BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
pendidikan keagamaan tidak hanya salah satu jenis pendidikan, tetapi sudah
memiliki berbagai bentuknya seperti pendidikan diniyah, pesantren dan bentuk lain
yang sejenis. Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan dalam UU Sisdiknas
tersebut diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan pendidikan Keagamaan. Pendidikan keagamaan berfungsi
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
Sedangkan tujuan pendidikan keagamaan adalah terbentuknya peserta didik yang
memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu
agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif dan dinamis dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.
Hal ini juga disebutkan mengenai tiga fungsi pondok pesantren, tiga
fungsi pondok pesantren dimaksud: (1) sebagai lembaga pendidikan yang
mentransfer ilmu-ilmu agama dan nilai-nilai Islam, (2) sebagai lembaga keagamaan
yang melakukan kontrol sosial, dan (3) sebagai lembaga keagamaan yang melakukan
rekayasa sosial (Khusnuridlo, 2006). Melihat fungsi yang dimilikinya sebenarnya
pesantren dapat berperan sebagai lembaga perantara yang diharapkan dapat menjadi
dinamisator dan katalisator pemberdayaan sumberdaya daya manusia, penggerak
pembangunan di segala bidang, termasuk di bidang ekonomi (Haidari, 2004).
Dengan kekuatan yang dimilikinya, pesantren mempunyai potensi untuk
melakukan pemberdayaan umat terutama dalam bidang ekonomi. Karena melakukan
pemberdayaan ekonomi merupakan bentuk dakwah bil hal dan sekaligus
mengimplementasikan ilmu-ilmu yang dimilikinya secara kongkrit (aplikatif). Di
dalam Islam, ekonomi merupakan wasilah bukan maqashid, jadi ekonomi
merupakan salah satu cara untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal ini
tentunya sesuai dengan yang di ajarkan Islam bahwasanya harta dan kegiatan
ekonomi merupakan amanah dari Allah SWT sebagai pemiliki mutlak terhadap
segala sesuatu yang ada di muka bumi ini termasuk harta benda, pemilik hakiki
kekayaan (antonio, 2001).
Di Indonesia, masih dapat dihitung terkait pondok pesantren yang telah
maju dan mensejajarkan serta menyeiringkan langkahnya dengan kedua hal yang
sangat penting bagi perkembangan pesantren, yaitu: pendidikan dan penguasaan.
Khususnya, yang berbasis modern, memang masih dapat responsif terhadap
perubahan peradaban, melalui pengembangan sistem dan pola pendidikan tanpa
meninggalkan nilai-nilai dan jiwa asasinya. Karena, lembaga tersebut telah benar-
benar mampu untuk menfokuskan tujuan keduannya, tanpa harus merasa
ketimpangan dengan ekonomi pesantren. Namun, lebih awam ditemukan bahwa
masyarakat di pesantren lebih memilih untuk diam dan acuh terhadap modernitas dan
isu-isu sosial lainnya, sebagai respon idiom dan paradigma negatif yang dibawa oleh
peralihan budaya dan perubahan ideologi masyarakat. Pada pandangan pondok
pesantren yang mayoritas berbasis tradisional ini, stigma mengenai buruknya efek
modernitas adalah suatu hal yang harus dihindari. Selain itu, kegiatan yang
4
Tabel 1.1
Data Jumlah Pondok Pesantren di Kabupaten Majalengka Tahun 2018
No Kecamatan Jumlah Pon-Pes
01 Majalengka 15
02 Kadipaten 2
03 Dawuan 11
04 Kertajati 9
05 Jatitujuh 3
06 Ligung 6
07 Jatiwangi 6
08 Palasah 11
09 Sumberjaya 4
6
10 Leuwimunding 11
11 Rajagaluh 10
12 Sukahaji 8
13 Maja 7
14 Argapura 14
15 Talaga 17
16 Cikijing 13
17 Cingambul 15
18 Bantarujeg 13
19 Lemahsugih 9
20 Cigasong 1
21 Sindangwangi 4
22 Panyingkiran 4
23 Banjaran 4
24 Sindang 5
25 Malausma 10
26 Kasokandel 3
JUMLAH 215
Sumber : (https://jabar.kemenag.go.id, 2018)
Tabel diatas menunjukkan bahwa, pada tahun 2018 jumlah lembaga pondok pesantren
di kabupaten Majalengka ada 215 lembaga pondok pesantren yang tersebar di 26
kecamatan. Dan dibawah ini data pondok pesantren di Kabupaten Majalengka yang
memiliki kegiatan usaha :
Tabel 1.2
Data pondok pesantren yang memiliki kegiatan usaha
No Pondok pesantren Kecamatan Jenis Usaha
01 Darurohmat Leuwimunding Kerajinan tangan
02 Bustanul Ulum Talaga V Bercocok tanam/pertanian
03 Al-Ittihad Bantarujeg Peternakan
04 Raudhatu Tholibin Rajagaluh Bibit tanaman
05 Raudhatul Mubtadiin Leuwimunding Kerajinan tangan
7
Untuk itulah maka penelitian ini difokuskan pada “Kajian Strategi Dan
Skema Pengembangan Usaha Berbasis Pondok Pesantren Di Kabupaten
Majalengka” dengan harapan agar pondok pesantren tidak hanya sebagai pencetak
generasi intelektual yang produktif dan kompeten secara spiritual, namun juga
produktif dan kompeten secara ekonomi.
