Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN PESANTREN

BERDASARKAN ISAK 35

(Studi Kasus: Pesantren Nurul Amanah Dolago Kec.Parigi Selatan)

PROPOSAL

Oleh :

MOH.RIYADI
C30118271

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan ridho-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Analisis
penerapan laporan keuangan pesantren berdasarkan ISAK 35”. Proposal ini dibuat
sebagai syarat untuk memenuhi tugas MID mata kuliah metodologi penelitian dengan usaha
dan juga support dari pihak yang bersedia membantu saya dalam menyusun proposal ini
sehingga saya dapat menyelesaikan dengan tepat waktu sebagaimana batas pengumpulan
yang diberikan oleh dosen pengampuh mata kuliah.

Saya sendiri menyadari bahwa banyak kekurangan yang ada dalam penyusunan
proposal ini baik dari segi bahasa, penulisan dan sebagainya. Maka dari itu saya sebagai
peneliti sekiranya pembaca dapat menyampaikan saran dan kritiknya pada kesempatan ini.
Sehingga saya dapat memperbaiki penyusunan proposal ini.

Harapan saya semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan juga
dapat menjadi bahan refensi untuk para peneliti selanjutnya.

Palu, 12 April 2021

Moh. Riyadi
ABSTRAK

Pesantren adalah salah satu organisasi non laba yang bergerak di bidang pendidikan yang
berbasis keagamaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan laporan keuangan
berdasarkan interpretasi standar akuntansi keuangan (ISAK) No 35. Dari informasi dan
referensi yang dibaca oleh penulis beberapa pesantren dalam menyusun laporan keuangan
belum sesuai dengan ISAK 35. Yang mereka buat hanyalah laporan penerimaan dan
pengeluaran, sedangkan menurut ISAK 35 organisasi non laba seperti pesantren dapat
membuat laporan keuangan yang terdiri dari laporan posisi keuangan,aktivitas,arus kas,dan
catatan atas laporan keuangan. Teknik penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif yang sesuai dengan petunjuk mata kuliah metodologi penelitian. Karena
beberapa pesantren yang belum membuat laporan keuangan berdasarkan ISAK 35, maka
penulis mengusulkan dan membuat contoh untuk laporan keuangan berdasarkan ISAK 35.
Hasil dari penelitian ini adalah pesantren mampu menghasilkan laporan keuangan
berdasarkan ISAK No. 35.

Kata kunci : Laporan keuangan, pesantren, Interpretasi standar akuntansi keuangan (ISAK)
No.35

ABSTRACT

Pesantren is one of the non-profit organizations engaged in religious-based education. The


purpose of this research is to present financial statements based on the interpretation of
financial accounting standards (ISAK) No. 35. From the information and references read by
the authors of several pesantren in compiling financial statements have not been in
accordance with ISAK 35. All they make is a report on receipts and expenses, whereas
according to ISAK 35 non-profit organizations such as pesantren can make financial
statements consisting of reports of financial position, activities, cash flow, and notes on
financial statements. This research technique is to use qualitative descriptive analysis
techniques that are in accordance with the course instructions of the research methodology.
Because some pesantren have not made financial statements based on ISAK 35, the author
proposes and makes examples for financial statements based on ISAK 35. The result of this
study is that pesantren is able to produce financial statements based on ISAK No. 35.

Keywords: Financial statements, pesantren, interpretation of financial accounting standards


(ISAK) No.35
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………..1

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


ABSTRAK ................................................................................................................................. 3
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..4

BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 5
1. Latar belakang ............................................................................................................................. 5
2. Rumusan masalah ....................................................................................................................... 7
3. Tujuan penelitian ........................................................................................................................ 7
4. Manfaat penelitian ...................................................................................................................... 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 8
A. Penelitian terdahulu .................................................................................................................... 8
B. Landasan teori ........................................................................................................................... 10
1. Siklus akuntansi .................................................................................................................... 10
2. Laporan keuangan ................................................................................................................. 10
3. Pondok pesantren .................................................................................................................. 11
4. Konsep dasar ISAK 35.......................................................................................................... 12
5. Ruang lingkup ISAK 35........................................................................................................ 13
6. Laporan keuangan entitas non laba berdasarkan ISAK 35 ................................................... 13
BAB III
METODE PENELITIAN......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 17
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Perkembangan pendidikan di Indonesia bisa dikatakan mulai maju termasuk
dibidang keagamaan seperti pesantren yang merupakan organisasi non laba yang
berada di bawah naungan kementrian agama. Sebagaimana disebutkan dalam
Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1
(16) “ Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai
perwujudan pendidikan dari, oleh dan untuk masyarakat” Wahidin, 2016(dalam
Ivan,2019). Peran akuntansi bukan hanya pada praktek bisnis, tetapi juga pada
berbagai kehidupan. Pencatatan,penjurnalan, dan perhitungan anggaran juga termasuk
dalam system akuntansi. Tanpa kita sadari segala bidang memerlukan
akuntansi,termasuk organisasi nonlaba (non profit). Perbedaan yang mendasar antara
entitas bisnis dan entitas nonlaba ada pada cara memperoleh sumber daya yang
dibutuhkan untuk aktivitas operasinya. Entitas nonlaba tidak mengharapkan
keuntungan atau profit yang sebanding dari sumber daya yang diberikan. Sehingga
dalam entitas non laba akan muncul transaksi yang jarang kita temui dalam entitas
bisnis. Contohnya seperti penerimaan sumbangan,donatur dan lain sebagainya.
Seperti halnya entitas bisnis, entitas non laba juga memerlukan jasa akuntansi. Baik
untuk menghasilkan laporan keuangan ataupun untuk mengembangkan kualitas
pengendalian pesantren tersebut. Tujuan dari entitas non laba adalah untuk
memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat,sedangkan entitas bisnis lebih
mengutamakan keuntungan (profit). Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk
akuntabilitas dan transparansi entitas non laba kepada public, yang berguna sebagai
media untuk menghubungkan pengendali entitas dan para pemegang kepentingan
(stakeholder). Laporan keuangan menjadi penting karena didalamnya memuat
informasi mengenai organisasi yang mengelola sumber keuangan yang ada,
berapa besars umber daya yang dimiliki, serta apa saja pencapaian yang telah
diraih dengan sumber tadi Nainggolan,2012:3 (dalam fitri, dkk). Laporan
keuangan digunakan sebagai alat pengendalian dan evaluasi kinerja manajerial
dan organisasi, mahsun, dkk, 2013:188 (dalam fitri,dkk). Informasi keuangan sangat
diperlukan dalam entitas non laba untuk para pengguna, baik bagi para pihak internal
maupun eksternal seperti donatur,kreditur,anggota entitas dan para pihak-pihak lain
yang berkepentingan didalamnya. Pesantren dapat dikatakan sebagai lembaga yang
berbasis masyarakat yang didirikan oleh perseorangan,yayasan,organisasi masyarakat
islam atau masyarakat yang menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
SWT. Yang mencerminkan sikap rendah hati,toleran,keseimbangan,moderat dan nilai
luhur bangsa Indonesia lainnya melalui pendidikan islam,keteladanan dan
pemberdayaan masyarakat dalam kerangka Negara kesatuan republik Indonesia.
Pendidikan pesantren dilaksanakan sebagai perwujudan dari,oleh dan untuk
masyrakat. Pendidikan pesantren sendiri diatur dalam undang-undang nomor 18 tahun
2019 tentang pesantren merupakan kesepakatan bersama dengan melibatkan pihak
yang mewakili komunitas pesantren, yang masing—masing telah memvalidasi
rumusan norma huku secara optimal sesuai dengan karakteristik dan kekhasan
pesantren.
Akan tetapi, entitas non laba seperti pesantren di Indonesia masih mengarah
pada pengutamaan program aktivitas mereka dan tidak betul-betul menilik pentingnya
teknik pengelolaan keuangan. Padahal laporan keuangan sebagai salah satu bentuk
akuntabilitas dan transparansi suatu lembaga. Untuk menyusun laporan keuangan
yang baik diperlukan ilmu pengetahuan,keterampilan,dan pengalaman yang cukup
handal. Bila ditinjau dari aktivitas pesantren pada lembaga pendidikan. Seharusnya
dalam menyajikan laporan keuangan sudah cukup memadai seperti halnya entitas
lainnya yang sudah menghasilkan laporan keuangan yang sesuai dengan ISAK 35.
Tetapi, pada kenyataannya lembaga seperti pesantren belum bisa menghasilkan
laporan keuangan yang baik sesuai dengan ISAK 35. Laporan yang dibuat hanyalah
sebatas laporan penerimaan dan pengeluaran. Sehingga hal inilah yang menyebabkan
laporan keuangan pesantren kurang relevan bagi para pemegang kepentingan.
Akhirnya penulis berinisiatif untuk mengangkat judul “Analisis penerapan laporan
keuangan pesantren berdasarkan ISAK 35.
2. Rumusan masalah
a. apa saja kendala pesantren dalam penerapan laporan keuangan berdasarkan
ISAK 35?
b. Bagaimana penerapan ISAK 35 dalam penyajian laporan keuangan pesantren?
c. Bagaimana penyusunan laporan keuangan pada pesantren?

3. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui kendala pesantren dalam penerapan laporan keuangan
berdasarkan ISAK 35
b. Untuk mengetahui penerapan ISAK 35dalam penyajian laporan keuangan
pesantren
c. Untuk mengetahui penyususnan laporan keuangan pesantren

4. Manfaat penelitian
Bagi penulis, untuk melakukan penilitian hubungan antara teori yang
diperoleh dalam menempuh pendidikan akuntansi dengan praktik akuntansi. Sehingga
bagi bagi peneliti selanjutnya, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan
manfaat dan menjadi bahan atau refensi untuk menyempurnakan penelitian
selanjutnya. Dan juga sebagai sumber informasi bagi para pemegang kepentingan
baik pihak internal maupun eksternal seperti halnya donatur dan sebagainya. Serta
untuk pondok pesantren, sebagai tolak ukur dan dasar dalam penyusunan laporan
keuangan yang berdasarkan pada ISAK 35 sehingga terciptanya laporan keuangan
yang baik dan berkualitas serta terciptanya tata kelola yang baik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian terdahulu

NO Nama peneliti Judul penelitian Hasil penelitian


1 Fitri nurjannah Analisis penyusunan Laporan keuangan yayasan
lubis & debbi laporan keuangan pesantren Al-husna
chyntia ovami berdasarkan pernyataan berdasarkan pedoman PSAK
standar akuntansi No.45 sesuai dengan informasi
keuangan (PSAK) NO.45 yang didapat
(studi kasus: yayasan
pesantren Al-husna)
2 Intan devi atufah, Penerapan PSAK No.45 Menunjukkan laporan
norita citra tentang pelaporan keuangan yang ada di yayasan
yuliarti & dania keuangan organisasi pendidikan pondok pesantren
puspitasari nirlaba yayasan Al-khairiyah belum sesuai
pendidikan pondok dengan penyusunan laporan
pesantren Al-khairiyah keuangan berdasarkan format
laporan keuangan nirlaba yang
ada pada PSAK No.45
3 Ivan ade Analisis penerapan laporan a. Dalam penyusunan
firmansyah keuangan berdasarkan laporan keuangan pondok
pedoman akuntansi pesantren Al-qur’an
pesantren pada pondok zaenuddin hanya
pesantren Al-qur’an melakukan pencatatan kas
zaenuddin tegal dengan sistem single entry
b. Penyajian laporan
keuangan pondok
pesantren Al-qur’an
zaenuddin belum sesuai
dengan apa yang
dijelaskan dalam pedoman
akuntansi pesantren,
kemudian peneliti
memberikan rekomendasi
penyajian laporan
keuangan yang sesuai
dengan pedoman
akuntansi pesantren
c. Kendala yang diaalami
oleh pondok pesantren Al-
qur’an zaenuddin dalam
penerapan pedoman
akuntansi pesantren adalah
minimnya informasi dan
sosialisasi tentang
pelaporan keuangan
khususnya pedoman
akuntansi pesantren yang
merreka dapat..

