Anda di halaman 1dari 12

TELAAH LITERATUR IMPLEMENTASI PEDOMAN

AKUNTANSI PESANTREN (PAP) BERDASARKAN STANDAR


AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS
PUBLIK (SAK ETAP)

STUDI MANDIRI

AHMAD GHOZI ABDULLAH


NIM 41601003

ABSTRAK

Penyusunan Pedoman Akuntansi Pesantren adalah upaya dari Ikatan


Akuntan Indonesia yang berkerjasama dengan Bank Indonesia dalam
memberdayakan kegiatan perekonomian pondok pesantren sehingga pondok
pesantren mampu menyusun laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi
keuangan yang berlaku umum di Indonesia. Namun untuk dapat dipahami oleh
para pengelola pesantren, Pedoman Akuntansi Pesantren ini butuh di jelaskan
dengan bahasa yang lebih sederhana agar dapat mudah dipahami dan di
implementasikan oleh pengelola pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan dengan bahasa sederhana mengenai Pedoman Akuntansi
Pesantren berdasarkan SAK ETAP. Dalam penelitian ini membahas berkaitan
dengan pos pos akuntansi yang dapat di gunakan dalam penyajian laporan
keuangan pesantren berdasarkan Pedoman Akuntansi Pesantren dan SAK
ETAP sebagai akuntabilitas pondok pesantren.

Kata Kunci : Pedoman Akuntansi Pesantren, Pesantren, SAK ETAP, Laporan


Keuangan

1
1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Pada perspektif pendidikan nasional, pondok pesantren merupakan


salah satu subsistem pendidikan yang memiliki karakteristik khusus. Secara
legalitas, eksistensi pondok pesantren diakui oleh Undang Undang RI No.20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Sanusi, 2012). Pesantren
menjadi salah satu rahim yang menetaskan para pejuang yang selain militan,
juga bertanggung jawab penuh terhadap tugas serta lingkungan- nya.
Bertanggung jawab secara vertikal maupun horisontal dalam melahirkan serta
membesarkan Indonesia. (Muhakamurrohman, 2018).
Pondok pesantren merupakan Lembaga Pendidikan yang memiliki
legalitas dan berbadan hukum. Biasanya semua Lembaga Pendidikan berbadan
hukum Yayasan atau biasa disebut organisasi nirlaba yang memiliki
pertanggung jawaban secara hukum. Organisasi nirlaba menerapkan prinsip
keterbukaan dan akuntabilitas pada masyarakat, maka pihak manajemen
melakukan pembenahan administrasi, termasuk publikasi pertanggungjawaban
laporan keuangan setiap tahun. Laporan keuangan yang baik adalah laporan
keuangan yang terhindar dari salah saji material, mudah dimengerti dan
tentunya harus sesuai dengan Standart Akuntansi Keuangan (Atufah, 2018).
Organisasi nirlaba termasuk pesantren dalam melaksanakan program -
programnya menggunakan sumber daya yang berasal dari masyarakat, maka
dari pertanggungjawaban laporan keuangannya harus bersifat terbuka dan
akuntabilitas kepada masyarakat. Masing-masing organisasi nirlaba memiliki
karakteristik yang unik dan masih perlu dilakukan penyempurnaan berkaitan
dengan standarisasi pelaporan keuangannya. Oleh karena itu, laporan keuangan
yang disajikan juga akan disesuaikan dengan karakteristik organisasi namun
tetap pada prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia.
Sebagai entitas nirlaba, yayasan memperoleh dana berupa sumbangan
dari donatur, masyarakat, dan pemerintah untuk melangsungkan kegiatan
operasionalnya. Walaupun para pemberi dana tidak mengharapkan
pengembalian atas dana yang telah diberikan, pihak yayasan harus mampu

