Anda di halaman 1dari 101

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua yang ada di


Indonesia. Sebagai lembaga tertua, pesantren memiliki kontribusi dalam mewarnai
perjalanan sejarah bangsa ini. Kontribusi ini tidak hanya berkaitan dengan aspek
pendidikan semata, tetapi juga berkaitan dengan bidang-bidang lain dalam skala
yang lebih luas (Ahyadi, 2001). Istilah pondok berasal dari pengertian asrama-
asrama para santri yang disebut pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu
atau berasal dari bahasa Arab funduq, yang berarti hotel atau asrama. Perkataan
pesantren berasal dari kata santri yang mendapat awalan pe dan akhiran an yang
berarti tempat tinggal para santri. Secara umum pesantren memiliki komponen-
komponen kiai, santri, masjid, pondok dan kitab kuning (Dhofier, 1994).

Sedangkan menurut Nurkholis Madjid terdapat dua pendapat tentang arti


kata “santri” tersebut. Pertama, pendapat yang mengatakan berasal dari kata
“shastri”, yaitu sebuah kata sanskerta yang berarti melek huruf. Kedua, pendapat
yang mengatakan bahwa kata tersebut berasal dari bahasa jawa “cantrik”, yang
berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemanapun guru itu pergi
menetap (Madjid, Bilik-Bilik Pesantren, 2006). Selanjutnya kata pondok dan kata
pesantren digabung menjadi satu sehingga membentuk pondok pesantren. Pondok
pesantren menurut Arifin adalah suatu lembaga pendidikan agama islam yang
tumbuh serta diakui masyarakat sekitar dengan sistem asrama (komplek) dimana
santri-santri menerima pendididkan agama melalui sistem pengajian atau madrasah
yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa
orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta independent dalam
segala hal (Arifin, 1991).

Pesantren sebagai institusi keagamaan mendapatkan momentum dalam


sistem pendidikan nasional setelah keluarnya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional. Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa
2

pendidikan keagamaan tidak hanya salah satu jenis pendidikan, tetapi sudah
memiliki berbagai bentuknya seperti pendidikan diniyah, pesantren dan bentuk lain
yang sejenis. Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan dalam UU Sisdiknas
tersebut diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan pendidikan Keagamaan. Pendidikan keagamaan berfungsi
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
Sedangkan tujuan pendidikan keagamaan adalah terbentuknya peserta didik yang
memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu
agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif dan dinamis dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.

Perspektif para pakar tentang pesantren secara mayoritas juga


mengatakan demikian, bahwa pesantren merupakan lembaga tradisional yang
bergerak dalam bidang pendidikan tradisional yang masih mempertahankan
pembelajaran kitab-kitab klasik. Padahal jika kita melihat potensi dan perkembangan
pesantren sekarang ini sebagaimana yang dikatakan oleh Azyumardi Azra pesantren
sekarang diharapkan tidak lagi memainkan fungsi tradisionalnya yaitu ‘tranmissi dan
transfer ilmu-ilmu islam, pemeliharaan tradisi islam, reproduksi ulama”, tetapi juga
menjadi pusat penyuluhan kesehatan, pusat penyuluhan teknologi tepat guna bagi
masyarakat pedesaan, pusat usaha-usaha penyelamatan dan pelestarian lingkungan
hidup; dan lebih penting lagi menjadi pusat pemeberdayaan ekonomi masyarakat dan
sekitarnya. Maka dari itulah fungsi pesantren tidak hanya sebagai pusat pengkaderan
pemikir-pemikir agama (center of exellence), tetapi juga diharapkan menjadi
lemabaga yang dapat melakukan pemberdayaan pada masyarakat (agent of
development (Azra, Jaringan Ulama, 1997).
3

Hal ini juga disebutkan mengenai tiga fungsi pondok pesantren, tiga
fungsi pondok pesantren dimaksud: (1) sebagai lembaga pendidikan yang
mentransfer ilmu-ilmu agama dan nilai-nilai Islam, (2) sebagai lembaga keagamaan
yang melakukan kontrol sosial, dan (3) sebagai lembaga keagamaan yang melakukan
rekayasa sosial (Khusnuridlo, 2006). Melihat fungsi yang dimilikinya sebenarnya
pesantren dapat berperan sebagai lembaga perantara yang diharapkan dapat menjadi
dinamisator dan katalisator pemberdayaan sumberdaya daya manusia, penggerak
pembangunan di segala bidang, termasuk di bidang ekonomi (Haidari, 2004).
Dengan kekuatan yang dimilikinya, pesantren mempunyai potensi untuk
melakukan pemberdayaan umat terutama dalam bidang ekonomi. Karena melakukan
pemberdayaan ekonomi merupakan bentuk dakwah bil hal dan sekaligus
mengimplementasikan ilmu-ilmu yang dimilikinya secara kongkrit (aplikatif). Di
dalam Islam, ekonomi merupakan wasilah bukan maqashid, jadi ekonomi
merupakan salah satu cara untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal ini
tentunya sesuai dengan yang di ajarkan Islam bahwasanya harta dan kegiatan
ekonomi merupakan amanah dari Allah SWT sebagai pemiliki mutlak terhadap
segala sesuatu yang ada di muka bumi ini termasuk harta benda, pemilik hakiki
kekayaan (antonio, 2001).
Di Indonesia, masih dapat dihitung terkait pondok pesantren yang telah
maju dan mensejajarkan serta menyeiringkan langkahnya dengan kedua hal yang
sangat penting bagi perkembangan pesantren, yaitu: pendidikan dan penguasaan.
Khususnya, yang berbasis modern, memang masih dapat responsif terhadap
perubahan peradaban, melalui pengembangan sistem dan pola pendidikan tanpa
meninggalkan nilai-nilai dan jiwa asasinya. Karena, lembaga tersebut telah benar-
benar mampu untuk menfokuskan tujuan keduannya, tanpa harus merasa
ketimpangan dengan ekonomi pesantren. Namun, lebih awam ditemukan bahwa
masyarakat di pesantren lebih memilih untuk diam dan acuh terhadap modernitas dan
isu-isu sosial lainnya, sebagai respon idiom dan paradigma negatif yang dibawa oleh
peralihan budaya dan perubahan ideologi masyarakat. Pada pandangan pondok
pesantren yang mayoritas berbasis tradisional ini, stigma mengenai buruknya efek
modernitas adalah suatu hal yang harus dihindari. Selain itu, kegiatan yang
4

difokuskan didalamnnya hanyalah mengkaji kitab kuning, tanpa harus menuntut


santrinya atau masyarakat yang hidup didalamnnya dengan perkembangan pesantren.
Karena hal yang sangat penting adalah bagaimana menyukseskan pendidikan yang
berbasis agama (Azizah, 2016).
Sejalan dengan berbagai macam tantangan global yang harus dihadapi
dalam bidang ekonomi, seperti banyaknya kemiskinan, banyaknya pengangguran,
sedikitnya lapangan kerja dan permasalahan ekonomi lainnya, menjadikan pondok
pesantren juga ikut bersikap. Banyak pondok pesantren yang melakukan
transformasi dengan memasukkan fungsi sosial ekonomi ke dalam program kegiatan
pondok pesantren. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menghasilkan sumber
daya manusia yang kreatif, inovatif, dan religius sebagai kunci utama bagi
permasalahan tersebut. Sumber daya manusia tersebut disebut dengan wirausahawan.
Maka dari pada itu semua, sangat dibutuhkan para wirausahawan, para pelaku bisnis
(Muhammad, 2106).
Berdasarkan data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia mencapai 7,05 juta orang per Agustus
2019, dimana mengalami peningkatan dari tahun lalu. Akan tetapi secara persentase,
TPT turun menjadi 5,28% dibandingkan tahun lalu yang sebesar 5,34%. Adapun
pada Februari 2019 angka pengangguran mencapai 5,01% atau 6,82 juta orang
(Anggraeni, 2019). Potensi pemberdayaan ekonomi pesantren bisa lebih
dikembangkan untuk memajukan perekonomian masyarakat sekitar. Hal ini akan
berdampak pada pengurangan kemiskinan umat. Apabila model pemberdayaan
ekonomi pesantren dikembangkan dan dijalankan secara luas dalam suatu wilayah,
misalnya kota atau provinsi, maka hal ini akan mengurangi jumlah kemiskinan di
wilayah tersebut. Pada akhirnya, kesejahteraan di daerah tersebut akan meningkat.
Begitu juga berdasarkan data pada bulan September 2019 yang bersumber
dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan Indonesia sebesar 9,66% atau
sebesar 25,67 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2019). Walaupun telah mengalami
penurunan, jumlah masih harus kita minimalkan lagi. Suatu negara dapat dikatakan
sejahtera apabila tingkat kemiskinannya sangat rendah. Menurunkan tingkat
kemiskinan menjadi tugas bagi kita semua. Tak hanya pemerintah, rakyat pun juga
5

harus bekerjasama untuk menuntaskan kemiskinan yang terjadi di Indonesia.


Pesantren memiliki peran yang strategis untuk memberdayakan ekonomi umat.
Dengan segala keunikan serta sumber daya yang dimilikinya, pesantren dapat
menjadi pionir dalam memajukan perekonomian rakyat Indonesia. Harapannya,
Indonesia dapat menjadi negara yang sejahtera melalui pemberdayaan perekonomian
berbasis pesantren (Muhammad Anwar Fathoni, 2019).
Selain itu, Pondok pesantren sebagai salah satu pusat ekonomi syariah di
Indonesia perlu untuk diberdayakan. Menurut data Kementerian Agama, terdapat
25.938 pesantren dan lebih dari 3,9 juta santri di seluruh Indonesia (Kemenag 2018).
Potensi pesantren dalam hal ekonomi syariah juga patut untuk dipertimbangkan
karena pengetahuan dan nilai syariah sudah mendalam sehingga sangat
memungkinkan untuk mengembangkan ekonomi syariah melalui pesantren. Tetapi
dalam realitanya, pondok pesantren belum menjadi fokus pengembangan bagi
pemerintah.
Majalengka merupakan salah satu kabupaten di Jawa barat memiliki
jumlah pesantren mencapai bilangan ratusan, yaitu sebanyak 215 buah. Sebagian
besar pondok pesatrennya belum mampu mandiri secara ekonomi untuk membiayai
kebutuhan operasional maupun pengembangan sarana dan prasarana pesantren.
Berikut data pondok pesantren di Kabupaten Majalengka pada Tahun 2018 :

Tabel 1.1
Data Jumlah Pondok Pesantren di Kabupaten Majalengka Tahun 2018
No Kecamatan Jumlah Pon-Pes
01 Majalengka 15
02 Kadipaten 2
03 Dawuan 11
04 Kertajati 9
05 Jatitujuh 3
06 Ligung 6
07 Jatiwangi 6
08 Palasah 11
09 Sumberjaya 4
6

10 Leuwimunding 11
11 Rajagaluh 10
12 Sukahaji 8
13 Maja 7
14 Argapura 14
15 Talaga 17
16 Cikijing 13
17 Cingambul 15
18 Bantarujeg 13
19 Lemahsugih 9
20 Cigasong 1
21 Sindangwangi 4
22 Panyingkiran 4
23 Banjaran 4
24 Sindang 5
25 Malausma 10
26 Kasokandel 3
JUMLAH 215
Sumber : (https://jabar.kemenag.go.id, 2018)

Tabel diatas menunjukkan bahwa, pada tahun 2018 jumlah lembaga pondok pesantren
di kabupaten Majalengka ada 215 lembaga pondok pesantren yang tersebar di 26
kecamatan. Dan dibawah ini data pondok pesantren di Kabupaten Majalengka yang
memiliki kegiatan usaha :
Tabel 1.2
Data pondok pesantren yang memiliki kegiatan usaha
No Pondok pesantren Kecamatan Jenis Usaha
01 Darurohmat Leuwimunding Kerajinan tangan
02 Bustanul Ulum Talaga V Bercocok tanam/pertanian
03 Al-Ittihad Bantarujeg Peternakan
04 Raudhatu Tholibin Rajagaluh Bibit tanaman
05 Raudhatul Mubtadiin Leuwimunding Kerajinan tangan
7

06 Raudhatul Mubtadiin Palasah Perikanan


07 Riyadul Huda Palasah Kerajinan tangan
08 Nurul Huda Argapura Konveksi
09 Pesantren Persatuan Islam 138 Cikijing Konveksi
10 Al-Bukhorie Sumberjaya Perdagangan
11 Darunnajah Ashidqiyah Malausma Bercocok tanam/pertanian
12 Daar Attarbiyah Rajagaluh Budidaya anggur brazil
13 Darul Arqom Majalengka Perdagangan
14 Darul Falah Bantarujeg Bercocok tanam/pertanian
15 Hidayatul Mubtadiin Kasokandel Peternakan
16 Miftahul Huda Jatiwangi Perdagangan
17 Nurul Barokah Cikijing Bercocok tanam/pertanian
18 Nurul Fajri Palasah Konveksi
19 Nurul Falah Lemahsugih Bercocok tanam/pertanian
20 Al-Amin Maja Bercocok tanam/pertanian
21 Al-mizan jatiwangi Perdagangan
22 Al-Munawwar Lemahsugih Bercocok tanam/pertanian
23 Arridwan Malausma Peternakan
24 Asasul Huda Kasokandel Parfum
25 Sabilul Mardiyah Sindangwangi Pengolahan hasil tani
26 Assyafi’iyah Jatiwangi Perdagangan
27 Bani Sulaiman Al-Anwariyah Panyingkiran Kerajinan tangan
28 Miftahul Huda Jatiwangi Perikanan
29 Sirojul Athfal Jatitujuh Pertanian
30 Al-Ittihad Sumberjaya Peternakan
31 Darul Ma’arif Talaga peternakan
Sumber : (https://www.jabarprov.go.id)

Tabel diatas menunjukkan bahwa, pondok pesantren yang memiliki


kegiatan usaha dan upaya sebagai dari pemberdayaan santri maupun masyarakat
8

sekitar cenderung lebih sedikit dibanding dengan keseluruhan jumlah pondok


pesantren yang ada di Kabupaten Majalengka. Berdasarkan pengamatan peneliti,
nampak masih merupakan proses awal pembangunan tradisi dan masih terkesan
merangkak mencari bentuk, jumlah yang idealnya mempunyai kontribusi besar bagi
usaha pemberdayaan.

Untuk itulah maka penelitian ini difokuskan pada “Kajian Strategi Dan
Skema Pengembangan Usaha Berbasis Pondok Pesantren Di Kabupaten
Majalengka” dengan harapan agar pondok pesantren tidak hanya sebagai pencetak
generasi intelektual yang produktif dan kompeten secara spiritual, namun juga
produktif dan kompeten secara ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan judul dan uraian latar belakang diatas dan masalah-masalah yang
dikemukakan sebelumnya, permasalahan penulisan ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana peran pondok pesantren di Kabupaten Majalengka dalam
pemberdayaan santri ?
2. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat pondok pesantren di
Kabupaten Majalengka dalam pengembangan usaha berbasis pondok pesantren ?
3. Bagaimana strategi pondok pesantren di Kabupaten Majalengka dalam melakukan
pengembangan usaha berbasis pondok pesantren ?
4. Bagaimana skema pengembangan usaha berbasis pondok pesantren di Kabupaten
Majalengka ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Menganalisis peran pondok pesantren di Kabupaten Majalengka dalam
pemberdayaan santri
2. menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat pondok pesantren di
Kabupaten Majalengka dalam pengembangan usaha berbasis pondok pesantren
9

3. menganalisis strategi pondok pesantren di Kabupaten Majalengka dalam


melakukan pengembangan usaha berbasis pondok pesantren
4. menganalisis skema pengembangan usaha berbasis pondok pesantren di
Kabupaten Majalengka

1.4 Manfaat Penelitian


Kegunaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat mengaplikasikan teori dalam
skripsi ini serta segala ilmu yang telah diperoleh selama kuliah dengan realita di
lapangan.
2. Bagi Praktisi
Penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui peran pondok pesantren bidang
kewirausahaan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, dimana para praktisi
dapat meninjau dan mempelajari pola pengembangan pendidikan kewirausahaan
untuk diaplikasikan dalam pendidikan secara luas.
3. Bagi Akademik
Sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan strata 1 (S1) program studi Ekonomi
Syariah di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Al-Ishlah Cirebon.

1.5 Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah pembahasan masalah secara jelas maka sistematika
penulisan laporan adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini terdapat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini terdapat pengertiaan tentang manajemen strategi, pemberdayaan,
strategi pengembangan usaha, penelitian terdahulu dan kerangka berfikir
BAB III METODE PENELITIAN
10

Pada bab ini terdapat desain penelitian, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan
teknik pengambilan sampel (TPS), instrumen pengumpulan data (IPD), metode
pengumpulan data, lokasi dan waktu penelitian dan teknik analisis data.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini terdapat pembahasan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini terdapat kesimpulan dan saran.
11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemberdayaan


Pemberdayaan dalam bahasa arab disebut sebagai tamkin. Kata tamkin
dalam kamus-kamus besar merupakan bentuk mashdar dari fi’il (kata kerja)
makkana. Kata tersebut memiliki arti yang sama dengan amkana. Kata tamkin
menunjukkan atas kemampuan melakukan sesuatu kekokohan, memiliki kekuatan,
kekuasaan, pengaruh, dan memiliki kedudukan atau tempat, baik itu bersifat hissi
(dapat dirasakan/materi) seperti menetapnya burung dalam sangkarnya atau bisa
bersifat ma’nawi seperti kokohnya atau teguhnya orang tersebut di sisi penguasa.
Pengertian-pengertian tersebut dalam bahasa ekonomi bisa diistilahkan dengan
pemberdayaan, di mana gambaran tentang pemberdayaan tidak bisa lepas dari
kekuasaan individu atau kelompok yang memiliki atau menggunakan kesempatan
untuk meraih kekuasaan ke tangan mereka, mendistribusikan kekuasaan dari
kaum berpunya kepada kaum yang tidak berpunya dan seterusnya. Pemberdayaan
bertujuan untuk meningkatkan keberdayaan mereka yang dirugikan (the
disadvantaged).

Pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk memberikan daya


(empowerment) atau penguatan (strengthening) kepada masyarakat (Soebiato,
2015). Sumodiningrat mengartikan keberdayaan masyarakat adalah kemampuan
individu yang bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan
masyarakat yang bersangkutan (Sumodiningrat, 1997).