Jika dilihat dari penelitian terdahulu, ada beberapa kesamaan dan perbedaan antara
penelitian terdahulu dengan penelitian ini. Kesamaannya ada pada lingkungan (ruang
lingkup) penelitian yakni sama-sama meneliti laporan keuangan pesantren. perbedaan
penelitian terdahulu dan penelitian saat ini adalah penelitian terdahulu menggunakan
PSAK No..45 sebagai landasan dalam penyusunan laporan keuangan pesantren.
Sedangkan pada penelitian saat ini menggunakan ISAK No..35 sebagai landasan/acuan
dalam penyusunan laporan keuangan pessantren yang mana telah di sahkan oleh dewan
standar akuntansi keuangan ikatan akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada tanggal 11 April
2019. Penelitian terdahulu dilakukan sebelum ISAK ini diterbitkan.
B. Landasan teori

1. Siklus akuntansi
Menurut soemarso, 2004 (dalam ivan,2019) siklus akuntansi adalah tahap-
tahap kegiatan mulai dari terjadinya transaksi sampai dengan penyusunan laporan
keuangan sehingga siap untuk pencatatan transaksi berikutnya.
Rudianto, 2012:16 (dalam ivan,2019) menyatakan bahwa siklus akuntansi
adalah urutan kerja yang harus dilakukan oleh akuntan sejak awal hingga pada
akhirnya menghasilkan laporan keuangan. Adapun tahap-tahap dari siklus akuntansi
yaitu pengidentifikasian,pencatatan,penggolongan,pengikhtisaran,dan pelaporan,
Soemarso,2004; Rudianto,2012 (dalam ivan,2019). Dari definisi tersebut dapat di
ambil kesimpulan bahwa siklus akuntansi merupakan langkah-langkah atau proses
dalam penyusunan laporan keuangan.

2. Laporan keuangan
a. Pengertian laporan keuangan
Laporan keuangan adalah sebuah laporan yang mendeskripsikan keadaan
keuangan perusahaan, yang mana informasi itu bisa dijadikan sebagai
representasi kinerja keuangan suuatu perusahaan. Menurut (IAI,2012), laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,laporan laba rugi, laporan posisi
keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya,sebagai laporan
arus kas,atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan
yang merupakan tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut.
Menurut munawir (2004), laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil
dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara
data keuangan atau aktivitas suatu entitas dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas entitas tersebut. Menurut kasmir
(2010), laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisisi keuangan
sebuah entitas pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.
Menurut raharja (2001), laporan keuangan merupakan laporan
pertanggungjawaban yang dibuat oleh manajer atau pimpinan suatu entitas atas
pengelolaan entitas tersebut yang dipercayakan kepadanya oleh
pemilik,pemerintah atau kantor pajak,kreditor (bank dan lembaga keuangan
lainnya) oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
adalah laporan yang memberikan informasi mengenai keadaan atau kondisi
keuangan perusahaan yang bermula dari proses akuntansi dalam satu periode, dan
sebagai bentuk akuntabilitas pihak pengelola. (IAI,2012; Munawir,2004;
Kasmir,2010; Raharja,2001).
b. Tujuan laporan keuangan
Menurut Samryn (2014), laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk
memberikan informasi mengenai keadaan keuangan perusahaan kepada para
pemegang kepentingan (stakeholder). Menurut kartikahadi (2012), laporan
keuangan adalah suatu akuntabilitas manajer atas penggunaan sumber daya yang
dikelola oleh suatu perusahaan dengan tujuan menyampaikan informasi atas
posisi keuangan,kinerja keuangan,dan arus kas perusahaan yang bermanfaat
untuk para pemangku kepentingan.
Menurut kasmir (2010), terdapat 8 tujuan penyusunan laporan keuangan,
yakni sebagai berikut:
1. Menginformasikan mengenai asset yang dimiliki perusahaan/entitas
2. Menginformasikan jenis dan total kewajiban serta modal miilik
perusahaan atau entitas.
3. Menginformasikan mengenai jenis dan total pendapatan yang dihasilkan
perusahaan pada periode tertentu.
4. Menginformasikan total biaya dan jenis biaya yang dihabiskan
perusahan dalam satu periode
5. Menginformasikan perubahan terhadap aktiva,pasiva dan modal
perusahaan
6. Menginformasikan kinerja manajemen dalam satu periode
7. Menginformasikan CALK
8. Mmenyampaikan informasi keuangan lainnya.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI,2009) laporan keuangan memiliki


tujuan menginformasikan mengenai posisi keuangan,kinerja dan arus kas
perusahaan yang berguna untuk para pengguna laporan keuangan dalam hal untuk
mengambil keputusan dan juga sebagai bentuk akuntabilitas manajemen atas
pemakaian sumber daya yang ada.

3. Pondok pesantren
Secara etimologi pesantren berasal dari kata pe-santri-an, di mana kata santri
(cantik) yang memiliki arti murid padepokan atau murid orang pandai dalam bahasa
jawa. Sedangkan kata pondok berasal dari bahasa Arab funduuq yang berarti
penginapan.
Secara terminology, pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional islam
untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran
islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku
sehari-hari. Zarkasyi (2005) menyatakan bahwa pondok pesantren adalah majelis
pendidikan agama dengan sistem pondok atau asrama, kyai atau ustad sebagai guru
atau pembimbingnya/pendidik,masjid sebagai tempat yang religious, dan belajar
agama yang di bimbing oleh kyai atau ustad sebagai kegiatan utamanya.
Peraturan mentri agama nomor 3 tahun 1979 mengklasifikasikan pondok
pesantren menjadi :
 Pondok pesantren tipe A, pondok pesantren yang dimana para
santrinya tinggal dan tidur di asrama atau pondok dengan proses
pembelajaran yang tradisional
 Pondok pesantren tipe B, pondok pesantren yang melaksanakan proses
pembelajaran secara klasikal dan belajar yang dilakukan oleh kyai
bersifat praktik.
 Pondok pesantren tipe C, pondok pesantren yang cuman sebagai
pondok, sementara itu para santri melakukan proses pembelajaran
diluar pondok seperti di madrasah atau sekolah umum lainnya. Kyai
hanya mngawasi dan membina para santri.
 Pondok pesantren tipe D, pondok pesantren yang melaksanakan
praktik asrama atau pondok dan sitem sekolah atau madrasah.

Dari pernyataan diatas dapat di simpulkan bahwa pondok pesantren adalah sebuah
lembaga pendidikan yang lebih fokus pada belajar agama dimana para santrinya
tinggal di dalam asrama atau pondok untuk mempelajari, memahami,
mengamalkan,dan mendalami ilmu agamadengan menekankan pada pendirian moral
yang dibimbing oleh kyai dan masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan.

4. Konsep dasar ISAK 35


Pada tanggal 11 april 2019 dewan standar akuntansi keuangan ikatan akuntan
Indonesia (DSAK IAI) telah menerbitkan interpretasi standar akuntansi keuangan
(ISAK) No. 35 yang mengatur tentang penyajian laporan keuangan entitas yang
berorientasi non laba yang berlaku efektif untuk periode tahun buku yang dimulai
pada tanggal 1 januari 2020. Yang mana sebelumnya untuk organisasi non laba
diatur dengan pernyataan standar akunttansi keuangan (PSAK) 45 revisi 2017 yang
sekarang telah diganti menjadi ISAK 35. PSAK 45 dan ISAK 35 memiliki perbedaan
yang mendasar yakni, klasifikasi asset neto. Yang mana penggabungan asset neto
terikat permanen dan asset neto terikat temporer menjadi asset neto dengan
pembatasan (with restrictions) akan mengurangi kompleksitas dan asset neto tidak
terikat menjadi asset neto tanpa pembatasan (without restrictions) oleh Karena itu
akan membawa pemahaman yang baik dan manfaat lebih besar bagi para pemakai
laporan keuangan perusahaan non laba.
ISAK 35 yang disahkan oleh DSAK IAI adalah bentuk interpretasi dari PSAK
1: penyajian laporan keuangan paragraph 05 yang memberikan contoh kepada
perusahaan atau entitas yang berorientasi non laba dalam membuat penyesuaian.
Penyesuaian deskripsi yang digunakan untuk pos-pos tertentu dalam laporan
keuangan. Penyesuaian deskripsi yang digunakan untuk laporan keuangan itu sendiri.

