Penyusun :
JAZULI
TAHUN AKADEMIK
2020 - 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
taufik serta hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyusun makalah ini DENGAN JUDUL
KONSEP DASAR MANAJEMEN PESANTREN.
Shalawat dan salam semoga selalu senantiasa tercurah kepada junjungan nabi kita Nabi
besar Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat dan pengikut beliau hinggga akhir zaman.
Yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam terang benderang bercahayakan
iman, islam, dan ihsan.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Dosen Mata kuliah
Tafsir Tarbawi yang telah mendukung kami hingga teselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan belum sempurna apa yang kami
sampaikan, sehingga apabila ada kekurangan dalam penulisan serta isi atau materi, kami
mohon saran dan kritiknya secara langsung maupun tidak langsung, untuk kesempurnaan
makalah ini.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pada era global ini
terasa sekali pengaruhnya dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, khususnya
dalam bidang pendidikan, sosial, dan budaya, termasuk dalam pendidikan pesantren.
Dalam rangka menghadapi tuntutan masyarakat lembaga pendidikan
masyarakattermasuk pondok pesantren haruslah bersifat fungsional. Sebab lembaga
pendidikan sebagai salah satu wadah dalam masyarakat bisa digunakan sebagai pintu
gerbang dalam menghadapi tuntutan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi
yang terus mengalami perubahan. Lembaga pesantren perlu mengadakan perubahan
secara terus menerus seiring dengan perkembangannya tuntutan-tuntutan yang ada
dalam masyarakat.
Pengembangan Manajemen Pesantren merupakan salah satu solusi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas atau mutu pesantren. Manajemen mengawal
dan memberikan arahan pada proses berjalannya sebuah lembaga pesantren dapat
terpantau. Tidak berbeda dengan lembaga pendidikan lain seperti sekolah formal,
pendidikan pesantren juga membutuhkan manajemen untuk mengembangkan atau
memajukan sebuah pesantren.
Manajemen merupakan hal yang penting dalam pesantren karena untuk
berjalan dengan optimalnya sebuah pesantren, berkembangnya pesantren, dan untuk
kemajuan pesantren tersebut. Pesantren yang sistem manajemennya rendah atau
bahkan tidak baik, bisa mengakibatkan mengurangnya daya guna sebuah pesantren.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian Manajemen
b. Pengertian Pondok Pesantren
c. Pengertian Manajemen Pesantren
d. Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren
e. Elemen-elemen Pondok Pesantren
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen
Secara etimologi, pesantren berasal dari kata “santri” yang mendapat awalan
‘pe’ dan akhiran ‘an’ yang berarti tempat tinggal santri. Sedangkan ensiklopedi Islam
memberikan gambaran yang berbeda, yakni bahwa pesantren itu berasal dari bahasa
Tamil yang artinya guru mengaji atau dari bahasa India “shastri” dan kata “shastra”
yang berarti buku-buku kecil, buku-buku agama atau ilmu pengetahuan. Secara
terminologi pesantren merupakan sebuah pendidikan agama Islam yang tumbuh serta
diakui oleh masyarakat sekitar (Ahamad Muthohar AR, 2007:12).
Pesantren juga dikenal dengan tambahan istilah pondok yang dalam arti kata bahasa
Indonesia mempunyai arti kamar, gubug, rumah kecil dengan menekankan
kesederhanaan bangunan atau pondok juga berasal dari bahasa Arab ”Fundũq” yang
berarti ruang tidur, wisma, hotel sederhana, atau mengandung arti tempat tinggal yang
terbuat dari bambu.
Pesantren atau lebih dikenal dengan istilah pondok pesantren dapat diartikan sebagai
tempat atau komplek para santri untuk belajar atau mengaji ilmu pengetahuan agama
kepada kiai atau guru ngaji, biasanya komplek itu berbentuk asrama atau kamar-
kamar kecil dengan bangunan apa adanya yang menunjukkan kesederhanaannya.
Menurut Mastuhu (1994: 55) pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan
tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai
pedoman perilaku sehari-hari. Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat dipahami
bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional yang mempelajari ilmu
agama (tafaqquh fi al-dîn) dengan penekanan pada pembentukan moral santri agar
bisa mengamalkannya dengan bimbingan kiai dan menjadikan kitab kuning sebagai
sumber primer serta masjid sebagai pusat kegiatan.
C. Pengertian Manajemen Pesantren
b. Sistem Pengajaran
Sistem pengajaran dapat diartikan sebagai cara uyang diperguanakan untuk
menyampaikan tujuan. Pondok pesantren secara agak seragam menerapkan
sistem pengajaran yang sering kita kenal yaitu: sorogan, bandungan, hafalan
dan masih banyak lainnya. Akan tetapi konsep keilmuan lebih menekankan
pada rasionalitas seperti yang menjadi dasar pendidikan modern.
c. Sistem Pembiayaan
Pondok pesantren sebagai lembaga non formal juga sebagai lembaga sosial
keagamaan. Dan perjalanannya, pembiayaan dalam bidang pendidikan
pesantren bisa didapat dari imbal swadya pemerintah, yaitu Depag, Link
Depag, Instansi Daerah maupun dari lainnya. Karena kepedulian pesantren ini
dilandasi dengan keikutansertaan pemerintah dalam memajukan pondok
pesantren dengan karakternya yang khas.