Istilah pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya memenuhi


kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok, dan masyarakat luas agar
mereka memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan dan mengontrol
lingkungannya agar dapat memenuhi keinginan-keinginannya, termasuk
aksesibilitasnya terhadap sumberdaya yang terkait dengan pekerjaanya, aktivitas
sosialnya, dan lain-lain. Pemberdayaan dapat diartikan juga sebagai upaya
peningkatan kemampuan masyarakat (miskin, marjinal, terpinggirkan) untuk
12

menyampaikan pendapat dan atau kebutuhannya, pilihan-pilihannya,


berpartisipasi, berorganisasi, mempengaruhi, dan mengelola kelembagaan
masyarakatnya secara bertanggung-gugat (accountable) demi perbaikan
kehidupannya.

Adapun menurut beberapa pakar Pemberdayaan sendiri merupakan


terjemahan dari empowerment, sedang memberdayakan adalah terjemahan dari
empower. Menurut merriam Webster dan Oxford English Dictionary, kata
empower mengandung dua pengertian, yaitu: (1) to give power atau authority to
atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke
pihak lain; (2) to give ability to atau enable atau usaha untuk memberi
kemampuan atau keperdayaan (Hutomo, 2000).
pemberdayaan ekonomi adalah penguatan pemilikan faktor-faktor
produksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat
untuk mendapatkan gaji/upah yang memadai, dan penguatan masyarakat untuk
memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang harus dilakukan
secara multi aspek, baik dari aspek masyarakatnya sendiri, mapun aspek
kebijakannya (Hutomo, 2000)
Pengertian pemberdayaan (empowerment) atau disebut dengan tamkin dari
berbagai sumber tersebut, maka peneliti menyimpulkan pengertian pemberdayaan
itu adalah memberikan kekuatan kepada orang-orang yang tidak mempunyai daya
atau yang tidak berdaya mampu memiliki kemampuan untuk mengubah dirinya
baik secara individu atau bersama untuk mempunyai kekokohan dan menjadi
berdaya sehingga mempunyai pengaruh agar selalu meningkatkan kualitas
hidupnya.

2.1.1 Dasar Hukum Pemberdayaan Ekonomi

a. Al-Qur’an

Allah Swt berfirman dalm QS. Al- A‟ráf ayat 10 bahwa telah
menempatkan manusia di muka bumi dan telah menjadikan penghidupannya di
13

dunia. Ayat ini kaitannya dengan tamkin (pemberdayaan) adalah manusia telah
diciptkan oleh Allah di bumi agar berusaha.

١٠ ‫َو َلَقۡد َم َّك َّٰن ُك ۡم ِفي ٱَأۡلۡر ِض َو َجَع ۡل َنا َلُك ۡم ِفيَها َم َٰع ِيَۗش َقِلياٗل َّم ا َتۡش ُك ُروَن‬
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi
dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah
kamu bersyukur.” (QS. Al-A‟ráf (7) : 10)
Allah SWT berfirman guna mengingat hambanya akan anugrah yang telah
diberikan kepada mereka yaitu Dia menjadikan bumi berikut segala kebaikan
yang terdapat di dalamnya, usaha dan manfaat yang menjadi sarana penghidupan
mereka. Walaupun anugrah Allah demikian banyak akan tetapi sedikit sekali yang
bersyukur (Ar-Rifa‟I, 2007).

Allah menciptakan manusia di muka bumi sekaligus juga menciptakan


segala sarana untuk memenuhi kebutuhan bagi kehidupan manusia. Sumber bagi
penghidupan manusia Allah ciptakan segala sumber daya alam, air dan lain
sebagainya tetapi bukan untuk dipergunakan secara semena-mena oleh pihak yang
tak bertanggung jawab. Menjaga alam ciptaan Allah Swt merupakan salah satu
cara mensyukuri atas kebaikan yang telah Allah berikan kepada manusia. Karena
Allah berfirman amat sedikit manusia yang bersyukur, manusia yang mempunyai
rasa syukur itu lebih sedikit dari pada manusia yang lupa akan nikmat yang
diberikan kepadanya. Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw menjelaskan bahwa
Allah sangatlah menyukai orang-orang yang bersyukur kepada-Nya atas nikmat
yang telah diberikan :

Artinya : “Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, "Rasulullah SAW telah
bersabda, 'Sesungguhnya Allah akan merasa senang kepada seorang hamba yang
memakan makanan, lalu ia memuji Allah atas anugerah makanan tersebut atau ia
meminum minuman, lalu ia bersyukur kepada Allah atas anugerah minuman
tersebut.'" (HR. Muslim)
Allah telah mencipatakan manusia di bumi dengan segala kebaikan-Nya,
dan juga memberikan kepahaman akan pengetahuan kepada manusia sebagaimana
hal ini Allah berfirman dalm QS. Al-Baqarah ayat 269 :

٢٦٩ ‫ُيۡؤ ِتي ٱۡل ِح ۡك َم َة َم ن َيَش ٓاُۚء َو َم ن ُيۡؤ َت ٱۡل ِح ۡك َم َة َفَقۡد ُأوِتَي َخ ۡي ٗر ا َك ِثيٗر ۗا َو َم ا َيَّذ َّك ُر ِإٓاَّل ُأْو ُلوْا ٱَأۡلۡل َٰب ِب‬
14

Artinya : “Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang


Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa
yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang
banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah).” (QS. Al-Baqarah (2) : 269)
Allah memberi keluasan kerunia-Nya dan Allah mengetahui apa yang
terbetik dalam hati dan yang bergetar dalam setiap nurani manusia. Allah tidak
hanya memberi harta saja dan tidak memberi ampunan saja. Tetapi Allah memberi
hikmah yaitu kelapangan dan kelurusan tujuan mengerti sebab dan tujuannya dan
menempatkan segala sesuatu pada porsinya dengan penuh kesadaran.

Makna ulul albab’ ialah menunjukkan kepada orang yang berakal sehat
adalah orang yang selalu ingat dan tidak lupa, orang yang selalu sadar dan tidak
lengah, dan orang yang dapat mengambil pelajaran sehingga tidak masuk dalam
kesesatan, inilah merupakan fungsi dari akal. Fungsinya adalah mengingat arahan
arahan, hidayah, dan petunjuk-petunjukNya dan mengambil manfaat darinya
sehingga tidak hidup dengan lengah dan lalai.

Manusia oleh Allah Swt diberikan anugrah yang banyak dan kepahaman
tapi itu akan selalu diberikan kepada orang-orang yang selalu bertawakal kepada
Allah SWT yaitu orang-orang yang memperhatikan perbuatannya karena
mempersiapkan diri untuk di akhirat kelak. Hal ini difirmankan oleh Allah SWT
dalam QS. Al Hasyr ayat 18 :

١٨ ‫س َّم ا َقَّد َم ۡت ِلَغ ٖۖد َو ٱَّتُقوْا ٱَۚهَّلل ِإَّن ٱَهَّلل َخ ِبيُۢر ِبَم ا َتۡع َم ُلوَن‬ٞ ‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ٱَّتُقوْا ٱَهَّلل َو ۡل َتنُظۡر َنۡف‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr (59) : 18)
Takwa merupakan kondisi dalam hati yang diisyaratkan oleh nuansa lafaz-
Nya, namun ungkapkan tidak selamanya dapat menggambarkan hakikat. Takwa
merupakan kondisi yang menjadikan hati selalu waspada, menghadirkan dan
merasakan Allah Swt dalam setiap keadaan. Ia takut merasa bersalah dan malu
bila Allah Swt mendapatinya berada dalam keadaan yang dibenci oleh-Nya.
15

Pengawasan atas setiap hati selalu terjadi setiap waktu dan setiap saat. Jadi kapan
seseorang merasa aman dari penglihatan Allah.

Firman Allah SWT dalam QS. At-Taubah ayat 105 menjelaskan bahwa
manusia harus bekerja karena manusia bekerja juga tidak lepas dari pengawasan
Allah Swt.

‫َو ُقِل ٱۡع َم ُلوْا َفَسَيَر ى ٱُهَّلل َع َم َلُك ۡم َو َر ُسوُل ۥُه َو ٱۡل ُم ۡؤ ِم ُنوَۖن َو َس ُتَر ُّد وَن ِإَلٰى َٰع ِلِم ٱۡل َغ ۡي ِب َو ٱلَّشَٰه َد ِة َفُيَنِّبُئُك م ِبَم ا ُك نُتۡم َتۡع َم ُلوَن‬
١٠٥
Artinya : “dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah
(9) : 105)
Tafsir ayat ini Mujahid berkata bahwa ayat ini merupakan ancaman dari
Allah SWT terhadap orang-orang yang menyalahi perintah-perintahNya yaitu
bahwa aneka amal mereka akan ditampilkan kepada Allah Yang Maha Suci Lagi
Maha Tinggi, kepada Rasulullah dan kaum mu’minin.

b. Hadits

Hadits-hadits di bawah ini menjelaskan untuk menolong dan membantu


kaum-kaum yang tidak berdaya yaitu orang miskin. Orang-orang miskin adalah
orang-orang yang tidak berdaya karena tidak dapat mengentaskan kehidupannya
menjadi lebih baik. Karena itu hadits-hadits di bawah ini berkaitan dengan konsep
pemberdayaan. Adapun hadits yang berkaitan dengan pemberdayaan
(empowerment) atau tamkin adalah sebagai berikut :

Artinya : “Dari Abu Dzar RA, ia berkata. "Rasulullah SAW bersabda, '(Nisab)
saudara-saudara kalian telah Allah jadikan berada di bawah tangan kalian.
Maka berilah mereka makan seperti apa yang kalian makan, dan berilah mereka
pakaian seperti apa yang kalian pakai, serta janganlah membebani mereka
dengan sesuatu yang dapat memberatkan mereka. Dan jika kalian membebankan
sesuatu kepada mereka, maka bantulah mereka." (HR. Ibnu Majah)
Hadits di atas menunjukkan bahwa seorang pemimpin yang terlihat dari
kalimat “saudara-saudara kalian telah Allah jadikan di bawah tangan kalian”,
16

artinya seseorang yang menjadi pemimpin harus memberikan kelayakan kepada


yang dipimpinnya bahkan memberikan sesuai yang ia pakai. Dalam kaitannya
dengan pemberdayaan ekonomi pemimpinlah yang memberikan kebijakan dalam
program pemberdayaan tersebut sehinggga harus memberikan kebijakan sesuai
kebutuhan masyarakat sasarannya dan kebijakan tersebut tidak memberatkan
rakyatnya, hal itu diterangkan dalam hadits di bawah ini :

Artinya : “Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu


'alaihi wa Sallam bersabda: "Ya Allah barangsiapa menguasai salah satu urusan
umatku lalu menyusahkan mereka maka berilah kesusahan padanya." (HR.
Muslim)
Pemberdayaan ekonomi dapat terealisasi jika terjadi kerjasama antara satu
orang dengan lainnya. Dalam kerjasama tersebut haruslah tercipta rasa
kebersamaan, rasa saling mengasihi dan saling percaya. Penguatan tersebut
tercantum dalam hadits berikut :

Artinya : “Dari Anas bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:


"Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang hamba
(dikatakan) beriman sehingga ia mencintai tetangganya-atau kepada saudaranya-
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (Muttafaq „Alaihi)
Pemberdayaan ekonomi berkaitan dengan masalah kemiskinan, dengan
membantu orang yang miskin maka akan mendapat pahala dan kriteria
kemiskinan bukan hanya sebatas kekurangan makan, tapi kekurangan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini tercantum dalam hadits Rasulullah Saw di
bawah ini :

Artinya : “Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,Orang


miskin bukanlah dengan berkeliling meminta-minta kepada orang lain, lalu ia
menerima sesuap atau dua suap, atau menerima satu atau dua kurma." Para
sahabat bertanya, "Lalu apa yang dimaksud dengan miskin wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab, 'Orang yang tidak memiliki harta yang mencukupinya, namun
keadaannya itu tidak diketahui sehingga ia diberi sedekah, dan ia tidak meminta-
minta sesuatu kepada orang lain”. (HR. Muslim)
Dengan demikian, pemberdayaan ekonomi adalah proses sekaligus tujuan.
Sebagai proses, pemberdayaan ekonomi adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah (kondisi ekonominya)
17

dalam masyarakat. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan


atau hasil yang ingin dicapai, dan konsep mengenai tujuan pemberdayaan ini
seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai
sebuah proses. Bila konsep pemberdayaan di atas dilekatkan mendahului konsep
ekonomi, maka didapati konsep baru yang lebih sempit dan spesifik.
Pemberdayaan ekonomi merupakan kegiatan memberi kekuasaan pada pihak ke-
dua (sasaran pemberdayaan) agar menjadi mampu dalam bidang ekonomi
(Nadzir, 2015).
2.2 Pengertrian Kewirausahaan
Pengertian Kewirausahaan (Entrepreneurship) Kewirausahaan adalah
orang-orang yang mampu mengubah sebuah kesempatan menjadi sebuah usaha
yang menghasilkan, yang diolah melalui kreatifitas, inovasi dan keunikan dalam
membuat suatu produk dan berani mengambil segala kemungkinan resiko yang
menyertainya serta tidak menjadikannya mudah putus asa jika mengalami
kegagalan dalammembangunusahatersebut. Kewirausahaan dalam pandangan
Islam merupakan aspek kehidupan yang dikelompokkan kedalam masalah
mu’amalah, yaitu masalah yang berkenaan dengan hubungan yang bersifat
horizontal antar manusia dan tetap akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.
Dalam surat An-Najm ayat 39-42 mengingatkan kepada manusia:

٤١ ‫ ُثَّم ُيۡج َز ٰى ُه ٱۡل َج َز ٓاَء ٱَأۡلۡو َفٰى‬٤٠ ‫ َو َأَّن َس ۡع َي ۥُه َس ۡو َف ُيَر ٰى‬٣٩ ‫َو َأن َّلۡي َس ِلِإۡل نَٰس ِن ِإاَّل َم ا َسَع ٰى‬

٤٢ ٰ‫َر ِّبَك ٱۡل ُم نَتَهى‬ ‫َو َأَّن ِإَلٰى‬


Artinya: “dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah
diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan
(kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang
paling sempurna, dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala
seuatu)”.8 (QS. An-Najm ayat 39-42)

2.2.1 Tipe Wirausaha


Tiga tipe utama dari wirausaha yaitu :
1. Wirausaha Ahli (Craftman)
18

Wirausaha ahli atau seorang penemu memiliki suatu ide yang ingin
mengembangkan proses produksi sistem produksi, dan sebagainya. Wirausaha
ahli ini biasanya seseorang yang bekerja pada sebuah perusahaan besar kemudian
memutuskan untuk keluar sebagai pegawai dan memulai bisnisnya sendiri.
2. The Promoter
The promoter adalah seorang individu yang tadinya mempunyai latar
belakang pekerjaan sebagai sales atau bidang marketing yang kemudian
mengembangkan perusahaan sendiri.
3. General Manager
General manajer adalah seorang individu yang ideal yang secara sukses
bekerja pada sebuah perusahaan, dia banyak menguasai keahlian bidang
produksi, pemasaran, permodalan dan pengawasan. Berdasarkan uraian di atas
istilah entrepreneur mempunyai arti yang berbeda pada setiap orang karena
mereka melihat konsep ini dari berbagai sudut pandang. Namun demikian ada
beberapa aspek umum yang terkandung dalam pengertian entrepreneur yaitu
adanya unsur risiko, kreativitas, efisiensi, kebebasan dan imbalan.
Menurut Ciputra dalam S Utami, terdapat empat kategori entrepreneur, yaitu
sebagai berikut (Ciputra, 2008) :
a. Business Entrepreneur
1. Owner entrepreneur adalah para pencipta dan pemilik bisnis.
2. Professional entrepreneur adalah orang-orang yang memiliki daya wirausaha
namun mempraktikannya di perusahaan milik orang lain.
b. Government Entrepreneur
Seorang atau kelompok orang yang memimpin serta mengelola lembaga
negara atau instansi pemerintahan dengan jiwa dan kecakapan wirausaha. Sebagai
contoh adalah Lee Kuan Yew, mantan Perdana Menteri Singapura, ia adalah
seorang pemimpin yang mengelola dan menumbuhkan Singapura dengan jiwa
dan kecakapan wirausaha
c. Social Entrepreneur
Yaitu para pendiri organisasi-organisasi sosial kelas dunia yang menghimpun
dana masyarakat untuk melaksanakan tugas sosial yang mereka yakini.
19

d. Academic Entrepreneur
Ini menggambarkan akademisi yang megajar atau mengelola lembaga pendidikan
dengan pola dan gaya entrepreneur sambil tetap menjaga tujuan mulia pendidikan.
2.2.2 Karakteristik Kewirausahaan
Menurut M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer dalam S Utami terdapat
delapan karakteristik kewirausahaan yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Rasa tanggung jawab (desire for responbility), yaitu memiliki rasa
tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya, yaitu memiliki rasa
tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.
2. Memiliki risiko yang moderat (preference for moderate risk), yaitu lebih
memilih risiko yang moderat, artinya selalu menghindari risiko, baik yang
terlalu rendah maupun terlalu tinggi.
3. Percaya diri terhadap kemampuan sendiri (confidence in their ability to
success), yaitu memiliki kepercayaan diri atas kemampuan yang
dimilikinya untuk memperoleh kesuksesan.
4. Menghendaki umpan balik segera (desire for immediate feedback), yaitu
selalu menghendaki adanya unsur timbal balik dengan segera, ingin cepat
berhasil.
5. Semangat dan kerja keras (high level of energy), yaitu memiliki semangat
dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang
lebih baik.
6. Berorientasi ke depan (future orientation), yaitu berorientasi masa depan
dan memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan.
7. Memiliki kemampuan berorganisasi (skill at organization), yaitu memiliki
keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan
nilai tambah.

