Anda di halaman 1dari 10

Tanggal Keterangan

26 Desember 2019 Konsultasi judul (WA)

Kamis, 2 januari 2020 Konsultasi judul dan pembahasan (tatap muka)

Kamis, 16 Januari 2020 Konsultasi abstrak dan kesimpulan (tatap muka)

MANAJEMEN KEUANGAN PONDOK PESANTREN

Mahrizu Zamani
STAI Ma’had Aly Al-Hikam Malang
Mahrizuzamani@gmail.com

Abstrak

Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia,


sumbangsihnya terhadap peradaban bangsa begitu banyak, mulai bidang
pendidikan, perjuangan kemerdekaan, ekonomi dan berbagai aspek sosial
kemasyarakatan yang lain. Akan tetapi pada masa kini, eksistensi pondok
pesantren mulai tertutupi oleh keberadaan lembaga pendidikan model lain yang
dikelola secara modern. Merespon hal itu, para ahli pendidikan Islam mulai
berfikir untuk melakukan modernasi sistem Pondok Pesantren di Indonesia.

Berdasarkan kajian literatur yang dilakukan penulis, dapat diketahui


bahwa hakikat manajemen keuangan pondok pesantren ialah usaha para pendiri
dan pengurus pondok pesantren dalam mengelola keuangan pondok pesantren
secara lebih teratur berdasarkan langkah-langkah yang terstruktur. Proses
pengelolaan keuangan pondok pesantren perlu memperhatikan sumber – sumber
keuangan yang ada, agar kebutuhan keuangan pondok pesantren untuk
menjalankan program pendidikan dapat terpenuhi. Seluruh proses ini
dimaksudkan agar pondok pesantren mampu mengikuti perkembangan zaman
dan dapat memberi manfaat yang lebih luas bagi masyarakat.

Kata kunci : Manajemen Keuangan, Pondok Pesantren

1
A. Pendahuluan

Pondok pesantren merupakan sistem lembaga pendidikan yang sudah ada jauh
sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945 M. Salah satu Pondok Pesantren tertua
yang masih memiliki eksistensi hingga saat ini adalah Pondok Pesantren Sidogiri,
yang berdiri sejak tahun 1718 M. Bahkan sejarah mencatat, lembaga pendidikan
model Pondok Pesantren telah ada sejak masa awal penyebaran agama Islam di
Nusantara sekitar tahun 1400 Masehi.1 Sebagai lembaga pendidikan tertua di
Indonesia, tentunya pondok pesantren memiliki kontribusi yang nyata bagi sejarah
peradaban bangsa. Kontribusi ini tidak hanya dalam ranah kependidikan saja, akan
tetapi juga dalam hal perjuangan kemerdekaan, kemandirian ekonomi serta dalam
beberapa aspek kehidupan yang cukup luas.2

Hanya saja, dalam perjalanannya, perkembangan lembaga pendidikan model


pondok pesantren tertinggal cukup jauh oleh lembaga lembaga pendidikan formal
yang berbentuk sekolah dan perguruan tinggi. Ketertinggalan ini tidak lain disebabkan
karena kurangnya dukungan pemerintah terhadap pondok pesantren, khususnya dalam
hal pemberian biaya pendidikan. Alokasi Anggaran pendidikan yang oleh pemerintah
ditetapkan sebesar 20 % dari APBN hampir seluruhnya diberikan kepada sekolah-
sekolah formal utamanya sekolah-sekolah milik pemerintah.3

Selain faktor kurangnya dukungan pemerintah, faktor lain yang menyebabkan


pertumbuhan pondok pesantren kurang progresif adalah sifat dasar dari kebanyakan
pesantren yang menjunjung kesederhanaan. Pada mulanya, Sistem pengelolaan
pondok pesantren di indonesia pada zaman dahulu cenderung sangat sederhana dan
menerima apaadanya terhadap segala sesuatu yang terjadi. Tidak ada perencanaan
kusus yang disiapkan untuk menyongsong masa depan pesantren, hal ini
menyebabkan terjadinya stagnasi pondok pesantren. Pondok pesantren hanya sebatas
berdiri dan tidak ada upaya untuk mengembangkan diri. Kemudian setelah muncul
berbagai jenis lembaga pendidikan baru, pondok pesantren menjadi kurang memiliki

