati. Karena itu pergerakan-
pergerakan ini tidak hanya berperang melawan syirk, bid’ah, khurafat, takhayul, dan
Pada saat Raja Abdul Aziz Al-Saud, pendiri Kerajaan Arab Saudi, berkuasa,
Ketika Fahd sudah dinobatkan menjadi raja, perhatiannya terhadap dunia dakwah dan
pendidikan tetap tinggi. Hal ini dapat dilihat dari pengembangan dan peningkatan
berbagai sarana pendidikan di setiap tingkatan; baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Saat ini telah ada 8 universitas di Kerajaan ini. Berbagai universitas ini
menjadi tujuan para penuntut ilmu dari Indonesia. Hingga kini telah banyak orang
telah kembali ke Indonesia serta berkiprah luas dalam dakwah dan pendidikan di
62
Indonesia. Sebagai contoh bisa disebutkan, antara lain: Prof. Dr. Said Agil Husein al-
Pengurus Majlis Syuria, Nahdlatul Ulama’; K.H. Hasan Abdullah Sahal, salah
seorang dari tiga Pimpinan Pondok Modern Gontor; K.H. Sutaji Tajuddin, Direktur
Jauhari, mantan Sekretaris pada Kantor Rabitah al-`Alam al-Islami, di Mekkah, dan
kini menjadi pimpinan Pondok al-Amin, Sumenep, Madura; dan Dr. Hidayat Nur
Terakhir dan tidak kalah pentingnya adalah kehadiran LIPIA sebagai jembatan
penghubung budaya Arab Saudi dengan Indonesia, terutama dalam bidang dakwah
Sebenarnya masih ada lagi peranan sangat penting yang dimainkan oleh
Kerajaan Arab Saudi yang perlu mendapat perhatian, yakni sumbangan ekonominya
organisasi bantuan maupun melului Penguasa Kerajaan Arab Saudi sendiri. Tetapi
karena beberapa hal, peranan tersebut belum dapat disajikan di tulisan ini.
63
Sumber Tulisan:
Knowledge,
Aceh, Aboebakar, Sejarah Ka’bah dan Manasik Haji, Solo: Ramadhani, 1984.
Ali, A. Mukti, Alam Pikiran Islam Modern di Timur Tengah, Jakarta: Djambatan,
1995.
Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
Choudhury, Golam W, Islam and The Modern Muslim World, Kuala Lumpur: WHS
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hove, 1993.
Hamka, Ayahku: Riyawat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan
Nasution, Harun, Pembaruan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta:
Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1985.
Piscatori, James P., “Politik Ideologis di Arab Saudi”, dalam Harun Nasution dan
64
Azyumardi Azra (peny.), Perkembangan Modern dalam Islam, Jakarta:
Pelajar, 1996.
Widya, 1995.
Indonesia, Tesis Master pada Jurusan Filsafat Islam, Kulliyah Dar al-Ulum,
Gontor, 9-9-1999
65