8. Menghargai prestasi (value of achievement over money), yaitu lebih


menghargai prestasi daripada uang.
20

Ciputra memperkenalkan siklus belajar entrepreneurship yang memiliki lima


fase, yaitu fase exploring, planning, producing, fase communicating atau
marketing, dan fase reflecting.
1. Fase exploring, adalah fase mencari dan mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya, yaitu dengan melakukan penelitian atau pengamatan
terhadap peluang pasar.
2. Planning, yaitu fase membuat perencanaan dengan mencurahkan ide dan
gagasan peserta didik. Peserta didik praktik langsung membuat rencana
dan menciptakan sistem kerja dengan memerhatikan hasil exploring.
3. Producing, yaitu fase menimbulkan manfaat atau faedah baru. Pada tahap
ini, peserta didik berinovasi dengan membuat penemuan baru,
pengembangan, atau sintesis, juga berlatih untuk mengelola konsekuensi
buruk (risiko) yang akan dihadapi.
Fase communicating atau marketing, yaitu fase melakukan sosialisasi untuk
menarik minat pelanggan atas produk/jasa yang telah dibuat. Caranya dengan
melakukan promosi ke masyarakat.
4. Fase reflecting, yaitu fase untuk mencari sisi kelebihan dan kerugian atas
proses yang telah dilewati dan mengambil kesimpulan, dengan
mengevaluasi dari awal kegiatan sampai hasil yang diperoleh.
2.3 Pengertian Manajemen Stratejik
Manajemen Strategi dapat diartikan sebagai seni dan ilmu dari perumusan,
pengaplikasian, dan evaluasi dari berbagai keputusan yang memungkinkan
perusahaan untuk dapat mencapai tujuannya. Tujuan Manajemen Strategi adalah
memanfaatkan dan membuat kesempatan/oportunitas baru dan berbeda untuk
masa depan (David, 2020). Dalam Manajemen Strategis terdapat 9 istilah kunci,
yaitu :
 Competitives Advantages / Keunggulan Kompetitif
Manajemen Strategis adalah tentang mendapatkan dan mempertahankan
keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif dapat diartikan sebagai segala
sesuatu yang dapat dilakukan lebih baik oleh suatu perusahaan dibandingkan
dengan perusahan saingan. Ketika suatu perusahaan dapat melakukan atau
21

menyediakan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh perusahaan lain, atau
memiliki sesuatu yang diinginkan oleh perusahaan saingan, dapat dikatakan
bahwa perusahaan tersebut memiliki keunggulan kompetitif.
Memiliki dan mempertahankan keunggulan kompetitif sangatlah penting
untuk kesuksesan jangka panjang suatu organisasi. Normalnya suatu perusahaan
hanya dapat memiliki suatu keunggulan kompetitif dalam suatu periode tertentu
seiring dengan perusahaan-perusahaan pesaing mulai meniru dan mengurangi
keunggulan perusahaan tersebut. Suatu perusahaan harus berjuang untuk
mendapatkan keunggulan kompetitf yang berkelanjutan dengan :
1. Beradaptasi terus menerus terhadap perubahan kecenderungan-
kecenderungan dan kejadian-kejadian eksternal serta kemampuan,
kompetensi dan sumber daya internal.
2. Secara efektif memformulasikan, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi strategi-strategi yang memanfaatkan faktor-faktor internal
dan eksternal tersebut.
 Strategist
Strategist adalah orang yang bertanggungjawab terhadap kesuksesan dan
kegagalan suatu organisasi. Jay Conger, Profesor bidang perilaku organisasi di
London Business School mengatakan bahwa semua strategist haruslah
menjadi Chief Learning Officers. Kita sedang berada dalam periode
perubahan, jika pemimpin-pemimpin kita tidak adaptif terhadap perubahan
maka demikian pula dengan perusahaan. Perusahaan tidak dapat beradaptasi
dengan baik terhadap perubahan karena pada prinsipnya inti dari
kepemimpinan adalah menjadi panutan. Strategist membantu suatu
perusahaan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menata informasi atau
data.
 Vision and Mission Statement / Pernyataan Visi dan Misi
Visi adalah sebuah pernyataan yang akan menjawab pertanyaan “What we
want to become?” atau “Akan jadi seperti apakah kita nantinya?”.
Mengembangkan sebuah visi merupakan langkah pertama dalam perencanaan
stratejik. Misi adalah pernyataan tujuan yang membedakan bisnis suatu
22

perusahaan dengan perusahaan sejenis. Sebuah pernyataan misi


mengidentifikasi lingkup operasi perusahaan terkait dengan produk dan pasar.
Pernyataan misi menjawab pertanyaan dasar yang dihadapi oleh setiap
strategist yaitu “What is our business?” Sebuah pernyataan misi yang jelas
menggambarkan nilai-nilai dan prioritas-prioritas suatu organisasi.
 External Opportunities and Threats / Peluang dan Ancaman
Eksternal Peluang eksternal dan ancaman eksternal mengacu pada
kecenderungan dan kejadian yang berkaitan dengan ekonomi, sosial,
kebudayaan, demografi, lingkungan,politik, kepemerintahan, dan teknologi
yang dapat secara signifikan menguntungkan maupun merugikan perusahaan
di masa yang akan datang.
 Internal Strength and Weakness / Kekuatan dan Kelemahan
Internal Kekuatan dan kelemahan internal adalah aktifitas yang dapat
dikendalikan suatu organisasi yang dilakukan secara baik atau buruk.
Mengidentifikasi dan mengevaluasi suatu kekuatan dan kelemahan organisasi
dalam fungsional suatu bisnis merupakan kegiatan manajemen stratejik yang
sangat penting. Organisasi berusaha untuk mengejar strategi yang
memanfaatkan kekuatan internal dan menghilangkan kelemahan internal.
Kekuatan dan kelemahan ditentukan secara relatif terhadap pesaing. Relative
deficiency atau superioritas merupakan informasi yang penting. Selain itu,
kekuatan dan kelemahan dapat juga ditentukan dari unsur-unsur yang bukan
kinerja.
 Long Term Objectives / Tujuan Jangka Panjang
Objectives (tujuan) dapat diartikan sebagai hasil spesifik yang ingin
didapatkan oleh suatu organisasi dalam mengejar misi dasar perusahaan
tersebut. Jangka panjang berarti lebih dari satu tahun. Tujuan sangat penting
bagi suatu organisasi karena tujuan menentukan arah, solusi dalam
mengevaluasi, menciptakan sinergi, menetukan prioritas, koordinasi yang
fokus, dan menyediakan dasar untuk perencaan, penataan, memotivasi, dan
pengendalian yang efektif.
 Strategies/ Strategi-strategi
23

Strategi adalah sarana dalam mencapai tujuan jangka panjang. Strategi


adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan di tingkat top
management dan sumber daya perusahaan yang sangat banyak. Strategi
berpengaruh pada keberlangsungan jangka panjang suatu perusahaan,
biasanya setidaknya lima tahun,dengan demikian strategi berorientasi terhadap
masa depan.
 Annual Objectives / Tujuan Tahunan
Tujuan tahunan adalah sasaran jangka pendek yang harus dicapai oleh
suatu organisasi untuk mencapai tujuan jangka panjang. Seperti halnya tujuan
jangka panjang, tujuan tahunan harus dapat diukur, kuantitatif, menantang,
realistis, konsisten, dan diprioritaskan.
 Policies / Kebijakan
Kebijakan adalah sarana dalam mencapai tujuan tahunan. Kebijakan
mencakup pedoman, aturan, dan prosedur untuk mendukung upaya untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kebijakan adalah panduan untuk
pengambilan keputusan dan mengatasi situasi yang berulang.
2.3.1 Keuntungan Dari Manajemen Stratejik
Manajemen stratejik menjadikan organisasi lebih proaktif dari pada reaktif
dalam membentuk masa depannya, manajemen stratejik menjadikan
organisasi untuk memulai dan mempengaruhi aktivitas (dari pada hanya
merespon) dan pada akhirnya dapat menggunakannya untuk mengontrol
secara penuh jalan hidupnya. Berdasarkan sejarah, manfaat utama dari
manajemen stratejik adalah membantu organisasi merumuskan strategi yang
lebih baik melalui penggunaan yang lebih pada pendekatan yang sistematis,
logis, dan rasional pada pilihan strategi. Pemahaman mungkin saja adalah
keuntungan yang paling penting dari manajemen stratejik, diikuti dengan
komitken. Manajer dan pekerja secara mengejutkan menjadi inovatif dan
kreatif ketika mereka memahami dan mendukung misi, tujuan, dan strategi
perusahaan. Semakin bertambahnya perusahaan dan lembaga yang
menggunakan manajemen stratejik untuk membuat keputusan yang efektif.
24

Akan tetapi, manajemen stratejik tidak menjamin keberhasilan, dapat


menggangu jika dilakukan secara serampangan.
2.3.2 Keuntungan Finansial
Penelitian mengindikasikan bahwa organisasi yang menggunakan konsep
manajemen stratejik lebih menguntungkan dan berhasil dari pada yang tidak.
Perusahaan yang menggunakan konsep manajemen stratejik menunjukkan
peningkatan signifikan dalam penjualan, keuntungan, dan produktivitas
daripada perusahaan yang tidak menggunakan aktivitas perencanaan
sistematik.
2.3.3 Keuntungan Nonfinansial
Selain membantu perusahaan menghindari kematian financial, manajemen
stratejik menawarkan keuntungan nyata lainnya, seperti penguatan kesadaran
akan ancaman luar, pemahaman yang meningkat terhadap strategi pesaing,
peningkatan produksi pekerja, pengurangan perlawanan untuk berubah, dan
pemahaman yang jelas akan hubungan performa dengan upah.
Greenly menyatakan bahwa manajemen stratejik menawarkan keuntungan
sebagai berikut:
1. Memberikan identifikasi, prioritas, dan eksploitasi terhadap
kesempatan.
2. Menyediakan pandangan objektif terhadap masalah manajemen.
3. Menggambarkan kerangka kerja untuk peningkatan aktivitas
koordinasi dan pengawasan.
4. Meminimalisasi efek buruk dari kondisi dan perubahan.
5. Memberikan keputusan besar secara lebih mendukung tujuan yang
telah ditetapkan.
6. Memberikan alokasi waktu dan sumber daya yang lebih efektif untuk
mencari peluang.
7. Menyediakan sumber daya dan waktu yang lebih sedikit yang dipakai
untuk mengoreksi kekeliruan atau keputusan khusus.
8. Membuat kerangka kerjauntuk komunikasi internal antaranggota.
9. Membantu mengintegrasikan perilaku individu hingga ke upaya total.
25

10. Menyediakan dasar untuk menjelasakan tanggung jawab individu.


11. Mendorong pemikiran maju.
12. Menyediakan pendekatan yang koperatif, terintegrasi, dan antusias
untuk menangani masalah dan peluang.
13. Mendorong sikap yang menyenangkan terhadap perubahan
14. Memberikan tingkat kedisiplinan dan formalitas pada urusan
manajemen.
2.4 Pengertian Strategi pengembangan Usaha
Kata strategi berasal dari kata Yunani yaitu strategos yang artinya “a
general set of maneuvers cried aut over come a enemy during combat” yaitu
semacam ilmunya para jenderal untuk memenangkan pertempuran. Sedangkan
dalam kamus Belanda-Indonesia, sertategi berasal dari kata majemuk, yang
artinya siasat perang, istilah strategi tersebut digunakan dalam kemiliteran
sebagai usaha untuk mencapai kemenangan, sehingga dalam hal ini diperlukan
taktik serta siasat yang baik dan benar (Rahajoekoesoemah, 1993).
Secara garis besar, pengertian stategi adalah segala upaya yang digunakan
untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, baik dalam bidang pendidikan atau
lainnya. Strategi tersebut digunakan untuk meningkatkan segala usaha pada
perkembangan lain yang lebih baik.
Namun, strategi dasar dari setiap usaha itu mencakup empat hal yang
diungkapkan oleh Newman dan Logan dalam bukunya yang berjudul
“Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar” sebagai berikut:
a. Pengidentifikasian dan penetapan spesifikasi serta kualifikasi hasil yang
harus dicapai dan menjadikan sasaran usaha dengan memperhatikan
aspirasi dan selera masyarakat.
b. Pertimbangan dan pemilihan jalan pendekatan yang ampuh dalam mencapai
sasaran.
c. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
mencapai sasaran.
d. Pertimbangan dan penetapan tolak ukur yang beku untuk mengukur tingkat
keberhasilan (Zaini, 2014).
26

Pengembangan suatu usaha adalah tanggung jawab dari setiap pengusaha


atau wirausaha yang membutuhkan pandangan kedepan, motivasi dan kreativitas
(Anoraga, 2007). Jika hal ini dapat dilakukan oleh setiap wirausaha, maka
besarlah harapan untuk dapat menjadikan usaha yang semula kecil menjadi skala
menengah bahkan menjadi sebuah usaha besar. Kegiatan bisnis dapat dimulai
dari merintis usaha (starting), membangun kerjasama ataupun dengan membeli
usaha orang lain atau yang lebih dikenal dengan franchising.
Namun yang perlu diperhatikan adalah kemana arah bisnis tersebut akan
dibawa. Maka dari itu, dibutuhkan suatu pengembangan dalam memperluaskan
dan mempertahankan bisnis tersebut agar dapat berjalan dengan baik. Untuk
melaksanakan pengembangan bisnis dibutuhkan dukungan dari berbagai aspek
seperti bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, SDM, teknologi dan lain-
lain.
2.4.1 Tehnik Pengembangan Usaha
a. Peningkatan Skala Ekonomis
Cara ini dapat dilakukan dengan menambah skala produksi, tenaga kerja,
teknologi, sistem distribusi, dan tempat usaha . Ini dilakukan bila perluasan usaha
atau peningkatan output akan menurunkan biaya jangka panjang, yang berarti
mencapai skala ekonomis (economics of scale). Sebaliknya, bila peningkatan
output mengakibatkan peningkatan biaya jangka panjang (diseconomics of scale),
maka tidak baik untuk dilakukan.
Dengan kata lain, bila produk barang dan jasa yang dihasilkan sudah
mencapai titik paling efisien, maka memperluas skala ekonomi tidak bisa
dilakukan, sebab akan mendorong kenaikan biaya. Skala usaha ekonomi terjadi
apabila perluasan usaha atau peningkatan output menurunkan biaya jangka
panjang. Oleh karena itu, apabila terjadi skala usaha yang tidak ekonomis,
wirausaha dapat meningkatkan usahanya dengan memperluas cakupan usaha
(economics of scope). Skala ekonomi menunjukkan pengurangan biaya
perusahaan akibat kenaikan output, maka kurva pengalaman atau kurva belajar
(learning curve) menunjukkan pengurangan biaya yang mucul akibat kenaikan
volume secara kumulatif.
27

b. Perluasan Cakupan Usaha


Cara ini bisa dilakukan dengan menambah jenis usaha baru, produk, dan
jasa baru yang berbeda dari yang sekarang diproduksi (diversifikasi), serta
dengan teknologi yang berbeda. Misalnya, usaha jasa angkutan kota diperluas
dengan usaha jasa bus pariwisata, usaha jasa pendidikan diperluas dengan usaha
jasa pelatihan dan kursus-kursus (Suryana, 2006). Dengan demikian, lingkup
usaha ekonomis dapat didefinisikan sebagai suatu diversifikasi usaha ekonomis
yang ditandai oleh total biaya produksi gabungan (joint total production cost)
dalam memproduksi dua atau lebih jenis produk secara bersama-sama adalah
lebih kecil daripada penjumlahan biaya produksi masing-masing produk itu
apabila diproduksi secara terpisah.
Perluasan cakupan usaha ini bisa dilakukan apabila wirausaha memiliki
permodalan yang cukup. Sebaliknya, lingkup usaha tidak ekonomis dapat
didefinisikan sebagai suatu diversifikasi usaha yang tidak ekonomis, dimana
biaya produksi total bersama (joint total production cost) dalam memproduksi
dua atau lebih jenis produk secara bersama-sama adalah lebih besar daripada
penjumlahan biaya produksi dari masing-masing jenis produk itu apabila
diproduksi secara terpisah.Untuk memperluas skala ekonomi ataung cukup,
lingkup ekonomi, bila pengetahuan usaha dan permodalan yang cukup,
wirausaha bisa melakukan kerjasama dengan perusahaan lain melalui usaha
patungan (joint venture), atau kerjasama manajemen melalui sistem kemitraan.
2.4.2 Jenis –Jenis Strategi Pengembangan Usaha
1. Strategi Pengembangan Produk
Pengembangan produk adalah mengupayakan peningkatan penjualan
melalui perbaikan produk atau jasa saat ini atau pengembangan produk atau jasa
baru (David, 2009). Pengembangan produk biasanya membutuhkan pengeluaran
yang besar untuk penelitian dan pengembangan. Strategi pengembangan produk
ini dipilih untuk dijalankan oleh suatu perusahaan dalam rangka memodifikasi
produk yang ada sekarang atau penciptaan produk baru yang masih terkait
dengan produk yang sekarang. Dengan demikian produk baru atau yang
dimodifikasi tersebut, dapat dipasarkan kepada pelanggan yang ada sekarang
28

melalui saluran pemasaran yang ada. Gagasan strategi ini dipilih untuk
dijalankan dengan tujuan untuk dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Di samping itu sekaligus melakukan pengembangan produk, bagi upaya
mendalami pengaruh dari siklus yang dikenal sebagai product life style.
Penekanan dari pelaksanaan strategi pengembangan produk adalah untuk
meningkatkan daya tarik produk, dan sekaligus menjaga citra dari merek dan
reputasi perusahaan, serta memberikan pengalaman positif bagi pelanggan.
lima pedoman tentang kapan pengembangan produk dapat menjadi sebuah
strategi yang efektif, yaitu:
a. Ketika organisasi memiliki produk-produk berhasil yang berada di tahap
kematangan dari siklus hidup produk; gagasannya di sini adalah menarik
konsumen yang terpuaskan untuk mencoba produk baru (yang lebih baik)
sebagai hasil dari pengalaman positif mereka dengan produk atau jasa
organisasi saat ini.
b. Ketika organisasi berkompetensi di industri yang ditandai oleh
perkembangan teknologi yang cepat.
c. Ketika pesaing utama menawarkan produk berkualitas lebih baik dengan
harga “bagus”.
d. Ketika organisasi bersaing dalam industri dengan tingkat pertumbuan
tinggi.
e. Ketika organisasi memiliki kapabilitas penelitian dan pengembangan yang
sangat kuat.
a. Tujuan dari Pengembangan Produk adalah :
1) Untuk memenuhi keinginan konsumen yang belum puas
2) Untuk menambah omzet penjualan
3) Untuk memenangkan persaingan
4) Untuk mendayagunakan sumber-sumber produksi
5) Untuk meningkatkan keuntungan dengan pemakaian bahan yang
sama
6) Untuk mendayagunakan sisa-sisa bahan
7) Untuk mencegah kebosanan konsumen
29

8) Untuk menyederhanakan produk, pembungkus


b. Tahap – Tahap Pengembangan Produk

Agar pelaksanaan pengembangan produk dapat berjalan dengan baik dan


sesuai dengan yang diharapkan, perlu diperhatikan tahap-tahap dalam
melaksanakan pengembangan produk. Tahap-tahap pengembangan produk
terbagi menjadi delapan tahap yaitu :

1) Idea Generation (Pemunculan Gagasan)

Tahapan ini merupakan pencarian peluang produk baru secara terus menerus
dan sistematik. Tahapan ini dilakukan untuk menemukan gagasan-gagasan
baru dan segara mengenai penciptaan produk. Metode untuk
menciptakangagasan baru meliputi brain storming (sesi kelompok kecil
untuk menstimulasi gagasan), melakukan analisa atas produk yang
sudahada, ataupun melalui survei konsumen.