1
Fathul Aminudin Aziz, Manajemen Pesantren “Paradig baru mengembangkan pesantren (Yogyakarta: Mitra
Media, 2014)
2
Efendi Nur, Manajemen Perubahan Di Pondok Pesantren, (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2014)
3
Nur Khannan, model Manajemen Keuangan Pendidikan Di Pondok Pesantren Darussalam Dukuhwaluh
Kembaran Banyumas Tahun 2016, (sekripsi, tidak diterbitkan)

2
daya saing. Dan pada akhirnya eksistensi Pondok Pesantren tergerus oleh lembaga
lembaga pendidikan formal yang dikelola dengan manajemen modern.

Atas dasar fenomena ini, beberapa tokoh pendidikan islam memunculkan


gagasan untuk memperbarui konsep pendidikan pondok pesantren yang kemudian
diistilahkan dengan modernasi pondok pesantren. Hal ini dimaksudkan untuk
mempertahankan eksistensi pondok pesantren ditengah arus persaingan antar lembaga
pendidikan yang semakin ketat. Juga untuk memenuhi kebutuhan mayarakat yang
semakin komplek seiring perkembangan zaman.

B. Pembahasan
1. Hakikat Manajemen Keuangan Pondok Pesantren

Manajemen adalah sebuah proses yang secara umum terdiri dari


perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan serta evaluasi yang
dilakukan oleh manajer suatu organisasi untuk mencapai tujuan bersama dengan
memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lain yang ada dalam
organisasi tersebut.4

Keuangan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung


menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan suatu lembaga pendidikan. Dapat
dipastikan setiap kegiatan yang dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan selalu
memerlukan biaya, baik biaya material maupun non material. Oleh sebab itu,
Komponen keuangan lembaga pendidikan harus dikelola sebaik-baiknya. Agar
seluruh keuangan yang ada dapat dimanfaatkan untuk membiayai berbagai
kegiatan pendidikan secara optimal sebagai penunjang tercapainya tujuan
pendidikan.

Manajemen keuangan pondok pesantren pada hakikatnya sama dengan


manajemen keuangan lembaga pendidikan yang lain. Menurut devinisi yang
ditulis Depdiknas manajemen keuangan Sekolah adalah serangkaian tindakan
pengurusan ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan,
pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan. Mengingat ada kesamaan
substansi antar sekolah dan pondok pesantren, maka dapat dikatakan bahwa,
manajemen keuangan pondok pesantren merupakan rangkaian aktivitas mengatur
4
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), 2014

3
keuangan pondok pesantren mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan,
pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan pondok pesantren.

Menurut Azyumardi Azra ada empat hal yang harus dilakukan dalam
proses modernisasi sistem pendidikan pondok pesantren, yaitu pembaharuan
substansi pendidikan, pembaruan metodologi; pembaruan kelembagaan; serta
pembaruan fungsi.5 pembaharuan substansi pendidikan salah satunya dengan
mengajarkan beberapa cabang ilmu umum dan ketrampilan. Sedangkan
pembaharuan metodologi mencakup metodologi pengajaran atau menejemen
kurikulum serta metodologi pengelolaan keuangan atau manajemen keuangan.
Adapun pembaharuan lembaga pondok pesantren lebih ditekankan pada
rekontruksi ulang sistem pengorganisasian di dalam pondok pesantren yang pada
mulanya seluruh wewenang terpusat pada pengasuh pondok pesantren menjadi
lebih terstruktur dan terbuka. Dengan adanya pembaharuan dalam berbagai aspek
itu, fungsi pondok pesantren akan semakin luas dan mencakup berbagai aspek
dalam kehidupan masyarakat.

Dalam proses modernasi ini, manajemen keuangan pondok pesantren


merupakan salah satu upaya penting yang menjadi kunci tercapainya tujuan dan
visi pesantren yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan mengatur dan
mengelola sumber daya dan sumber dana yang ada, berbagai potensi yang
dimiliki pondok pesantren dapat dimanfaatkan secara optimal, efektif dan efisien.
Sehingga keberadaan pondok pesantren dapat terus lestari dan kemanfaatannya
dapat dirasakan oleh masyarakat luas.