Pada bab ini terdapat desain penelitian, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan
teknik pengambilan sampel (TPS), instrumen pengumpulan data (IPD), metode
pengumpulan data, lokasi dan waktu penelitian dan teknik analisis data.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini terdapat pembahasan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini terdapat kesimpulan dan saran.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Al-Qur’an
Allah Swt berfirman dalm QS. Al- A‟ráf ayat 10 bahwa telah
menempatkan manusia di muka bumi dan telah menjadikan penghidupannya di
13
dunia. Ayat ini kaitannya dengan tamkin (pemberdayaan) adalah manusia telah
diciptkan oleh Allah di bumi agar berusaha.
١٠ َو َلَقۡد َم َّك َّٰن ُك ۡم ِفي ٱَأۡلۡر ِض َو َجَع ۡل َنا َلُك ۡم ِفيَها َم َٰع ِيَۗش َقِلياٗل َّم ا َتۡش ُك ُروَن
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi
dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah
kamu bersyukur.” (QS. Al-A‟ráf (7) : 10)
Allah SWT berfirman guna mengingat hambanya akan anugrah yang telah
diberikan kepada mereka yaitu Dia menjadikan bumi berikut segala kebaikan
yang terdapat di dalamnya, usaha dan manfaat yang menjadi sarana penghidupan
mereka. Walaupun anugrah Allah demikian banyak akan tetapi sedikit sekali yang
bersyukur (Ar-Rifa‟I, 2007).
Artinya : “Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, "Rasulullah SAW telah
bersabda, 'Sesungguhnya Allah akan merasa senang kepada seorang hamba yang
memakan makanan, lalu ia memuji Allah atas anugerah makanan tersebut atau ia
meminum minuman, lalu ia bersyukur kepada Allah atas anugerah minuman
tersebut.'" (HR. Muslim)
Allah telah mencipatakan manusia di bumi dengan segala kebaikan-Nya,
dan juga memberikan kepahaman akan pengetahuan kepada manusia sebagaimana
hal ini Allah berfirman dalm QS. Al-Baqarah ayat 269 :
٢٦٩ ُيۡؤ ِتي ٱۡل ِح ۡك َم َة َم ن َيَش ٓاُۚء َو َم ن ُيۡؤ َت ٱۡل ِح ۡك َم َة َفَقۡد ُأوِتَي َخ ۡي ٗر ا َك ِثيٗر ۗا َو َم ا َيَّذ َّك ُر ِإٓاَّل ُأْو ُلوْا ٱَأۡلۡل َٰب ِب
14
Makna ulul albab’ ialah menunjukkan kepada orang yang berakal sehat
adalah orang yang selalu ingat dan tidak lupa, orang yang selalu sadar dan tidak
lengah, dan orang yang dapat mengambil pelajaran sehingga tidak masuk dalam
kesesatan, inilah merupakan fungsi dari akal. Fungsinya adalah mengingat arahan
arahan, hidayah, dan petunjuk-petunjukNya dan mengambil manfaat darinya
sehingga tidak hidup dengan lengah dan lalai.
Manusia oleh Allah Swt diberikan anugrah yang banyak dan kepahaman
tapi itu akan selalu diberikan kepada orang-orang yang selalu bertawakal kepada
Allah SWT yaitu orang-orang yang memperhatikan perbuatannya karena
mempersiapkan diri untuk di akhirat kelak. Hal ini difirmankan oleh Allah SWT
dalam QS. Al Hasyr ayat 18 :
١٨ س َّم ا َقَّد َم ۡت ِلَغ ٖۖد َو ٱَّتُقوْا ٱَۚهَّلل ِإَّن ٱَهَّلل َخ ِبيُۢر ِبَم ا َتۡع َم ُلوَنٞ َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ٱَّتُقوْا ٱَهَّلل َو ۡل َتنُظۡر َنۡف
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr (59) : 18)
Takwa merupakan kondisi dalam hati yang diisyaratkan oleh nuansa lafaz-
Nya, namun ungkapkan tidak selamanya dapat menggambarkan hakikat. Takwa
merupakan kondisi yang menjadikan hati selalu waspada, menghadirkan dan
merasakan Allah Swt dalam setiap keadaan. Ia takut merasa bersalah dan malu
bila Allah Swt mendapatinya berada dalam keadaan yang dibenci oleh-Nya.
15
Pengawasan atas setiap hati selalu terjadi setiap waktu dan setiap saat. Jadi kapan
seseorang merasa aman dari penglihatan Allah.
Firman Allah SWT dalam QS. At-Taubah ayat 105 menjelaskan bahwa
manusia harus bekerja karena manusia bekerja juga tidak lepas dari pengawasan
Allah Swt.
َو ُقِل ٱۡع َم ُلوْا َفَسَيَر ى ٱُهَّلل َع َم َلُك ۡم َو َر ُسوُل ۥُه َو ٱۡل ُم ۡؤ ِم ُنوَۖن َو َس ُتَر ُّد وَن ِإَلٰى َٰع ِلِم ٱۡل َغ ۡي ِب َو ٱلَّشَٰه َد ِة َفُيَنِّبُئُك م ِبَم ا ُك نُتۡم َتۡع َم ُلوَن
١٠٥
Artinya : “dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah
(9) : 105)
Tafsir ayat ini Mujahid berkata bahwa ayat ini merupakan ancaman dari
Allah SWT terhadap orang-orang yang menyalahi perintah-perintahNya yaitu
bahwa aneka amal mereka akan ditampilkan kepada Allah Yang Maha Suci Lagi
Maha Tinggi, kepada Rasulullah dan kaum mu’minin.
b. Hadits
Artinya : “Dari Abu Dzar RA, ia berkata. "Rasulullah SAW bersabda, '(Nisab)
saudara-saudara kalian telah Allah jadikan berada di bawah tangan kalian.
