Kelas : IV A
Pada abad ke-6, sebelum kolonialisme datang dan perang dunia kedua terjadi, merupakan
daerah yang berbentuk kerajaan-kerajaan. Pada umumnya kerajaan ini memiliki wilayah sesuai
dengan kekuasaannya, terdapat kerajaan besar tetapi ada pula kerajaan kecil. Beberapa kerajaan
besar yang pernah ada di wilayah Indonesia misalnya Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan
Majapahit, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram, Kerajaan Padjadjaran dan lain-lain. Pada
akhir abad ke-16 para misionaris dan gending berdatangan ke berbagai wilayah Indonesia.
Dimulai dengan kedatangan bangsa Portugis, Inggris, Belanda, Spanyol dan lain-lain. Awalnya
mereka mencari daerah kekuasaan baru dan pencarian sumber alam, terutama rempah-rempah
Daerah Maluku mulai dikuasai oleh Portugis dan mereka menguasai perdagangan rempah-
rempah di daerah tersebut. Mereka mulai menancapkan kekuasaanya dengan mengadu domba
para sultan sehingga berebut kekuasaan. Demikian pula daerah-daerah lain menjadi jatuh ke
tangan kolonial karena di adu domba oleh penjajah. Pada abad ke-16 hingga abad ke-19 sebagian
Penjajah datang bukan hanya ingin menguasai wilayah dan perdagangan, ternyata mereka
juga membonceng para misionaris dengan yang beragama Kristen. Mereka juga memiliki misi
menyebarkan agama Kristen di berbagai wilayah, termasuk wilayah yang sebelumnya beragama
Hindu-Budha dan Islam. Kolonialisme bercokol di Indonesia cukup lama, bahkan ada yang
menyebut hampir 3 abad. Semua kekayaan alam Indonesia dikuras dibawa ke negaranya,
Zaman Purba dimulai sejak datangnya pengaruh India hingga kerajaan Majapahit sekitar
1500 M. Pada masa ini Indonesia munculah kerajaan-kerajaan Hindu-Budha yang dipengaruhi
oleh ajaran Hindu-Budha. Pada masa tersebut, interaksi antar bangsa sudah dilakukan melalui
perdagangan berbagai kebutuhan hidup dan rempah-rempah. Pada masa Majapahit, keinginan
untuk menyatukan kerajaan-kerajaan di tanah air sudah ada, terbukti dengan adanya Sumpah
Palapa Putih Gajah Mada. Peninggalan zaman tersebut dapat dilihat pada monumen candi yang
Zaman baru (modern) diperkirakan dimulai sejak masuknya kolonialisme barat dan
teknologi modern hingga kini. Zaman modern ini ditandai dengan masuknya teknologi yang
awalnya dibawa oleh para pemjajah. Mereka mengembara mencari daerah jajahan baru dengan
menggunakan kapal-kapal layar. Kekuatan teknologi angkatan laut menjadi penentu kekuasaan
para penjajah. Motif pengembaraan tesebut selain menemukan daerah baru, perniagaan, dan juga
terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada
tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta. Tujuan utama VOC adalah
hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-
pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala. VOC menjadi terlibat dalam
politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan
pemimpin Mataram dan Banten.
Periode Orde Lama Sukarno (dari tahun 1945 hingga 1965) adalah gangguan antara agama dan
negara. Perubahan penting terhadap agama-agama juga terjadi sepanjang era Orde Baru. Antara tahun
1964 dan 1965, ketegangan antara PKI dan pemerintah Indonesia, bersama dengan beberapa organisasi,
mengakibatkan terjadinya konflik dan pembunuhan terburuk pada abad ke-20. Atas dasar peristiwa itu,
pemerintahan Orde Baru mencoba untuk menindak para pendukung PKI, dengan menerapkan suatu
kebijakan yang mengharuskan semua untuk memilih suatu agama, karena kebanyakan pendukung PKI
adalah ateis. Sebagai hasilnya, tiap-tiap warganegara Indonesia diharuskan untuk membawa kartu
identitas pribadi yang menandakan agama mereka. Kebijakan ini mengakibatkan suatu perpindahan
agama secara massal, dengan sebagian besar berpindah agama ke Kristen Protestan dan Kristen Katolik.
Karena Konghucu bukanlah salah satu dari status pengenal agama, banyak orang Tionghoa juga
berpindah ke Kristen atau Buddha. Orde Baru lahir dari diterbitkannya Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) pada tahun 1966, yang kemudian menjadi dasar legalitasnya. Orde Baru bertujuan
meletakkan kembali tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa, dan negara pada kemurnian pelaksanaan
Selama abad ke-18, Catatan Harian Kastel Batavia yang tengah diarsipkan oleh Lesbumi
PBNU, lebih fokus kepada kegiatan serta peristiwa setempat. Hal itu sejalan dengan perhatian
utama Kompeni, yang selama abad ini, pada perdagangan lokal di perairan Laut Jawa dan
Sumatera. Ketua Kendati Catatan Harian ini dibuat di Sekretariat Umum Kastel Batavia,
tidaklah berarti bahwa catatan tersebut hanya terkait dengan peristiwa yang terjadi di Batavia.