2) Idea Screening (Penyaringan Gagasan)

Setelah perusahaan mengidentifikasi gagasan produk yang berpotensi,


perusahaan harus menyaringnya. Dalam product screening, kekurangan,
ketidakcocokan, atau gagasan yang tidak menarik lainnya harus
disingkirkan dari tindakan lebih lanjut. Tujuan penyaringan adalah
mengurangi banyaknya gagasan dengan mencari dan menghilangkan
gagasan buruk sedini mungkin.

3) Concept Development and Testing (Pengembangan dan Pengujian


Konsep)

Menguji konsep adalah menyajikan konsep produk kepada consumer dan


mencoba mengukur sikap dan ketertarikan konsumer atas konsep awal
pengembangan produk tersebut. Pengujian konsep merupakan cara yang
cepat dan tidak mahal untuk mengukur minat konsumer. Pengujian
dilakukan dengan meminta konsumer yang potensial untuk berinteraksi
30

terhadap sketsa gambar atau deskripsi tertulis yang menggambarkan produk


yang akan dikembangkan.

4) Marketing Strategy Development (Pengembangan Strategi Pemasaran)

Pernyataan strategi pemasaran terdiri dari tiga bagian untuk


memperkenalkan produk ke pasar. Bagian pertama menjelaskan ukuran,
struktur, dan tingkah laku pasar sasaran, penempatan produk yang telah
direncanakan, penjualan, bagian pasar, serta sasaran keuntungan yang
hendak dicari pada beberapa tahun pertama. Bagian kedua dari pernyataan
strategi pemasaran menguraikan harga produk yang direncanakan, strategi
distribusi, dan biaya pemasaran selama tahun pertama. Bagian ketiga
menjelaskan penjualan jangka panjang yang direncanakan, serta sasaran
keuntungan dan strategi bauran pemasaran selama ini.

5) Business Analysis (Analisis Bisnis)

Analisis Bisnis dan finansial dilakukan untuk menguji kelayakan finasialdan


bisnis dari konsep pengembangan produk baru. Disini dilakukan analisa
terhadap sejumlah aspek, seperti proyeksi permintaan pasar,perkiraan biaya
produksi dan peta persaingan.

6) Product Development (Pengembangan Produk)

Pengembangan produk mengkonversi ide produk baru menjadi bentuk fisik


dan sekaligus mengidentifikasi pola strategi pemasaran yang
akanditerapkan. Fase ini mencakup konstruksi produk, packaging,
pemilihan brand, brand positioing, dan usage testing.

7) Test Marketing (Pengujian Pasar)

Fase ini mencakup konstruksi produk, packaging, pemilihan brand,brand


positioing, dan usage testing. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi kinerja
produk dan efektivitas program pemasaran secara terbatas sebelum a full-
scale introduction. Melalui ujipemasaran ini, perusahaan dapat melakukan
31

observasi perilaku pelanggan secara aktual. Perusahaan juga dapat melihat


reaksi yang dilakukan pesaing, dan juga respon dari para distribution
channelmembers.

8) Commercialization (Komersialisasi)

Setelah pengujian selesai, perusahaan siap untuk mengenalkan produknya


ke pasar yang ditargetkan secara full scale. Sejumlah aspek yang perlu
dicermati dalam tahap commercialization adalah kecepatan penerimaan
konsumen dan para distributor, intensitas distribusi (berapa banyak toko
penyalur), kemampuan produksi, serta efektivitas promosi, strategi harga,
dan reaksi persaingan.

Selain hal – hal diatas, point penting lainnya adalah Diferensiasi menjadi
suatu strategi yang baik. Adanya diferensiasi menjadikan suatu produk
memilki identitas yang khas dan unik. Sehingga menjadi pembeda bagi
produk pesaing dan memungkinkan untuk sulit ditiru. Terkadang pula,
perilaku konsumen yang sangat sensitif terhadap sesuatu yang baru dan
beda, menjadikan suatu produk yang memiliki diferensiasi dengan produk
pesaingnya sangat dicari konsumen.

2. Strategi Pengembangan Pasar

Pengembangan pasar adalah memperkenalkan produk atau jasa saat


ini ke wilayah geografis baru. Strategi pengembangan pasar dipilih untuk
dijalankan dengan pertimbangan dapat dilakukannya pengkoordinasian,
sehingga akan dapat dicapai biaya pengorbanan yang lebih rendah dan
resiko yang dihadapi lebih kecil. Penekanan dari strategi ini adalah pada
pemasaran produk yang sekarang dijalankan, dengan pertimbangan telah
dimilikinya keahlian dan keterampilan dalam pengoperasian baik untuk
pelanggan yang ada, maupun untuk pelanggan baru. Dalam hal ini kegiatan
yang ditingkatkan adalah penambahan saluran distribusi dan cabang
perusahaan, serta mengubah dan meningkatkan program advertensi dan
32

promosi. Pengembangan pasar adalah suatu keputusan stratejik dari suatu


perusahaan atau korporasi
Keputusan stratejik itu diarahkan untuk dapat memanfaatkan peluang
pasar bagi pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan. Dengan
keberhasilan ini diharapkan suatu perusahaan dapat mempunyai keunggulan
bersaing yang berkesinambungan. Dalam pelaksanaanya suatu strategi
pemasaran perusahaan menggambarkan rencana bermain manajerial untuk
keberhasilan dalam menjalankan penjualan dan bagian pemasaran dari suatu
bisnis. Suatu perusahaan dapat meningkatkan pertumbuhan pasarnya dengan
penekanan pada lingkup stratejik di dalam suatu industri, dengan
menawarkan lebih banyak produk/teknologi/jasa guna membuka jalan untuk
segmen pasar yang lebih banyak.
Ada enam pedoman tentang kapan pengembangan pasar dapat
menjadi sebuah strategi yang sangat efektif, yaitu:
a. Ketika saluran-saluran distribusi baru yang tersedia dapat diandalkan,
tidak mahal, dan berkualitas baik.
b. Ketika organisasi sangat berhasil dalam bisnis yang dijalankannya.
c. Ketika pasar baru yang belum dikembangkan dan belum jenuh muncul.
d. Ketika organisasi mempunyai modal dan sumber daya manusia yang
dibutuhkan untuk mengelola perluasan operasi.
e. Ketika organisasi memiliki kapasitas produksi yang berlebih.
f. Ketika industri dasar organisasi dengan cepat berkembang menjadi global
dalam cakupannya.
3. Strategi Pengembangan yang Terkonsentrasi
Strategi pengembangan yang terkonsentrasi memfokuskan pada suatu
kombinasi produk dan pasar tertentu. Suatu pertumbuhan terkonsentrasi
merupakan strategi perusahaan yang langsung menekankan pemanfaatan
sumber daya untuk meningkatkan pertumbuhan dari suatu produk tunggal,
dalam suatu pasar tunggal dengan suatu teknologi yang dominan. Pemilihan
secara rasional atas pendekatan ini adalah melakukan penetrasi pasar dengan
strategi terkonsentrasi, yang dimanfaatkan perusahaan atas pengalaman
33

pengolahan operasi bisnis perusahaan di dalam suatu arena bisnis


persaingan.
Strategi pengembangan yang Terkonsentrasi diarahkan untuk
mempertinggi kinerja perusahaan. Dimungkinkannya hal ini, karena
didukung oleh kemampuan menilai kebutuhan pasar, pengetahuan tentang
perilaku pembeli, sensitivitas harga pelanggan dan efektivitas dari
advertensi dan promosi. Suatu perusahaan menjalankan strategi
pertumbuhan yang terkonsentrasi secara berhasil, bila didukung oleh
pengembangan keterampilan atau skill, dan kompetensi bagi upaya
pencapaian keberhasilan bersaing. .
4. Strategi Integrasi Horizontal (Horizontal Integration)
Integrasi horizontal terjadi apabila suatu organisasi perusahaan
menambah satu atau lebih bisnisnya yang memproduksi produk/jasa yang
sejenis dioperasikan pada pasar produk yang sama.
2.4.3 Strategi pengembangan Usaha Dalam Perspektif Islam
Islam mewajibkan setiap muslim, khususnya yang memiliki
tanggungan untuk bekerja. Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang
memungkinkan manusia memiliki harta kekayaan. Sebagaimana dikutip
oleh Mardani “Hukum Bisnis Syariah” menurut Dr. Yusuf Qardhawi,
bekerja adalah bagian ibadah dan jihad jika sang pekerja bersikap konsisten
terhadap peraturan Allah, suci niatnya dan tidak melupakan-Nya. Dengan
bekerja, manusia dapat melaksanakan tugas kekhalifahannya, menjaga diri
dari maksiat, dan meraih tujuan yang sangat besar. Demikian pula, dengan
bekerja individu bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, mencukupi kebutuhan
keluarganya, dan berbuat baik dengan tetangganya. Semua bentuk yang
diberkati agama ini hanya bisa terlaksana dengan memilki harta dan
mendapatkannya dengan bekerja. Allah berfirman pada QS. Al-Ahqaaf: 19:
34

١٩ ‫ت ِّمَّم ا َع ِم ُلوْۖا َوِلُيَو ِّفَيُهۡم َأۡع َٰم َلُهۡم َو ُهۡم اَل ُيۡظ َلُم وَن‬ٞ ‫َو ِلُك ّٖل َد َر َٰج‬

Artinya: “Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah
mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan)
pekerjaanpekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan”.

Dalam surat tersebut, orang-orang islam didorong untuk


menggunakan hariharinya untuk memperoleh keuntungan dan karunia
Allah. Begitu pula dalam berusaha dilarang melakukan perbuatan curang
dan memakan riba Nabi Muhammad SAW telah memberikan contoh kepada
umatnya mengenai bisnis syariah. Sebelum memulai bisnis, pebisnis harus
menyusun, menetapkan dan melaksanakan strategi bisnisnya terlebih
dahulu. Strategi bisnis tersebut meliputi lima sikap utama yaitu jujur, ikhlas,
profesional, silaturrahmi, niat suci dan ibadah, dan menunaikan zakat, infaq,
dan sadaqoh.
a) Jujur
Sikap jujur melahirkan kepercayaan konsumen/pelanggan.
Kepercayaan akan melahirkan kesetiaan konsumen. Kalau konsumen sudah
setia kepada produk yang kita jual maka keuntungan akan terus mengalir.

b) Ikhlas
Sikap ikhlas akan membentuk pribadi seorang pebisnis tidak lagi
memandang keuntungan materi sebagai tujuan utama, tetapi juga
memperhitungkan keuntungan non materiil (mendapat ridha dari Allah
SWT)
c) Profesional
Profesional yang didukung oleh sikap jujur dan ikhlas merupakan dua
sisi yang saling menguntungkan. Nabi Muhammad SAW memberikan
contoh bahwa seseorang yang profesional mempunyai sikap selalu berusaha
maksimal dalam mengerjakan sesuatu atau dalam menghadapi suatu
masalah. Tidak mudah menyerah atau berputus asa dan bahkan juga
pengecut yang menghindar dari resiko.
d) Silaturrahim
35

Silaturrahim merupakan jembatan yang menghubungkan pebisnis


dengan semua manusia, lingkungan, dan penciptnya. Silaturahmi menjadi
dasar membina hubungan baik tidak hanya dengan pelanggan dan
investornya, tetapi juga dengan calon pelanggannya (future market), dan
bahkan dengan kompetitornya.
e) Niat suci dan ibadah
Islam menegaskan keberadaan manusia di dunia ini adalah untuk
mengabdikan diri kepada-Nya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al-
Dzariyat (51): 56:
٥٦ ‫َو َم ا َخ َلۡق ُت ٱۡل ِج َّن َو ٱِإۡل نَس ِإاَّل ِلَيۡع ُبُدوِن‬

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”.
Bagi seorang muslim menjalankan usaha merupakan ibadah, sehingga
usaha itu harus dimulai dengan niat yang suci (lillahi ta’ala), cara yang
benar, tujuan yang benar, serta pemanfaatan hasil usaha secara benar pula.
Dengan demikian maka ia akan memperoleh garansi keberhasilan dari Allah
SWT.

f) Menunaikan zakat, infaq, dan shadaqoh


Menunaikan zakat, infaq, dan shadaqoh hendaknya menjadi budaya
pebisnis syariah. Menurut ajaran islam harta yang digunakan untuk
membayar zakat, infaq, dan shadaqoh tidak akan hilang, bahkan menjadi
tabungan kita yang akan dilipatgandakan oleh Allah di dunia dan akhirat,
sehingga menyuburkan bisnis kita. Sebagaimana Allah berfirman pada QS.
Al-Baqarah: 261
‫َّم َثُل ٱَّلِذ يَن ُينِفُقوَن َأۡم َٰو َلُهۡم ِفي َس ِبيِل ٱِهَّلل َك َم َثِل َح َّبٍة َأۢن َبَتۡت َس ۡب َع َس َناِبَل ِفي ُك ِّل ُس ۢن ُبَلٖة ِّم ْاَئُة َح َّبٖۗة َو ٱُهَّلل ُيَٰض ِع ُف‬
٢٦١ ‫ِلَم ن َيَش ٓاُۚء َو ٱُهَّلل َٰو ِس ٌع َع ِليٌم‬
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui”.
36

Ada beberapa hal dalam pengembangan usaha secara syariah,


diantaranya adalah:

a. Bangun motivasi dan bulatkan tekad.


b. Perkuat tawakal kepada Allah. Allah berfirman dalam QS. Ali
Imran : 159:

‫َفِبَم ا َر ۡح َم ٖة ِّم َن ٱِهَّلل ِلنَت َلُهۖۡم َو َلۡو ُك نَت َفًّظا َغ ِليَظ ٱۡل َقۡل ِب ٱَلنَفُّض وْا ِم ۡن َح ۡو ِل َۖك َف ٱۡع ُف َع ۡن ُهۡم َو ٱۡس َتۡغ ِفۡر َلُهۡم‬
١٥٩ ‫َو َش اِو ۡر ُهۡم ِفي ٱَأۡلۡم ِۖر َفِإَذ ا َعَزۡم َت َفَتَو َّكۡل َع َلى ٱِۚهَّلل ِإَّن ٱَهَّلل ُيِح ُّب ٱۡل ُم َتَو ِّك ِليَن‬

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah


lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

c. Saat merintis usaha, jangan memaksakan diri untuk berbisnis


sesuai gambaran ideal yang anda miliki.
d. Pilih bisnis yang paling dikuasai dengan cepat.
e. Tentukan diferensiasi produk.
f. Pilih fokus dan bekerjalah secaara fokus.
g. Carilah teman atau partner.
h. Perkuat kesabaran, ketaqwaan, dan tawakal. Allah berfirman
dalam QS. Al-Baqarah (2): 153:

١٥٣ ‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ٱۡس َتِع يُنوْا ِبٱلَّص ۡب ِر َو ٱلَّص َلٰو ِۚة ِإَّن ٱَهَّلل َم َع ٱلَّٰص ِبِريَن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat


sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar”.

i. Berbuat baiklah dan tinggalkan maksiat. Allah berfirman dalam


QS. Al-Lail (92): 4-7:

٧ ‫ َفَس ُنَيِّسُر ۥُه ِلۡل ُيۡس َر ٰى‬٦ ‫ َو َص َّد َق ِبٱۡل ُح ۡس َنٰى‬٥ ‫ َفَأَّم ا َم ۡن َأۡع َطٰى َو ٱَّتَقٰى‬٤ ‫ِإَّن َس ۡع َيُك ۡم َلَش َّتٰى‬
37

Artinya: “(4). Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. (5).


Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan
bertakwa. (6). Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik
(syurga). (7). Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang
”mudah

2.5 Penelitian Terdahulu


No Nama Peneliti Tahun Judul Metode Hasil

01 Muhammad 2013 Pengembangan Kualitatif Kegiatan


Safik Sumber Daya pelaksanaan pada
Manusia dasarnya pelatihan
Melalui Edu yang digunakan
preneurship di dalam
Pesantren pengembangan
Ihwah Rasul sumber daya
Semarang melalui
edupreneurship di
Pesantren Ihwah
Rasul Semarang
dibagi dalam 3
(tiga) bagian: Class
Program,
Workshop
Program, dan
Outdoor Program.
Pendidikan
kewirausahaan
dalam pesantren
Ihwah Rasul
Semarang, cukup
sinergi dengan
beberapa fenomena
factual sehingga
bagi peneliti
dengan adanya
program
pengembangan
tersebut bisa
dikatakan sudah
cukup relevan
dengan perubahan
dan perkembangan
38

zaman serta
canggihnya
informasi dan
teknologi

02 Badrudin, H. 2016 Manajemen Kualitatif Penelitian


Dr.,M.Ag Pembiayaan menunjukkan
Jaja Jahari, Pesantren bahwa Pesantren
H.Dr.,MPd. Berbasis Al-Ittyifak Ciwidey
Agrobisnis telah mampu
mengelola
manajemen
pembiayaan
pesantren melalui
penggalian Sumber-
Sumber
Pembiayaan
Pesantren berbasis
agribisnis,
Implementasi
Pembiayaan
Pesantren berbasis
agribisnis sehingga
ditemukan Faktor
Pendukung dan
Penghambat
Pembiayaan
Pesantren berbasis
agribisnis
03 Muhammad 2014 Manajemen Kualitatif Manajemen unit
Iqbal Fasa, S.E.I Unit Usaha usaha pondok
Pesantren modern Darussalam
Gontor memiliki
kualitas yang baik.
Dapat dikatakan
manajemen unit
usaha gontor adalah
all in one system,
yakni keseluruhan
kegiatan ekonomi
berada pada satu
sistem yang saling
bersinergi dan
berintegrasi demi
mewujudkan visi
misi yang ada
39

dalam nilai pondok.


04 Siti Nur Azizah 2016 Manajemen kualitatif Proses manajemen
Unit Usaha unit usaha ekonomi
Pesantren di Pondok
Berbasis Pesantren serta
Ekoproteksi pengembangannya
memiliki dampak
yang sangat positif
untuk mencapai
kesejahteraan
bersama. Dampak
positif tersebut
secara nyata dapat
dilihat pada
beberapa hal; a)
terciptanya pola
kader umat (santri
dan masyarakat)
yang mandiri dalam
bidang ekonomi, b)
terbentuknya
pesantren yang
mandiri dalam
bidang ekonomi, c)
menjadikan
pesantren sebagai
patner pemerintah,
dan d) mampu
mengangkat
ekonomi umat
(ekonomi
masyarakat sekitar
pesantren maupun
masyarakat secara
luas).

05 Achmad Hasyim 2015 Peran Pondok Kualitatif Dakwah yang


As’ari Pesantren dilakukan oleh
Dalam pondok pesantren
Peningkatan Alam Saung
Kesejahteraan Balong Al-Barokah
Masyarakat sendiri bersifat Top
and Bottom. Tolak
ukurnya sendiri
adalah kemitraan
yang dijalin oleh
40

pondok pesantren
dengan berbagai
elemen dalam
pemenuhan cita-cita
dan visi serta misi
dakwahnya.