Maka berilah mereka makan seperti apa yang kalian makan, dan berilah mereka
pakaian seperti apa yang kalian pakai, serta janganlah membebani mereka
dengan sesuatu yang dapat memberatkan mereka. Dan jika kalian membebankan
sesuatu kepada mereka, maka bantulah mereka." (HR. Ibnu Majah)
Hadits di atas menunjukkan bahwa seorang pemimpin yang terlihat dari
kalimat “saudara-saudara kalian telah Allah jadikan di bawah tangan kalian”,
16
٤١ ُثَّم ُيۡج َز ٰى ُه ٱۡل َج َز ٓاَء ٱَأۡلۡو َفٰى٤٠ َو َأَّن َس ۡع َي ۥُه َس ۡو َف ُيَر ٰى٣٩ َو َأن َّلۡي َس ِلِإۡل نَٰس ِن ِإاَّل َم ا َسَع ٰى
Wirausaha ahli atau seorang penemu memiliki suatu ide yang ingin
mengembangkan proses produksi sistem produksi, dan sebagainya. Wirausaha
ahli ini biasanya seseorang yang bekerja pada sebuah perusahaan besar kemudian
memutuskan untuk keluar sebagai pegawai dan memulai bisnisnya sendiri.
2. The Promoter
The promoter adalah seorang individu yang tadinya mempunyai latar
belakang pekerjaan sebagai sales atau bidang marketing yang kemudian
mengembangkan perusahaan sendiri.
3. General Manager
General manajer adalah seorang individu yang ideal yang secara sukses
bekerja pada sebuah perusahaan, dia banyak menguasai keahlian bidang
produksi, pemasaran, permodalan dan pengawasan. Berdasarkan uraian di atas
istilah entrepreneur mempunyai arti yang berbeda pada setiap orang karena
mereka melihat konsep ini dari berbagai sudut pandang. Namun demikian ada
beberapa aspek umum yang terkandung dalam pengertian entrepreneur yaitu
adanya unsur risiko, kreativitas, efisiensi, kebebasan dan imbalan.
Menurut Ciputra dalam S Utami, terdapat empat kategori entrepreneur, yaitu
sebagai berikut (Ciputra, 2008) :
a. Business Entrepreneur
1. Owner entrepreneur adalah para pencipta dan pemilik bisnis.
2. Professional entrepreneur adalah orang-orang yang memiliki daya wirausaha
namun mempraktikannya di perusahaan milik orang lain.
b. Government Entrepreneur
Seorang atau kelompok orang yang memimpin serta mengelola lembaga
negara atau instansi pemerintahan dengan jiwa dan kecakapan wirausaha. Sebagai
contoh adalah Lee Kuan Yew, mantan Perdana Menteri Singapura, ia adalah
seorang pemimpin yang mengelola dan menumbuhkan Singapura dengan jiwa
dan kecakapan wirausaha
c. Social Entrepreneur
Yaitu para pendiri organisasi-organisasi sosial kelas dunia yang menghimpun
dana masyarakat untuk melaksanakan tugas sosial yang mereka yakini.
19
d. Academic Entrepreneur
Ini menggambarkan akademisi yang megajar atau mengelola lembaga pendidikan
dengan pola dan gaya entrepreneur sambil tetap menjaga tujuan mulia pendidikan.
2.2.2 Karakteristik Kewirausahaan
Menurut M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer dalam S Utami terdapat
delapan karakteristik kewirausahaan yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Rasa tanggung jawab (desire for responbility), yaitu memiliki rasa
tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya, yaitu memiliki rasa
tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.
2. Memiliki risiko yang moderat (preference for moderate risk), yaitu lebih
memilih risiko yang moderat, artinya selalu menghindari risiko, baik yang
terlalu rendah maupun terlalu tinggi.
3. Percaya diri terhadap kemampuan sendiri (confidence in their ability to
success), yaitu memiliki kepercayaan diri atas kemampuan yang
dimilikinya untuk memperoleh kesuksesan.
4. Menghendaki umpan balik segera (desire for immediate feedback), yaitu
selalu menghendaki adanya unsur timbal balik dengan segera, ingin cepat
berhasil.
5. Semangat dan kerja keras (high level of energy), yaitu memiliki semangat
dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang
lebih baik.
6. Berorientasi ke depan (future orientation), yaitu berorientasi masa depan
dan memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan.
7. Memiliki kemampuan berorganisasi (skill at organization), yaitu memiliki
keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan
nilai tambah.
menyediakan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh perusahaan lain, atau
memiliki sesuatu yang diinginkan oleh perusahaan saingan, dapat dikatakan
bahwa perusahaan tersebut memiliki keunggulan kompetitif.
Memiliki dan mempertahankan keunggulan kompetitif sangatlah penting
untuk kesuksesan jangka panjang suatu organisasi. Normalnya suatu perusahaan
hanya dapat memiliki suatu keunggulan kompetitif dalam suatu periode tertentu
seiring dengan perusahaan-perusahaan pesaing mulai meniru dan mengurangi
keunggulan perusahaan tersebut. Suatu perusahaan harus berjuang untuk
mendapatkan keunggulan kompetitf yang berkelanjutan dengan :
1. Beradaptasi terus menerus terhadap perubahan kecenderungan-
kecenderungan dan kejadian-kejadian eksternal serta kemampuan,
kompetensi dan sumber daya internal.
2. Secara efektif memformulasikan, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi strategi-strategi yang memanfaatkan faktor-faktor internal
dan eksternal tersebut.