“Kenyataannya, catatan ini mengungkapkan banyak hal terkait kegiatan administrasi sehari-hari
kantor pusat VOC, serta kegiatannya di kawasan Asia. Setiap hari, para kerani yang bertugas
memilah informasi dari semua surat dan laporan lisan yang dikirimkan ke kantor pusat
Selain itu, sepanjang abad ke-17, dokumen tersebut berisi berbagai hal, kedatangan dan
keberangkatan kapal-kapal Eropa, Indonesia dan Cina, berita dari kantor-kantor lokal Kompeni,
laporan dari Banten (Jawa Barat), Tanjungpura, Cirebon serta tempat-tempat lain di pesisir utara
Jawa, surat-surat kepada dan dari para raja, pangeran serta penguasa setempat. “Catatan Harian
Kastel Batavia boleh dikatakan benar-benar merujuk pada ribuan surat masuk dan keluar. Oleh
karena itu, Catatan Harian ini pada dasarnya merupakan buku yang berisi catatan dari surat-surat
dan ringkasannya,” imbuh Kiai Agus seperti disampaikannya dalam laporan program Banom dan
lembaga-lembaga PBNU pada Rapat Pleno PBNU di Purwakarta, Jawa Barat, Sabtu (21/9).
Meski demikian, katanya, catatan tersebut tidak dimaksudkan sebagai catatan tertulis
tentang urutan peristiwa yang terjadi di Batavia seperti yang mungkin tersirat dalam judulnya,
Catatan Harian. Oleh sebab itu, Lesbumi PBNU menggunakan judul asli yaitu ‘Catatan Harian
Kastel Batavia’ (Daghregisters van het Kasteel Batavia), yang dimaksudkan adalah bahwa arsip
ini mencerminkan perhatian dan kegiatan Kompeni yang lebih luas di kawasan bersangkutan.
Catatan Harian dari abad ke-17 dan ke-18 belas tersebut terutama dibuat untuk mencatat saran-
saran politik dan berita dari berbagai kantor VOC di Asia. Seperti, pada tahun 1642, Gubernur
Jenderal Anthonio van Diemen (1636-1645) bahkan memutuskan bahwa para anggota Dewan
Hindia bertugas untuk secara langsung memilah informasi yang terkait dengan kawasan Asia
Oleh karena itu, Catatan Harian abad ketujuh belas berisi informasi yang terkait dengan
sejumlah kerajaan di Asia Tenggara seperti Aceh, Pegu, Arakan, Tonkin, Siam, Perak, Kedah,
Ligor, Melaka untuk sekedar menyebut beberapa saja. Sementara pada abad kedelapan belas,
informasi terkait kerajan-kerajaan tersebut semakin berkurang oleh karena perhatian VOC
terpusat di Jawa (perkebunan kopi di Priangan) dan Sumatera. Selain itu, perlu diingat bahwa
pada abad ketujuh belas, tidak banyak informasi tentang kawasan di India seperti Benggala,
Cormandel, Malabar dan Gujarat. Begitu juga mengenai negara-negara Persia dan Arab.
Sementara infomasi mengenai Cina dan Jepang, hanya disebut secara umum saja. Walaupun
dalam jilid-jilid pertama Catatan Harian terdapat informasi penting terkait hubungan VOC
dengan Cina serta rangkaian usaha pertama Kompeni yang berhasil mendirikan kantor-kantor
Fasisme dapat dimaknai sebagai sistem (sistem pemerintahan), di mana semua kekuasaan
berada pada satu tangan seorang yang diktator dan otoriter. Dalam mengembangkan kehidupan
berbangsa menjadi sangat nasionalistik (chauvinistik), elitis, dan rasialis. Penataan kehidupan
sosial dan ekonomi sangat ketat, sentralistik dalam sebuah korporasi pemerintah yang otoriter di
bawah pemimpin yang diktator. Fasisme ini mula pertama berkembang di Italia pada tahun 1922
dengan tokohnya Benito Mussolini. Kemudian pada tahun 1933 berkembang di Jerman, yang
selanjutnya berkembang juga di Jepang. Pada Januari 1942, Jepang mendarat dan memasuki
Indonesia.
Tentara Jepang ini masuk ke Indonesia melalui Ambon dan menguasai seluruh Maluku.
Meskipun pasukan KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger) dan pasukan Australia
berusaha menghalangi, tapi kekuatan Jepang tidak dapat dibendung. Daerah Tarakan di
Kalimantan Timur kemudian dikuasai oleh Jepang bersamaan dengan Balikpapan (12 Januari
1942). Jepang kemudian menyerang Sumatra setelah berhasil memasuki Pontianak. Bersamaan
dengan itu Jepang melakukan serangan ke Jawa (Februari 1942). Pada tanggal 1 Maret 1942,
kemenangan tentara Jepang dalam Perang Pasifik menunjukkan kemampuan Jepang dalam
mengontrol wilayah yang sangat luas, yaitu dari Burma sampai Pulau Wake di Samudra Pasifik.
Setelah daerah-daerah di luar Jawa dikuasai, Jepang memusatkan perhatiannya untuk menguasai
Reference
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_(1602%E2%80%931800)
https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11sma/siswa/Kelas_11_SMA_Sejarah_Indonesia_S2_
Siswa_2017.pdf
https://www.nu.or.id/post/read/111389/catatan-belanda-tentang-indonesia-abad-17-18
Buku senarai