Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KOMPLEMENTER

TERAPI KOMPLEMENTER YANG DI BERIKAN PADA PENYAKIT GASTRITIS

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Nafis Khoirina (2017011957)

Roitul Munawaroh (2017011967)

Sri Setianingsih (2017011972)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
T.A 2020/2021

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya diderita oleh kalangan
remaja, khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan mahasiswa. disebabkan oleh berbagai
faktor misalnya tidak teraturnya pola makan, gaya hidup yang salah dan meningkatnya aktivitas
(tugas perkuliahan) sehingga mahasiswa tersebut tidak sempat untuk mengatur pola makannya
dan malas untuk makan.(Fahrur, 2009).
Penyebab dari gastritis menurut Herlan tahun 2001 yaitu asupan alkohol berlebihan (20%),
merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi (2%),
sedangkan menurut Hasna dan Hurih tahun 2009 gastritis bisa juga disebabkan karena, infeksi
bakteri, stress, penyakit autoimun, radiasi dan Chron’s Disease.
Salah satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter pylori(H. pylori) dan
merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di lambung. Bakteri ini dapat menginfeksi lambung
sejak anak-anak dan menyebabkan penyakit lambung kronis. Bahkan diperkirakan lebih dari
50% penduduk dunia terinfeksi bakteri ini sejak kecil. Jika dibiarkan, akan menimbulkan
masalah sepanjang hidup (Soemoharjo, 2007). Menurut Perkumpulan Gastroenterologi
Indonesia (PGI) dan Kelompok Studi Helicobacter Pylori Indonesia (KSHPI) tahun 2001,
menyatakan diperkirakan 20 % dari penduduk Negara Indonesia telah terinfeksi oleh H. Pylori
(Daldiyono, 2004). Penemuan infeksiHelicobacter pylori ini mungkin berdampak pada tingginya
kejadian gastritis, pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan angka kejadian gastritis
yang cukup tinggi.
Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman pada perut, perut
kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas sehari-hari, rasa tak nyaman
di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang
dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk

ketika makan, hilang selera makan, bersendawa, dan kembung. Dapat pula disertai demam,
menggigil (kedinginan), cegukan (hiccups).
Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan akhirnya asam
lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung. Bahkan bisa juga
disertai muntah darah (Arifianto, 2009). Menurut penelitian Surya dan Marshall pada tahun
2007 hingga 2008 mengatakan gastritis yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan
komplikasi yang mengarah kepada keparahan.yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari gastritis
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya peradangan lambung (gastritis)
3. Untuk mengetahui gejala-gejala dari gastritis
4. Untuk mengetahui patofisiologi gastritis
5. Untuk mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita gastritis
6. Untuk mengetahui tindakan preventif dari gastritis tersebut.
7. Untuk mengetahui tindakan terapi akupuntur pada penyakit gastritis
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Gastritis

Gastritis adalah istilah umum yang mengindikasikan peradangan lapisan mukosa yang
sering disebabkan oleh beberapa faktor termasuk alkohol, tembakau, racun-racun, bakteri, dan
obat-obatan (contohnya aspirin). Maag atau radang lambung atau tukak lambung atau gastritis
adalah gejala penyakit yang menyerang lambung dikarenakan adanya asam lambung yang
berlebihan atau meningkatnya asam lambung. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan
mulas (Jusup, 2010).

Lambung terdiri atas beberapa lapisan mulai dari lapisan dalam sampai lapisan luar, yaitu
lapisan mukosa, sub mukosa, muskularis eksterna dan serosa. Mucus melapisi mukosa lambung
merupakan suatu rangka proteksi utama bagi dinding lambung (Atmaja, 2008).

Volume asam lambung yaitu berkisar 1,5-2 liter/hari dengan kisaran pH 1,5-3,4. Asam
lambung mengandung elektrolit (H+, Cl, K+, Na+), mucus (melindungi mukosa), lipase dan
amilase, pepsin, renin, faktor intrinsik (membantu absorbs vitamin B12), histamin, serta HCl.

