Anda di halaman 1dari 20

STUDI KASUS

AKUNTANSI
PESANTREN

Almira Hasti Kusuma U - 20201220034


Riska Ridho Febrianti - 20201220038
Septiyana Kalistiyani - 20201220064
Pointer
01 02 03
Studi Kasus Pendahuluan Analisis
Tujuan Penelitian Uraian terkait wakaf dan tata Menguraikan penyebab kasus
kelola penelitian

04 05
Penyelesaian Kesimpulan
Uraian terkait penyelesaian Uraian terkait kesimpulan dalam
dalam studi kasus studi kasus
01
Studi Kasus
Studi Kasus
Kegagalan nazir dalam tata kelola dan akuntabilitas pada kebangkrutan pondok
pesantren.

Tujuan penelitian
Menganalisis kebangrutan pondok pesantren yang dibiayai dengan dana wakaf.
Studi kasus pada salah satu pesanteren yang beroperasi di wilayah Provinsi
Banten.
02
Pendahuluan
Pendahuluan
★ Wakaf merupakan suatu bentuk amal soleh seorang muslim yang manfaatnya
dimaksudkan untuk jangka panjang dalam mengatasi kemiskinan dan menciptakan
kemakmuran masyarakat.

★ Agar dapat menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bagi mauquf alahi dan
masyarakat pada umumnya, maka wakaf harus dikelola oleh orang yang memiliki
kemampuan mengelolanya.

★ Pesantren atau yayasan yang berfungsi sebagai nazir, yaitu pihak yang menjadi
penerima dan sekaligus pengelola wakaf. Pesantren sebagai nazir mengelola asset
wakaf yang digunakan untuk menunjang aktivitas pendidikan santri, meskipun santri
juga membayar iuran pendidikan setiap bulannya kepada pesantren.
Pendahuluan

 Keberlanjutan atau kelestarian aset wakaf selain ditentukan oleh adanya tata kelola
yang baik seperti pertanggungjawaban dan transparansi, juga dipengaruhi oleh adanya
program intensifikasi kewirusahaan yang meliputi kapabilitas sumber daya manusia,
program intensifikasi wirausaha, serta penguatan infrastruktur.