Strategist
Strategist adalah orang yang bertanggungjawab terhadap kesuksesan dan
kegagalan suatu organisasi. Jay Conger, Profesor bidang perilaku organisasi di
London Business School mengatakan bahwa semua strategist haruslah
menjadi Chief Learning Officers. Kita sedang berada dalam periode
perubahan, jika pemimpin-pemimpin kita tidak adaptif terhadap perubahan
maka demikian pula dengan perusahaan. Perusahaan tidak dapat beradaptasi
dengan baik terhadap perubahan karena pada prinsipnya inti dari
kepemimpinan adalah menjadi panutan. Strategist membantu suatu
perusahaan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menata informasi atau
data.
Vision and Mission Statement / Pernyataan Visi dan Misi
Visi adalah sebuah pernyataan yang akan menjawab pertanyaan “What we
want to become?” atau “Akan jadi seperti apakah kita nantinya?”.
Mengembangkan sebuah visi merupakan langkah pertama dalam perencanaan
stratejik. Misi adalah pernyataan tujuan yang membedakan bisnis suatu
22
melalui saluran pemasaran yang ada. Gagasan strategi ini dipilih untuk
dijalankan dengan tujuan untuk dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Di samping itu sekaligus melakukan pengembangan produk, bagi upaya
mendalami pengaruh dari siklus yang dikenal sebagai product life style.
Penekanan dari pelaksanaan strategi pengembangan produk adalah untuk
meningkatkan daya tarik produk, dan sekaligus menjaga citra dari merek dan
reputasi perusahaan, serta memberikan pengalaman positif bagi pelanggan.
lima pedoman tentang kapan pengembangan produk dapat menjadi sebuah
strategi yang efektif, yaitu:
a. Ketika organisasi memiliki produk-produk berhasil yang berada di tahap
kematangan dari siklus hidup produk; gagasannya di sini adalah menarik
konsumen yang terpuaskan untuk mencoba produk baru (yang lebih baik)
sebagai hasil dari pengalaman positif mereka dengan produk atau jasa
organisasi saat ini.
b. Ketika organisasi berkompetensi di industri yang ditandai oleh
perkembangan teknologi yang cepat.
c. Ketika pesaing utama menawarkan produk berkualitas lebih baik dengan
harga “bagus”.
d. Ketika organisasi bersaing dalam industri dengan tingkat pertumbuan
tinggi.
e. Ketika organisasi memiliki kapabilitas penelitian dan pengembangan yang
sangat kuat.
a. Tujuan dari Pengembangan Produk adalah :
1) Untuk memenuhi keinginan konsumen yang belum puas
2) Untuk menambah omzet penjualan
3) Untuk memenangkan persaingan
4) Untuk mendayagunakan sumber-sumber produksi
5) Untuk meningkatkan keuntungan dengan pemakaian bahan yang
sama
6) Untuk mendayagunakan sisa-sisa bahan
7) Untuk mencegah kebosanan konsumen
29
Tahapan ini merupakan pencarian peluang produk baru secara terus menerus
dan sistematik. Tahapan ini dilakukan untuk menemukan gagasan-gagasan
baru dan segara mengenai penciptaan produk. Metode untuk
menciptakangagasan baru meliputi brain storming (sesi kelompok kecil
untuk menstimulasi gagasan), melakukan analisa atas produk yang
sudahada, ataupun melalui survei konsumen.
8) Commercialization (Komersialisasi)
Selain hal – hal diatas, point penting lainnya adalah Diferensiasi menjadi
suatu strategi yang baik. Adanya diferensiasi menjadikan suatu produk
memilki identitas yang khas dan unik. Sehingga menjadi pembeda bagi
produk pesaing dan memungkinkan untuk sulit ditiru. Terkadang pula,
perilaku konsumen yang sangat sensitif terhadap sesuatu yang baru dan
beda, menjadikan suatu produk yang memiliki diferensiasi dengan produk
pesaingnya sangat dicari konsumen.
١٩ ت ِّمَّم ا َع ِم ُلوْۖا َوِلُيَو ِّفَيُهۡم َأۡع َٰم َلُهۡم َو ُهۡم اَل ُيۡظ َلُم وَنٞ َو ِلُك ّٖل َد َر َٰج
Artinya: “Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah
mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan)
pekerjaanpekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan”.
b) Ikhlas
Sikap ikhlas akan membentuk pribadi seorang pebisnis tidak lagi
memandang keuntungan materi sebagai tujuan utama, tetapi juga
memperhitungkan keuntungan non materiil (mendapat ridha dari Allah
SWT)
c) Profesional
Profesional yang didukung oleh sikap jujur dan ikhlas merupakan dua
sisi yang saling menguntungkan. Nabi Muhammad SAW memberikan
contoh bahwa seseorang yang profesional mempunyai sikap selalu berusaha
maksimal dalam mengerjakan sesuatu atau dalam menghadapi suatu
masalah. Tidak mudah menyerah atau berputus asa dan bahkan juga
pengecut yang menghindar dari resiko.
d) Silaturrahim
35
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”.
Bagi seorang muslim menjalankan usaha merupakan ibadah, sehingga
usaha itu harus dimulai dengan niat yang suci (lillahi ta’ala), cara yang
benar, tujuan yang benar, serta pemanfaatan hasil usaha secara benar pula.
Dengan demikian maka ia akan memperoleh garansi keberhasilan dari Allah
SWT.
