REKONSTRUKSI LAPORAN KEUANGAN PADA PONDOK PESANTREN
ASY SYIFA JEMBER
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh : Balqis Qatrun Nada NIM 160810301130
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER 2020 BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan islam yang tumbuh serta di akui oleh masyarakat sekitar, dimana dalam pondok tersebut ada sistem asrama yang mana kyai yang menjadi figur sentral dimana santri yang akan menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang berada di dalam naungan pondok. Salah satu institusi islam yang lekat dengan kepemimpinan adalah pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua saat ini, dan telah dianggap sebagai produk indonesia yang tentunya tidak ada di negara lain, dimana di dalam pesantren harus terdapat lima indikator, indikator tersebut yaitu (1) kyai (2) santri (3) asrama (4) masjid (5) pengajaran ilmu-ilmu yang berisi ajaran-ajaran islam (Dhofier,1982:44). Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di indonesia telah menjukan kader kader ulama dan telah berjasa yang telah turut mencerdaskan masyarakat indonesia dan pondok prsantren selalu berusaha meningkatkan kualitasnya dengan mendirikan madrasah- madrasah di dslam komplek pesantren masing masing yaitu dibawah tanggung jawab dan pengawasan departemen agama dalam perkembangannya psantren bukan hanya mendirikan madrasah tetapi juga sekolah umum yang juga mengikuti sistem dan kurikulum departemen pendidikan dan kebudayaan diknas . dengan adanya pondok pesantren saat ini membuktikan betapa besarnya peranan pesantren dalam membentuk akhlak yang baik bagi masyarakat saat ini,dan juga dapat membentuk iman dan taqwa yang baik dan menciptakan manusia-manusia yang jujur ,adil,percaya dan bertanggung jawab.dan pada kenyataannya ajaran agama islam akan mampu mengendalikan perubahan zaman bagi generasi-genrasi berikutnya dengan pedoman pada hukum yang tertulis tertinggi dalam islam (Al-Qur’an dan Hadits) untuk mewujudkan masyarakat yang maju mandiri dan diberkahi oleh Allah SWT. Berdasarkan dengan perkemabangn jaman yang moderen saat ini pesantren harus dapat mempertahankan keberadaannya sebagai sarana dan perasana pendidikan islam. Pesantren diharapkan dapat menyesuaikan dengan perkembanagn dan kemajuan jaman dan teknologi dengan bertujuan agar setiap lulusan dari pesantren dapat menjadikan lulusan-lulusan terbaik yang mampu bersaing nasional dan internasional. Dalam RUU pesantren pasal 18-19 menyatakan bahwa lulusan pesantren jalur non formal diakui sama dengan pendidikan formal pada jenjang tertentu setelah lulus ujian, sehingga bisa melanjutkan ke pendidikan formal yang lebih tinggi. Denga adanya hal ini semakin terbukti bahwa lulusan pesantren bisa bersaing dengan lulusan sekolah formal. Akan tetapi masih ada hal yang perlu dibenahi lagi didalam pondok pesantren yaitu tentang permasalahan sumber daya manusia yang mengelola keuangan pondok pesantren (PAP,2018) Penyusunan pelaporan keuangan di dalam pondok pesantren akan menjadikan masalah yang serius jika tidak dikelola dengan benar. Dalam islam segala sesuatu sebaiknya harus dikerjakan rapi, benar, teratur dan tertib hal ini merupakan prinsip uama yang ada dalam islam. Rasululloh Shalallohu “Alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah hadist yang dirawatka oleh Imam Thabrani.”sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan yang dilakukan secara Itqan (tepat,terarah,jelas dan tuntas).”(HR. Thabrani) Meskipun pondok pesantren merupakan organisasi nirlaba yang tidak mencari profit namun perlu adanya pencatatan dana keluar dan dana msuk agar tranparan dan jelas. Maka diperlukan suatu pedoman yang akan menjadi acuan dalam menyusun laporan keuangan yang ada di dalam pesantren. Maka dari itu Bank Indonesia (BI) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan standar baru yang akan mengatur penyusunan laporan keuangan pondok pesantren yaitu pedoman akutansi pesantren. Dengan adanya peraturan baru tersebut akan menjadikan suatu landasan bagi pondok pesantren untuk memperbaiki dan menyempurnakan laporan keuangan di dalam pondok pesantren, agar laporan yang ada didalam pondok pesantren bisa mudah dimengerti dan dipertanggungjawabkan kebenarannya. Serta laporan keuangan yang da didaam pondok pesantren sesuai dengan standar akutansi yang beraku umum (IAI,2018). Di dalam pedoman akutansi pesantren ada 4 macam laporan keuangan yaitu posisi laporan keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan arus kas .