Anda di halaman 1dari 11

DEPARTEMEN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BABY BLUES SYNDROME

OLEH :
Andi Muh Rizaldy Syahputra Alamsyah C014201003
M.kafka sahran aswar C014201004
Gita Putri namira Rusdi C014201006

SUPERVISOR :
Dr.dr. Audry Devisanty Wuysang, M.Si, Sp.S (K),

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
202
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
2.1. DEFINISI............................................................................................... 2
2.2. ANATOMI............................................................................................. 2
2.3. GEJALA KLINIS................................................................................. 11
2.4. DIAGNOSIS......................................................................................... 18
2.5. PENATALAKSANAAN...................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
Melahirkan adalah sebuah karunia terbesar bagi wanita dan momen yang
sangat membahagiakan tetapi kadang harus menemui kenyataan bahwa tidak
semua menganggap seperti ini. Banyak orang menganggap bahwa kehamilan
adalah kodrat yang harus dilalui dan peristiwa alamiah yang wajar tapi bagi
wanita yang mengalami hal tersebut dapat menjadi episode yang dramatis dan
traumatis yang sangat menentukan kehidupannya di masa dating. Hal tersebut
menyebabkan ibu mengalami stress diiringi dengan perasaan sedih dan takut
sehingga mempengaruhi emosional dan sensivitas ibu pasca melahirkan.
Kelelahan ini terkait dengan sang bayi maupun perubahan kondisi fisik dan psikis
ibu, dan hal ini dapat memicu perasaan tertekan (stres). Banyak uibu baru
melahirkan mengalami depresi pasca persalinan atau lebih dikenal sebagai baby
blues syndrome. Baby blues syndrome ini dikategorikan sebagai sindrom
gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga
tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksana sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat
menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat
perasaan-perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan
kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat
yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk,
terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan
anaknya. 1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Baby blues syndrome (BBS) atau sering disebut juga dengan istilah maternity
blues atau post partum blues adalah gangguan emosi ringan yang biasanya terjadi
dalam kurun waktu 2 minggu atau 14 hari setelah ibu melahirkan. Istilah blues ini
mengacu pad arti ‘’ keadaan tertekan’’. Sesuai dengan arti katanya, maka tanda-

1
tanda dari sindrom ini adalah adanya gejala-gejala gangguan emosi seperti
menangis, sering merasa cemas, tidak percaya diri, sulit beristirahat dengan
tenang dan mood yang sering berubah-ubah. Sindrom ini di alami oleh hampir
sekitar 15-85% ibu pasca melahirkan. Baby blues syndrome perlu dibedakan
dengan post partum depression, dimana pada postpartum depression gejalanya
lebih berat dan sering serta onsetnya lebih dari 2 minggu. Gejala ini dikaitkan
dengan perubahan ceoat kadar hormon perempuan, stress saat melahirkan anak
dan kesadaran adanya peningkatan tanggung jawab sebagai ibu. Gangguan
psikologis sementara ini ditandai dengan memuncaknya emosi pada minggu
pertama setelah melahirkan. 2, 3

2.2 Etiologi dan patofisiologi


Sampai saat ini masih belum ada kesepakatan diantara para ahli tentang
faktor yang menjadi penyebab dari depresi pasca persalinan. Di duga disebabkan
oleh beberapa saling mempengaruhi antara lain :
1) Faktor psikososial
Faktor psikososial yang berkorelasi dengan timbulnya sindroma depresi pasca
persalinan antara lain: 4
a. Konflik dalam perkawinan yang meliputi :
 Adanya ketegangan yang kronis diantara pasangan yang
menyebabkan timbulnya rasa permusuhan antara pasangan tersebut.
 Riwayat adanya ketidakstabilan emosi pada isteri atau suami yang
menyebabkan dukungan akan kelahiran bayi mereka.
 Pada wanita yang berusia tua, yang mengharapkan kelahiran
anaknya.
b. Sikap ambivalen atau keraguan yang besar terhadap kehamilan dan
keinginannya untuk mempunyai anak.
c. Riwayat pernah menderita gangguan depresi sebelumnya dan atau reaksi
kejadian tertentu dalam kehidupannya, termasuk stress akibat melahirkan
anak.
d. Stress lingkungan.