َفِبَم ا َر ۡح َم ٖة ِّم َن ٱِهَّلل ِلنَت َلُهۖۡم َو َلۡو ُك نَت َفًّظا َغ ِليَظ ٱۡل َقۡل ِب ٱَلنَفُّض وْا ِم ۡن َح ۡو ِل َۖك َف ٱۡع ُف َع ۡن ُهۡم َو ٱۡس َتۡغ ِفۡر َلُهۡم
١٥٩ َو َش اِو ۡر ُهۡم ِفي ٱَأۡلۡم ِۖر َفِإَذ ا َعَزۡم َت َفَتَو َّكۡل َع َلى ٱِۚهَّلل ِإَّن ٱَهَّلل ُيِح ُّب ٱۡل ُم َتَو ِّك ِليَن
١٥٣ َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ٱۡس َتِع يُنوْا ِبٱلَّص ۡب ِر َو ٱلَّص َلٰو ِۚة ِإَّن ٱَهَّلل َم َع ٱلَّٰص ِبِريَن
٧ َفَس ُنَيِّسُر ۥُه ِلۡل ُيۡس َر ٰى٦ َو َص َّد َق ِبٱۡل ُح ۡس َنٰى٥ َفَأَّم ا َم ۡن َأۡع َطٰى َو ٱَّتَقٰى٤ ِإَّن َس ۡع َيُك ۡم َلَش َّتٰى
37
zaman serta
canggihnya
informasi dan
teknologi
pondok pesantren
dengan berbagai
elemen dalam
pemenuhan cita-cita
dan visi serta misi
dakwahnya.
Perbedaan Penelitian ini dengan peneliti terdahulu adalah objek peneliti yang
dimana Penelitian ini berfokus pada pengembangan usaha berbasis pondok pesantren
di Kabupaten Majalengka agar terus bertahan dan berkembang sehingga mampu
membangun kemandirian umat dengan jenis Penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif (field research) dan studi kepustakaan (library research)
deskriptif, yang disampaikan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.
Pondok pesantren
Identifikasi Observasi
Kajian
Analisis data
Rekomendasi
Gambar 2.1
Kerangka berfikir
BAB III
42
METODOLOGI PENELITIAN
a. Populasi
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah 31 pondok
pesantren di Kabupaten Majalengka yang memiliki kegiatan wirausaha.
43
b. Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah 3 pondok
pesantren yang terdapat di Kabupaten Majalengka. Jumlah tersebut cukup
sedikit karena peneliti menentukan beberapa kriteria untuk dijadikan
sampel penelitian.
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan peneliti non random
dengan teknik purposive sampling.
Di Kabupaten Majalengka
terdapat 215 lembaga
pondok pesantren yang
Kriteria I :
tersebar di beberapa
Kecamatan pondok pesantren di Kabupaten
Majalengka yang memiliki
kegiatan usaha
kriteria II :
1) Pon-pes yang memiliki potensi
usaha dan memiliki SDM
Pondok pesantren yang
yang memadai
memiliki kegiatan usaha 2) Pon-pes yang memiliki usaha
ada 31 lembaga masih bertahan hingga
sekarang
3) Pon-pes yang memiliki
kegiatan usaha sebagai upaya
Dari 31 Lembaga diambil dari pemberdayaan santri
3 lembaga pondok
pesantren sebagai sampel
Budidaya anggur brazil Produksi dan perdagangan Pengolahan hasil tani dan
parfum pembuatan oleh-oleh
Majalengka
Gambar 3.1
Teknik Pengambilan Sampel
44
b. Analisis SWOT
Tahapan analisis SWOT sebagai berikut :
a.) Menghitung skor dari bobot dan rating dalam analisis SWOT
Perhitungan dan rating dalam analisis SWOT dapat menggunakan dua cara,
diantaranya yaitu :
1. Menggunakan FGD (Focus Group Discussion). Masing-masing peserta
menilai bobot dan rating untuk masing-masing indikator.
2. Menggunakan kuisioner. Masing-masing responden memberikan penilaian
dengan skor 1 = tidak penting sampai 5 =sangat penting.
Apabila menggunakan kuisioner, sebelumnya perlu diidentifikasi
indikator-indikator yang ingin ditanyakan dalam kuisioner SWOT. Cara
mengidentifikasi indikator SWOT adalah dengan menggunakan kajian
literatur, wawancara ata riset eksploratif (Rangkuti, 2013).
b.) Matriks Faktor Strategi Eksternal
Sebelum membuat matrik eksternal strategi eksternal perlu diketahui
terlebih dahulu faktor-faktor strategi eksternal (External Strategic Factor Analysis
Summary /EFAS).
1. Susunlah kolom 1 (5 sampai 10 faktor peluang dan ancaman).
2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).
3. Hitunglah rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai 1 (poor) berdasarkan
pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi yang bersangkutan. Pemberian
nilai rating tersebut terhadap kondisi yang bersangkutan. Pemberian nilai
rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar
diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1) pemberian
rating ancaman adalah sebaliknya. Misalnya jika nilai ancamannya besar
maka ratingnya 1, sebaliknya jika nilai ancamannya sedikit, maka
ratingnya 4.
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4 hasilnya berupa skor
47
Opportunity
Kuadran II Kuadran I
Threat
i
Gambar 3.3 Kuadran SWOT Pearce dan Robinson
Keterangan :
1. Kuadran 1, pertemuan antara nilai dari faktor Opprtunity dan Strenght ini
menunjukan posisi dimana suatu objek dalam keadaan yang sangat
menguntungkan bagi objek itu sendiri.
a. Merupakan situasi yang sangat menguntungkan.
b. Perusahaan tersebut memiliki kekuatan dan peluang sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal.
c. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah prima dan baik
sehingga pertumbuhannya yang agresif. Progresif artinya suatu objek
dalam kondisi prima sehingga dimungkinkan untuk terus melakukan
ekspansi membesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara
maksimal.