2
membuat laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas transaksi
dana, laporan keuangan tersebut sekaligus berfungsi sebagai alat pengambilan
keputusan oleh berbagai pihak.
Laporan keuangan sendiri merupakan suatu bentuk laporan kinerja
keuangan atau laporan pertanggung jawaban atas dana yang dikelola oleh
pondok pesantren. Dan laporan keuangan yang seharusnya di buat oleh
pesantren memiliki standar laporan keuangan nirlaba pada umumnya. Maka
dari itu dengan mempertimbangkan kondisi di atas, Bank Indonesia (BI) dan
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menginisiasi penyusunan panduan akuntansi
pondok pesantren supaya pondok pesantren mampu menyusun laporan
keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum
dengan mempertimbangkan sifat dan karakteristik dari pondok pesantren.
(Ikatan Akuntan Indonesia, 2018).
Penyusunan Pedoman Akuntansi Pesantren adalah upaya dari Ikatan
Akuntan Indonesia yang berkerjasama dengan Bank Indonesia dalam
memberdayakan kegiatan perekonomian pondok pesantren sehingga pondok
pesantren mampu menyusun laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi
keuangan yang berlaku umum di Indonesia. Dalam penyusunan Pedoman
Akuntansi Pesantren ini merupakan bentuk arahan yang tidak mengikat agar
pondok pesantren memiliki standar akuntabilitas yang baik. (Ikatan Akuntan
Indonesia, 2018). Tentunya masyarakat ataupun instansi keuangan pemerintah
berharap semua pondok pesantren dapat membuat laporan keuangan yang
memberikan informasi relevan, mudah dipahami dan sesuai dengan standar
akuntansi di Indonesia.
Namun, saat ini belum ada data yang menyatakan bahwa pondok
pesantren sudah menerapkan pelaporan keuangan secara teratur dan sesuai
dengan standar yang berlaku. Banyak diantara pesantren didaerah pelosok atau
bahkan ditengah kota yang belum memiliki pemahaman terhadap pelaporan
keuangan secara sederhanannya. Sehingga akuntabilitas pesantren dalam
mengelola keuangan belum terkelola dengan baik. Tentu sangat di sayangkan

3
karena saat ini begitu banyak bermunculan lembaga pendidikan baru yang
beryayasan pondok pesantren.
Maka dari itu di perlukannya penjelasan dalam bahasa yang lebih
sederhana agar pedoman akuntansi pesantren ini dapat di pahami oleh
pengelola pondok pesantren maupun umum. Dan penelitian ini sebagai telaah
literatur implementasi pedoman akuntansi pesantren untuk menjelaskan dengan
bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami oleh pengelola pesantren
dengan landasan SAK ETAP.

2.1 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dengan bahasa sederhana


mengenai Pedoman Akuntansi Pesantren (PAP) berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP).

3.1 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan bertujuan untuk mempermudah pemahaman dan


penelahaan penelitian. Dalam laporan penelitian ini terdiri atas empat bab.
Masing – masing uraian yang secara garis besar dapat di jelaskan sebagai
berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam Bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan menguraikan teori – teori mengenai Telaah
Literatur, SAK ETAP, Pesantren, dan Pedoman Akuntansi Pesantren.
BAB 3 ANALISIS DATA
Pada bab ini akan menjelaskan pembahasan dan hasil penelitian.
BAB 4 PENUTUP

4
Merupakan bab terakhir dalam penulisan proposal skripsi ini yang akan
memberikan kesimpulan dan saran mengenai Tingkat Pemahaman Pengelola
Pesantren Terhadap Pedoman Akuntansi Pesantren.

4.1 TELAAH LITERATUR

Telaah pustaka disebut juga telaah literatur, atau literatur review.


Sebuah telaah pustaka merupakan sebuah uraian atau deskripsi tentang literatur
yang relevan dengan bidang atau topik tertentu. Ia memberikan tinjauan
mengenai apa yang telah dibahas atau yang telah dibicarakan oleh peneliti atau
penulis, teori atau hipotesis yang mendukung, permasalahan penelitian yang
diajukan atau ditanyakan, metode dan metodologi yang sesuai. (Yanuar, n.d.)
Telaah literatur merupakan alat yang penting sebagai contect review,
karena literatur sangat berguna dan sangat membantu dalam member konteks
dan arti dalam penulisan yang sedang dilakukan serta melalui telaah literatur
ini juga peneliti dapat menyatakan secara eksplisit dan pembaca mengetahui,
mengapa hal yang inigin diteliti merupakan masalah yang memang harus
diteliti, baik dari segi subjek yang akan diteliti dan lingkungan manapun dari
sisi hubungan penelitian dengan tersebut dengan penelitian lain yang relevan.
Suatu telaah pustaka mungkin sepenuhnya memuat deskripsi, misalnya
berupa suatu annotated bibliography, atau telaah ini memberikan suatu penting
tentang pustaka dalam suatu bidang tertentu, yang menyatakan di mana
kelemahan dan kesenjangan yang ada, yang membedakan dengan pandangan
penulis tertentu, atau yang memunculkan permasalahan. Telaah pustaka itu
tidak cukup hanya memberikan rangkuman tetapi juga akan memberikan
penilaian dan menunjukkan antara bahan-bahan yang berbeda, sehingga
memunculkan tema kunci. Bahkan suatu telaah yang bersifat deskriptif tidak
cukup hanya menyebutkan daftar nama atau uraian kata-kata, tetapi juga perlu
menambahkan komentar-komentar dan menghasikan tema-tema. Suatu telaah
pustaka memuat rangkuman dan uraian secara lengkap dan mutakhir tentang