5. Ruang lingkup ISAK 35


a. Ruang lingkup ISAK 35 : penyajian laporan keuangan entitas berorientasi
nonlaba. Memberikan pedoman penyajian laporan keuangan untuk entitas
berorientasi nonlaba sebagai interpretasi dari PSAK 1: penyajian laporan
keuangan paragraph 05
b. Interpretasi ini juga diterapkan juga oleh entitas yang berorientasi nonlaba yang
memakai standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas public (SAK
ETAP).
c. Perundang-undangan di Indonesia yang mengatur secara spesifik mengenai
definisi dan ruang lingkup entitas berorientasi non laba tidak ditemukan. Oleh
karenanya, DSAK IAI tidak memberikan pengertian atau tolak ukur untuk
membedakan organisasi non laba dan bisnis.
d. Entitas melakukan penilaian sendiri untuk menentukan suatu entitas yang
berorientasi nonlaba, terlepas dari model badan hukum entitas tersebut, sehingga
dapat menerapkan interpretasi ini.

6. Laporan keuangan entitas non laba berdasarkan ISAK 35


Menurut PSAK 1 ( ikatan akuntan Indonesia,2018) laporan keuangan
merupakan sebuah penyajian yang sistematis mulai dari posisi keuangan serta kinerja
keuangan entitas. Sementara itu hasil akhir dari siklus akuntansi adalah laporan
keuangan. Laporan keuangan ini terdiri dari informasi tentang
asset,liabilitas,ekuitas,pendapatan,beban dan juga kerugian dan keuntungan.
Berdasarkan ISAK 35, laporan keuangan entitas yang berorientasi nonlaba yang
merupakan hasil akhir dari siklus akuntansi terdiri dari : laporan posisi keuangan,
laporan ppenghasilan komprehensif, laporan perubahan asset neto, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan. Berikut merupakan laporan keuangan entitas
nonlaba yakni :
1. Laporan posisi keuangan
Laporan posisi keuangan adalah laporan yang mendeskripsikan posisi
asset, liabilitas, dan asset bersih pada periode tertentu. Tujuan dari laporan posisi
keuangan ialah menginformasikan asset, liabilitas dan asset neto serta informasi
mengenai keterkaitan antara kedua unsur-unsur tersebut. Laporan posisi keuangan
entitas dapat dilihat sebagai berikut :
 Asset
Merupakan sumber daya yang dimiliki oleh entitas sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan
diharapkan akan diperoleh entitas (IAI,2011).
 Liabilitas

Adalah klaim atau tuntutan dari pihak ketiga atas harta entitas.
Contoh urutan dan penyajian liabilitas yakni; utang, pendapatan diterima
dimuka, utang lainnya, utang jangka panjang.

 Asset neto
Asset neto dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :
i. Asset neto tanpa pembatasan (without restrictions) merupakan asset
yang tidak memiliki batasan atas asset tersebut.
ii. Asset neto dengan pembatasan (with restrictions) merupakan
penggabungan asset neto terikat permanen dan asset neto terikat
temporer menjadi asset neto dengan pembatasan akan mengurangi
kompleksitas.

Format laporan posisi keuangan terbagi menjadi dua yaitu:

a. Format A menyajikan pos penghasilan komprehensif lain secara tersendiri


sebagai bagian dari asset neto tanpa pembatasan dari pemberi sumber daya.
b. Format B tidak menyajikan informasi pos penghasilan komprehensif lain
secara tersendiri.
2. Laporan penghasilan komprehensif
Merupakan laporan yang menyajikan laporan laba rugi pada periode tertentu.
Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi adalah sebagai berikut :
a. Pendapatan
b. Beban keuangan
c. Bagian laba atau rugi
d. Beban pajak
e. Laba rugi atau rugi neto
3. Laporan perubahan asset neto
Dalam penyusunan laporan keuangan berdasarkan interpretasi standar
akuntansi keuangan (ISAK) 35 merupakan informasi perubahan asset neto
menunjukkan laporan asset neto tanpa pembatasan dari pemberi sumber daya dan
asset neto dengan pembatasan dari pemberi sumber daya.
4. Laporan arus kas
Laporan arus kas merupakan informasi yang menunjukkan pengeluaran dan
penerimaan kas dan setara kas dalam periode tertentu. Laporan arus kas
diklasifikasikan dalam aktivitas operasional,investasi dan pendanaan.laporan
mengenai arus kas akan bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan
sebagai menjadi tolak ukur untuk menilai kinerja entitas dalam menghasilkan kas
dan setara kas.
5. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan adalah elemen yang tidak bisa dipisahkan dari
laporan diatas tersebut. Beguna untuk memberikan informasi tambahan
mengenai dugaan-dugaan yang dinyatakan dalam laporan keuangan. Catatan atas
laporan keuangan ini memberikan secara rinci atau detail pos-pos yang ada di
dalam laporan keuangan.
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode dalam penelitian ini yang peneliti gunakan adalah metode deskriptif kualitatif.
Menurut bungin (2011), penelitian secara deskriptif kualitatif bertujuan untuk menunjukkan,
menyingkatkan segala keadaan, situasi,serta peristiwa nyata sosial yang ada di masyarakat
yang menjadi objek penelitian, dan berusaha memunculkan realita itu permukaan sebagai ciri,
karakter, sifat, mode, tanda, atau perwujudan mengenai keadaan, situasi ataupun fenomena
tersebut. Data yang digunakan peneliti ialah data documenter. Menurut indriantoro (2002)
yaitu macam-macam data penelitian yaknii : faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat,
memo atau dalam bentuk laporan program. Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah
data yang berasal atau di dapatkan secara langsung dari sumber aslinya tanpa media perantara
(data primer). dan sumber data yang berasal secara tidak langsung dari sumber aslinya tetapi
diperoleh dari media perantara (data sekunder).
Metode atau teknik yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data yakni
dengan cara :
a. Observasi
Dimana peneliti harus turun langsung untuk mendapatkan informasi yang murni
atau relevan untuk melihat fenomena/peristiwa yang terjadi terkait dengan objek
penelitian ini namun peneliti tidak akan ikut campur dalam kegiatan yang
dilakukan tersebut.
b. Wawancara
Wawancara adalah salah satu cara dalam teknik pengumpulan data dimana
peneliti juga harus berkomunikasi secara langsung antara peneliti dan narasumber
atau responden untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan
penelitian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara mencari bukti
nyata seperti catatan bulanan/harian, laporan, surat-surat penting, bukti transaksi,
notulen rapat dan sebagainya. Dimana peneliti harus mempelajari dengan teliti
dokumen-dokumen yang didapatkan agar hasil informasi yang didapatkan oleh
peneliti dapat menjawab rumusan permasalahan yang ada pada objek penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2021. KERANGKA KONSEPTUAL PELAPORAN KEUANGAN. Institute of


Indonesia Chartered Accountants. http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-
keuangan/tentang-5-kerangka-dasar-sak-umum.

Devi Atufah, I., Citra Yuliarti,N., Puspitasari, D. (2008). PENERAPAN PSAK NO 45


TENTANG PELAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA YAYASAN
PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL-KHAIRIYAH. Internasional jurnal of
social science and business. 2(3),115-123.

Diviana, S., Putra Ananto, R., Andriani, W., Putra, R., Yentifa, A., Zahara, & siswanto, A.
(2020). PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN ENTITAS BERORIENTASI NON
LABA BERDASARKAN ISAK 35 PADA MASJID BAITUL HAADI. Akuntansi
dan Manajemen, 15(2), 113-132.

Ivan Ade Firmansyah. (2019). ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN


BERDASARKAN PEDOMAN AKUNTANSI PESANTREN PADA PONDOK
PESANTREN AL-QUR’AN ZAENUDDIN TEGAL. Universitas Pancasakti Tegal.

Nurjannah Lubis, F., Chyntia Ovami, D. (2019). ANALISIS PENYUSUSNAN LAPORAN


KEUANGAN BERDASARKAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI
KEUANGAN NO.45 (Studi kasus : yayasan pesantren Al-Husna). Prosiding seminar
Nasional & Expo. 1299-1306

Anda mungkin juga menyukai