2. Kuadran II, pertemuan antara nilai dari fakor weakness dan opportunity ini
pada posisi dimana suatu objek dalam keadaan harus adanya perubahan
strategi yakni pada posisi sebagai berikut :
a. Objek menghadapi peluang pasar yang sangat besar tetapi sumberdaya
lemah.
b. Karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal.
50
BAB IV
53
PEMBAHASAN
Gambar 4.1
Peta wilayah administratif Kabupaten Majalengka
b. Demografi
Sumberdaya manusia atau aspek kependudukan di Kabupaten
Majalengka mencakup data jumlah dan perkembangan penduduk,
kepadatan penduduk dan sebarannya, kecenderungan konsentrasi
penduduk, struktur penduduk menurut mata pencaharian serta tingkat
angkatan kerja dan orientasi pergerakan penduduk.
0,75%. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk, LPP, Kepadatan dan Sex Ratio
penduduk dapat dilihat pada tabel 2.9 dan 2.10 sebagai berikut :
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk, LPP, dan Kepadatan Penduduk
Kabupaten Majalengka Tahun 2013-2018
Tahun
2 2 2 2
No. Indikator 0 0 0 0
2014
1 1 1 1
5 6 7 8
1.Jumlah Penduduk 1.250.18 1.260.46 1.269.2 1.278.
1.239.625
(Jiwa) 0 9 10 753
Tabel 4.3
Data Jumlah Pondok Pesantren di Kabupaten Majalengka Tahun 2018
No Kecamatan Jumlah Pon-Pes
01 Majalengka 15
02 Kadipaten 2
03 Dawuan 11
57
04 Kertajati 9
05 Jatitujuh 3
06 Ligung 6
07 Jatiwangi 6
08 Palasah 11
09 Sumberjaya 4
10 Leuwimunding 11
11 Rajagaluh 10
12 Sukahaji 8
13 Maja 7
14 Argapura 14
15 Talaga 17
16 Cikijing 13
17 Cingambul 15
18 Bantarujeg 13
19 Lemahsugih 9
20 Cigasong 1
21 Sindangwangi 4
22 Panyingkiran 4
23 Banjaran 4
24 Sindang 5
25 Malausma 10
26 Kasokandel 3
JUMLAH 215
Sumber : (https://jabar.kemenag.go.id, 2018)
Tabel diatas menunjukkan bahwa, pada tahun 2018 jumlah lembaga pondok pesantren
di kabupaten Majalengka ada 215 lembaga pondok pesantren yang tersebar di 26
kecamatan. Dan dibawah ini data pondok pesantren di Kabupaten Majalengka yang
memiliki kegiatan usaha :
Tabel 4.4
Data pondok pesantren yang memiliki kegiatan usaha
No Pondok pesantren Kecamatan Jenis Usaha
58
Sumber : (https://www.jabarprov.go.id)
Kegiatan santri di pondok pesantren Asasul Huda juga tidak jauh berbeda
dari kegiatan santri di pondok pesantren Sabilul Mardiyah dan Daar Altarbiyah
yakni selain mengaji dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pondok
pesantren namun juga santri dibekali dan dibina berwirausaha dalam menyiapkan
mental ketika sudah terjun ke masyarakat. Wakil kepala yayasan Asasul Huda
mengatakan bahwa :
“kegiatan santri mengaji dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh
pondok pesantren yaitu qur’an dan kitab namun juga santri dibekali dan dibina
berwirausaha dalam menyiapkan mental ketika sudah terjun ke masyarakat yaitu
dengan ikut dilibatkan dalam produksi parfum, setelah siang mengaji biasanya
sore meracik parfum atau malam dan hari-hari libur sekolah”
“Di pondok Sabilul Mardiyah santri tak hanya dibekali dengan segudang ilmu
agama, tapi santri-santri juga dilatih mempunyai kemampuan berwirausaha, jadi
ada yang dilibatkan di bidang produksi, pemasaran dan belanja untuk bahan
64
“Kalau di pondok pesantren Asasul Huda hanya sebagian santri yang dilibatkan
dalam kegiatan produksi dan sales parfum, karena kebanyakan masih dibawah
umur jadi yang mengelola kebanyakannya alumni dan masyarakat setempat jadi
saling berbagi simbiosis mutualisme lah”
Jadi, dapat disimpulkan peran pondok pesantren di Kabupaten
Majalengka dalam pemberdaayaan khususnya santri cukup signifikan,
karena berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan dari
adanya pondok pesantren yang memiliki unit usaha adalah sebagai upaya
dari pemberdayaan santri khususnya agar santri belajar berwirausaha
sehingga mampu bersaing di era global.
Pengertrian Kewirausahaan secara umum adalah perilaku dan
kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang bisa bermanfaat
dan memiliki nilai jual. Seseorang yang memiliki semangat, sikap perilaku
dan kemampuan kewirausahaan disebut dengan wirausaha (Rumus, 2019).
4.3 Faktor Pendukung Dan Penghambat Pondok Pesantren Dalam
Pengembangan Usaha Berbasis Pondok Pesantren
“Faktor Penghambatnya dari intern yaitu sumber daya manusia, SDM kita
membutuhkan pengetahuan, wawasan tentang entrepreneurship, semuanya kita
otodidak, saat ini juga kita belum punya manajemen SDM yang bagus dan
kurangnya permodalan, untuk pendukungnya SDM banyak, masyarakat juga
mendukung kemudian untuk bahan baku juga banyak meskipun bukan musimnya
tetapi para petani durian sudah menjalin kerjasama dengan petani di seluruh
Indonesia”.
Hal ini juga selaras dengan pernyataan dari ketua unit usaha budidaya anggur
brazil pondok pesantren Daar Altarbiyah yang mengatakan bahwa :
“Ya menghambatnya atau kendalanya di usaha parfum ini disaat karyawan sakit,
kedua disaat PT yang menyuply tidak mensinkronkan dengan kemauan kita jadi
disaat kita membutuhkan produk ini disananya ada halangan, ya intinya kita
belum bisa memanajemen yang baik itu seperti apa, yang bagus itu seperti apa
agar produksinya bisa maksimal, sedangkan faktor pendukungnya masyarakat
setempat yang mendukung karena mereka merasa terbantu dar segi ekonom dan
umumnya wanita untuk bagian produksi. Lalu dengan para produsen minyak
wangi juga kita saling support malah di Majalengka ada komunitas produsen
minyak wangi yang dimana setiap berapa bulan sekali ada pertemuan, sharing
saling bantu bukan saling sikut”.
66
“menurut saya, untuk saat ini strategi yang dilakukan adalah dengan melihat
permintaan dulu. Misal ini pangsit masih bagus nih, kita jangan sampai
menciptakan produk lain, tetapi ketika pangsit mulai kurang diminati maka disini
baru menciptakan produk lagi atau berinovasi produk lama jadi baru. Selain itu
juga untuk pemasarannya kita menggunakan media sosial”
67
Begitu juga strategi yang dilakukan oleh pondok pesantren Daar Altarbiyah
adalah lebih memanfaatkan media sosial untuk pemasarannya. Ketua unit usaha
pondok pesantren Daar Altarbiyah mengatakan :
“strateginya kita lebih memanfaatkan media sosial untuk pemasarannya
facebook, youtube, instagram boleh dicek, lalu saat pengunjung berkunjung pun
kita promosikan juga”
Analisis ini diambil dari kajian literature, wawancara kepada key person
serta pengamatan penulis, selama meneliti pondok pesantren yang memiliki
kegiatan usaha di Kabupaten Majalengka atau sampel ahli yaitu :
1. Bapak Abdul Ajid selaku Ketua unit usaha Sabilul Food Ponpes Sabilul
Mardiyyah
2. Bapak Deden Purbaya selaku ketua unit usaha budidaya anggur brazil Ponpes
Daar Altarbiyah
68
3. Bapak Jojo Johari selaku ketua unit usaha Nayla Parfum Ponpes Asasul Huda.
1. Strenght
2. Weakness
3.Opportunity
a) Tren halal pada saat ini menjadikannya sebuah peluang yang
menguntungkan dalam menjalankan usaha berbasis pondok pesantren.
Dikarenakan produk yang diolah dari bahan baku yang berkualitas dan
dalam pengolahannya pihak pondok pesantren sudah memahami
kaidah-kaidah islam dalam pengolaahan dan pengelolaan yang
berbasis syariah.
b) Masyarakat sekitar pesantren yang mendukung penuh akan adanya
unit usaha pondok pesantren tersebut, Karena dalam hal ini
masyarakat pun terbantu dari segi ekonomi kegiatan tersebut.
c) Prosentase jumlah santri/siswa meningkat
d) Budaya masyarakat yang konsumtif.
e) Program pemerintah.
4.Threat
a) Tingkat persaingan yang ketat, produk yang ditiru dan munculnya
beragam produk baru yang dapat menyaingi produk unit usaha pondok
pesantren tersebut.
70
Dibawah ini merupakan matriks IFAS DAN EFAS SWOT pondok pesantren yang
peneliti teliti :
Peluang (Opportunities)
Program pemerintah 4 0.11 0.44
Budaya masyarakat konsumtif 4 0.11 0.44
Trend produk halal 4 0.11 0.44
Masyarakat mendukung penuh 4 0.11 0.44
Prosentase jumlah santri meningkat 4 0.11 0.44
Tantangan (Threats)
Banyaknya pesaing yang akan 4
meniru dan inovasi dengan usaha
yang baru 0.11 0.44
Harga bahaan baku naik 4 0.11 0.44
Menurunnya fokus santri dalam 4
belajar 0.11 0.44
belum adanya investor 3 0.08 0.24
Sulit memperoleh pinjaman dari 3
perbankan 0.08 0.24
Total 4
Kuadran II
Kuadran I
(-, +)
0.4
W S
-0.71
belum lengkap
Peluang STRATEGI SO STRATEGI WO
(Opportunity) 1. Adanya edukasi
1. Bahan baku 1. Meningkatkan maupun
mudah didapat kualitas pelayanan pendampingan
2. Prosentase SDM SDM
santri/siswa 2. Inovasi produk 2. Meningkatkan
meningkat 3. Memperluas jaringan kualitas
3. Trend produk distribusi pelayanan SDM
halal 4. Melakukan promosi 3. Adanya
4. Masyarakat yang menarik pelatihan/edukas
mendukung 5. Memperbaiki fasilitas i
penuh yang ada terkait
5. Program pengelolaan
pemerintah 4. Menjaring
kerjasama
dengan
stakeholder
terkait
Tantangan (Threats) STRATEGI ST STRATEGI WT
1. Banyaknya
pesaing 1. Senantiasa 1. Kerjasama
yang akan melakukan dengan
meniru evaluasi lembaga/instansi
dan 2. Pendampingan terkait
inovasi bagi santri 2. Adanya
dengan 3. Melakukan pomosi pendampingan
usaha yang yang menarik baik bagi santri
baru online maupun maupun
2. Harga offline pengurus
bahan 4. Mengupayakan 3. Melakukan
baku naik
agar setiap produk inovasi produk
3. Belum
dapat diproduksi
adanya
dengan seefisien
investor
4. Sulit mungkin
memperole
h pinjaman
dari
perbankan
5. Menurunn
ya fokus
santri
dalam
belajar
74
Sabilul Food
pemer
Edukasi/pelatihan,
intah SDM yang kompeten
workshop
Stake
Marketing offline & online Peningkatan manajemen
holder
administrasi
masya petan
rakat i
Teknologi yang memadai Efesiensi produksi
Sentra oleh-oleh
Pemberdayaan Santri,
masyarakat
Ponpes mandiri
Gambar 4.3
Skema Pengembangan Usaha Ponpes Sabilul Mardiyyah
Keterangan :
1) Pondok pesantren Sabilul Mardiyyah perlu menjalin kerja sama lebih luas
dengan pemerintah/lembaga terkait dalam hal edukasi, pendampingan,
memaksimalkan marketing, bahkan teknologi agar dalam pengelolaan
77
Keterangan :
Nayla parfum
Lembaga Distribut
Supplayer or/agen
terkait
Kepuasan konsumen
Ponpes mandiri
Pemberdayaan santri
dan masyarakat
Gambar 4.4
Skema Pengembangan Usaha Ponpes Asasul Huda
Keterangan :
1) Pondok pesantren asasul Huda perlu menjalin kerjasama lebih luas lagi
dengan lembaga terkait edukasi sumber daya manusia yang berkualitas
dalam hal manajemen, marketing maupun inovasi sebuah produk agar unit
usaha tersebut mampu bertahan dalam persaingan usaha yang semakin
ketat.