2. Sumber-Sumber Keuangan Pondok Pesantren

Disebutkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 48 tahun 2018 pasal 51


bahwa pendanaan pendidikan bersumber dari pemerintah pusat, pemerintah
daerah dan masyarakat.6

Dalam peraturan tersebut kemudian dijelaskan secara lebih rinci pada


ayat 3 yang menyebutkan bahwa pendanaan satuan pendidikan yang didirikan
dan diselenggarakan oleh masyarakat bersumber dari:

5
Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina 1997), xxii
6
Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan

4
1. Pendiri satuan pendidikan,
2. Masyarakat,
3. Bantuan pemerintah pusat,
4. Bantuan pemerintah daerah,
5. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat
6. Hasil usaha satuan pendidikan
7. Sumber lain yang sah.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa sumber utama


keuangan lembaga pendidikan yang didirikan oleh masyarakat, termasuk pondok
pesantren adalah dari pendiri atau dalam hal ini bisa berarti perseorangan/
yayasan/ organisasi yang menaungi lembaga tersebut. Selebihnya kalaupun ada
dana dari sumber lain statusnya merupakan bantuan, bisa berupa bantuan
masyarakat, bantuan pemerintah pusat, bantuan pemerintah daerah dan lain
sebagainya.

Di dalam Undang Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 46 ayat 1


dijelaskan bahwasanya pendanaan/ pembiayaan pendidikan menjadi tanggung
jawab bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat. 7
Dalam undang undang ini tidak dibedakan antara lembaga pendidikan negri
maupun lembaga pendidikan swasta, semuanya merupakan tanggung jawab
pemerintah dan juga tanggung jawab masyarakat secara umum. Sampai saat ini,
tanggung jawab pendanaan pendidikan masih mengacu pada Peraturan
Pemerintah nomor 48 tahun 2008.8 Dalam peraturan pemerintah ini juga tidak
dibedakan antara lembaga pendidikan negri dan lembaga pendidikan swasta.
Tidak dibedakan pula antara lembaga pendidikan formal maupun non formal.
Pemerintah memang berusaha se adil mungkin dalam memperlakukan lembaga
pendidikan yang ada, baik formal maupun non formal, negri maupun swasta.

Hanya saja pada kenyataannya, pihak yang bertanggung jawab penuh


atas pendanaan lembaga pendidikan swasta, termasuk pondok pesantren adalah
yayasan atau organisasi yang menaungi lembaga pendidikan tersebut. Sedangkan
yang bertanggung jawab penuh atas pendanaan lembaga pendidikan negri adalah

7
Undang- Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 46 tentang Sistem Pendidikan Nasional
8
Peraturan Pemerintah nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan

5
pemerintah. Bahkan dana sebesar 20 % dari APBN yang oleh pemerintah
dialokasikan untuk Anggaran pendidikan hampir seluruhnya diberikan kepada
sekolah-sekolah formal utamanya sekolah-sekolah milik pemerintah.9

Sebenarnya, sejak awal didirikan, pondok pesantren merupakan lembaga


pendidikan yang mandiri dalam hal manajemen dan keuangan. Bahkan sampai
hari ini masih terdapat beberapa pondok pesantren yang tidak bergantung pada
kucuran dana pemerintah. Pendiri pondok pesantren bertanggung jawab penuh
terhadap segala kebutuhan keuangan pondok pesantren. Para pendiri pondok
pesantren berpegang pada firman Alloh surat At Taubah ayat 41 yang berbunyi :

ِ ِ‫ْنفِرُوا ِخفَافًا َوثِقَااًل َو َجا ِه ُدوا بِأ َ ْم َوالِ ُك ْم َوأَ ْنفُ ِس ُك ْم فِي َسب‬
‫ ٌر لَ ُك ْم‬J ‫يل هَّللا ِ َذلِ ُك ْم خَ ْي‬
َ‫إِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬

“Berangkatlah kamu dalam keadaan ringan atau berat dan berjihadlah


dengan hartamu dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu lebih baik
bagi dirimu jika kamu mengetahuinya“. (QS. At Taubah: 41)

Para pendiri pondok berkeyakinan bahwa berjuang di jalan Alloh adalah


dengan harta dan dengan raga. Sehingga mereka iklas mengeluarkan uang pribadi
mereka untuk keperluan pondok pesantren. Membiayai sendiri pondok pesantren
dan mengelolanya semaksimal mungkin. Faktor inilah yang menyebabkan
pondok pesantren mampu bertahan berabad abad walaupun dengan kondisi yang
sederhana.