Perbedaan Penelitian ini dengan peneliti terdahulu adalah objek peneliti yang
dimana Penelitian ini berfokus pada pengembangan usaha berbasis pondok pesantren
di Kabupaten Majalengka agar terus bertahan dan berkembang sehingga mampu
membangun kemandirian umat dengan jenis Penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif (field research) dan studi kepustakaan (library research)
deskriptif, yang disampaikan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.

2.6 Kerangka Berfikir


41

Pondok pesantren

Lembaga Kegiatan ekonomi


pendidikan

Identifikasi Observasi

Kajian

Strategi pengembangan usaha

Analisis data

Rekomendasi

Gambar 2.1
Kerangka berfikir

BAB III
42

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.
3.2 Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian
yaitu pondok pesantren di Kabupaten Majalengka yang berupa hasil dari
pengamatan setempat. Data primer diperoleh dengan wawancara.
b. Data Sekunder
Merupakan data yang tidak langsung yang diperoleh melalui studi
kepustakaan dengan media buku dan media internet untuk mendukung
analisis dan pembahasan. Selain itu juga akan mengambil data dari arsip-
arsip dan foto-foto pada saat penelitian berlangsung. Agar penelitian ini
dapat dipertanggungjawabkan, maka sumber data menjadi sangat penting
sehingga akan didapatkan hasil penelitian yang benar-benar mendetail.

3.3 Populasi dan Sampel

a. Populasi
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah 31 pondok
pesantren di Kabupaten Majalengka yang memiliki kegiatan wirausaha.
43

b. Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah 3 pondok
pesantren yang terdapat di Kabupaten Majalengka. Jumlah tersebut cukup
sedikit karena peneliti menentukan beberapa kriteria untuk dijadikan
sampel penelitian.
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan peneliti non random
dengan teknik purposive sampling.

Di Kabupaten Majalengka
terdapat 215 lembaga
pondok pesantren yang
Kriteria I :
tersebar di beberapa
Kecamatan pondok pesantren di Kabupaten
Majalengka yang memiliki
kegiatan usaha
kriteria II :
1) Pon-pes yang memiliki potensi
usaha dan memiliki SDM
Pondok pesantren yang
yang memadai
memiliki kegiatan usaha 2) Pon-pes yang memiliki usaha
ada 31 lembaga masih bertahan hingga
sekarang
3) Pon-pes yang memiliki
kegiatan usaha sebagai upaya
Dari 31 Lembaga diambil dari pemberdayaan santri
3 lembaga pondok
pesantren sebagai sampel

Pon-pes daar attarbiyah Pon-pes Asasul Huda Pon-pes Sabilul Mardiyah


Kec. Rajagaluh Kec. Kasokandel Kec. Sindangwangi

Budidaya anggur brazil Produksi dan perdagangan Pengolahan hasil tani dan
parfum pembuatan oleh-oleh
Majalengka

Gambar 3.1
Teknik Pengambilan Sampel
44

3.5 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data


a. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang valid dan aktual, maka didalam penelitian
ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Pengamatan (observasi)
Terkait dengan pokok permasaahan dalam penelitian, metode ini
digunakan untuk memperoleh data tentang :
a. Pondok pesantren yang memiliki kegiatan wirausaha
b. Pemberdayaan santri
2. Wawancara
Jenis data yang digali dengan metode ini meliputi seluruh data yang
dibutuhkan dalam penelitian dan sumbernya terdiri dari informan
yang terdapat di pondok pesantren yang bersangkutan diantaranya
pimpinan pondok pesantren, pengurus sekaligus pendamping usaha
pondok pesantren
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang
menyelidiki bagan, strruktur organisasi, grafik, arisp-arsip, foto dan
lain-lain.
b. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan panduan
wawancara dan dokumentasi.

3.6 Metode Analisis Data


a. Model Interaktif
Proses analisis data model interaktif yang dilakukan oleh peneliti adalah
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Reduksi Data (data reduction)
Reduksi data (data reduction), dalam tahap ini peneliti melakukan
pemilihan, dan pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan
transformasi data kasar yang diperoleh.
45

2. Penyajian data (data display).


Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk
menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau
penyajian data yang lazim digunakan pada langkah ini adalah dalam
bentuk teks naratif.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and
verification).
Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan
mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan, mencatat
keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dari
fenomena, dan proposisi.
4. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan
keabsahan data (triangulasi)
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Berikut peneliti menggambarkan skema analisis data menurut Miles dan


Hubberman untuk dapat lebih di pahami.

Pengumpulan Data Reduksi Data

Verifikasi / Penarikan Penyajian Data


Kesimpulan
Gambar 3.2
Skema analisis data
46

b. Analisis SWOT
Tahapan analisis SWOT sebagai berikut :
a.) Menghitung skor dari bobot dan rating dalam analisis SWOT
Perhitungan dan rating dalam analisis SWOT dapat menggunakan dua cara,
diantaranya yaitu :
1. Menggunakan FGD (Focus Group Discussion). Masing-masing peserta
menilai bobot dan rating untuk masing-masing indikator.
2. Menggunakan kuisioner. Masing-masing responden memberikan penilaian
dengan skor 1 = tidak penting sampai 5 =sangat penting.
Apabila menggunakan kuisioner, sebelumnya perlu diidentifikasi
indikator-indikator yang ingin ditanyakan dalam kuisioner SWOT. Cara
mengidentifikasi indikator SWOT adalah dengan menggunakan kajian
literatur, wawancara ata riset eksploratif (Rangkuti, 2013).
b.) Matriks Faktor Strategi Eksternal
Sebelum membuat matrik eksternal strategi eksternal perlu diketahui
terlebih dahulu faktor-faktor strategi eksternal (External Strategic Factor Analysis
Summary /EFAS).
1. Susunlah kolom 1 (5 sampai 10 faktor peluang dan ancaman).
2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).
3. Hitunglah rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai 1 (poor) berdasarkan
pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi yang bersangkutan. Pemberian
nilai rating tersebut terhadap kondisi yang bersangkutan. Pemberian nilai
rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar
diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1) pemberian
rating ancaman adalah sebaliknya. Misalnya jika nilai ancamannya besar
maka ratingnya 1, sebaliknya jika nilai ancamannya sedikit, maka
ratingnya 4.
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4 hasilnya berupa skor
47

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai


dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
5. Gunakan kolom 5 untuk memberi komentar atau catatan faktor-faktor
tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya.
6. Jumlah skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini dapat
digunakan untuk membandingkan perusahaan lainnya dalam kelompok
industri yang sama.
Tabel 3.1 Matrik EFAS (Eksternal Strategic Factor Analysis Summary)
Faktor-faktor Bobot Rating Skor Komentar
Strategi Eksternal (Bobot x Rating)
Peluang
Ancaman
Total 1,00

c.) Matriks Faktor Strategi Internal


Setelah faktor-faktor strategi internal suatu organisasi diidentifikasi,
suatu tabel IFAS ( Internal Strategic Factor Analysis Summary) disusun untuk
merumuskan faktor strategiss internal tersebut dalam kerangka strenght dan
weakness perusahaan. Dengan tahapan sebagai berikut :
1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan organisasi
dalam kolom.
2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 0,1
(paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-
faktor terhadap posisi strategi perusahaan (semua bobot tersebut
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).
3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai 1 (poor) berdasarkan
pengaruh tersebut terhadap kondisi organisasi yang bersangkutan variabel
yang bersifat positif (semua variabel yang termasuk kategori kekuatan)
dimulai nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan
48

membandingkannya rata-rata organisasi atau dengan pesaing utama.


Sedangkan untuk variabel yang bersifat negatif kebalikannya. Contohnya
jika kelemahan sebuah organisasi sangat besar dibandingkan rata-rata
organisasi, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan
dibawah rata-rata industri nilainya adalah 4.
4. Kalian bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4 hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai
dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (Poor).
5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannta dihitung.
6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai ini dapat
digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan
lainnya. Dalam kelompok organisasi yang sama.
Tabel 3.2 Matriks IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary)
Faktor-faktor Bobot Rating Skor Komentar
Strategi Eksternal (Bobot x Rating)
Kekuatan
Kelemahan
Total 1,00
Sumber : Rangkuni, 2013.

3.) Kuadran SWOT


Kuadran SWOT digunakan untuk membandingkan baik dari faktor
internal serta eksternal dalam suatu objek untuk mengetahui ada di posisi mana
atau pada kuadran berapa, perusahaan pada saat ini. Melalui kuadran Pearce dan
Robinson memberikan empat kemungkinan posisi yang ditempati oleh suatu
objek (Rangkuti,2013).
49

Opportunity
Kuadran II Kuadran I

(-,+) Ubah Strategi (+,+) Progresif


Opportunity Strenght

Kuadran IV Kuadran III

(-,-) Strategi Bertahan (+,-) Diversifikasi Strategi

Threat
i
Gambar 3.3 Kuadran SWOT Pearce dan Robinson

Keterangan :
1. Kuadran 1, pertemuan antara nilai dari faktor Opprtunity dan Strenght ini
menunjukan posisi dimana suatu objek dalam keadaan yang sangat
menguntungkan bagi objek itu sendiri.
a. Merupakan situasi yang sangat menguntungkan.
b. Perusahaan tersebut memiliki kekuatan dan peluang sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal.
c. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah prima dan baik
sehingga pertumbuhannya yang agresif. Progresif artinya suatu objek
dalam kondisi prima sehingga dimungkinkan untuk terus melakukan
ekspansi membesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara
maksimal.
2. Kuadran II, pertemuan antara nilai dari fakor weakness dan opportunity ini
pada posisi dimana suatu objek dalam keadaan harus adanya perubahan
strategi yakni pada posisi sebagai berikut :
a. Objek menghadapi peluang pasar yang sangat besar tetapi sumberdaya
lemah.
b. Karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal.
50

c. Fokus strategi suatu objek pada posisi ini dengan meminimalkan


kendala-kendala internall perusahaan, ubah strategi artinya organisasi
disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya, dikarenakan strategi
lama sulit mendapatkan peluanh yang ada sekaligus memperbaiki
kinerja suatu objek.
3. Kuadran III, pertemuan antara nilai dari faktor strenght dan treat ini pada
posisi dimana suatu objek dalam keadaan perlu adanya disversifisikasi
strategi sebagaimana seperti berikut :
a. Meskipun menghadapi berbagai macam ancaman suatu objek masih
memiliki kekuatan dari segi internal.
b. Perusahaan pada posisi seperti ini dapat menggunakan kekuatannya.
Untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.
c. Dilakukan melalui penggunaan strategi diversifikasi produk atau pasar.
Diversifikasi artinya suatu objek dalam kondisi stabil namun
menghadapi sejumlah tantangan besar sehingga diperkirakan roda
putar suatu objek akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila
hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karena itu, organisasi
disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi teknisnya.
4. Kuadran IV, pertemuan antara nilai faktor weakness dan threat ini
menjelaskan posisi dimana perusahaan dalam keadaan harus adanya
strategi tetap bertahan yakni pada posisi objek sebagai berikut :
a. Merupakan kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan
sesuatu.
b. Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara
sumberdaya yang dimiliki memiliki banyak kelemahan.
c. Strategi yang dimiliki defensif dan likuidasi
Strategi bertahan artinya kondisi internal organisasi yang lemah yang
dihadapkan pada situasi eksternal yang sulit, menyebabkan organisasi
berada pada pilihan yang sulit. Karena itu suatu objek disarankan
untuk menggunanakan sttrategi bertahan, mengenendalikan kinerja
51

internal agar tidak semakin terperosok strategi ini dipertahankan


sambil terus berupaya membenahi diri.
4.) Matriks SWOT atau Matriks Strategi
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis suatu objek
adalah menarik matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eskternal yang dihadapi suatu objek dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat
menghasilkan 4 set kemungkinan alternatif strategis (Rangkuti,2013).

IFAS STRENGHT (S) WEAKNES (W)


EFAS Tentukan 5-10 faktor Tentukan 5-1- faktor
kekuatan internal kelemahan internal

OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO


Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
peluang eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang

THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT


Tentukan 5-10 Faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk mengatasi ancaman kelemahan dan
menghindari ancaman

Gambar 3.4 Diagram Matriks SWOT


1. Strategi SO (Strenght-Opportunities)
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran suatu objek, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekayaan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang yang sebesar-besarnya.
2. Strategi ST (Strenght-Threats)
Adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi WO (Weakness-Opportunities)
52

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan


cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi WT (Weakness-Threats)
Strategi in berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman
(Rangkuti, 2013).

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di tiga pondok pesantren Kabupaten Majalengka.


Penentuan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa pondok pesantren tersebut memiliki kegiatan usaha, Pon-
pes yang memiliki potensi usaha dan memiliki SDM yang memadai, Pon-pes
yang memiliki usaha masih bertahan hingga sekarang, Pon-pes yang memiliki
kegiatan usaha sebagai upaya dari pemberdayaan santri. Adapun waktu penelitian
ini dilaksanakan selama 2 bulan yakni pada bulan Januari sampai dengan bulan
Febuari 2020.

BAB IV
53

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum


4.1.1 Profil Kabupaten Majalengka
a. Geografi
Kabupaten Majalengka merupakan salah satu kabupaten di
wilayah Provinsi Jawa Barat, memiliki luas 1.204,24 Km2 atau 3,25% dari
luas wilayah daratan Provinsi Jawa Barat (37.095,28 Km2). Secara
geografis Kabupaten Majalengka, Sebelah Utara, berbatasan dengan
Kabupaten Indramayu; Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten
Cirebon dan Kuningan, Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten
Ciamis dan Tasikmalaya; Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten
Sumedang.
Secara geografis Kabupaten Majalengka berada di bagian Timur
Provinsi Jawa Barat, dengan posisi astronomis : Bagian Barat antara 108°
03’-108° 19’ Bujur Timur, bagian Timur antara 108° 12’-108° 25’ Bujur
Timur, bagian Utara antara 6° 36’-6° 58’ Lintang Selatan dan bagian
Selatan antara 6° 43’-7° 03’ Lintang Selatan. Temperatur rata-rata di
Kabupaten Majalengka adalah 26,7°C hingga 29,7°C. Suhu udara
maksimum terjadi pada bulan Oktober yaitu 35,4°C, sedangkan suhu
udara minimum terjadi pada bulan juni dengan suhu sebesar 22,7°C.
Seluruh wilayah Kabupaten Majalengka termasuk ke dalam zona WIB
(Waktu Indonesia Barat). Kelembaban di Kabupaten Majalengka
sepanjang tahun 2013 berkisar antara 66% – 88%. Secara adminstratif,
wilayah Kabupaten Majalengka terdiri dari 26 kecamatan, 13 kelurahan
dan 330 desa.
54

Gambar 4.1
Peta wilayah administratif Kabupaten Majalengka

b. Demografi
Sumberdaya manusia atau aspek kependudukan di Kabupaten
Majalengka mencakup data jumlah dan perkembangan penduduk,
kepadatan penduduk dan sebarannya, kecenderungan konsentrasi
penduduk, struktur penduduk menurut mata pencaharian serta tingkat
angkatan kerja dan orientasi pergerakan penduduk.

Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2018 mencapai


1.278.753 jiwa, terdiri dari 645.435 jiwa laki-laki dan 633.318 jiwa perempuan,
dengan Sex Ratio sebesar 101,9 % dan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)
55

0,75%. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk, LPP, Kepadatan dan Sex Ratio
penduduk dapat dilihat pada tabel 2.9 dan 2.10 sebagai berikut :

Tabel 4.1
Jumlah Penduduk, LPP, dan Kepadatan Penduduk
Kabupaten Majalengka Tahun 2013-2018
Tahun
2 2 2 2
No. Indikator 0 0 0 0
2014
1 1 1 1
5 6 7 8
1.Jumlah Penduduk 1.250.18 1.260.46 1.269.2 1.278.
1.239.625
(Jiwa) 0 9 10 753

632.31 638.12 644.5 645.43


Laki-laki (Jiwa) 630.228
9 0 95 5

622.34 624.6 633.31


Perempuan (Jiwa) 609.397 617.861
9 15 8

2.LPP (%) 0,26 0,85 0,82 0,69 0,75

Kepadatan 1.03 1.04 1.0


3. Penduduk 1.029 1.062
8 7 54
(jiwa/km2)
Sumber : Database SIAK Konsolidasi per 31 Desember 2018 Disdukcapil Kab.
Majalengka

Karakteristik penduduk Kabupaten Majalengka dilihat dari


struktur penduduk (usia 15 tahun ke atas) menurut mata pencaharian pada
tahun 2018 masih dominan bekerja pada sektor pertanian sebesar 36,32%,
dengan kata lain bahwa sektor pertanian masih menjadi sumber
pendapatan utama bagi sebagian penduduk Kabupaten Majalengka. Sektor
kedua yang menjadi sumber mata pencaharian adalah perdagangan, yaitu
sebesar 25,83%.
Karateristik Penduduk berdasarkan Pendidikan, Salah satu faktor
utama keberhasilan pembangunan disuatu daerah adalah tersedianya
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, maka melalui jalur
56

pendidikan pemerintah secara konsisten berupaya meningkatkan SDM


penduduk melalui berbagai program. Salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk melihat keberhasilan bidang pendidikan adalah tingkat
buta huruf, artinya dengan rendahnya tingkat buta huruf menunjukan
keberhasilan program pengentasan buta huruf dan untuk mencapai program
tersebut harus didukung oleh sarana pendidikan yang memadai, berikut
jumlah penduduk di Kabupaten Majalengka berdasarkan tingkat
pendidikan pada tahun 2013-2017.
Tabel 4.2
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi
yang Dimiliki Tahun 2013-2018
Tahun (%)
Jenjang Pendidikan
2013 2014 2015 2016 2017
Tidak/Belum Punya 19,36 18,11 19,08 19,90 19,60
Ijazah SD
SD 44,83 45,06 48,25 49,61 43,19
SLTP 19,85 20,75 19,35 14,15 20,50
SLTA 12,17 12,17 9,67 12,48 13,16
D1/D3 1,11 0,87 0,96 0,92 0,75
>=S1 2,68 3,04 2,68 2,94 2,81
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, Tahun 2018
Jenjang pendidikan berdasarkan tingkat pondok pesantren juga cukup
banyak, mengingat jumlah santri di Kabupaten Majalengka pada Tahun 2018
mencapai 17.113 santri dengan jumlah pondok pesantren mencapai 215 lembaga
pondok pesantren yang tersebar di 26 kecamatan di Kabupaten Majalengka.
Berikut data pondok pesantren di Kabupaten Majalengka pada Tahun 2018 :