 Pondok pesantren harus memastikan adanya tata kelola yang baik agar penggunaan
dana wakaf dapat menjadi sumber daya untuk kemakmuran dan ekonomi umat.
03
Analisis
Analisis Studi Kasus
 Fenomena yang terjadi pada tahun 2019 di Kabupaten Cilacap, Jawa Barat terdapat 60 pesantren
tradisional yang tutup . Salah satu penyebabnya adalah terjadi sengketa wakaf di pondok peantren
tidak dapat dilanjutkan.
 Kasus persengketaan dilatarbelakangi tidak tercatatnya prosesi wakaf oleh wakif kepada nazir.
 Masalah internal terkait kesalahan dalam tata kelola, yang disebabkan kurangnya pemahaman
masyarakat megenai pengeolaan wakaf, nazir atau manajemen kurang professional.
 Aset yang dikelola kurang produktif, inefisensi dalam pengelolaan wakaf dan lemahnya sumber
daya manusia.
Analisis Studi Kasus
 Wakif juga seringkali bersengketa dengan nazir mengenai proses administrasi wakaf, dimana
masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh kedua belah pihak.
 Kurangnya kompetensi yang dimiliki oleh pengelola pesantren dalam mengelola sumber daya
manusia dan mengelola harta wakaf produktifnya.
 Sumber daya manusia yang ada belum profesional dalam mengelola wakaf.
 Sumber daya manusia yang belum sesuai bidang keahliannya.
Analisis Studi Kasus
 Kurangnya koordinasi antar-pengelola pesantren serta tidak adanya transparansi, sehingga
menimbulkan konflik internal di dalam pesantren.
 Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antar-fungsi tugas dan lemahnya koordinasi antar-bidang
pada pondok pesantren.
 Pondok pesantren belum memiliki laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi wakaf.
Dari pengamatan atas dokumen laporan yang ada, Pondok pesantren A terlihat hanya hanya
membuat laporan kas sehubungan dengan uang masuk dan uang keluar saja. Laporan asset pondok
juga tidak ada.
Analisis Studi Kasus
 Pondok pesantren belum memiliki laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi wakaf.
Dari pengamatan atas dokumen laporan yang ada, Pondok pesantren A terlihat hanya hanya
membuat laporan kas sehubungan dengan uang masuk dan uang keluar saja. Laporan asset pondok
juga tidak ada.
 Berhentinya aktivitas bisnis pesantren tersebut juga dapat dilihat dari tidak adanya keuntungan yang
tercatat pada laporan keuangan pesantren.
 Pesantren tidak dapat memenuhi aspek tata kelola organisasi yang baik, seperti rapat yayasan tidak
dilaksanakan secara berkala, namun hanya dilaksanakan apabila ada masalah saja.
04
Penyelesaian
Penyelesaian
o Ketersediaan sumber daya manusia yang menguasai bidang keahlian yang diperlukan
pesantren, agar pengelolaan wakaf lebih produktif.
o Memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait hukum-hukum perwakafan agar
masyarakat paham akan norma/kaidah terkait perwakafan apa yang diperbolehkan
maupun tidak.
o Perlunya penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) agar pesantren menjadi
organisasi pengelolaan yang tersistem rapi.
Penyelesaian
o Pemisahan harta wakaf harus dipisahkan dari harta wakif dan nazir, sehingga wakaf
dapat dikeolaa oleh nazir secara professional.
o Perlunya membangun koordinasi yang baik antar pengelola pesantren agar
meminimalisir timbulnya konflik internal.
o Penerapan akuntabilitas, pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dapat
menghindarkan ponpes dari kebangkrutan serta dapat berkembang.
Penyelesaian
o Laporan keuangan yang layak adalah sesuai dengan SAK Syariah. Dalam PSAK 112
nomor 50 disebutkan bahwa laporan keuangan nazhir yang lengkap meliputi Laporan
Posisi Keuangan pada akhir periode, Laporan Rincian Aset Wakaf pada akhir periode,
Laporan Aktivitas selama periode.
o Pengungkapan transaksi keuangan harus sesuai PSAK 112 nomor 46 huruf a yang
nazhir mengungkapkan hal-hal berikut terkait wakaf, tetapi tidak terbatas pada,
kebijakan akuntansi yang diterapkan pada penerimaan, pengelolaan, dan penyaluran
wakaf saja melainkan memberikan laporan yang utuh (IAI, 2018).
Penyelesaian
o Pengelolaan organisasi atau lembaga ditunjukkan antara lain dengan adanya proses
kebiasaan, kebijakan dan hukum, dan pengawasan.
o Perlunya perencanaan dari aspek bisnis untuk pengelolaan investasi dan manajemen
bisnis agar mendapatkan keuntungan.
o Perlunya pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia di pesantren untuk
meningkatkan kapabilitas.
Kesimpulan
• Pondok pesantren merupakan Lembaga pemdidikan Islam yang Sebagian besar dana operasional
dan pembangunannya berasal dari zakat/infak/sedekah/wakaf.
• Harta wakaf harus dikelola secara produktif agar pahal ayang diharapkan dapat terus mengalir.
• Lemahnya pemahaman terkait pengelola pesnatren atas wakaf produktif.
• Lemahnya inovasi dan bisnis dan kemampuan manajerial.
• Tidak adanya pemisahan tugas dan fungsi.
• Tidak adanya pelaporan yang memadai menurut PSAK.
• Kurangnya sumber daya manusia yang menguasi bidang yang dibutuhkan.
Daftar Pustaka
Kegagalan Nazir dalam Tata Kelola dan Akuntabilitas pada Kebangkrutan
Pondok Pesantren

(2022)

Mahroji, Shinta Melzatia dan Nurul Rachmaini


Universitas Esa Unggul, Universitas Mercu Buana

Fair Value: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan


Volume 4, Number 10, 2022
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai