STUDI MANDIRI
ABSTRAK
1
1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN
2
membuat laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas transaksi
dana, laporan keuangan tersebut sekaligus berfungsi sebagai alat pengambilan
keputusan oleh berbagai pihak.
Laporan keuangan sendiri merupakan suatu bentuk laporan kinerja
keuangan atau laporan pertanggung jawaban atas dana yang dikelola oleh
pondok pesantren. Dan laporan keuangan yang seharusnya di buat oleh
pesantren memiliki standar laporan keuangan nirlaba pada umumnya. Maka
dari itu dengan mempertimbangkan kondisi di atas, Bank Indonesia (BI) dan
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menginisiasi penyusunan panduan akuntansi
pondok pesantren supaya pondok pesantren mampu menyusun laporan
keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum
dengan mempertimbangkan sifat dan karakteristik dari pondok pesantren.
(Ikatan Akuntan Indonesia, 2018).
Penyusunan Pedoman Akuntansi Pesantren adalah upaya dari Ikatan
Akuntan Indonesia yang berkerjasama dengan Bank Indonesia dalam
memberdayakan kegiatan perekonomian pondok pesantren sehingga pondok
pesantren mampu menyusun laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi
keuangan yang berlaku umum di Indonesia. Dalam penyusunan Pedoman
Akuntansi Pesantren ini merupakan bentuk arahan yang tidak mengikat agar
pondok pesantren memiliki standar akuntabilitas yang baik. (Ikatan Akuntan
Indonesia, 2018). Tentunya masyarakat ataupun instansi keuangan pemerintah
berharap semua pondok pesantren dapat membuat laporan keuangan yang
memberikan informasi relevan, mudah dipahami dan sesuai dengan standar
akuntansi di Indonesia.
Namun, saat ini belum ada data yang menyatakan bahwa pondok
pesantren sudah menerapkan pelaporan keuangan secara teratur dan sesuai
dengan standar yang berlaku. Banyak diantara pesantren didaerah pelosok atau
bahkan ditengah kota yang belum memiliki pemahaman terhadap pelaporan
keuangan secara sederhanannya. Sehingga akuntabilitas pesantren dalam
mengelola keuangan belum terkelola dengan baik. Tentu sangat di sayangkan
3
karena saat ini begitu banyak bermunculan lembaga pendidikan baru yang
beryayasan pondok pesantren.
Maka dari itu di perlukannya penjelasan dalam bahasa yang lebih
sederhana agar pedoman akuntansi pesantren ini dapat di pahami oleh
pengelola pondok pesantren maupun umum. Dan penelitian ini sebagai telaah
literatur implementasi pedoman akuntansi pesantren untuk menjelaskan dengan
bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami oleh pengelola pesantren
dengan landasan SAK ETAP.
4
Merupakan bab terakhir dalam penulisan proposal skripsi ini yang akan
memberikan kesimpulan dan saran mengenai Tingkat Pemahaman Pengelola
Pesantren Terhadap Pedoman Akuntansi Pesantren.
5
topic tertentu, sebagaimana ditemukan dalam buku-buku ilmiah dan artikel
jurnal. Pada bagian telaah pustaka membicarakan hal-hal:
A. Membahas teori-teori pendukung yang melandasi masalah yang kita kaji.
Teori dapat berupa teori induk (grand theory), teori turunan (middle range
theory), dan teori aplikasi (applied theory).
B. Membahas hasil-hasil riset sebelumnya yang sudah dilakukan oleh orang
lin mengenai topic yang sejenis. (Yanuar, n.d.)
5.1 PESANTREN
6
bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlaq mulia, memiliki kecerdasan,
ketrampilan, dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang berpancasila.
Ponpes juga mendidik para santrinya untuk menjadi muslim selaku kader-kader
ulama dan mubaligh berjiwa ikhlas, tabah, tangguh dalam mengamalkan syariat
Islam secara utuh dan dinamis.
Selain itu, juga mendidik para santri untuk memperoleh kepribadian
serta mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia
pembangunan bagi dirinya serta bertanggungjawab terhadap pembangunan
bangsa dan negara. Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembangunan mikro
(keluarga) dan juga regional (pedesaan/masyarakat lingkungan). Tujuan
lainnya yakni mendidik santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam
berbagai sektor pembangunan khususnya pembangunan mental spiritual serta
mampu menjadi agen perubahan dalam membantu meningkatkan kesejahteraan
sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembangunan masyarakat
bangsanya. (ybmbri.org, n.d.).
7
Indonesia bekerjasama dengan Kompartemen Akuntan Syariah Ikatan Akuntan
Indonesia pada tahun 2017. Pedoman ini pertama kali diluncurkan pada
Indonesia Shariah Economics Festival (ISEF) ke-4 di Surabaya pada Tahun
2017.