Tabel 4.3
Data Jumlah Pondok Pesantren di Kabupaten Majalengka Tahun 2018
No Kecamatan Jumlah Pon-Pes
01 Majalengka 15
02 Kadipaten 2
03 Dawuan 11
57

04 Kertajati 9
05 Jatitujuh 3
06 Ligung 6
07 Jatiwangi 6
08 Palasah 11
09 Sumberjaya 4
10 Leuwimunding 11
11 Rajagaluh 10
12 Sukahaji 8
13 Maja 7
14 Argapura 14
15 Talaga 17
16 Cikijing 13
17 Cingambul 15
18 Bantarujeg 13
19 Lemahsugih 9
20 Cigasong 1
21 Sindangwangi 4
22 Panyingkiran 4
23 Banjaran 4
24 Sindang 5
25 Malausma 10
26 Kasokandel 3
JUMLAH 215
Sumber : (https://jabar.kemenag.go.id, 2018)
Tabel diatas menunjukkan bahwa, pada tahun 2018 jumlah lembaga pondok pesantren
di kabupaten Majalengka ada 215 lembaga pondok pesantren yang tersebar di 26
kecamatan. Dan dibawah ini data pondok pesantren di Kabupaten Majalengka yang
memiliki kegiatan usaha :
Tabel 4.4
Data pondok pesantren yang memiliki kegiatan usaha
No Pondok pesantren Kecamatan Jenis Usaha
58

01 Darurohmat Leuwimunding Kerajinan tangan


02 Bustanul Ulum Talaga V Bercocok tanam/pertanian
03 Al-Ittihad Bantarujeg Peternakan
04 Raudhatu Tholibin Rajagaluh Bibit tanaman
05 Raudhatul Mubtadiin Leuwimunding Kerajinan tangan
06 Raudhatul Mubtadiin Palasah Perikanan
07 Riyadul Huda Palasah Kerajinan tangan
08 Nurul Huda Argapura Konveksi
09 Pesantren Persatuan Islam 138 Cikijing Konveksi
10 Al-Bukhorie Sumberjaya Perdagangan
11 Darunnajah Ashidqiyah Malausma Bercocok tanam/pertanian
12 Daar Attarbiyah Rajagaluh Budidaya anggur brazil
13 Darul Arqom Majalengka Perdagangan
14 Darul Falah Bantarujeg Bercocok tanam/pertanian
15 Hidayatul Mubtadiin Kasokandel Peternakan
16 Miftahul Huda Jatiwangi Perdagangan
17 Nurul Barokah Cikijing Bercocok tanam/pertanian
18 Nurul Fajri Palasah Konveksi
19 Nurul Falah Lemahsugih Bercocok tanam/pertanian
20 Al-Amin Maja Bercocok tanam/pertanian
21 Al-mizan jatiwangi Perdagangan
22 Al-Munawwar Lemahsugih Bercocok tanam/pertanian
23 Arridwan Malausma Peternakan
24 Asasul Huda Kasokandel Parfum
25 Sabilul Mardiyah Sindangwangi Pengolahan hasil tani
26 Assyafi’iyah Jatiwangi Perdagangan
27 Bani Sulaiman Al-Anwariyah Panyingkiran Kerajinan tangan
28 Miftahul Huda Jatiwangi Perikanan
29 Sirojul Athfal Jatitujuh Pertanian
30 Al-Ittihad Sumberjaya Peternakan
31 Darul Ma’arif Talaga peternakan
59

Sumber : (https://www.jabarprov.go.id)

4.1.2 profil pondok pesantren


a. Pondok Pesantren Sabilul Mardiyyah
Pondok pesantren Sabilul Mardiyyah tepatnya terletak di Jl.
Rajagaluh Kramat km 3 kampung Pondok Sapi Desa/ kecamatan
Sindangwangi Kabupaten Majalengka Jawa Barat 45474 no Telp (0233)
8890614. setidaknya sejak 1984 mengabdikan diri terhadap masyarakat
dalam bidang keagamaan sehingga turut serta menciptakan situasi
masyarakat yang agamis rukun dalam berbangsa dan bernegara. hingga
saat ini pondok sabilul mardiyyah terus mengembangkan potensi sumber
daya manusia melalui kegiatan-kegiatan lembaga pendidikan keagamaan
yang berada dibawah naungan pondok pesantren sabilul mardiyyah
diantaranya :
 DTA Sabilul Mardiyyah
 majelis ta'lim selsaan sabilul mardiyyah
 MTS sabilul mardiyyah
 SaKal ( santri Kalong ) sabilul mardiyyah
 PSAA sabilul mardiyyah
 IMSA (ikatan Mutahorijin sabilul mardiyyah)
 MTQ (madrasah Tahfldzul qur'an sabilul mardiyyah

Pesantren Sabilul Mardiyyah pun semakin berkembang pada 2009


pesantren membuka pendidikan formal tingkat tsanawiyah yang disusul
tingkat aliyah pada 2017. Menariknya lagi, pesantren Sabilul Mardiyah tak
hanya membekali santri dengan segudang keilmuan agama. Tapi, santri-
santri Sabilul Mardiyah juga dilatih mempunyai kemampuan berwirausaha
60

melalui Badan Usaha Milik Pesantren (BUMP) bernama Sabilul Food.


BUMP ini pun sukses menghasilkan beberapa produk makanan dengan
bahan dasar durian yang kini tengah laris di pasaran yaitu keripik pangsit
biji durian, Brownies durian dan es serut durian. Usaha inipun dikelola
oleh santri putra dari mulai belanja bahan baku, produksi hingga
pemasaran dan rencananya akan ada penambahan jenis produk yakni
produksi roti durian yang mengelolanya adalah santri putri.

b. Pondok Pesantren Daar Altarbiyah

Pondok Pesantren Daar Altarbiyah yang berlokasi di Jl. Yudapati


Blok Kliwon RT/RW 02/05 No. 33/34 Desa Rajagaluh Majalengka, Kode
Pos 45472, didirikan pada 12 Mei 1988 oleh KH. Harun Bajuri.
Pengajaran di Pondok Pesantren ini menggunakan metode pengajaran
Salafiyah dengan program unggulan BTQ, Aqidah Akhlak dan Fiqih.
keberadaan pondok pesantren Daar Altarbiyah sentral kegiatan keagamaan
islam di tengah-tengah kehausan masyarakat sekitar dalam mendekatkan
diri atau meningkatkan kadar ketakwaan masyarakat sekitar. ini disadari
dengan semakin tingginya dukungan/ partisipasi masyarakat terhadap
semua macam kegiatan yang ada dalam lingkup pondok pesantren Daar
Altarbiyah yang selalu berpijak kepada patokan-patokan yang telah di
tegaskan oleh ulama salafusolihin dalam membentuk wajah islam yang
rohmatal lilalamin. Pondok pesantren Daar Altarbiyah menyelenggarakan
pendidikan,

 Taman kanak-kanak alqur’an


 Taman pendidikan alqur’an
 Diniyah takmiliyah awaliyah
 Majelis taklim
61

Pondok pesantren Daar Altarbiyah mempunyai unit usaha berupa


budidaya anggur brazil yang berdiri pada Tahun 2016, tepatnya tanggal 20
maret 2016. Kebun ini beralamat di Blok senin Rt 01 Rw 02, Desa Teja,
Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka. Unit usaha inipun dikelola
oleh para santri dan alumni, sesuai dengan visi dari pondok pesantren Daar
Altarbiyah adalah terwujudmya santri yang religius, mandiri dan memiliki
jiwa usaha sehingga mampu bersaing di era global.

c. Pondok Pesantren Asasul Huda


Pondok pesantren Asasul Huda berdiri pada tahun 1989 sebagai
pengembangan dari lembaga pondok pesantren yang sebenarnya telah berdiri dari
300 tahun lalu, peninggalan dari simbah yai Ashrofuddin, mbah yai Imroni dan
mbah yai Anwar. Kurikulum yang diterapkan adalah qur’an dan kitab. Sekarang
ini, pondok pesantren Asasul Huda yang dipimpin oleh KH. Tarmidzi telah
memiliki lima lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan yayasan pondok
pesantren, diantaranya :
 Madrasah kitab
 Madrasah qur’an
 Madrasah ibtidaiyah tahfidzul qur’an
 Madrasah tsanawiyah pesantren asasul huda
 English Arabic khos

Kegiatan santri sehari-hari tidak lain mempelajari kurikulum yang


telah ditetapkan dan diterapkan di pondok pesantren Asasul Huda. Selain
kegiatan mempelajari kitab dan alqur’an santri juga dibina dalam
menyiapkan mental ketika sudah terjun ke masyarakat, salah satunya
dengan belajar wirausaha. Wirausaha parfum yang digeluti sekarang
melibatkan santri, alumni dan masyarakat guna menunjang kehidupan para
alumni dan pembelajaran berwirausaha bagi para santri. Usaha yang diberi
brand Nayla parfum ini telah berjalan selama 6 tahun dan untuk
pemasarannya sendiri telah menyebar ke berbagai Kota di Jawa barat
62

yakni Cirebon, Indramayu, Subang, bandung serta Karawang dan sudah


memiliki kerja sama dengan 1.800 toko dan supermarket.

4.2 Peran Pondok Pesantren Dalam Pemberdayaan Santri

Pemberdayaan merupakan terjemahan dari empowerment, sedang


memberdayakan adalah terjemahan dari empower. Menurut merriam
Webster dan Oxford English Dictionary, kata empower mengandung dua
pengertian, yaitu: (1) to give power atau authority to atau memberi
kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak
lain; (2) to give ability to atau enable atau usaha untuk memberi
kemampuan atau keperdayaan (Hutomo, 2000).

Dinamika kehidupan pondok pesantren nyaris berdenyut tanpa henti,


Karena sifat pendidikannya adalah 24 jam kecuali pada saat tidur malam.
Kegiatan di pondok pesantren tak lepas dari mengaji, beribadah, piket bersih-
bersih, hingga kegiatan ektrakulikuler pondok pesantren. Dalam hal ini peneliti
menemukan bahwa kegiatan maupun aktifitas santri bukan hanya sekedar mengaji
tetapi santri juga dilibatkan dalam kegiatan ekonomi di pondok pesantren. Hal ini
selaras dengan pertanyaan dari Kepala yayasan pondok pesantren Sabilul
Mardiyyah yang mengatakan :
“kegiatan santri di pondok bukan hanya dibekali dengan ilmu mengaji
tetapi dengan wirausaha juga. Jadi pagi bangun tahajjud, sholat subuh, mengaji
lalu jam 07.00 sampai dengan 13.30 sekolah formal, ishoma, terus siangnya
14.00 sampai pukul 16.00 produksi produk, sorenya dari jam 16.00 sampai 20.00
ishoma lalu mengaji dan malam harinya packing”.

Begitu juga di pondok pesantren Daar Altarbiyah kegiatan santrinya


mencakup ikut budidaya anggur brazil, wakil Kepala yayasan pondok pesantren
Daar Altarbiyah mengatakan bahwa :
“jadi kegiatan santri dari pagi bangun, mengaji, sekolah formal lalu
sorenya membantu budidaya, kalau dulu memang setiap hari santri ikut
dilibatkan karena memang pesanan sedang banyak, tapi sekarang paling hari
sabtu minggu untuk packing. Alhamdulillahnya santri jadi punya ilmu
berwirausaha juga ada tambahan untuk jajan”.
63

Kegiatan santri di pondok pesantren Asasul Huda juga tidak jauh berbeda
dari kegiatan santri di pondok pesantren Sabilul Mardiyah dan Daar Altarbiyah
yakni selain mengaji dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pondok
pesantren namun juga santri dibekali dan dibina berwirausaha dalam menyiapkan
mental ketika sudah terjun ke masyarakat. Wakil kepala yayasan Asasul Huda
mengatakan bahwa :
“kegiatan santri mengaji dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh
pondok pesantren yaitu qur’an dan kitab namun juga santri dibekali dan dibina
berwirausaha dalam menyiapkan mental ketika sudah terjun ke masyarakat yaitu
dengan ikut dilibatkan dalam produksi parfum, setelah siang mengaji biasanya
sore meracik parfum atau malam dan hari-hari libur sekolah”

dapat disimpulkan bahwa kegiatan maupun aktifitas santri di pondok


pesantren selain dari sekolah formal dan mengaji, santri juga ikut dilibatkan dalam
kegiatan berwirausaha unit usaha pondok pesantren dengan harapan agar santri
tidak hanya mumpuni dalam bidang agama tetapi mumpuni dalam bidang
ekonomi. Dalam hal ini juga peneliti menganalisis bagaimana peran pondok
pesantren di Kabupaten Majalengka dalam pemberdayaan santri. Berdasarkan
hasil wawancara peran pondok pesantren dalam pemberdayaan sangatlah
dibutuhkan sejalan dengan berbagai macam tantangan global yang harus dihadapi
dalam bidang ekonomi. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menghasilkan
sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, dan religius sebagai kunci utama bagi
permasalahan tersebut

Pondok pesantren Sabilul Mardiyyah mempunyai program untuk


mendidik santri menjadi wirausaha. Saat ini pondok pesantren tersebut
mempunyai unit usaha yang bergerak di bidang pengolahan hasil tani yaitu
buah durian dan yang mengelolanya adalah para santri . Hal ini selaras
dengan pernyataan bapak Abdul Ajid selaku ketua pengurus unit usaha
pontren Sabilul Mardiyah yang mengatakan bahwa :

“Di pondok Sabilul Mardiyah santri tak hanya dibekali dengan segudang ilmu
agama, tapi santri-santri juga dilatih mempunyai kemampuan berwirausaha, jadi
ada yang dilibatkan di bidang produksi, pemasaran dan belanja untuk bahan
64

produksi, sesuai dengan keahlian/minatnya masing-masing. Masyarakat


setempatpun mendukung adanya unit usaha di pondok”
Begitu juga pondok pesantren Daar Altarbiyah melibatkan para santrinya untuk
ikut belajar berwirausaha dalam mengelola budidaya anggur brazil. Bapak Deden
selaku ketua pengurus unit usaha pontren Daar Altarbiyah mengatakan bahwa :

“Sekarang yang dibutuhkan masyarakat itu santri bukan hanya biasa


tahlil dan hadhoroh atau bisa ngaji saja tetapi harapannya ketika sudah
lulus bisa mandiri dan bisa membuka lapangan pekerjaaan. Maka pondok
Daar Altarbiyah membekali santri bagaimana berwirausaha. Harapannya
agar santri punya penghasilan dan harapan besarnya bisa mebuka
lowongan pekerjaan”
Pondok pesantren asasul Huda yang memiliki unit usaha parfum inipun
melibatkan santri, alumni dan masyarakat sekitar dalam mengelola usaha tersebut.
Bapak Jojo selaku Ketua pengurus unit usaha pontren Asasul Huda mengatakan
bahwa :

“Kalau di pondok pesantren Asasul Huda hanya sebagian santri yang dilibatkan
dalam kegiatan produksi dan sales parfum, karena kebanyakan masih dibawah
umur jadi yang mengelola kebanyakannya alumni dan masyarakat setempat jadi
saling berbagi simbiosis mutualisme lah”
Jadi, dapat disimpulkan peran pondok pesantren di Kabupaten
Majalengka dalam pemberdaayaan khususnya santri cukup signifikan,
karena berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan dari
adanya pondok pesantren yang memiliki unit usaha adalah sebagai upaya
dari pemberdayaan santri khususnya agar santri belajar berwirausaha
sehingga mampu bersaing di era global.
Pengertrian Kewirausahaan secara umum adalah perilaku dan
kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang bisa bermanfaat
dan memiliki nilai jual. Seseorang yang memiliki semangat, sikap perilaku
dan kemampuan kewirausahaan disebut dengan wirausaha (Rumus, 2019).
4.3 Faktor Pendukung Dan Penghambat Pondok Pesantren Dalam
Pengembangan Usaha Berbasis Pondok Pesantren

Berdasarkan hasil wawancara, pondok pesantren di Kabupaten


Majalengka yang melakukan transformasi dengan memasukkan fungsi
65

sosial ekonomi ke dalam program kegiatan pondok pesantren cukup


banyak namun dalam berwirausaha pasti selalu saja terdapat rintangan,
hambatan dan kendala yang menghadang. Sebagian besar pondok
pesantren belum mampu mandiri secara ekonomi untuk membiayai
kebutuhan operasional maupun pengembangan sarana dan prasarana
pesantren serta kurangnya manajemen sumber daya manusia.

Ketua pengurus unit usaha pondok pesantren Sabilul Mardiyyah mengatakan :

“Faktor Penghambatnya dari intern yaitu sumber daya manusia, SDM kita
membutuhkan pengetahuan, wawasan tentang entrepreneurship, semuanya kita
otodidak, saat ini juga kita belum punya manajemen SDM yang bagus dan
kurangnya permodalan, untuk pendukungnya SDM banyak, masyarakat juga
mendukung kemudian untuk bahan baku juga banyak meskipun bukan musimnya
tetapi para petani durian sudah menjalin kerjasama dengan petani di seluruh
Indonesia”.
Hal ini juga selaras dengan pernyataan dari ketua unit usaha budidaya anggur
brazil pondok pesantren Daar Altarbiyah yang mengatakan bahwa :

“Sementara ini faktor penghambatnya belum mampu memenuhi permintaan


pasar, karena kami perlu memperluas lahan dan menanam yang besar namun
untuk perluasan lahannya kan butuh biaya, kita terkendala disini di biayanya dan
manajemennya juga kurang bagus, kalau untuk faktor pendukungya bibit tanaman
yang berkualitas, tempat strategis untuk penanaman dan juga bisa sekalian
wisata dan edukasinya begitu juga SDM kita banyak”.
Begitu pula dengan pernyataan dari ketua unit usaha pondok pesantren Asasul
Huda mengatakan bahwa :

“Ya menghambatnya atau kendalanya di usaha parfum ini disaat karyawan sakit,
kedua disaat PT yang menyuply tidak mensinkronkan dengan kemauan kita jadi
disaat kita membutuhkan produk ini disananya ada halangan, ya intinya kita
belum bisa memanajemen yang baik itu seperti apa, yang bagus itu seperti apa
agar produksinya bisa maksimal, sedangkan faktor pendukungnya masyarakat
setempat yang mendukung karena mereka merasa terbantu dar segi ekonom dan
umumnya wanita untuk bagian produksi. Lalu dengan para produsen minyak
wangi juga kita saling support malah di Majalengka ada komunitas produsen
minyak wangi yang dimana setiap berapa bulan sekali ada pertemuan, sharing
saling bantu bukan saling sikut”.
66

Dapat disimpulkan secara keseluruhan faktor penghambat pondok


pesantren di Kabupaten Majalengka dalam pengembangan usahanya
adalah minimnya biaya serta manajemen sumber daya manusia yang
kurang efektif karena minimnya sumber daya manusia yang profesional
dan kompeten di bidangnya. Sedangkan untuk faktor pendukung sendiri
adalah sumber daya manusia yang banyak, bahan baku/bibit yang
berkualitas mudah didapat serta masyarakat setempat yang mendukung
adanya unit usaha tersebut.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa Manajemen sumber daya


manusia adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan
peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara
efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga
tercapai tujuan bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi
maksimal (https://id.m.wikipedia.org).