5
topic tertentu, sebagaimana ditemukan dalam buku-buku ilmiah dan artikel
jurnal. Pada bagian telaah pustaka membicarakan hal-hal:
A. Membahas teori-teori pendukung yang melandasi masalah yang kita kaji.
Teori dapat berupa teori induk (grand theory), teori turunan (middle range
theory), dan teori aplikasi (applied theory).
B. Membahas hasil-hasil riset sebelumnya yang sudah dilakukan oleh orang
lin mengenai topic yang sejenis. (Yanuar, n.d.)

5.1 PESANTREN

Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya


tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal
dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri.
Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk
beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini
biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para
santri sesuai dengan peraturan yang berlaku. (wikipedia, n.d.). Pesantren
merupakan proses penyantrian yang memiliki dua arti, yaitu tempat santri atau
proses menjadi santri”. (www.potren.com, n.d.)
Pola pendidikan ponpes menekankan nilai-nilai dari kesederhanaan,
keikhlasan, kemandirian dan pengendalian diri. Menurut Zamakhsyari Dhofier
yang di kutip dari (ybmbri.org, n.d.) pendidikan pesantren bukanlah untuk
mengejar kepentingan kekuasaan, uang dan keagungan duniawi, tetapi
ditanamkan kepada mereka bahwa belajar adalah semata-mata kewajiban dan
pengabdian kepada Allah SWT. tujuan umum pondok pesantren adalah
membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran Islam
dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua kehidupannya dan
menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat dan
negara.
Berangkat dari tujuan umum tersebut maka keberadaan ponpes secara
khusus antara lain: mendidik para santri menjadi seorang muslim yang

6
bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlaq mulia, memiliki kecerdasan,
ketrampilan, dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang berpancasila.
Ponpes juga mendidik para santrinya untuk menjadi muslim selaku kader-kader
ulama dan mubaligh berjiwa ikhlas, tabah, tangguh dalam mengamalkan syariat
Islam secara utuh dan dinamis.
Selain itu, juga mendidik para santri untuk memperoleh kepribadian
serta mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia
pembangunan bagi dirinya serta bertanggungjawab terhadap pembangunan
bangsa dan negara. Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembangunan mikro
(keluarga) dan juga regional (pedesaan/masyarakat lingkungan). Tujuan
lainnya yakni mendidik santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam
berbagai sektor pembangunan khususnya pembangunan mental spiritual serta
mampu menjadi agen perubahan dalam membantu meningkatkan kesejahteraan
sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembangunan masyarakat
bangsanya. (ybmbri.org, n.d.).

6.1 PEDOMAN AKUNTANSI PESANTREN

Pedoman dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia, n.d.) adalah


kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus
dilakukan, hal (pokok) yang menjadi dasar (pegangan, petunjuk, dan
sebagainya) untuk menentukan atau melaksanakan sesuatu. Akuntansi menurut
Warren, Reeve, Fees yang di kutip dari (Novia WIdya Utami, n.d.) Sistem
akuntansi merupakan metode dan prosedur untuk mengumpulkan,
mengklarifikasi, mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi kegiatan bisnis
(operasional) dan keuangan sebuah perusahaan.
Pedoman Akuntansi Pesantren adalah panduan akuntansi pondok
pesantren supaya pondok pesantren mampu menyusun laporan keuangan sesuai
dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum dengan
mempertimbangkan sifat dan karakteristik dari pondok pesantren. (Ikatan
Akuntan Indonesia, 2018). Pedoman Akuntansi Pesantren disusun oleh Bank

7
Indonesia bekerjasama dengan Kompartemen Akuntan Syariah Ikatan Akuntan
Indonesia pada tahun 2017. Pedoman ini pertama kali diluncurkan pada
Indonesia Shariah Economics Festival (ISEF) ke-4 di Surabaya pada Tahun
2017.
Latar belakang peluncuran buku Pedoman Akuntansi Pesantren ini
sebagai tindak lanjut dari program Bank Indonesia dalam pemberdayaan
ekonomi pesantren. Bank Indonesia memandang bahwa pesantren yang
jumlahnya ribuan di Indonesia bisa menjadi lokomotif pengembangan ekonomi
syariah di Indonesia. Fakta yang ada memang saat ini banyak pesantren yang
mulai bergerak dalam pengembangan sektor ekonomi pesantren dengan
dimulai pendirian BMT atau koperasi syariah lalu berkembang dengan
pengembangan bisnis pesantren. (suprayogi, 2018).
Pedoman Akuntansi Pesantren ini hanya berlaku untuk entitas pondok
pesantren dengan badan hukum yayasan. Sehingga format dan komponen
laporan keuangannya mengikuti SAK 45 yaitu standar akuntansi untuk
organisasi nirlaba, tidak mengatur unit bisnis pondok pesantren dalam bentuk
perseroan terbatas atau koperasi yang dimiliki oleh pondok pesantren. Fakta di
lapangan adalah pondok pesantren ibaratnya seperti supermarket besar yang
memberikan jasa layanan yang beraneka ragam. Pondok pesantren secara core
bisnisnya memiliki pendidikan formal dan non formal dengan sistem boarding
school mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai dengan
pendidikan tinggi. Sebagai pendukung kegiatannya pondok pesantren memiliki
unit bisnis pendukung bisnis utamanya, biasanya unit bisnisnya berupa koperasi
syariah (BMT), Lembaga Amil Zakat (LAZ), dan unit bisnis lainnya sesuai
dengan kapasitas ekonomi pesantren mulai dari unit bisnis percetakan, sampai
dengan unit bisnis air minum dalam kemasan (AMDK).
Pondok pesantren merupakan mega entitas yang ada di Indonesia
melebihi konglomerasi usaha oleh swasta. Hampir semua usaha dari hulu
sampai hilir bisa dilakukan oleh pondok pesantren, tergantung jumlah santri
yang dimiliki, semakin besar jumlah santri yang dimiliki maka semakin besar

8
potensi ekonomi yang dimiliki oleh pondok pesantren, dan bisnis intinya masih
tetap yaitu pendidikan. Maka jika dilihat dari bisnis inti pondok pesantren yaitu
pendidikan maka SAK 45 menjadi sangat relevan untuk digunakan sebagai
acuan utamanya. (suprayogi, 2018).

7.1 SAK ETAP

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik


(SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (ETAP), yaitu entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik
signifikan, dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general
purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna
eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha,
kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
SAK ETAP bertujuan untuk menciptakan fleksibilitas dalam
penerapannya dan diharapkan memberi kemudahan akses ETAP kepada
pendanaan dari perbankan. SAK ETAP merupakan SAK yang berdiri sendiri
dan tidak mengacu pada SAK Umum, sebagian besar menggunakan konsep
biaya historis; mengatur transaksi yang dilakukan oleh ETAP; bentuk
pengaturan yang lebih sederhana dalam hal perlakuan akuntansi dan relatif
tidak berubah selama beberapa tahun. (“Standar Akuntansi Keuangan- IAI
Global,” n.d.)
Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). SAK ETAP ini
berlaku secara efektif untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada
atau setelah 1 Januari 2011. Penerapan dini diperkenankan. Di dalam beberapa
hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk perusahaan
dibandingkan dengan PSAK dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks.
Perbedaan secara kasat mata dapat dilihat dari ketebalan SAK ETAP yang
hanya sekitar seratus halaman dengan menyajikan 30 bab.