2
2) Faktor Biologik
Perubahan biogenik (serotonin, norepinefrin, dan dopamin) serta
prekursornya dan sistem adenosin fosfat juga terlibat dalam terjadinya depresi
pasca persalinan. Perubahan metabolisme amin biogenik erat hubungannya
dengan gangguan depresi. Penurunan ekskresi norepinefrin di air kemih
menimbulkan peningkatan insidensi neurosis dan depresi. Gangguan
metabolisme amin biogenik diimplikasikan sebagai penyebab timbulnya
depresi. Sintesa 5 OH tryptamin di otak menurun menyebabkan kadar plasma
bebas triptofan menjadi rendah, sehingga menunjukkan penurunan afek.
Kemampuan mengikat reseptor alpha 2 adenoreseptor dipengaruhi oleh
konsentrasi estrogen dan progesteron. Pada ibu-ibu pasca bersalin dengan
afek yang depresif dijumpai peningkatan kapasitas alpha 2 adenoreseptor,
sehingga meningginya sensitivitas adenoreseptor dihubungkan dengan
etiologi depresi.5.6

3) Faktor hormonal
Penelitian menyatakan bahwa postpartum blues disebabkan oleh
perubahan hormonal. Ketika bayi lahir, terjadi perubahan level hormon yang
sangat mendadak pada ibu. Hormon kehamilan (esterogen dan progesterone)
secara mendadak mengalami penurunan selama 48-72 jam setelah
melahirkan dan juga disertai penurunan kadar hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar tiroid yang menyebabkan mudah Lelah, penurunan mood, dan
perasaan tertekan serta di lain sisi terjadi peningkatan dari hormon
menyusui. Perubahan hormon yang cepat inilah bisa mencetuskan terjadinya
Baby Blues Syndrome.2,3,5,6
Level neurosteroid berasal dari hormon progesteron yang mengalami
fluktuasi selama siklus menstruasi dan memuncak saat kehamilan. Hormon
sex yang dinamakan neurosteroid berikatan dengan beberapa tipe reseptor
termasuk reseptor GABAA untuk memodulasi eksitabilitas dari sel otak.
Kekurangan delta subunit reseptor GABA A pada wanita menunjukkan sikap
depresi dan gangguan cemas setelah melahirkan.7
Dari hasil penelitian, hormon estrogen dapat mempengaruhi aktivitas
neural pada hipotalamus dan sistem limbik langsung melalui modulasi

3
rangsangan saraf dan memiliki efek multifase kompleks pada sensitivitas
reseptor dopamin. Estrogen juga meningkatkan sintesis dopamine dan
melepaskan, memodifikasi tingkat pembakaran basal, dan dapat
menyebabkan perilaku stereotip pada hewan pengerat.2
Telah diketahui juga adanya keterlibatan hormon steroid dalam
patogenesis gangguan mood non puerperal. Beberapa peneliti menduga
peranan hormon tersebut terhadap timbulnya gangguan tiroid cukup tinggi
dan menurun secara drastis setelah pasca persalinan. Disamping peran
hormonal tersebut diatas, pada masa pasca persalinan juga dapat terjadi
disfungsi tiroid. Fungsi tiroid juga memainkan peranan penting dalam
pengaturan mood pada wanita. Disfungsi tiroid (hipothyroidisme atau
hyperthyroidisme) dapat menimbulkan gejala-gejala psikiatrik, namun
belum ada laporan secara pasti bahwa terdapat hubungan timbulnya depresi
pasca persalinan dengan keadaan disfungsi tiroid.2-3,7
Beberapa faktor yang diduga menempatkan wanita pasca bersalin
pada risiko tinggi mengalami depresi, antara lain:4
a. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan
emosional yang kompleks.
b. Dukungan sosial yang buruk, yang berarti tidak mempunyai
seseorang yang dipercaya untuk membantu atau mencurahkan
pikiran dan  perasaan dengan teman karib.
c. Riwayat premenstrual syndrome (PMS) sebelumnya, gangguan
menstruasi, dan atau kesulitan untuk hamil.
d. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan yang traumatis.
e. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti
tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak
diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial
ekonomi.
f. Gangguan tiroid atau riwayat keluarga dengan gangguan tiroid.
g. Diet rendah lemak, rendah protein atau kurang nutrisi lain, atau
morning sickness yang berat yang menyebabkan malnutrisi.

4
h. Peningkatan berat badan selama hamil dan penurunan berat yang
sedikit setelah melahirkan.
i. Kepulangan yang dini dari rumah sakit (kurang dari 24-40 jam).
j. Perselisihan perkawinan (marital discord).
k. Kehamilan yang tidak diinginkan.
l. Rasa ingin memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa
takut yang berlebihan akan kehilangan bayinya.
Oleh karena beranekaragam faktor etiologi dan rumitnya interaksi antar
berbagai faktor tersebut, maka sangat sulit mengidentifikasikan faktor resiko yang
pasti berperan dalam timbulnya depresi pasca persalinan dan sulit untuk
menentukan secara pasti karakteristik wanita yang akan mengalami depresi pasca
persalinan.

