Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI DAN POLA MANAJEMEN

PENDIDIKAN PESANTREN

Oleh :
KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A.
Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor
Ponorogo Jawa Timur Indonesia

Disampaikan dalam acara Workshop


PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN PESANTREN :
MEMPOSISIKAN PESANTREN DALAM BINGKAI
PENDIDIKAN NASIONAL
Diselenggarakan oleh INCIS (Indonesian Institut for Civil Society)
Di Hotel Wisata Internasional Jln. MH. Thamrin Jakarta
Tanggal 9 Januari 2003
A. Pendahuluan

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam pertama di Indonesia.


Disamping sebagai lembaga pendidikan, pesantren juga berfungsi sebagai
lembaga dakwah, kemasyarakatan dan basis perjuangan dalam merebut serta
mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dewasa ini di Indonesia telah ribuan pondok pesantren yang tersebar di


seluruh pelosok nusantara dengan sekian corak dan macamnya. Namun demikian,
pada dasarnya pendidikan pesantren dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
pesantren tradisional dan pesantren modern.

Dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, pesantren melaksanakan


kegiatan pendidikan bagi santri selama 24 jam, sehingga wujudnya perlu dibela
dan diperjuangkan.

Pendidikan pesantren dengan sekian unsur-unsur pokok yang ada


didalamnya perlu dimenej sedemikian rupa sehingga kegiatan yang ada lebih
efektif dan efisien sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.

B. Unsur-Unsur Pesantren

Di dalam pesantren yang bercorak modern terdapat 9 unsur pokok, yaitu:


1. Kyai
2. Guru
3. Santri
4. Materi ajar
5. Sistem
6. Sarana dan prasarana/infrastruktur
7. Dana
8. Kegiatan

2
9. Manajemen

1. Kyai
Dalam lembaga pendidikan pesantren, Kyai merupakan sentral
figur bagi semua individu yang ada di pesantren. Disamping itu, Kyai
juga tidak dapat terlepas dari tugasnya sebagai pendidik dan guru. Oleh
sebab itu Kyai perlu wawasan dalam keilmuan, pengalaman, dan
pemikiran, maka dengan singkat dapat menjadi uswah (suri tauladan)
bagi semua individu di pesantren dalam segala aspek kehidupan.

2. Guru
Guru dalam pesantren merupakan unsur yang memiliki beberapa
fungsi, antara lain:
a. Wakil dan pembantu Kyai
Dalam beberapa kegiatan, guru dapat mewakili membantu
Kyai jika berhalangan atau diperlukan.
b. Sebagai kader
Guru dalam pesantren juga berfungsi sebagai kader
pesantren dimana ia mengabdi, sehingga ia dituntut untuk
mengetahui dan menguasai semua urusan pondok walaupun tidak
harus melaksanakannya. Disamping itu guru juga menjadi kader
masyarakat, sehingga jika ia pulang ke masyarakat tidak melalaikan
tugasnya sabagai mundzirul qaum (pemberi peringatan) bagi
masyarakat.
c. Sebagai pendidik/uswah
Guru dalam pesantren disebut juga sebagai santri senior,
sehingga ia menjadi uswah (suri taudalan) bagi santri yunior dalam
berbagai aspek kehidupan.
d. Sebagai pengajar
Disamping menjadi pendidik, guru harus berkompetan dalam tuas
pokoknya melaksanakan proses belajar mengajar dengan segala
rangkaian kegiatannya, seperti:

3
1. Perencanaan
2. Kegiatan belajar mengajar
3. Penguasaan materi
4. Evaluasi

e. Sebagai manajer
Selain menjadi pendidik dan pengajar, guru dalam pesantren juga
berfungsi sebagai manajer dalam berbagai kegiatan dengan sekup yang
bervariasi, seperti: ketua panitia kegiatan, pembimbing asrama, dan
kegiatan-kegiatan lain.

3. Santri
Sesuai dengan sejarah pesantren, bahwa munculnya lembaga
pendidikan pesantren bermula dari adanya seorang Kyai, kemudian
datang beberapa santri untuk belajar ilmu pengetahuan dari kyai tersebut.
Karena banyaknya santri yang datang, maka rumah kyai tidak lagi cukup
untuk menampung para santri. Maka timbullah inisiatif untuk
membangun pondok di sekitar rumah Kyai tersebut. Dengan demikian
yang mendirikan pondok sebenarnya adalah santri.
Seirimh dengan perkembangan zaman, Kyai sebagai manager
pesantren harus memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan keperluan
santri, di antaranya:
a.Asrama (tempat tinggal santri)
Kapasitas tinggal yang harus disediakan oleh pesantren
harus disesuaikan dengan jumlah santri yang ada.
Penempatannyapun harus diatur sedemikian rupa, sehingga tidak
terjadi segi-segi negatif seperti unsur kedaerahan, stratafikasi sosial
dll.

b. Sarana
Kehidupan santri di pesantren membutuhkan sarana-sarana yang
harus dipenuhi, seperti:

4
1. Masjid sebagai pusat kegiatan.
2. Kelas sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar.
3. Kamar mandi/WC.
4. Pelajaran sebagai objek kegiatan belajar mengajar.