1. Permulaan Berdiri
Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam yang telah tua
sekali usianya, telah tumbuh sejak ratusan tahun yang lalu, yang
setidaknya memiliki lima unsur pokok, yaitu kiyai, santri, pondok,
mesjid dan pengajaran ilmu-ilmu agama.
Dalam menentukan kapan pertama kalinya pesantren berdiri di
Indonesia, terlebih dahulu perlu melacak kapan pertama kalinya Islam
masuk ke semenanjung nusantara. Terdapat berbagai pendapat
mengenai kapan masuknya Islam di Indonesia, ada yang berpendapat
semenjak abad ketujuh, namun ada juga yang berpendapat semenjak
abad kesebelas. Terlepas dari perdebatan seputar kapan masuknya
Islam di Indonesia, namun terjadinya kontak yang lebih intens antara
budaya Hindu-Budha dan Islam dimulai sekitar abad ketiga belas
ketika terjadi kontak perdagangan antara kerajaan Hindu jawa dengan
Kerajaan Islam di Timur Tengah dan India. Dan penyebaran Islam di
Indonesia khususnya di Jawa tidak terlepas dari peran wali songo yang
dengan gigih memperjuangkan dan menyebarkan nilai-nilai Islam.
Berdirinya Pesantren pada mulanya juga diprakarsai oleh Wali
Songo yang diprakarsai oleh Sheikh Maulana Malik Ibrahim yang
berasal dari Gujarat India. Para Wali Songo tidak begitu kesulitan
untuk mendirikan Pesantren karena sudah ada sebelumnya Instiusi
Pendidikan Hindu-Budha dengan sistem biara dan Asrama sebagai
tempat belajar mengajar bagi para bikshu dan pendeta di Indonesia.
Pada masa Islam perkembangan Islam, biara dan asrama tersebut tidak
berubah bentuk akan tetapi isinya berubah dari ajaran Hindu dan
Budha diganti dengan ajaran Islam, yang kemudian dijadikan dasar
peletak berdirinya pesantren.
Selanjutnya pesantren oleh beberapa anggota dari Wali Songo
yang menggunakan pesantren sebagai tempat mengajarkan ajaran-
ajaran Islam kepada masyarakat Jawa. Sunan Bonang mendirikan
pesantren di Tuban, Sunan Ampel mendirikan pesantren di Ampel
Surabaya dan Sunan Giri mendirikan pesantren di Sidomukti yang
kemudian tempat ini lebih dikenal dengan sebutan Giri Kedaton.
Keberadaan Wali Songo yang juga pelopor berdirinya pesantren
dalam perkembangan Islam di Jawa sangatlah penting sehubungan
dengan perannya yang sangat dominan. Wali Songo melakukan satu
proses yang tak berujung, gradual dan berhasil menciptakan satu
tatanan masyarakat santri yang saling damai dan berdampingan. Satu
pendekatan yang sangat berkesesuaian dengan filsafat hidup
masyarakat Jawa yang menekankan stabilitas, keamanan dan harmoni.
Pendekaan Wali Songo, yang kemudian melahirkan pesantren
dengan segala tradisinya, perilaku dan pola hidup saleh dengan
mencontoh dan mengikuti para pendahulu yang terbaik, mengarifi
budaya dan tradisi lokal merupakan ciri utama masyarakat pesantren.
Watak inilah yang dinyatakan sebagai faktor dominan bagi penyebaran
Islam di Indonesia. Selain itu ciri yang paling menonjol pada pesantren
tahap awal adalah pendidikan dan penanaman nilai-nilai agama kepada
para santri lewat-lewat kitab-kitab klasik. Persoalan asal usul pesantren
secara historis lebih tepat jika dipandang sebagai akibat akulturasi dua
tradisi besar Islam dan Hindu-Budha yang saling berinteraksi dan
saling memperngaruhi satu sama lain dari pada menerima warisan
tradisi yang memposisikan tradisi Islam sebagai tradisi yang pasif.
Artinya, pandangan hidup dan pemikiran keagamaan kalangan
pesantren tidak begitu saja mewarisi taken for granted kebudayaan
Hindu-Budha.
b. Pondok
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan
islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di
bawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih di kenal dengan
sebutan “kyai”. Asrama untuk para siswa tersebut berada dalam
lingkungan komplek pesantren dimana kyai bertempat tinggal yang
juga menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar
dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain. Komplek pesantren ini
biasanya di kelilingi dengan tembok untuk dapat mengawasi keluar
dan masuknya para santri sesuai peraturan yang berlaku pondok,
asrama bagi para santri, merupakan ciri khas tradisi pesantren, yang
membedakannya dengan system pendidikan tradisional di masjid-
masjid yang berkembang di kebanyakan wilayah islam di Negara-
negara lain. Bahkan system asrama ini pula membedakan pesantren
dengan system pendidikansur audi daerah minangkabau.