B. Gejala gastritis

Tidak nyaman sampai nyeri pada saluran pencernaan

2. Mual

3. Muntah

4. Lambung terasa penuh

5. Kembung

6. Bersendawa

7. Cepat kenyang

8. Perut keroncongan
C. Klasifikasi gastritis berdasarkan waktu terjadinya

a. Gastritis akut, disebabkan oleh obat-obatan (aspirin, obat anti inflamasi nonsteroid/AINS,
dan steroid), alkohol, trauma, luka bakar, sepsis, merokok, mencerna asam atau alkali
kuat.

b. Gastritis kronis, pada umunya belum dikethui penyebabnya namun sering dijumpai
bersama dengan penyakit lain (anemia dan gondok), adanya infeksi pada lambung dan
usus 12 jari oleh bakteri Helicobacter Pylori.

A. Terapi komplementer untuk gastritis

Pengobatan dengan herbal/obat tradisional untuk penderita gastritis, antara lain pisang raja,
kunyit, dan tanaman lidah buaya. Pisang raja dan kunyit bisa dimanfaatkan untuk
menyembuhkan luka pada saluran pencernaan karena tanaman mengandung senyawa yang
mampu menutup luka pada lambung dan usus yang merupakan benteng pertahanan bagi saluran
penecernaan ketika menghadapi serangan erosi asam lambung (Misnadiarly, 2009).

1. Terapi obat herbal

Lidah buaya memiliki peran dalam proses penyembuhan gastritis. Gel lidah buaya dapat
membantu proses metabolism, mengurangi mikroorganisme dalam perut, menetralkan keasaman
perut dan dapat menghilangkan sembelit.

Berikut adalah cara mengolah tanaman lidah buaya agar menjadi jus yang enak untuk
dinikmati.

a. Bahan:

i. Lidah buaya ukuran besar sebanyak 2 batang

ii. Daun pandan 1 lembar

iii. Air secukupnya


iv. Madu lebah (randu) secukupnya

b. Cara pengolahan :

i. Cuci bersih tanaman lidah buaya. Lepaskan kulit lidah buaya. Ambil
dagingnya, lalu potong sesuai selera.

ii. Cuci hingga tidak berlendir dan tiriskan.

iii. Untuk menghilangkan bau lidah buaya yang tidak sedap dan mengecilkan
pori-pori lidah buaya agar tidak hancur, ambil daun pandan dan masak
bersama air. Setelah masak, angkat dan diamkan sekitar 2 menit. Masukan
potongan lidah buaya dan aduk hingga merata.

iv. Diamkan selama 5 menit. Tiriskan dan pisahkan air daun pandan dan lidah
buaya. Masukkan dalam toples berbeda. Simpan dalam lemari es.

c. Cara membuat jus

i. Ambil lidah buaya yang sudah diolah sesuai selera ke dalam gelas

ii. Masukan air daun pandan, madu randu, dan es batu ke dalam blender
hingga berbusa. Lalu campurkan ke dalam gelas yang telah berisi lidah
buaya.

Efek samping dari penggunaan tanaman lidah buaya secara oral yaitu dapat menyebabkan
kram perut, diare, urin berwarna merah, hepatitis, dan konstipasi. Jika digunakan dalam jangka
waktu yang lama, dapat meningkatkan resiko kanker colorectal. Efek laxative dalam tanaman
lidah buaya yaitu dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit (menurunkan kadar
potassium). Selain itu, untuk penggunaan pada ibu hamil dan menyusui sangat tidak dianjurkan
(Rajeswari, Umadevil, Rahale, Pushpa, Selvavenkadesh, Kumar, et al., 2012).