Selain dari pendiri, Pondok pesantren juga mendapatkan aliran dana dari
wali santri, hal seperti ini lazim berlaku di setiap lembaga pendidikan. Setiap
santri akan dikenakan kewajiban syahriyah atau SPP yang besarannya bervariasi
antara satu pondok dengan pondok yang lain. Uang yang bersumber dari SPP
digunakan sebagai biaya oprasional proses belajar mengajar semisal membeli
kapur tulis, membayar listrik dan lain sebagainya.

9
Nur Khannan, model Manajemen Keuangan Pendidikan Di Pondok Pesantren Darussalam Dukuhwaluh
Kembaran Banyumas Tahun 2016, (sekripsi, tidak diterbitkan)

6
Sumber keuangan yang selanjutnya adalah masyarakat sekitar pondok
atau masyarakat yang mempunyai ikatan emosional dengan pondok. Kebanyakan
dari mereka termotivasi oleh sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

ُ‫ت لَه‬ َ َ‫ َم ْن أَ ْنف‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬


ْ َ‫ق نَفَقَةً فِى َسبِي ِل هَّللا ِ ُكتِب‬ َ َ‫ق‬
‫ْف‬ ِ ‫بِ َس ْب ِع ِمائَ ِة‬
ٍ ‫ضع‬

“Barangsiapa menginfakkan hartanya di jalan Allah maka di tetapkan


pahala baginya 700 kali lipat“.(HR. Tirmidzi : 6/363 dengan sanad
hasan)

Hadis Rosululloh ini mendorong banyak orang untuk menyisihkan


hartanya demi keberlaangsungan jihad fisabilillah pondok pesantren. Kalangan
pesantren atau kaum santri, termasuk juga orang tua santri sangat menyadari
akan pentingnya pembiayaan pendidikan pesantren. Mereka secara suka rela
menyisihkan uangnya untuk membantu pembiayaan pesantren, karena mereka
menyadari akan perintah sedekah yang banyak disebutkan dalam Al-Quran.
Bahkan seringkali mereka merasa bangga dan gembira saat mampu memberikan
sumbangan kepada pondok pesantren.

3. Fungsi Manajemen Keuangan Pondok Pesantren

Menurut Kadarman fungsi manajemen keuangan bagi pondok pesantren


ada 3 macam meliputi: (1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan
keuangan pondok pesantren; (2) Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi
keuangan pondok pesantren; dan (3) Meminimalkan penyalahgunaan anggaran
pondok pesantren.10

Di tengah minimnya sumber pembiayaan pondok pesantren dan semakin


beratnya tantangan yang dihadapi, efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan
mutlak harus dilakukan. Hal ini diperlukan untuk menjamin keberlangsungan
pondok pesantren itu sendiri. Dengan pembiayaan yang minimal diharapkan
pondok pesantren tetap mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lain yang

10
Kadarman Jusuf, Pengantar Ilmu Manajemen, ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992)

7
sumber keuangannya dijamin oleh negara. Pondok pesantren dituntut untuk
mencari cara agar dengan pengeluaran yang sedikit bisa mengoptimalkan
program program yang telah ditetapkan. Untuk itu, diperlu kreatifitas dari seluruh
pemangku kepentingan pondok pesantren, mulai pengasuh, ustad, pengurus, wali
santri dan juga seluruh santri yang ada

Disamping itu, akuntabilitas dan transparansi keuangan juga penting


ditingkatkan supaya kepercayaan masyarakat terhadap pondok pesantren ikut
meningkat. Masyarakat modern semakin lama semakin pintar, bahkan orang yang
mau bersedekah seringkali memilih dan memperhitungkan lebih dulu dimana
mereka akan memberikan uangnya. Mereka tentunya akan lebih memilih lembaga
pendidikan yang memiliki kejelasan dalam mengelola keuangan, sehingga apa
yang mereka sumbangkan tidak hilang sia- sia. Untuk itu, peningkatan
akuntabilitas dan transparansi juga harus diperhatikan, dengan harapan, semakin
tinggi tingkat kepercayaaan masyarakat, semakin tinggi pula aliran keuangan
yang masuk ke dalam pondok pesantren.