C. Kegiatan
Masalah kegiatan santri dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu:
1. Kegiatan intra kulikuler, yaitu kegiatan pondok pesantren
yang diselenggarakan dalam kelas.
2. Kegiatan ekstra kulikuler, yaitu kegiatan pesantren yang
diselenggarakan sebagai upaya peningkatan kemampuan santri
baik dalam segi keilmuan, pengalaman, keterampilan, seperti:
keorganisasian, kepramukaan, dan berbagai macam kursus.

4. Materi Ajar
Pesantren dengan berbagai corak dan ragamnya, pada dasarnya mempunyai tujuan
yang sama yaitu attafaqquh fiddin (memperdalam pengetahuan agama), sehingga
materi ajarnyapun relatif sama, yaitu ilmu-ilmu agama, seperti: al-Qur'an dengan
cabang-cabang ilmunya, al-Hadits dengan cabang-cabang ilmunya, fiqih dan usul
fiqihnya dan sebagainya.
Namun sesuai dengan perkembangan zaman, pesantren (yang bercorak
modern khususnya) selalu mengikuti perkembangan zaman, sehingga materi
ajarnya juga dapat berkembang dengan tanpa meninggalkan materi ajar yang
pokok, sehingga materi ajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ilmu agama dan
ilmu umum.

5. Sistem
Walaupun masing-masing pesantren memiliki sistem yang berbeda antara satu
dengan yang lain, namun pesantren yang modern (pesantren masa depan) secara
prinsipil menerapkan dua sistem yaitu:
a. Sistem Asuh

5
Sistem ini relative tidak berubah, yaitu sistem yang mengacu kepada sistem
nilai yang direlevansikan dengan ajaran Islam, sistem yang dipertahankan dari
zaman ke zaman.
b. Sistem Ajar
Sistem ini diterapkan dengan pertimbangan perkembangan zaman dan
tuntutan zaman di era industrialisasi, informasi dan globalisasi.

6. Sarana.
Di dalam lembaga pendidikan pesantren, dibutuhkan sarana-sarana antara lain:
a. Masjid
Masjid di pesantreen merupakan sarana yang mutlak adanya sebagai tempat
kegiatan santri dalam bidang inteektual.
b. Sarana/Problem
Asrama dalam pesantren merupakan rumah bagi para santri mutlak adanya.
Sebagai sarana tempat tinggal sehatihari, sarama ini dilengkapi dengan kamar
mandi dan WC
c. Sekolah/Kelas
Sekolah merupakan sarana tempat kegiatan belajar mengajar santri dalam
bidang keilmuan dan pendidikan intelektual.
d. Balai Pertemuan
Dalam kegiatan-kegiatan atau event-event tertentu, Kyai membutuhkan sarana
balai pertemuan sebagai sarana pendidikan santri secara menyeluruh/bersama-
sama.
e. Dapur
Sarana ini merupakan sarana vital bagi kehidupan para santri di lembaga
pesantren sebagai sarana pemenuhan kebutuhan primer manusia.
f. Lapangan olahraga
Sarana yang dibutuhkan di lembaga pendidikan pesantren adalah lapangan
olahraga sebagai saran pendidikan jasmani. Dengan sarana ini diharapkan para
santri memiliki jasmani yang sehat sehingga dapat menuntut ilmu dengan
lebih giat.

6
7. Dana
Dana merupakan unsur pentig dalam pengelolaan sebuah lembaga, pendidikan
termasuk pesantren. Dana dalam kegiatan organisasi ibarat bahan bakar bagi
kendaraan bermotor sehingga jalannya pendidikan pesantren juga tergantung pada
dana.
Dari unsur dana ini, minimal terdapat dua hal yang perlu mendapatkan
perhatian.
a. Sumber Dana
Untuk menunjang kemandirian pesantren, sumber dana/penggalian dana perlu
direncanakan. Sumber dana baik yang bersifat tetap maupun isidentil.
b. Penggunaan Dana
Kebutuhan pesantren akan sarana dan prasarana memerlukan pelaksanaan
dengam skala prioritas serta pengontrolan penggunaannya dari Kyai.

8. Kegiatan
Kegiatan pesantren sebagai lembaga dakwah dan kemasyarakatan, bahkan
perjuangannya dapat dibagi menjadi 2 acam keiatan.
a. Kegiatan dalam pesantren (sebagaimana diuraikan diatas)
b. Kegiatan di luar pesantren, seperti:
1. Tabligh atau ceramah keagamaan.
2. Pembinaan sosial
3. Pembinaan lembaga-lembaga pendidikan seperti: TPA/TKA,
madrasah, sekolah, dll.
4. Peringatan hari-hari besar islam.
5. Pembinaan ekonomi masyarakat.
6. lain-lain.