Latar belakang peluncuran buku Pedoman Akuntansi Pesantren ini
sebagai tindak lanjut dari program Bank Indonesia dalam pemberdayaan
ekonomi pesantren. Bank Indonesia memandang bahwa pesantren yang
jumlahnya ribuan di Indonesia bisa menjadi lokomotif pengembangan ekonomi
syariah di Indonesia. Fakta yang ada memang saat ini banyak pesantren yang
mulai bergerak dalam pengembangan sektor ekonomi pesantren dengan
dimulai pendirian BMT atau koperasi syariah lalu berkembang dengan
pengembangan bisnis pesantren. (suprayogi, 2018).
Pedoman Akuntansi Pesantren ini hanya berlaku untuk entitas pondok
pesantren dengan badan hukum yayasan. Sehingga format dan komponen
laporan keuangannya mengikuti SAK 45 yaitu standar akuntansi untuk
organisasi nirlaba, tidak mengatur unit bisnis pondok pesantren dalam bentuk
perseroan terbatas atau koperasi yang dimiliki oleh pondok pesantren. Fakta di
lapangan adalah pondok pesantren ibaratnya seperti supermarket besar yang
memberikan jasa layanan yang beraneka ragam. Pondok pesantren secara core
bisnisnya memiliki pendidikan formal dan non formal dengan sistem boarding
school mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai dengan
pendidikan tinggi. Sebagai pendukung kegiatannya pondok pesantren memiliki
unit bisnis pendukung bisnis utamanya, biasanya unit bisnisnya berupa koperasi
syariah (BMT), Lembaga Amil Zakat (LAZ), dan unit bisnis lainnya sesuai
dengan kapasitas ekonomi pesantren mulai dari unit bisnis percetakan, sampai
dengan unit bisnis air minum dalam kemasan (AMDK).
Pondok pesantren merupakan mega entitas yang ada di Indonesia
melebihi konglomerasi usaha oleh swasta. Hampir semua usaha dari hulu
sampai hilir bisa dilakukan oleh pondok pesantren, tergantung jumlah santri
yang dimiliki, semakin besar jumlah santri yang dimiliki maka semakin besar
8
potensi ekonomi yang dimiliki oleh pondok pesantren, dan bisnis intinya masih
tetap yaitu pendidikan. Maka jika dilihat dari bisnis inti pondok pesantren yaitu
pendidikan maka SAK 45 menjadi sangat relevan untuk digunakan sebagai
acuan utamanya. (suprayogi, 2018).
9
Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus
membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (Explicit And Unreserved
Statement) atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan tidak boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali jika
mematuhi semua persyaratan dalam SAK ETAP. Apabila perusahaan memakai
SAK ETAP, maka auditor yang akan melakukan audit di perusahaan tersebut
juga akan mengacu kepada SAK ETAP. (Sariningtyas & Diah, n.d.)
PSAK 45 yang merupakan bagian dari SAK ETAP adalah standar
akuntansi yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia untuk lembaga
nirlaba. Standar akuntansi ini menjadi sebuah acuan, jika suatu perusahaan atau
entitas hendak menyusun laporan keuangan untuk pihak eksternal yaitu donator
yang berasal dari masyarakat. Jika donatur mensyaratkan laporan keuangan,
maka mau tidak mau laporan keuangan tersebut mesti disusun dengan mengacu
pada standarisasi akuntansi yang berlaku di Indonesia (yaitu SAK ETAP dan
PSAK 45).
SAK ETAP merupakan suatu singkatan dari standar akuntansi
keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Yang dimaksud dengan entitas
tanpa akuntabilitas publik adalah perusahaan yang tidak terdaftar pada pasar
modal. Perusahaan yang tidak terdaftar pada pasar modal boleh mengacu pada
SAK ETAP yang relatif lebih sederhana dibandingkan dengan SAK untuk
perusahaan yang terdaftar dipasar modal. Jarang ada organsiasi nirlaba yang
terdaftar di pasar modal, maka organisasi nirlaba boleh mengacu pada SAK
ETAP dalam menyusun laporan keuangan.
PSAK 45 adalah salah satu pernyataan standar akuntansi keuangan.
PSAK 45 ini membahas mengenai peloapran keuangan untuk Entitas Nirlaba.
Jadi dalam penyusunan laporan keuangan, setiap organsiasi (termasuk LSM,
Yayasan, Rumah sakit dan lain sebagainya) mesti mengacu pada PSAK 45,
terutama jika laporan keuanganan organsiasi tersebut diaudit oleh akuntan
publik. (Nikmatuniayah, 2018).
10
DAFTAR PUSTAKA
11
Yanuar, F. (n.d.). TELAAH LITERATUR IMPLEMENTASI PEDOMAN AKUNTANSI,
(45).
ybmbri.org. (n.d.). Tentang Pondok Pesantren – Yayasan Baitul Maal. Retrieved April 3,
2019, from http://ybmbri.org/tentang-pondok-pesantren/
12