Anda di halaman 1dari 12

PEREKONOMIAN

INDONESIA
KAITAN ANTARA APBN DAN ASPIRASI RAKYAT,
KRISIS FISCAL 2001 & UTANG LUAR NEGERI

Kel 10: NAFILLIA SEPTIANANDA


ROMADON
EKONOMI POLITIK DAN APBN
Lepas Kaitan Antara APBN dan Aspirasi Rakyat

APBN sejatinya merupakan implementasi janji suatu partai yang memenangkan


pemilu dan berkuasa. Pemerintahan yang dikendalikan oleh partai pemenang tersebutlah yang
menyusun rancangan anggaran negara untuk memperoleh persetujuan dari parlemen. di
Indonesia APBN harus didasarkan pada program pembangunan lima tahunan, yang sekarang
dikenal dengan (Propenas), dan (Repeta). Keduanya harus tunduk pada GBHN. Propenas dan
Repeta mensyaratkan persetujuan dari DPR, sedangkan GBHN dihasilkan oleh MPR. Tetapi,
kenyataannya Indonesia tidak menganut sistem Parlementer. Keadaan tidak menentu tersebut
akan terus berlanjut jika akar permasalahan tidak mau disentuh, yakni carut-marutnya tata
kenegaraan kita.

Konsekuensi logis selanjutnya adalah ketidakjelasan atau bahkan lepas kaitan antara
sosok APBN dengan aspirasi rakyat pada berbagai partai yang ada di DPR. Jadi sosok APBN
tidak mencerminkan optimalisasi keseimbangan dari berbagai kepentingan masyarakat yang
berbeda-beda. Kenyataan demikianlah yang kita bisa jumpai pada APBN kita sekarang, APBN
2001.
APBN 2001 & Persoalan Stimulasi Ekonomi

Begitu rangkaian fiskal disahkan menjadi Undang-Undang ( UU ) APBN 2001 per 1


Januari 2001, skeptisme masyarakat pun bermunculan. Persoalan utamanya adalah bahwa
kebijakan yang diharapkan menjadi stimulasi pemulihan ekonomi tersebut, ternyata lebih
banyak dilandasi strategi konservatif dengan pertimbangan utama untuk keberlanjutan fiskal
(fiscal sustainability). Sebagian besar dari komponen kebijakan yang ada di dalamnya justru
didominasi oleh unsur-unsur tidak produktif dan tidak dinamis, seperti pembayaran cicilan
pokok dan bunga utang luar negeri serta penyisihan anggaran untuk keperluan dana
rekapitalisasi perbankan.

Persoalan keadilan ekonorni menjadi amat dominan ketika ritual seluruh rangkaian
budgeting stage, alokasi anggaran dalam pembahasan legislative stage dan implementation
stage tidak memberikan arah perubahan besar bagi terciptanya suatu nuansa keadilan dan
sebagai stimulasi pertumbuhan ekonomi.

Sesuatu yang masih harus diperjelas pada fase pelaksanaan anggaran


kelak adalah klarifikasi pemerintah pusat tentang arah kebijakan desentralisasi ekonomi.
Manajemen Defisit dan Debat Revisi APBN 2001

Seperti diketahui, dalam sebulan terakhir, persoalan manajemen defisit


anggaran cukup memperoleh perhatian dari masyarakat. Di samping itu,
debat publik mengenai revisi APBN 2001 terlihat cukup intensif walaupun
seringkali menyimpang dari esensi sebenarnya, dari suatu asumsi - asumsi
yang dibutuhkan dalam menyusun kebijakan fiskal. Berdasarkan hasil
pertemuan dengan Tim Review Kebijakan IMF dan prapertemuan CGI di
Jakarta April 2001, pemerintah telah menyampaikan kisaran revişi asumsi –
asumsi itu.