9. Manajemen
adanya banyak unsur yang ada di pesantren, seorang Kyai membutuhkan
manajerial dalam memanage pesantren yang dipimpinnya. Secara garis besar
manajemen yang diterapkan di pesantren terdiri dari 3 hal, yaitu:
a. Manajemen Personil

7
b. Manajemen Materil
c. Manajeman kegiatan

C. Strategi Manajemen Pesantren


Memanaje pesantren adalah mengajar kehidupan. Oleh sebab itu dapat digunakan
strategi sebagai berikut:
1. Open Management/Keterbukaan
Dengan penerapan sistem sistem open management, maka lembaga
pendidikan pesantren akan mendapatkan keuntungan-keuntungan,
antara lain:
a. Dipahami oleh orang/pihak lain
b. Mendapat kepercayaan dari fihak lain.
c. Terhindar dari fitnah dan salah faham

2. Kejujuran
Keberhasilan pendidikan pesantren juga ditentukan oleh kejujuran dari
personil yang terkait dalam pesantren tersebut. Karena dengan
berasaskan pada kejujuran ini, kecurangan, kebohongan, korupsi dan
sebagainya dapat dihindari.

3. Kesungguhan
Kewajiban manusia dalam menuju kesuksesan adalah usaha dengan
sekuat tenaga atau kalau perlu sampai tingkat mujahadah

‫ومن جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا‬


Namun usaha ini tanpa melupakan usaha batin yaitu berdoa kepada
Allah SWT. karena Allah lah sebenarnya yang menentukan hasilnya.

4. Dilandasi oleh Panca Jiwa Peantren


Kehidupan dalam pesantren dijiwai oleh Panca Jiwa sebagai berikut:
a. Keikhlasan

8
Sepi ing pamrih (tidak karena didorong oleh keinginan
memperoleh keuntungan tertentu), semata-mata kerena untuj
ibadah. Hal ini meliputi segenap suasana kehidupan di Pondok
Pesantren. Kiyai ikhlas dalam mengajar, para santri ikhlas dalam
belajar, dan pembantu-pembantu pondok ikhlas dalam bekerja.
b. Kesederhanaan
Kehidupan dalam pondok diliputi suasana kesederhanaan, tetapi
agung. Sederhana bukan berarti pasif dan bukan artinya
kemelaratan dan kemiskinan. Tetapi mengandung unsure kekuatan
atau ketabahan hati, penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan
hidup dengan segala kesulitan.
c. Berdikari
Didikan inilah yang merupakan senjataa idup ampuh. Berdikari
bukan saja dalam arti bahwa santri selalu belajar dan berlatih
mengurus segala kepentingannya sendiri tetapi juga pondok
pesantren itu berdiri sebagai Kembaga Pendidikan tidak pernah
menyandarkan kehidupannya pada bantuan atau belas kasihan
orang lain.
d. Ukhuwah Islamiyah
Kehidupan di Pondok Pesantren diliputi suasana persaudaraan
akrab, sehingga segala kesenangan dirasakan bersama dengan
jalinan perasaan keaganaan. Ukhuwah ini, bukan saja selama
dalam pondok pesantren itu sendiri, tetapi juga mempngaruhi
kearag persatuan ummat dalam masyarakat sepulangnya dari
pondok.
e. Bebas
Bebas dalam befikir dan bebuat, bebas dalam menentukan masa
depannya, dalam memilih jalan hidup di dalam masyarajat kelak
bagi para santri, dengan berjiwa besar dan optimis dalam
menghadapi kehidupan. Kebebasan itu bahkan sampai kepada
bebas dari pengaruh asing/colonial.

9
5. Mengutamakan Pendekatan-Pendekatan: Manusiawi, program dan
Idealisme
a. Pendekatan Manusiawi
Kyai dalam memanage guru dan santri hendaknya menggunakan
Pendekatan manusiawi. Guru dan santri memiliki kebutuhan-
kebutuhan sebagaimana layaknya manusia berupa kebutuhan-
kebutuhanpsikologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan
aktualisasi diri.
b. Pendekatan Program
Sebagai manager pesantren, Kyai hemdaknya memiliki program-
program yang jelas, baik program jangka panjang menengah atau
jangka pendek. Dengan adanya program ini Kyai dapat
mendelegasikan tugas kepada fihak lain dengan jelas.
c. Pendekatan Idealisme
Dalam memanage personil, Kyai hendaknya berdasar pada
idealisme sehingga penerima tugas akan mengerjakan tugas
berdasarkan idealisme yang dimiliki, tidak bekerja asal-asalan.

D. Penutup
Perubahan adalah hal yang tetap di muka bumi ini. Zaman terus berubah.
Transformasi demi transformasi sosial terus terjadi. Maka pesantren sebagai
lembaga pendidikan islam harus terus mengantisipasinya, dengan terus
meningkatkan manajemennya sehingga dapa lebih berperan di masyarakat.

10

Anda mungkin juga menyukai