9
Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus
membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (Explicit And Unreserved
Statement) atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan tidak boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali jika
mematuhi semua persyaratan dalam SAK ETAP. Apabila perusahaan memakai
SAK ETAP, maka auditor yang akan melakukan audit di perusahaan tersebut
juga akan mengacu kepada SAK ETAP. (Sariningtyas & Diah, n.d.)
PSAK 45 yang merupakan bagian dari SAK ETAP adalah standar
akuntansi yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia untuk lembaga
nirlaba. Standar akuntansi ini menjadi sebuah acuan, jika suatu perusahaan atau
entitas hendak menyusun laporan keuangan untuk pihak eksternal yaitu donator
yang berasal dari masyarakat. Jika donatur mensyaratkan laporan keuangan,
maka mau tidak mau laporan keuangan tersebut mesti disusun dengan mengacu
pada standarisasi akuntansi yang berlaku di Indonesia (yaitu SAK ETAP dan
PSAK 45).
SAK ETAP merupakan suatu singkatan dari standar akuntansi
keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Yang dimaksud dengan entitas
tanpa akuntabilitas publik adalah perusahaan yang tidak terdaftar pada pasar
modal. Perusahaan yang tidak terdaftar pada pasar modal boleh mengacu pada
SAK ETAP yang relatif lebih sederhana dibandingkan dengan SAK untuk
perusahaan yang terdaftar dipasar modal. Jarang ada organsiasi nirlaba yang
terdaftar di pasar modal, maka organisasi nirlaba boleh mengacu pada SAK
ETAP dalam menyusun laporan keuangan.
PSAK 45 adalah salah satu pernyataan standar akuntansi keuangan.
PSAK 45 ini membahas mengenai peloapran keuangan untuk Entitas Nirlaba.
Jadi dalam penyusunan laporan keuangan, setiap organsiasi (termasuk LSM,
Yayasan, Rumah sakit dan lain sebagainya) mesti mengacu pada PSAK 45,
terutama jika laporan keuanganan organsiasi tersebut diaudit oleh akuntan
publik. (Nikmatuniayah, 2018).

10
DAFTAR PUSTAKA

Atufah, I. D. (2018). PENERAPAN PSAK NO.45 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN


ORGANISASI NIRLABA YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL-
KHAIRIYAH. International Journal of Social Science and Business, 2(3), 115–123.
Retrieved from
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/IJSSB/article/view/16218/9657
Ikatan Akuntan Indonesia. (2018). Pedoman Akuntansi Pesantren. Bank Indonesia. Retrieved
from http://iaiglobal.or.id/v03/files/file_berita/Buku Pedoman Akuntansi Pesantren (28
Mei 2018).pdf
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (n.d.). Arti kata paham - Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) Online. Retrieved April 3, 2019, from https://kbbi.web.id/paham
Muhakamurrohman, A. (2018). Pesantren: Santri, Kiai, Dan Tradisi. Jurnal Telaah Islam
Dan Budaya, 12(2), 109–118. https://doi.org/10.24090/ibda.v12i2.440
Nikmatuniayah. (2018). PENERAPAN TEKNOLOGI LAPORAN KEUANGAN
BERDASARKAN SAK ETAP DAN PSAK 45 IAI PADA YAYASAN
DARUTTAQWA KOTA SEMARANG. Prosiding SNaPP: Sosial, Ekonomi Dan
Humaniora, 4(1), 273–280. Retrieved from
http://proceeding.unisba.ac.id/index.php/sosial/article/view/166/pdf
Novia WIdya Utami. (n.d.). Pengertian, Unsur, dan Contoh Sistem Akuntansi - Jurnal Blog.
Retrieved April 3, 2019, from https://www.jurnal.id/id/blog/2017-pengertian-unsur-dan-
contoh-sistem-akuntansi/
Sanusi, U. (2012). PENDIDIKAN KEMANDIRIAN DI PONDOK PESANTREN (Studi
Mengenai Realitas Kemandirian Santri di Pondok Pesantren al-Istiqlal Cianjur dan
Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tasikmalaya) (Vol. 10). Retrieved from www.uns.co.id
Sariningtyas, P., & Diah, T. (n.d.). STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA
AKUNTABILITAS PUBLIK PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Vol. 1).
Retrieved from https://core.ac.uk/download/pdf/12218273.pdf
Standar Akuntansi Keuangan- IAI Global. (n.d.). Retrieved August 8, 2019, from
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/etap
suprayogi, N. (2018). Pedoman Akuntansi Pesantren: Sudah Idealkah ? Retrieved April 3,
2019, from http://noven-suprayogi-feb.web.unair.ac.id/artikel_detail-222860-Islamic
Accounting-Pedoman Akuntansi Pesantren: Sudah Idealkah .html
wikipedia. (n.d.). Pesantren - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Retrieved
April 3, 2019, from https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren
www.potren.com. (n.d.). Pengertian Pondok Pesantren dan Santri menurut ahli. Retrieved
April 3, 2019, from https://pontren.com/2019/01/07/pengertian-santri-pondok-
pesantren-menurut-para-ahli/

11
Yanuar, F. (n.d.). TELAAH LITERATUR IMPLEMENTASI PEDOMAN AKUNTANSI,
(45).
ybmbri.org. (n.d.). Tentang Pondok Pesantren – Yayasan Baitul Maal. Retrieved April 3,
2019, from http://ybmbri.org/tentang-pondok-pesantren/

12

Anda mungkin juga menyukai