4.4 Strategi Pondok Pesantren Dalam Pengembangan Usaha

Pengembangan suatu usaha adalah tanggung jawab dari setiap


pengusaha atau wirausaha yang membutuhkan pandangan kedepan,
motivasi dan kreativitas (Anoraga, 2007). Jika hal ini dapat dilakukan oleh
setiap wirausaha, maka besarlah harapan untuk dapat menjadikan usaha
yang semula kecil menjadi skala menengah bahkan menjadi sebuah usaha
besar. berdasarkan hasil observasi dan wawancara diperoleh informasi
bahwa pondok pesantren Sabilul Mardiyah untuk pengembangan usahanya
yaitu lebih berinovasi dengan produk yang ada dan juga memanfaatkan
media sosial sebagai ajang promosi. Hal ini selaras dengan pernyataan dari
ketua unit usaha pondok pesantren tersebut yang mengatakan :

“menurut saya, untuk saat ini strategi yang dilakukan adalah dengan melihat
permintaan dulu. Misal ini pangsit masih bagus nih, kita jangan sampai
menciptakan produk lain, tetapi ketika pangsit mulai kurang diminati maka disini
baru menciptakan produk lagi atau berinovasi produk lama jadi baru. Selain itu
juga untuk pemasarannya kita menggunakan media sosial”
67

Begitu juga strategi yang dilakukan oleh pondok pesantren Daar Altarbiyah
adalah lebih memanfaatkan media sosial untuk pemasarannya. Ketua unit usaha
pondok pesantren Daar Altarbiyah mengatakan :
“strateginya kita lebih memanfaatkan media sosial untuk pemasarannya
facebook, youtube, instagram boleh dicek, lalu saat pengunjung berkunjung pun
kita promosikan juga”

Sedangkan pondok pesantren Asasul Huda, strategi yang dilakukan untuk


pengembangan usahanya adalah dengan terus mempertahankan dan senantiasa
memperbaiki kualitas produk. Selain itu juga denga terus bershodaqoh merupakan
strategi pengembangan usaha agar semakin berkah. Ketua usaha parfum, Bapak
Jojo mengungkapkan :
“strateginya mempertahankan setidaknya agar tidak mundur, kita harus
mencintai produknya walaupun ada konsumen yang menilai produk kita jelek kita
harus menerimanya, harus benar-benar mencintai produknya. Jadi yang harus
dilakukan adalah yang ada diperbaiki bukan yang ada diganti. Selain itu juga
harus shodaqoh, omzet yang kita terima shodaqohkan sebagian kepada hal-hal
yang membutuhkan agar barokah”

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pondok pesantren di Kabupaten


Majalengka dalam pengembangan usahanya cenderung lebih memanfaatkan
media sosial sebagai salah satu promosi produknya, berinovasi terhadap produk
baru atau mempertahankan produk merupakan salah satu cara agar usaha mereka
berkembang.

Analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities, Treaths)

Analisis ini diambil dari kajian literature, wawancara kepada key person
serta pengamatan penulis, selama meneliti pondok pesantren yang memiliki
kegiatan usaha di Kabupaten Majalengka atau sampel ahli yaitu :

1. Bapak Abdul Ajid selaku Ketua unit usaha Sabilul Food Ponpes Sabilul
Mardiyyah

2. Bapak Deden Purbaya selaku ketua unit usaha budidaya anggur brazil Ponpes
Daar Altarbiyah
68

3. Bapak Jojo Johari selaku ketua unit usaha Nayla Parfum Ponpes Asasul Huda.

a. Deskripsi SWOT pada Kondisi Lapangan

1. Strenght

a) Kekompakan internal lembaga yang mempunyai cita-cita dan tekad


yang sama menjadikan visi dan misi yang kuat dalam
mengembangkan pondok pesantren termasuk dalam hal kegiatan
ekonominya.
b) Produk yang unik menjadikan produk olahan pesantren sebagai
kekuatan dalam unit usaha pondok pesantren. Seperti halnya olahan
keripik pangsit biji durian, anggur brazil juga parfum dengan jenis
varian wangi yang kekinian menjadikan produk-produk unit usaha
pondok pesantren tersebut mempunyai kekhasan tersendiri disbanding
produk lainnya.
c) Produk unit pondok pesantren diolah dari bahan baku yang berkualitas
yang mudah didapat karena tempat yang strategis dan menjalin
kerjasama dengan penyupply bahan baku.
d) Tempat yang strategis menjadikan unit usaha tersebut dapat dijangkau
dengan mudah seperti halnya pondok pesantren Sabilul Mardiyyah
yang berlokasi di Desa Sindangwangi yang dalamnya terdapat
berbagai spot wisata yang menarik, begitupun unit usaha pondok
pesantren asasul Huda yang berlokasi di Desa Teja rajagaluh
berdekatan dengan wisata yang berhawa sejuk menjadikannya laak
untuk dikunjungi.
e) Lahan luas menjadikan unit usaha pondok pesantren layak untuk
dikembangkan.

2. Weakness

a) Rendahnya kemampuan sumber daya manusia merupakan salah satu


faktor kelemahan dalam pengembangan usaha berbasis pondok
69

pesantren, dikarenakan rata-rata latar belakang pendidikan pengurus


unit usaha yang rendah.
b) Pengelolaan yang belum optimal dari segi produksi maupun
pemasaran menjadikan terhambatnya pondok pesantren dalam
mengembangkan unit usahanya.
c) Minimnya dana menjadikan hambatan tersendiri bagi pondok
pesantren dalam memperluas dan mengembangkan unit usaha
tersebut .
d) Belum mampu memenuhi permintaan pasar dalam skala besar
dikarenakan dari teknologi yang belum memadai dan pengelolaan
yang belum optimal.
e) Sarana dan prasarana belum lengkap.

3.Opportunity
a) Tren halal pada saat ini menjadikannya sebuah peluang yang
menguntungkan dalam menjalankan usaha berbasis pondok pesantren.
Dikarenakan produk yang diolah dari bahan baku yang berkualitas dan
dalam pengolahannya pihak pondok pesantren sudah memahami
kaidah-kaidah islam dalam pengolaahan dan pengelolaan yang
berbasis syariah.
b) Masyarakat sekitar pesantren yang mendukung penuh akan adanya
unit usaha pondok pesantren tersebut, Karena dalam hal ini
masyarakat pun terbantu dari segi ekonomi kegiatan tersebut.
c) Prosentase jumlah santri/siswa meningkat
d) Budaya masyarakat yang konsumtif.
e) Program pemerintah.
4.Threat
a) Tingkat persaingan yang ketat, produk yang ditiru dan munculnya
beragam produk baru yang dapat menyaingi produk unit usaha pondok
pesantren tersebut.
70

b) Harga bahan baku yang kerap kali mengalami kenaikan menjadikan


hambatan tersendiri kedepannya dalam menjalankan usaha tersebut.
c) Apabila pengelolaan belum bisa dioptimalkan dengan baik maka
kefokusan santri dalam belajar akan menurun karena mereka lebih
nyaman dalam menjalankan kegiatan usaha.
d) Belum adanya investor.
e) Sulit memperoleh pinjaman dari perbankan.

Dibawah ini merupakan matriks IFAS DAN EFAS SWOT pondok pesantren yang
peneliti teliti :

1. Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation/IFE)

Faktor Internal Rating Bobot Nilai


(1) (2) (3) Tertimbang
(2x3)
Kekuatan (Strenghs)
Kekompakan internal 1
lembaga 0.12 0.12
Produk unik 1 0.11 0.11
Bahan baku berkualitas 1
mudah didapat 0.12 0.12
Tempat strategis 1 0.11 0.11
lahan luas 1 0.12 0.12
Kelemahan (weakness)
Rendahnya kemampuan 3
SDM 0.09 0.27
Pengelolaan belum optimal 3 0.09 0.27
Minimnya dana 3 0.08 0.24
Belum mampu memenuhi 3
permintaan pasar 0.09 0.27
Sarana dan prasarana 3
belum lengkap 0.08 0.24
Total 1.87

2. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Eksternal Factor Evaluation/EFE)

Faktor Eksternal Rating Bobot Nilai


(1) (2) (3) Tertimbang
(2x3)
71

Peluang (Opportunities)
Program pemerintah 4 0.11 0.44
Budaya masyarakat konsumtif 4 0.11 0.44
Trend produk halal 4 0.11 0.44
Masyarakat mendukung penuh 4 0.11 0.44
Prosentase jumlah santri meningkat 4 0.11 0.44
Tantangan (Threats)
Banyaknya pesaing yang akan 4
meniru dan inovasi dengan usaha
yang baru 0.11 0.44
Harga bahaan baku naik 4 0.11 0.44
Menurunnya fokus santri dalam 4
belajar 0.11 0.44
belum adanya investor 3 0.08 0.24
Sulit memperoleh pinjaman dari 3
perbankan 0.08 0.24
Total 4

Dibawah ini merupakan diagram cartesius kuadran SWOT strategi pengembangan


usaha berbasis pondok pesantren di Kabupaten Majalengka :

Kuadran II
Kuadran I
(-, +)

0.4

W S
-0.71

Kuadran IV Kuadran III


72

Gambar 4.2 Diagram Cartesius Kuadran SWOT Strategi Pengembangan


Usaha Berbasis Pondok Pesantren

Berdasarkan gambar kuadran diatas menunjukkan bahwa posisi


pengembangan usaha berbasis pondok pesantren di Kabupaten Majalengka
menunjukkan di Kuadran II, pertemuan antara nilai dari fakor weakness
dan opportunity ini pada posisi dimana suatu objek dalam keadaan harus
adanya perubahan strategi. Artinya pondok pesantren di Kabupaten
Majalengka dalam penelitian ini disarankan untuk mengubah strategi
sebelumnya. Maka dari itu peneliti juga menggunakan Matriks SWOT
untuk pencocokan. Dengan menggunakan langkah-langkah penyusunan
matriks SWOT, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka diperoleh
kombinasi strategi yaitu Strategi SO, Strategi WO, Strategi ST, dan
Strategi WT. Seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Matriks SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threats)

Kekuatan (Strenght) Kelemahan (weakness)


IFAS 1. Kekompakan internal 1. Rendahnya
lembaga kemampuan
2. Produk unik SDM
3. Bahan baku 2. Pengelolaan
berkualitas mudah belum optimal
didapat 3. Minimnya dana
4. Tempat strategis 4. Belum mampu
EFAS 5. Lahan luas memenuhi
permintaan pasar
5. Saran dan sarana
73

belum lengkap
Peluang STRATEGI SO STRATEGI WO
(Opportunity) 1. Adanya edukasi
1. Bahan baku 1. Meningkatkan maupun
mudah didapat kualitas pelayanan pendampingan
2. Prosentase SDM SDM
santri/siswa 2. Inovasi produk 2. Meningkatkan
meningkat 3. Memperluas jaringan kualitas
3. Trend produk distribusi pelayanan SDM
halal 4. Melakukan promosi 3. Adanya
4. Masyarakat yang menarik pelatihan/edukas
mendukung 5. Memperbaiki fasilitas i
penuh yang ada terkait
5. Program pengelolaan
pemerintah 4. Menjaring
kerjasama
dengan
stakeholder
terkait
Tantangan (Threats) STRATEGI ST STRATEGI WT
1. Banyaknya
pesaing 1. Senantiasa 1. Kerjasama
yang akan melakukan dengan
meniru evaluasi lembaga/instansi
dan 2. Pendampingan terkait
inovasi bagi santri 2. Adanya
dengan 3. Melakukan pomosi pendampingan
usaha yang yang menarik baik bagi santri
baru online maupun maupun
2. Harga offline pengurus
bahan 4. Mengupayakan 3. Melakukan
baku naik
agar setiap produk inovasi produk
3. Belum
dapat diproduksi
adanya
dengan seefisien
investor
4. Sulit mungkin
memperole
h pinjaman
dari
perbankan
5. Menurunn
ya fokus
santri
dalam
belajar
74

Berdasarkan matriks SWOT maka kombinasi strateginya adalah


weakness dan opportunity. Strategi ini diterapkan berdasarkan
pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan
yang ada dikarenakan strategi lama sulit mendapatkan peluang yang ada
sekaligus memperbaiki kinerja suatu objek.
Selain itu juga peneliti mencoba menerapkan beberapa gagasan strategi
pengembangan usaha berbasis pondok pesantren berdasarkan literatur yang
peneliti temui, yaitu :
Pondok pesantren Sabilul Mardiyyah, pondok pesantren Daar
Altarbiyah dan pondok pesantren Asasul Huda strategi yang cocok untuk
diterapkan dalam manajemen pengembangan usahanya adalah jenis
strategi pengembangan produk. Berdasarakan hasil observasi dan
wawancara, peneliti mengamati langsung bahwa usaha pengolahan buah
durian sangat cocok dikembangkan karena melihat potensi Desa
Sindangwangi merupakan sentra buah durian di kabupaten Majalengka
dan memiliki beragam wisata yang menarik. Dan untuk budidaya anggur
brazil sangat cocok dikembangakan karena melihat potensi alam di daerah
rajagaluh yang berhawa sejuk sehingga sangat memadai untuk budidaya
anggur brazil tersebut, serta anggur brazil dan buah durian kayak akan
manfaat . Begitu juga pondok pesantren Asasul Huda dengan Jenis usaha
parfum kian hari semakin beragam jenisnya dari berbagai macam
merk/brand maka dari itu agar tidak kalah saing maka perlu adanya
perbaikan produk/inovasi terhadap parfum yang diproduksi oleh pondok
pesantren tersebut. Penekanan dari pelaksanaan strategi pengembangan
produk adalah untuk meningkatkan daya tarik produk, dan sekaligus
menjaga citra dari merek dan reputasi perusahaan, serta memberikan
pengalaman positif bagi pelanggan.
Pengembangan produk adalah mengupayakan peningkatan penjualan
melalui perbaikan produk atau jasa saat ini atau pengembangan produk atau jasa.
Pengembangan produk biasanya membutuhkan pengeluaran yang besar untuk
75

penelitian dan pengembangan. Strategi pengembangan produk ini dipilih untuk


dijalankan oleh suatu perusahaan dalam rangka memodifikasi produk yang ada
sekarang atau penciptaan produk baru yang masih terkait dengan produk yang
sekarang. Dengan demikian produk baru atau yang dimodifikasi tersebut, dapat
dipasarkan kepada pelanggan yang ada sekarang melalui saluran pemasaran yang
ada. Gagasan strategi ini dipilih untuk dijalankan dengan tujuan untuk dapat
memberikan kepuasan kepada pelanggan. Di samping itu sekaligus melakukan
pengembangan produk, bagi upaya mendalami pengaruh dari siklus yang dikenal
sebagai product life style. Penekanan dari pelaksanaan strategi pengembangan
produk adalah untuk meningkatkan daya tarik produk, dan sekaligus menjaga
citra dari merek dan reputasi perusahaan, serta memberikan pengalaman positif
bagi pelanggan (Jannah, 2017).
Tahapan pengembangan produk adalah sebagai berikut :
1. Idea Generation (Pemunculan Gagasan)
2. Idea Screening (Penyaringan Gagasan)
3. Concept Development and Testing (Pengembangan dan Pengujian
Konsep)
4. Marketing Strategy Development (Pengembangan Strategi Pemasaran)
5. Business Analysis (Analisis Bisnis)
6. Product Development (Pengembangan Produk)
7. Test Marketing (Pengujian Pasar)
8. Commercialization (Komersialisasi)

4.5 Skema Pengembangan Usaha

Dibawah ini merupakan skema yang penulis gambarkan untuk


pengembangan usaha pondok pesantren berdasarkan hasil wawancara
kepada key person serta pengamatan penulis selama meneliti yang
mengacu pada faktor pendukung dan penghambat serta harapan dari
76

sampel ahli akan usaha berbasis Pondok pesantren di Kabupaten


Majalengka, yaitu :
1. Unit usaha Sabilul Food Ponpes Sabilul Mardiyyah

Sabilul Food

pemer
Edukasi/pelatihan,
intah SDM yang kompeten
workshop

Stake
Marketing offline & online Peningkatan manajemen
holder
administrasi
masya petan
rakat i
Teknologi yang memadai Efesiensi produksi

Bahan baku berkualitas

Sentra oleh-oleh

Pemberdayaan Santri,
masyarakat
Ponpes mandiri

Gambar 4.3
Skema Pengembangan Usaha Ponpes Sabilul Mardiyyah

Keterangan :

1) Pondok pesantren Sabilul Mardiyyah perlu menjalin kerja sama lebih luas
dengan pemerintah/lembaga terkait dalam hal edukasi, pendampingan,
memaksimalkan marketing, bahkan teknologi agar dalam pengelolaan
77

unit usahanya akan diperoleh sumberdaya manusia yang berkualitas dan


pengelolaan yang lebih optimal.
2) Begitu juga pondok pesantren Sabilul Mardiyyah harus bekerja sama
dengan petani maupun masyarakat setempat dalam pengembangan
usahanya agar bahan baku yang berkualitas mudah untuk diperoleh.
3) Maka output yang diperoleh dari kerja sama dengan pihak-pihak tersebut
berdasarkan harapan jangka pendek pondok pesantren Sabilul Mardiyyah
dengan melihat potensi di Kecamatan sindangwangi yang sangat besar
adalah membuka sebuah sentra oleh-oleh khas Sabilul Food maupun khas
majalengka sendiri. Maka santri maupun masyarakat dapat terberdayakan
dari adanya unit usaha pondok pesantren tersebut. Dan harapan jangka
panjangnya adalah pondok pesantren Sabilul Mardiyyah menjadi pondok
pesantren yang mandiri.