(PAP,2018) Setiawan (2017) mengatakan bahwa pondok pesantren masih mngalami permasalahan keuangan dalam melakukan aktivitas psantren baik yang kaitannya dengan akutansi. Anggaran dan alokasi serta keperluan dalam hal pengembangan pesantren. Saat ini pesantren memiliki jenis-jenis usaha yang mengharuskan pencatatan laporan keuangan yang disusun oleh pondok pesantren yang sudah sesuai dengan standar akutansi supaya lebih transparan (Tempo,2017). Dalam meningkatkan transparasi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pondok pesantren harus ada keterbukaan keuangan beserta jumalahnya, rincian dan penggunaan agar dapat di pertanggung jawabkan. Dengan menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan pedoaman Akutansi Pesantren dapat menjadi acuan atau gambaran bagi masyarakat. Yang mana peran masyarat sangt penting dalam pembangauan dan pengembangan pondok pesantren. Berdasarkan surve dari peneliti bawasannya pondok pesantren Asy Syifa dalam pengelolaannya keuangan belum mengacu pada standar yang telah di tetapkan pada ISAK 35. Objek penelitian ini berfokus pada penyusunan laporan keuangan di pondok pesantren Asy Syifa yang dimana pondok pesantren ini juga terdapat 2 kegiatan yaitu kegiatan formal dan non formal. Kegiatan formal merupakan kegiatan sekolah dasar berbasis islam dan kegiatan non formal yaitu taman pendidikan Qur’an. Pondok pesantren Asy Syifa beralamatkan di jalan cumedak krajan sumberjambe jember jawa timur. Di dalam RUU pesantren bab VI menerangkan tentang pendanaan yang pada pasal 36 berisi mengenai peran pemerintah dalam membantu pendanaan penyelenggaraan pesantren melalui APBN sesuai dengan kemampuan keuangan negara. Dengan hal ini menjelaskan pentingnya suatu laporan keuangan yang sangat rinci dan sesuai dangan pedoman akutansi pesantren yang telah dikeluarkan oleh IAI dan didasari dengan asas pengelolaan keuangan yaitu transparansi dan akuntabilitas yang ada di dalam pondok pesantren. Di dalam pedoman akutansi pesantren penyusunan laporan kuangannya meliputi laporan aru kas, laporan aktivitas, laporan posisi keuangan dan catatan atas laporan kauangan. Saat ini pesantren Asy Syifa hanya ada ada pencatatan arus kas dana masuk dan keluar. Belum ada pencatatan atas aktiva bersih, pendapatan dan beban di dalam laporan keuangannya. Hal ini tentu saja belum memberikan informasi yang konkrit mengenai keuangan pesantren Asy Syifa. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian dengan judul :’Rekonstruksi Laporan Keuangan Pada Pondok Pesantren Asy Syifa Jember” 1.2 Rumusan Masalah Berdasrkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana Rekontruksi penyusunan laporan keuanagn di pondok pesantren Asy Syifa 1.3 Tujuan Untuk mengetahui rekontruksi penyusunan laporan keuangan yang mengacu pada pedoman akutansi pesantren pada pondok pesantren Asy Syifa jember. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitain ini adalah 1. Manfaat teoritis a. Untuk menjadi perbaikan dalam penyusunan pelaporan keuangan di pondok pesantren agar lebih baik dan sesuai dengan pedoman akutansi pesantren. b. Bahan ini dapat di jakan refrensi dan pertimbangan untuk penelitihan selanjutnya 2. Manfaat praktis a. Bagi prantren ini di harapakn dpat menysun laporan keuangan sesuai dengan pedoman akutansi pesantren b. Bagi peneliti selanjutnya di harapkan mampun menjati acuan dan bahan refrensi serta menjadikan pertimbanagn dlam melakukan penelitian c. Bagi masyarakat di harapkan dapat lebih percaya dengan pengolalan keuangan dki dalm pondok pesanteren. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Transparsi Transparansi adalah prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluasluasnya tentang keuangan daerah. Dengan adanya transparansi dapat menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggarakan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan proses pembuatan, dan pelaksanaannya serta hasil-hasil yang dicapai. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 menjelaskan bahwa transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggung jawaban Pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada Perundang-undangan. Transparansi merupakan pelaksanaan tugas dan kegiatan yang bersifat terbuka bagi masyarakat mulai dari proses kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian yang mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan informasi tersebut. Transparansi juga memiliki arti keterbukaan organisasi dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktifitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang menjadi pemangku kepentingan. Transparansi dibangun atas dasar harus informasi yang bebas (KK, SAP,2005). Menurut Muhammad (2007) transparansi secara keseluruhan sangat dipengruhi dari beberapa aspek diantaranya perencanaan, pengawasan, pelaksanaan, dan pertanggung jawaban. Transparansi keuangan di lembaga pendidikan sangat dibutuhkan untuk dapat meningkatkan dukungan dari para orang tua siswa, masyarakat sekitar, dan pemerintah dalam penyelengaraan program-program di dalam pendidikan sekolah. 2.2 Teori Akuntabilitas Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good governance dan clean government) telah mendorong pengembangan dan penerapan system pertanggungjawaban yang jelas, tepat, teratur, dan efektif yang dikenal dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. J.B. Ghartey (1998) menyatakan bahwa akuntabilitas ditujukan untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan stewardship yaitu apa, mengapa, siapa, ke mana, yang mana, dan bagaimana suatu pertanggungjawaban harus dilaksanakan. Ledvina V. Carino (2002) mengatakan bahwa akuntabilitas merupakan suatu evolusi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang petugas baik yang masih berada pada jalur otoritasnya atau sudah keluar jauh dari tanggung jawab dan kewenangannya. Setiap orang harus benar-benar menyadari bahwa setiap tindakannya bukan hanya akan memberi pengaruh pada dirinya sendiri saja. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa tindakannya juga akan membawa dampak yang tidak kecil pada orang lain. Dengan demikian, dalam setiap tingkah lakunya seorang pejabat pemerintah harus memperhatikan lingkungannya. Polidano (1998) menawarkan kategorisasi baru yang disebutnya sebagai akuntabilitas langsung dan akuntabilitas tidak langsung. Akuntabilitas tidak langsung merujuk pada pertanggung jawaban kepada pihak eksternal seperti masyarakat, konsumen, atau kelompok klien tertentu, sedangkan akuntabilitas langsung berkaitan dengan pertanggung jawaban vertikal melalui rantai komando tertentu. Akuntabilitas juga dapat berarti sebagai perwujudan pertanggungjawaban seseorang atau unit organisasi, dalam mengelola sumber daya yang telah diberikan dan dikuasai, dalam rangka pencapaian tujuan, melalui suatu media berupa laporan akuntabilitas kinerja secara periodik. Sumber daya dalam hal ini merupakan sarana pendukung yang diberikan kepada seseorang atau unit organisasi dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas yang telah dibebankan kepadanya. Wujud dari sumber daya tersebut pada umumnya berupa sumber daya manusia, dana, sarana prasarana, dan metode kerja. Sedangkan pengertian sumber daya dalam konteks negara dapat berupa aparatur pemerintah, sumber daya alam, peralatan, uang, dan kekuasaan hukum dan politik. 2.3 Pondok Pesantren 2.3.1 Pengertian Pondok Pesantren 2.3.2 Unsur – Unsur Pondok pesantren 2.3.3 Unit Unsur Pondok Pesantren 2.4 Laporan keuangan 2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan 2.4.2 Tujuan laporan Keuangan 2.4.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan 2.4.4 laporan Keuangan Berdasarkan pedoman Akutansi Pesantren 2.4.5 Konsistensi Penyajian Laporan Keuangan Pondok Pesantren 2.4.5.1 Laporan Posisi Keuangan 2.4.5.2 Laporan Aktivitas 2.4.5.3 Laporan Aktivitas 2.4.5.4 Catatan Atas Laporan Keuangan 2.5 Akun- Akun Deskripsi dari Pedoman Akuntansi Pesantren 2.5.1 Akuntansi Aset 2.5.1.1 Pengertian Aset 2.5.1.2 Kas dan Setara Kas 2.5.1.3 Piutang Usaha 2.5.1.4 Persediaan 2.5.1.5 Biaya di Bayar dimuka 2.5.1.6 Aset Lancar Lain 2.5.1.7 Investasi Pada Entitas lain 2.5.1.8 Properti Investasi 2.5.1.9 Aset Tetap 2.5.1.10 Aset Tidak Berwujud 2.5.1.11 Aset Tidak lancar lain 2.5.2 Akuntansi Liabilitas 2.5.2.1 Pengertian Liabilitas 2.5.2.2 Pendapatan Diterima Dimuka 2.5.2.3 Utang Jangka Pendek dan Jangka Panjang 2.5.2.4 Liabiltas Jangka Pendek Lain 2.5.2.5 Liabiltas Imbalan Kerja 2.5.2.6 Liabiltas Jangka Panjang Lain 2.5.3 Akutansi Aset Neto 2.5.3.1 Pengertian Aset Neto 2.5.3.2 Aset Neto tidak Terikat 2.5.3.3 Aset neto Terikat 2.5.4 Akutansi penghasilan dan Beban 2.5.4.1 pengertian penghasilan dan beban 2.5.4.2 Pegnhasilan dan Beban Tidak Terikat 2.5.4.3 Penghasilan dan Beban Terikat