Selanjutnya, fungsi yang ke tiga adalah meminimalisir penyalah gunaan


keuangan pondok pesantren. Dengan manajemen yang baik, perencanaan yang
baik, pelaksanaan yang benar serta pengawasan yang teliti, maka kemungkinan
adanya penyalahgunaan keuangan oleh oknum atau kesalahan penggunaan
keuangan yang terjadi secara tidak sengaja dapat dihindari atau setidaknya
diminimalisir. Sehingga keuangan pondok pesantren yang tidak terlalu banyak ini
tidak terbuang sia-sia.

Selain tiga fungsi di atas, manajemen keuangan pondok pesantren juga


berfungsi sebagai pendorong pondok pesantren dalam meningkatkan mutunya.
Sudah sangat dimaklumi, bahwa keuangan adalah kunci dari setiap kegiatan.
Tanpa keuangan yang baik, kegiatan dan program yang telah direncaakan tidak
bisa berjalan dengan baik. Sebaliknya, keuangan yang baik akan mendorong dan
memudahkan pelaksanaan program- program kependidikan yang telah
ditentukan.11 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manjemen keuangan
adalah kunci untuk meningkatkan mutu pondok pesantren.

11
Masditou, Manajemen Pembiayaan Pendidikan MenujuPendidikan Yang Bermutu Jurnal ANSIRU PAI V o l. 1 N
o. 2. Juli - Des 2017

8
C. Kesimpulan

Manajemen keuangan pondok pesantren merupakan rangkaian aktivitas


mengatur keuangan pondok pesantren mulai dari perencanaan, pembukuan,
pembelanjaan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan pondok pesantren. Hal
ini dimaksudkan untuk mempertahankan eksistensi pondok pesantren ditengah arus
persaingan antar lembaga pendidikan yang semakin ketat. Juga untuk memenuhi
kebutuhan mayarakat yang semakin komplek seiring perkembangan zaman.

Dalam memenuhi kebutuhan keuangannya, pondok pesantren menerima


aliran keuangan dari beberapa sumber. Sumber keuangan pondok pesantren yang
utama adalah pendiri pondok pesantren itu sendiri baik berupa perseorangan ataupun
organisasi yang menaunginya, kemudian sumbangan wali santri, sumbangan
masyarakat dan bantuan pemerintah.

Manajemen keuangan pondok pesantren penting untuk dilakukan, karena


merupakan strategi kunci untuk meningkatkan mutu pondok pesantren. Dengan
adanya manajemen keuangan yang baik, pondok pesantren dapat melakukan efisiensi
dan efektifitas keuangan, sehingga pondok pesantren tetap dapat menjalankan
program pendidikannya walaupun berada dalam keterbatasan pembiayaan.

9
Daftar Rujukan

Al-Quran dan AL- Hadis

Nur , Efendi. Manajemen Perubahan Di Pondok Pesantren, (Yogyakarta: Penerbit Teras,


2014)

Aminudin Aziz, Fathul. Manajemen Pesantren “Paradig baru mengembangkan pesantren


(Yogyakarta: Mitra Media, 2014)

Jusuf, Kadarman. Pengantar Ilmu Manajemen, ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992)

Masditou, Manajemen Pembiayaan Pendidikan MenujuPendidikan Yang Bermutu Jurnal


ANSIRU PAI V o l. 1 No. 2. Juli - Des 2017

Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media), 2014

Khannan, Nur. model Manajemen Keuangan Pendidikan Di Pondok Pesantren Darussalam


Dukuhwaluh Kembaran Banyumas Tahun 2016, (sekripsi, tidak diterbitkan)

Madjid ,Nurcholis. Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina 1997),
xxii

Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan

Undang- Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 46 tentang Sistem Pendidikan Nasional

10

Anda mungkin juga menyukai