2. Unit usaha Budidaya Anggur Brazil pondok pesantren Daar


Altarbiyah

Budidaya anggur Brazil

Perbaikan tanaman Kelembagaan


(rehabilitasi,peremaj Unit pengolahan
aan, intensifikasi)  Gapoktan petani
78

Keterangan :

1) Untuk pengembangannya Pondok pesantren Daar Altarbiyah perlu


menjalin kerjasama dengan beberapa pihak seperti, koperasi, gapoktan
maupun lembaga terkait agar dapat terbantu dari segi permodalan maupun
penyuluhan dalam pengelolaannya.
2) Dalam Budidaya tersebut perlu menerapkan beberapa strategi dalam
pengembangannya seperti, perluasan tanaman, perbaikan tanaman melalui
rehabilitasi, peremajaan, intensifikasi dan lain sebagainya.
3) Untuk menerapkan strategi tersebut perlu memilih bibit/benih tanaman
yang unggul, penggunaan pupuk kandang maupun pestisida yang unggul
serta perlu menerapkan sistem Good Agricultural Practices (GAP).
4) Maka output yang diperoleh berdasarkan harapan pondok pesantren Daar
Altarbiyah adalah mengolah hasil budidaya tersebut menjadi
makanan/minuman seperti sirup, dodol dan lain sebagainya. Dan harapan
jangka panjangnya adalah mampu menjadi pondok pesantren yang
mandiri.
79

3. Unit usaha Nayla Parfum pondok pesantren Asasul Huda

Nayla parfum

Lembaga Distribut
Supplayer or/agen
terkait

Pelatihan/edukasi Bahan produksi yang


SDM, Marketing, bermutu/ Kualitas
Admnistrasi unggul

Kepuasan konsumen

Ponpes mandiri
Pemberdayaan santri
dan masyarakat

Gambar 4.4
Skema Pengembangan Usaha Ponpes Asasul Huda

Keterangan :

1) Pondok pesantren asasul Huda perlu menjalin kerjasama lebih luas lagi
dengan lembaga terkait edukasi sumber daya manusia yang berkualitas
dalam hal manajemen, marketing maupun inovasi sebuah produk agar unit
usaha tersebut mampu bertahan dalam persaingan usaha yang semakin
ketat.
80

2) Begitu juga kerja sama dengan beberapa supplayer bahan produksi perlu
ditingkatkan lagi agar bahan baku yang berkualitas mudah untuk
didapatkan.
3) Perlu memperluas jaringan dengan pihak distributor/agen minyak wangi di
beberapa wilayah.
4) Apabila pembaharuan/inovasi produk dapat dilakukan dengan bahan baku
yang berkualitas maka output yang diharapkan unit usaha ini akan tercapai
yakni kepuasan konsumen tetap terjaga. Dan begitu juga dengan harapan
jangka panjangnya adalah pondok pesantren Asasul Huda mampu menjadi
pondok pesantren yang mandiri.
81

BAB V
PENUTUP

5.1 kesimpulan

1. Peran pondok pesantren di Kabupaten Majalengka dalam pemberdaayaan


khususnya santri cukup signifikan, karena berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa kegiatan maupun aktifitas santri di pondok pesantren
selain dari sekolah formal dan mengaji, santri juga ikut dilibatkan dalam
kegiatan berwirausaha unit usaha pondok pesantren.
2. Faktor-faktor penghambat pondok pesantren dalam mengembangkan
usahanya adalah minimnya biaya serta manajemen sumber daya manusia
yang kurang efektif karena minimnya sumber daya manusia yang
profesional dan kompeten di bidangnya. Sedangkan untuk faktor pendukung
sendiri adalah sumber daya manusia yang banyak, bahan baku/bibit yang
berkualitas mudah didapat serta masyarakat setempat yang mendukung
adanya unit usaha tersebut.
3. Berdasarkan analisis SWOT menunjukkan pengembangan usaha pondok
pesantren di Kabupaten Majalengka berada di Kuadran II yang artinya harus
ada perubahan strategi.
4. Deskripsi skema pengembangan usaha berbasis pondok pesantren di
Kabupaten Majalengka berdasarkan pada faktor penghambat dan faktor
pendukung pengembangan usaha, harapan pondok pesantren serta analisis
SWOT.
5.2 Saran

Berdasarkan hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa agar pondok


pesantren mampu mengembangkan usahanya maka peneliti menyarankan sebagai
berikut :

1. Agar bisa dikelola secara professional, Pondok Pesantren perlu melakukan


kerjasama dengan pihak lain, melakukan alih pengetahuan dari pihak lain,
82

dan melatih Sumber Daya Manusia yang dipersiapkan khusus dari kalangan
internal pesantren untuk mengelola unit bisnis
2. Sebagai langkah praktis, dua hal yang mesti diupayakan oleh setiap unit
bisnis pesantren, yaitu pembuatan sistem dan prosedur operasional yang
jelas dan pembukuan keuangan yang rapi. Dua hal ini akan menjadi pondasi
utama dari sebuah pengembangan sistem manajemen yang baik bagi
lembaga itu sendiri.
3. Peneliti menyarankan agar strategi pengembangan ini diimplementasikan
dan dievaluasi hasilnya oleh peneliti selanjutnya.
83

DAFTAR PUSTAKA

Ahyadi, M. (2001). Pesantren, Kiai, dan Tarekat: studi tentang Peran Kiai di
Pesantren dan Tarekat. Jakarta: Grasindo.
Ajid, S. (2009). majalah tajdid: Pondok Pesantren. Ciamis: Lembaga Penelitian
dan Pengembangan.
Amin Haidari, (2004). Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan
Tantangan Kompleksitas Global. Jakarta: IRD Press.
A. Halim, M. C.dalam M.Iqbal (2003). Manajemen Pesantren. Yogyakarta:
Pustaka Pesantren.
Antonio, M. S. (2001). Bank Syariah dari Teori Ke Praktek. Jakarta: Gema Insani.
Anggraeni, R. (2019, November 5). Angka Pengangguran di Indonesia Capai 7,05
Juta di Agustus 2019. SINDONEWS.COM. https://ekbis.sindonews.com/.
Arifin, M. Dalam Aris, R.A. (1991). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta:
Bumi Aksara.
As'ari, A. H. (2015, september 04). skripsi peran pondok pesantren dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dipetik maret 20, 20, dari
repository.syekhnurjati.ac.id.
Azizah, S. N. (2016, 12). Manajemen Unit Usaha Pesantren Berbasis Ekoproteksi
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Ihya Ulumuddin Kesugihan
Cilacap). Al-Tijary Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam.
Azra, A. (1997). Jaringan Ulama. Bandung: Mizan.
BULOG. (2018, September 15). Perum BULOG. Dipetik Juni 20, 2019, dari
BULOG Web Site: www.bulog.co.id
Chair, W. (2015). Manajemen Investasi di Bank Syariah. Iqtishadia: Jurnal
Ekonomi dan Perbankan Syariah, 848.
Ciputra dalam S Utami. (2008). Entrepreneurship Mengubah Masa Depan
Bangsa. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Dipetik 25 02, 2020, dari
https://eprints.walisongo.ac.id
David, f. R. (2020). manajemen stratejik. Dipetik 02 15, 2020, dari manajemem
strategik: htttps://www.academia.edu
Dhofier, Z. (1994). Studi Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES.
84

Efendi, N. (2016). Manajemen Perubahan di Pondok Pesantren. Yogyakarta:


Kalimedia.
Endang Soekirman. (2018). Gambaran Umum Majalengka. Dipetik 07 06, 2019,
dari https://majalengkawebs.wordpress.com.
Jannah, S. (2017). BAB II Pengembangan Usaha . Dipetik 02 12, 2020, daari
walisongo repository: http://eprints.walisongo.ac.id
Khusnuridlo, M. S. (2006). Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektif
Global. Yogyakarta: LaKsBang Pressindo.
Muhammad Anwar Fathoni, A. N. (2019). Peran pesantren dalam pemberdayaan
ekonomi umat di Indonesia . Conference on Islamic Management,
Accounting, and Economics (CIMAE) , 134-135. dipetik 20,01 2020
Muhammad ,I. F. Manajemen Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Pondok
Pesantren (Studi di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Bandung
Kebumen Jawa Tengah), Skripsi, Program Sarjana IAIN Purwokerto,
2016
Mursyid. (2011, agustus). jurnal dinamika pesantren dan dinamika ekonomi.
Dipetik maret 21, 2019, dari journal.uii.ac.id.
Nadzir, M. (2015, mei). membangun pemberdayaan ekonomi di pesantren.
Dipetik maret 20, 2019, dari journal.walisongo.ac.id.
Wikipedia. (2019, juni 23). Wikipedia Indonesia. Dipetik Februari 04, 2020, from
Wikipedia Web site: https://id.wikipedia.org
Zaini, M. (2014). Strategi pengembangan pondok pesantren melalui usaha kecil
masyarakat. Jurnal Kependidikan Islam. dari journal.walisongo.ac.id.
[BPS] Badan Pusat Statistik 2019. Majalengka Dalam Angka Tahun 2018.
BPS Kabupaten Majalengka
Bappeda.Jabarprov.go.id.Dipetik 10 02,2020
Disdukcapil.majalengkakab.go.id Dipetik Februari 02,2020

https://jabar.kemenag.go.id.2017 Dipetik maret 19, 2019


http://eprints.walisongo.ac.id Dipetik juni 21, 2019 20:53
https://www.academia.edu Dipetik juni 21, 2019 21:12
Rumus.co.id. (2019, 09 02). Dipetik 10 02, 2020, dari https://rumus.co.id.
(n.d.). Dipetik 10 02, 2020, dari https://id.m.wikipedia.org
85

https://www.nu.or.id Diakses Januari 08, 2020 14:12


https://www.pondokpesantrendaaraltarbiyah.wordpress.com Diakses Januari 08,
2020 14:20
https://www.schoolandcollegestings.com Diakses Januari 08, 2020 14:25
86

LAMPIRAN-LAMPIRAN
87

PANDUAN WAWANCARA

Nama :

Waktu :

1) Apa saja bentuk kegiatan di pondok pesantren ?


2) Apa yang melatar belakangi didirikannya unit usaha ini ?
3) Darimana modal awal usaha tersebut ?
4) Bagaimana pengelolaan/manajemen usaha selama ini ?
5) Apakah santri dilibatkan dalam kegiatan usaha tersebut ?
6) Apa saja yang menjadi kekuatan yang dimiliki usaha ini ?
7) Apa saja yang menjadi peluang dalam menjalankan usaha ini ?
8) Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat pondok
pesantren dalam pengembangan usaha ?
9) Bagaimana strategi pondok pesantren dalam melakukan
pengembangan usaha berbasis pondok pesantren ?
10) Apa harapan bapak/ibu kedepannya untuk pesantren dan kegiatan
usaha ini ?
88

REKAP HASIL WAWANCARA

Pondok Pesantren Sabilul Mardiyyah

1. Bentuk kegiatan di pondok pesantren Sabilul Mardiyyah :


 Pagi 07.00-13.30, sekolah formal, ishoma
 Siang 14.00-16.00, produksi produk
 Sore 16.00-20.00, mengaji & ishoma
 Malam, packing
2. Yang melatar belakangi didirikannya usaha ini adalah karena punya cita-
cita yang sama di kalangan asatidz khususnya agar pesantren bisa mandiri
secara ekonomi
3. Modal awal usaha dari kas pesantren dan dari sumbangan pihak internal
misalnya para asatidz
4. Pengelolaan saat ini sudah dibagi ke dalam beberapa manajemen dari
mulai produksi hingga pemasaran belum adanya sumber daya manusia
yang kompeten di bidangnya
5. Santri dilibatkan dalam kegiatan usaha ini dari mulai produksi, pemasaran
dan belanja untuk bahan produksi, sesuai dengan keahlian/minatnya
masing-masing. Mereka dilatih agar mempunyai kemampuan
berwirausaha. Untuk kriteria santri yang diperbolehkan mengikuti kegiatan
usaha ini adalah dari mulai kelas 1 Madrasah Aliyah.
6. Yang menjadi Kekuatannya adalah kekompakan dari internal lembaga,
mempunyai cita-citanya sama, harapannya sama, produknya beda dari
yang lain (unik), bahan baaku mudah di dapat.
7. Belum ada pesaing, kita masih dalam zona biru.
8. Yang menjadi Penghambat dalam pengembangan usaha adalah minimnya
sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya terutama dalam
pengelolaan keuangan. Maka dari itu dibutuhkan pengetahuan, wawasan
dan edukasi tentang entrepreneurship, serta minimnya modal/biaya.
Faktor Pendukungnya adalah bahan baku yang mudah didapat terlebih
Kecamatan Sindangwangi menjadi salah satu penghasil buah durian
terbesar di Kabupaten Majalengka juga Potensi wisata yang banyak
menjadi pendukung dalam menjalankan usaha ini.
9. Strategi yang dilakukan oleh pondok pesantren Sabilul Mardiyyah dalam
pengembangan usahanya adalah mempertahankan kualitas produk dan
berinovasi, memanfaatkan media sosial sebagai salah satu pemasarannya .
10. Harapan pesantren sabilul Mardiyyah kedepannya adalah ingin
membangun sentra oleh-oleh Sabilul Food dan menjadi pesantren yang
89

maju, mandiri dan bermanfat bagi sesama umumnya bagi masyarakat,


merambah lebih luas lagi (dari hulu ke hilir) serta lulusan santri yang
produktif secara spiritual dan produktif secara ekonomi.
90

Pondok Pesantren Daar Altarbiyah

1. Kegiatan santri Pondok Daar Altarbiyah adalah pagi sekolah, siang


mengaji (metode qur’ani) dan sore mengikuti kegiatan budidaya anggur
brazil.
2. Yang melatar belakangi didirikannya usaha ini adalah pesantren bisa
mandiri secara ekonomi, santri yang mandiri dan mempunyai skill dalam
berwirausaha.
3. Modal awal usaha adalah dari kas pesantren lalu bekerja sama dengan
pengelola dan pemilik tanah. Untuk bagi hasil sendiri adalah 30% untuk
pondok pesantren, 30% untuk pengelola dan 40% untuk yang
memasarkan.
4. Manajemen usaha saat ini sudah mulai berkembang.
5. Santri dilibatkan dalam kegiatan usaha ini agar mereka mandiri dan belajar
berwirausaha.
6. Yang menjadi kekuatan usaha budidaya anggur brazil adalah produk yang
unik kayak akan manfaat dan tempat yang memadai untuk budidaya
anggur brazil.
7. Yang menjadi peluang usaha ini adalah usaha yang menjanjikan dan
jarang adanya pesaing.
8. faktor penghambat dalam menjalankan usaha ini adalah terbatasnya lahan
untuk budidaya sehingga belum mampu memenuhi semua permintaan,
terbatasnya modal dan manajemen yang belum memadai.
9. Strategi pondok asasul huda dalam pengembangan usahanya adalah lebih
memanfaatkan media sosial untuk pemasaranya seperti facebook,
instagram dan youtube.
10. Harapan pondok pesantren Daar altarbiyah kedepannya adalah mampu
menambah permodalan pesantren, santri yang terberdayakan dan
masyarakat juga terbantu. Begitu juga haraapan kedepannya anggur brazil
ini ingin diolah menjadi makanan atau minuman seperti dodol, sirup dan
sebagainya agar mmapu dijangkau oleh semua kalangan.
91

Pondok pesantren Asasul Huda

1. Kegiatan Santri pondok pesantren Asasul Huda adalah mengaji dengan


kurikulum yang dietrapkan adalah qur’an dan kitab. Selain itu juga santri
dibina dalam menyiapkan mental ketika sudah terjun di masyarakat salah
satunya adalah kegiatan berwirausaha yaitu parfum.
2. Yang melatar belakangi didirikannya usaha ini dari segi agamanya adalah
sunnah untuk ibadah. Sedangkan dari segi sosial dan ekonominya adalah
santri, alumni dan masyarakat terberdayakan.
3. Modal awal didirikannya usaha ini adalah dari modal pribadi, alumni serta
dari perbankan.
4. Pengelolaan usaha saat ini sudah mulai adanya peningkatan.
5. Hanya sebagian santri yang dilibatkan dalam kegiatan usaha ini selebihnya
adalah para alumni dan masyarakat.
6. Yang menjadi kekuatan usaha ini adalah parfum yang berkualitas, unggul,
mementingkan kepuasan konsumen serta bahan produksi yang di impor
langsung dari luar negeri.
7. Peluang dalam menjalankan usaha ini adalah adanya kepedulian antar
sesama yang produksi parfum sehingga ada komunitas tersendiri,
memahami produk sehingga mampu bersaing dengan brand lain.
8. Yang menjadi penghambat dalam menjalankan usaha ini adalah sumber
daya yang kurang, sering terjadi ketidak sinkronan dengana penyupply dan
manajemen SDM yang beluum maksimal.
Faktor pendukungnya adalah sudah bekerja sama dengan beberapa PT
penyupply, sudah bekerja sama dengan supermarket dan masyarakat yang
mendukung penuh terhadap adanya usaha ini.
9. Strategi dalam pengembangan usaha ini adalah mempertahankan kualitas
produk serta bershodaqoh agar usaha semakin berkah.
10. Harapan kedepanya dalah agar pesantren lebih maju, alumni pesantren
dapat membuka lapangan pekerjaan bagi yang lain, bisa merambah ke
tingkat nasional.
92

STRUKTUR ORGANISASI UNIT USAHA SABILUL FOOD (SERDADU)

PONDOK PESANTREN SABILUL MARDIYYAH

Ketua Yayasan
Jaja Zainal M

Manajer
Abdul Aziz, S.Pd.i

Div. Gudang
Div. Keuangan Div. Pemasaran Div. Produksi Div. Desain Grafis
Produksi
Abdul Mufidz Musfiq A.H Maman Ali. R Asep Sonhaji, S.T
Zainal Arifin
93

STRUKTUR ORGANISASI UNIT USAHA BUDIDAYA ANGGUR BRAZIL

PONDOK PESANTREN DAAR ALTARBIYYAH

Ketua Yayasan
KH. Miftah Bajuri

Ketua Unit Usaha


Pembina
Deden Purbaya, M.
Pd H. Suharna

Sekretaris Bendahara Bag. Pemasaran Bag. Packing Bag. Edukasi


A. Fachrudin Andrina Krisna Adi S Zakaria Rian
94

STRUKTUR ORGANISASI UNIT USAHA NAYLA PARFUM

PONDOK PESANTREN ASASUL HUDA

Ketua Yayasan
KH. Tarmidzi

Manajer
Jojo Johari

Ketua Gudang Ketua Gudang Ketua Gudang


Sekretaris Bendahara
Cab. Mjl Cab. Subang Cab. Karawang
Iip Auonurofik Didi Tarsidi
Arief, Mahbub Husein Syamsul hadi
95

 Silaturrahim Dengan Pengurus Sabilul Mardiyyah

 Unit Usaha Pondok Sabilul Mardiyyah


96

 Tempat produksi unit usaha Sabilul Mardiyyah


97

 Silaturrahim dengan Pengurus Pondok Daar Altarbiyyah


98

 Potret lokasi budidaya Anggur Brazil


99

 Silaturrahim Dengan Pengurus Pondok Asasul Huda


100

 Outlet Unit usaha Nayla parfum di Surya Toserba


101

Anda mungkin juga menyukai