Epidemiologi
Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti dan klinisi yang memberi
perhatian khusus pada gejala psikologis yang menyertai seorang wanita pasca
salin, dan telah melaporkan beberapa angka kejadian dan berbagai faktor yang
diduga mempunyai kaitan dengan gejala-gejala tersebut. Berbagai studi mengenai
baby blue syndrome di luar negeri melaporkan angka kejadian yang cukup tinggi
dan sangat bervariasi antara 26-85%, yang kemungkinan disebabkan karena
adanya perbedaan populasi dan kriteria diagnosis yang digunakan. Di asia angka
kejadian Baby blues atau postpartum blues cukup tinggi dan bervariasi antara 26-
85%, sedangkan di Indonesia angka kejadian baby blues atau postpartum blues
antara 50-70% dari wanita pasca persalinan.3,8

Gambaran Klinis
Gambaran Klinis Baby blue syndrome ditandai perasaan sedih, seperti
menangis, perasaan kesepian atu menolak bayi, cemas, bingung, lelah, merasa
gagal dan tidak bisa tidur tanpa alas an yang jelas. Baby blue syndrome relatif
ringan dan biasanya berlangsung 2 minggu. Perbedaan dengan Post partum

5
Depression adalah pada frekuensi, intensitas dan lamanya durasi gejala. Dalam
Post partum Depression, gejala yang lebih sering, lebih intens dan lebih lama.2,3

Beberapa Gejala Kasus Baby blue syndrome: 4, 6


1. Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan menangis tanpa
sebab
2. Mudah kesal, gampang tersinggung dan tidak sabaran.
3. Tidak memiliki tenaga atau sedikit saja.
4. Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga.
5. Menjadi tidak tertarik dengan bayi anda atau menjadi terlalu memperhatikan dan
khawatir terhadap bayinya.
6. Tidak percaya diri.
7. Sulit beristirahat dengan tenang.
8. Peningkatan berat badan yang disertai dengan makan berlebihan.
9. Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan.
10. Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya.

Tatalaksana
a. Istirahat
Ini merupakan hal yang sangat penting bagi ibu-ibu yang baru selesai
menjalani persalinan. Sebagai tenaga kesehatan, bidan khususnya hendaknya
memberikan waktu dan kesempatan bagi ibu-ibu postpartum untuk istirahat yang
cukup dalam keadaan tenang batasi dan atur jumlah tamu dan jam tamu
berkunjung, dan jangan biarkan tamu berkunjung terlalu lama.
b. Konseling
Jika ditemui ibu-ibu menderita Baby blues setelah melahirkan, di mana dia merasa
sangat sedih dan menangis, maka sebagai tenaga kesehatan, sebaiknya kita
merawat ibu ini dalam ruangan yang terpisah, atau ruangan khusus, dan
selanjutnya membiarkan saja ibu ini menangis dalam ketenangan, tetapi tetap
diawasi. Biarkan saja ibu ini menangis dan meluapkan semua emosinya sampai
reda, tidak perlu disuruh berhenti nangisnya. Kita baru bisa memberikan bantuan
setelah dia tidak menangis, dan tidak emosi lagi. Pada saat ini, baru ibu tersebut
bisa mendengarkan apa yang kita bicarakan. Jika ibu sudah tenang baru kita bisa

6
menanyakan apa yang membuat dia begitu sedih. Di sini sangat dibutuhkan
konseling, agar ibu ini terbebas dari masalah yang dirasakannya. Ibu-ibu yang
sedang mengalami Baby blues sangat memerlukan ketenangan dan istirahat yang
banyak agar Baby blues nya cepat hilang.
c. Support keluarga dan orang sekitar
Keluarga diharapkan untuk senantiasa memberikan dukungan pada ibu
postpartum baik secara fisik, psikis maupun secara materiil, khususnya dukungan
suami dalam menghadapi peran ibu sebagai seorang istri maupun sebagai seorang
ibu.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Hadi NB, Barber ME, editor. Motherhood mental illness and recovery:
Stories of hope. New York: Springer; 2014. p. 52-5
2. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s: Comprehensive
textbook of psychiatry. Ninth ed. New York: Wolters Kluwer; 2009. p.
230, 2552-3.
3. Joy S. Postpartum depression. Medscape (online) in:
http://reference.medscape.com/article/271662-overview. Upd Apr 2014.
4. Sari LS. Sindroma Depresi Pasca Persalinan Di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan. (Tesis). Medan: Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa
pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2009.
5. Jayasima, A.M., Deliana, S.M. and Mabruri, M.I., 2014. Postpartum Blues
Syndrome Pada Kelahiran Anak Pertama. Developmental and Clinical
Psycology, 3(1).
6. Imsiragic AS, Begic D, Martic BS. Acute stress and depression 3 days
after vaginal delivery-observational, comparative study. Coll Antropol.
Jun 2009; 33(2): 521-7.

8
7. Rosario D, Genevieve A. Postpartum depression: symptoms, diagnosis,
and treatment approaches. JAAPA. Feb 2013; 26 (2): 50-4.
8. Susanti, L.W. and Sulistiyanti, A., 2017. Analisis faktor-faktor penyebab
terjadinya baby blues syndrome pada nifas. INFOKES Journal, 7(2).
9. Fatmawati DA. Faktor Risiko yang Berepengaruh terhadap Kejadian
Postpartum Blues. Jurnal Eduhealth. September 2015; 5(2): hh 82-93
10.

Anda mungkin juga menyukai