Persoalan sebenarnya dari suatu kebijakan fiskal adalah


bagaimana pemerintah dan DPR dapat "mengawal” setiap jengkal kebijakan
agar pemerintah dan pihak eksekutif lainnya bekerja keras, agar asumsi-
asumsi yang pernah dianggap layak pada awal pembahasan APBN itu
dapat terjaga dan terpenuhi dengan baik.
Revisi APBN dan Konsekuensinya

Revisi APBN tidaklah sekadar perubahan target-target kuantitatif. Tetapi, yang


terpenting lagi adalah bagaimana perubahan-perubahan itu mencerminkan keseimbangan antara
stimulus dan proses konsolidasi fiskal yang berkelanjutan, dengan mempertimbangkan implikasi
jangka pendeknya terhadap stabilitas makro ekonomi, kinerja dunia usaha, aspek keadilan sosial,
serta prioritas-prioritas pada masalah yang penting dan tidak dapat ditunda.

Pemerintah tampaknya cenderung mempertahankan angka defisit Pada kisaran 3,7


persen terhadap PDB. Penetapan angka defisit ini diperoleh dari perubahan target penerimaan
dalam negeri yang meningkat. sejumlah langkah yang akan ditempuh oleh pemerintah, di
antaranya:
ekstensifikasi dan intensifikasi pajak (PPh dan PPN), peningkatan cukai dan penerimaan sumber
daya alam, pengurangan subsidi, perampingan dan fokus pengeluaran Pembangunan,
perubahan alokasi dana desentralisasi; akselerasi privatisasi dan pinjaman luar negeri.
Penajaman Kebijakan Fiskal

Fokus penajaman kebijakan fiskal itu antara lain :

Penurunan rasio APBN Penghematan dalam


terhadap Produk Domestik pembelanjaan sosial.
Bruto (PDB)

Pencegahan dan penurunan Defragmentasi birokrasi dan


defisit anggaran secara kelembagaan untuk
sistematis mendukung penajaman
Strategi fiskal yang efektif.

segera berpikir untuk


Rasionalisasi subsidi yang
merumuskan sistem dana
eksesif.
perimbangan yang lebih
sustainable
UTANG LUAR NEGERI
Dilema Antara Biaya Pemulihan Ekonomi , Pembayaran Cicilan dan Bunga

Beberapa hal penting dari total akumulasi utang luar negeri Indonesia adalah:

60%
1. 60 persen total utang luar
negeri adalah utang sektor
publik

40,5%
2. Proporsi sektor swasta
cukup besar terhadap total
utang luar negeri sebesar
40,5 persen.

3. utang pemerintah terbesar


berasal dari utang multilateral
Beban Cicilan dan Bunga Utang Terhadap Perekonomian

Beban cicilan dan bunga utang pemerintah yang semakin besar mengakibatkan:

gaji pegawai negeri


mengecilnya proporsi yang semakin kecil pencabutan berbagai
alokasi anggaran proporsinya atau macam subsidi listrik dan
pembangunan untuk dengan kata lain sangat bahan bakar minyak
membayar utang dan sulit bagi pegawai walaupun subsidi
bunga. negeri mendapatkan tersebut memang salah
peningkatan gaji yang target.
signifikan
Keluar Dari Perangkap Utang

Keluar dari perangkap utang bukan hanya


sekedar bias melunasi utang
pemerintah dan swasta, tetapi lebih jauh lagi,
didalamnya juga mengharuskan terjadinya
reformasi struktural dalam perekonomian
Indonesia.
Beberapa argumen untuk penghapusan utang ini,
yaitu:

Pertama, karena belas Kedua, karena sebagian


kasihan, karena negara dari utang tersebut
ini terpuruk ke dalam adalah utang ilegal
lembah kemiskinan
sebagai akibat krisis Ketiga, penghapusan
ekonomi yang dalam utang karena kesalahan
perilaku kreditor,
khususnya lembaga
multilateral seperti Bank
Dunia.
Thank you
-If you can not be intelligent, be a good person-

Anda mungkin juga menyukai