80
2) Begitu juga kerja sama dengan beberapa supplayer bahan produksi perlu
ditingkatkan lagi agar bahan baku yang berkualitas mudah untuk
didapatkan.
3) Perlu memperluas jaringan dengan pihak distributor/agen minyak wangi di
beberapa wilayah.
4) Apabila pembaharuan/inovasi produk dapat dilakukan dengan bahan baku
yang berkualitas maka output yang diharapkan unit usaha ini akan tercapai
yakni kepuasan konsumen tetap terjaga. Dan begitu juga dengan harapan
jangka panjangnya adalah pondok pesantren Asasul Huda mampu menjadi
pondok pesantren yang mandiri.
81
BAB V
PENUTUP
5.1 kesimpulan
dan melatih Sumber Daya Manusia yang dipersiapkan khusus dari kalangan
internal pesantren untuk mengelola unit bisnis
2. Sebagai langkah praktis, dua hal yang mesti diupayakan oleh setiap unit
bisnis pesantren, yaitu pembuatan sistem dan prosedur operasional yang
jelas dan pembukuan keuangan yang rapi. Dua hal ini akan menjadi pondasi
utama dari sebuah pengembangan sistem manajemen yang baik bagi
lembaga itu sendiri.
3. Peneliti menyarankan agar strategi pengembangan ini diimplementasikan
dan dievaluasi hasilnya oleh peneliti selanjutnya.
83
DAFTAR PUSTAKA
Ahyadi, M. (2001). Pesantren, Kiai, dan Tarekat: studi tentang Peran Kiai di
Pesantren dan Tarekat. Jakarta: Grasindo.
Ajid, S. (2009). majalah tajdid: Pondok Pesantren. Ciamis: Lembaga Penelitian
dan Pengembangan.
Amin Haidari, (2004). Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan
Tantangan Kompleksitas Global. Jakarta: IRD Press.
A. Halim, M. C.dalam M.Iqbal (2003). Manajemen Pesantren. Yogyakarta:
Pustaka Pesantren.
Antonio, M. S. (2001). Bank Syariah dari Teori Ke Praktek. Jakarta: Gema Insani.
Anggraeni, R. (2019, November 5). Angka Pengangguran di Indonesia Capai 7,05
Juta di Agustus 2019. SINDONEWS.COM. https://ekbis.sindonews.com/.
Arifin, M. Dalam Aris, R.A. (1991). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta:
Bumi Aksara.
As'ari, A. H. (2015, september 04). skripsi peran pondok pesantren dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dipetik maret 20, 20, dari
repository.syekhnurjati.ac.id.
Azizah, S. N. (2016, 12). Manajemen Unit Usaha Pesantren Berbasis Ekoproteksi
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Ihya Ulumuddin Kesugihan
Cilacap). Al-Tijary Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam.
Azra, A. (1997). Jaringan Ulama. Bandung: Mizan.
BULOG. (2018, September 15). Perum BULOG. Dipetik Juni 20, 2019, dari
BULOG Web Site: www.bulog.co.id
Chair, W. (2015). Manajemen Investasi di Bank Syariah. Iqtishadia: Jurnal
Ekonomi dan Perbankan Syariah, 848.
Ciputra dalam S Utami. (2008). Entrepreneurship Mengubah Masa Depan
Bangsa. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Dipetik 25 02, 2020, dari
https://eprints.walisongo.ac.id
David, f. R. (2020). manajemen stratejik. Dipetik 02 15, 2020, dari manajemem
strategik: htttps://www.academia.edu
Dhofier, Z. (1994). Studi Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES.
84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
87
PANDUAN WAWANCARA
Nama :
Waktu :
Ketua Yayasan
Jaja Zainal M
Manajer
Abdul Aziz, S.Pd.i
Div. Gudang
Div. Keuangan Div. Pemasaran Div. Produksi Div. Desain Grafis
Produksi
Abdul Mufidz Musfiq A.H Maman Ali. R Asep Sonhaji, S.T
Zainal Arifin
93
Ketua Yayasan
KH. Miftah Bajuri
Ketua Yayasan
KH. Tarmidzi
Manajer
Jojo Johari