Ada tiga alasan utama kenapa pesantren harus menyediakan
asrama bagi para santri. Pertama, kemashuran seorang kyai dan
kedalaman pengetahuannya tentang islam menari santri-santri dari
jauh. Untuk dapat menggali ilmu dari kyai tersebut secara teratur dan
dalam waktu yang lama, para santri tersebut harus meninggalkan
kampung halamannya dan menetap di dekat kediaman kyai. Kedua,
hampir semua pesantren berada di desa-desa dimana tidak tersedia
perumahan (akomodasi) yang cukup untuk dapat menampung santri-
santri; dengan demikian perlulah adanya suatu asrama khusus bagi
para santri. Ketiga, ada sikap timbal balik antara kyai dan santri,
dimana para santri menganggap kyainya seolah-olah sebagai bapaknya
sendiri, sedangkan menganggap para santri sebagai titipan Tuhan yang
harus senantiasa dilindungi. Sikap ini juga menimbulkan perasaan
tanggung jawab di pihak untuk dapat menyediakan tempat tinggal bagi
para santri. Di samping itu dari pihak para santri tumbuh perasaan
pengabdian kepada kyainya, sehingga para kyainya memperoleh
imbalan dari para santri sebagai sumber tenaga bagi kepentingan
pesantren dan keluarga kyai.
Sistem pondok bukan saja merupakan elemen paling penting dari
tradisi pesantren, tapi juga penopang utama bagi pesantren untuk dapat
terus berkembang . meskipun keadaan pondok sederhana dan penuh
sesak, namun anak-anak muda dari pedesaan dan baru pertama
meninggalkan desanya untuk melanjutkan pelajaran di suatu wilayah
yang baru itu tidak perlu mengalami kesukaran dalam tempat tinggal
atau penyesuaian diri dengan lingkungan social yang baru.
c. Masjid
Masjid merupakan elemen yang tidak dapat di pisahkan dengan
pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk
mendidik para santri, terutama dalam sembahyang lima waktu, khutbah
dan sholat jum’ah, dan mengajarkan kitab-kitab klasik. Kedudukan
masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan
manivestasi universalisme dari sistem pendidikan tradisional. Dengan
kata lain kesinambungan system islam yang berpusat pada masjid sejak
masjid al Qubba didirikan dekat madinah pada masa Nabi Muhammad
saw tetap terpancar dalam system pesantren. Sejak zaman nabi, masjid
telah menjadi pusat pendidikan islam. Dimana pun kaum muslimin
berada, mereka selalu menggunakan masjid sebagai tempat pertemuan,
pusat pendidikan, aktifitas administrasi dan cultural. Lembaga-lembaga
pesantren jawa memelihara terus tradisi ini, para kyai selalu mengajar
murid-muridnya di masjid dan menganggap masjid sebagai tempat
yang paling tepat untuk menanamkan disiplin para murid dalam
mengerjakan kewajiban sembahyang lima waktu, memperoleh
pengetahuan agama dan kewajiban agama yang lain. Seorang kyai
yang ingin mengembangkan sebuah pesantren, biasanya pertama-
pertama akan mendirikan masjid di dekat rumahnya. Langkah ini
biasanya diambil atas perintah gurunya yang telah menilai bahwa ia
akan sanggup memimpin sebuah pesantren.
d. Santri
Menurut pengertian yang dalam lingkungan orang-orang
pesantren, seorang alim hanya bisa disebut kyai bilamana memiliki
pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren tersebut untuk
mempelajari kitab-kitab islam klasik. Oleh karena itu santri adalah
elemen penting dalam suatu lembaga pesantren. Walaupun demikian,
menurut tradisi pesantren, terdapat dua kelompok santri:
1. Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah jauh dan
menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang menetap
paling lama tinggal di pesantren tersebut biasanya merupakan suatu
kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi
kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggung
jawab mengajar santri-santri tentang kitab-kitab dasar dan
menengah.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Maka manajemen Pendidikan Pesantren hakekat adalah suatu proses penataan dan
pengelolaan lembaga Pendidikan Pesantren yang melibatkan sumber daya manusia dan non
manusia dalam menggerakkan mencapai tujuan Pendidikan Pesantren secara efektif dan
efisien.”. Yang disebut “efektif dan efisien” adalah pengelolaan yang berhasil mencapai
sasaran dengan sempurna cepat tepat dan selamat. Sedangkan yang “tak efektif” adalah
pengelolaan yang tak berhasil memenuhi tujuan karena ada mis-manajemen maka manajemen
yang tak efisien adalah manajemen yang berhasil mencapai tujuan tetapi melalui
penghamburan atau pemborosan baik tenaga waktu maupun biaya.
DAFTAR PUSTAKA
Ar-Rifa’i, Muhammad, Nasib, Tafsir ibnu Katsir (terj.), (Jakarta:Gema Insani, 2000)
Daradjat, Zakiyah, dkk, Ilmu Pendidikan ISLAM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006).