2. Terapi Relaksasi
Tujuan relaksasi diberikan kepada pasien tukak lambung adalah untuk memberikan sebuah
teknik mengembangkan perasaan rileks ketika pasien mengalami serangan rasa sakitnya. Setelah
melakukan latihan relaksasi beberapa

sesi maka seseorang akan mampu menjadi rileks dengan relatif lebih cepat dan waktu yang
singkat bahkan tanpa bantuan terapis (Subekti dkk, 2011).

Teknik relaksasi yang sering digunakan yaitu teknik relaksasi otot progresif. Teknik relaksasi
otot progresif atau progressive muscle relaxation merupakan terapi relaksasi dengan gerakan
mengencangkan dan melemaskan otot-otot pada satu bagian tubuh untuk memberikan perasaan
relaksasi secara fisik. Gerakan ini harus dilakukan secara berturut-turut.

Teknik relaksasi:

1. Latihan bernafas:

i. Berdiri dan jarakkan kaki dan longlaikan tangan

ii. Pejamkan mata dan biarkan kepala tunduk ke hadapan

iii. Tarik nafas perlahan-lahan melalui hidung sepuas-puasnya

iv. Tahan nafas seketika

v. Hembus nafas perlahan-lahan melalui hidung

vi. Ulangi langkah di atas hingga anda merasa tenang

vii. Akhirnya membuka mata secara perlahan-lahan

2. Relaksasi otot

1. Duduk diatas kursi yang bisa untuk bersandar dan pejamkan mata.

2. Genggam sebelah tangan dengan kuat selama beberapa saat dan


tumpukkan perhatian kepada ketegangan di tangan

3. Lepaskan genggaman perlahan-lahan dan rasakan ketegangan itu


hilang perlahan-lahan.
3. Terapi Akupunktur

Terapi akupunktur untuk gastritis ini dilakukan sebanyak 12 kali dengan frekuensi terapi
1 minggu 3 kali dalam 4 minggu (28 hari). Waktu yang dilakukan 15 menit. Dalam terapi
gastritis ini digunakan titik utama antara lain : Zusanli (ST36), Neiguan (PC6), dan Neiting
(ST44),. Metode yang digunakan dalam terapi akupunktur ini adalah metode pendiaman jarum
dengan cara di sedasi dan dilakukan tambahan teknik pelengkap manipulasi sekali seperti
pressing dan plucking

1) Pasien dipersilahkan masuk dan duduk diruangan terapi dan mengucapkan salam
pembuka.

2) Dilakukan pemeriksaan terhadap pasien (pengamatan, penciuman, pendengaran,


anamnesa dan perabaan)

3) Menentukan diagnosa, menentukan titik-titik terapi dan teknik terapi yang akan
digunakan

4) Pasien dipersilahkan untuk mengganti baju guna mempermudah pelaksanaan terapi.


Setelah itu pasien dipersilahkan berbaring dengan posisi terlentang untuk memulai terapi.

5) Menyiapkan peralatan yang akan digunakan

6) Mendesinfeksi daerah sekitar titik-titik yang akan diterapi menggunakan


alkohol 70%.

7) Melakukan penusukan pada titik Zusanli (ST36), Neiguan (PC6), dan ,Neiting (ST44)
Mendiamkan jarum selama 15 menit sambil dilakukan manipulasi seperti pressing dan
plucking

8) Mencabut seluruh jarum dan membuangnya ditempat yang telah disediakan.

9) Merapikan alat dan bahan yang telah digunakan.


10) Memberikan informasi, nasehat, dan saran demi kesehatan pasien dan hasil terapi yang
optimal.

4.Terapi kompres air hangat


Cara mengurangi nyeri gastritis terdapat dua tindakan yaitu secara farmakologis dan
non farmakologis. Salah satu intervensi keperawatan untuk menurunkan nyeri adalah kompres
hangat, yaitu memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung
berisi air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh yang memerlukan.
Kompres hangat dengan suhu 45°C – 50,5°C dapat dilakukan dengan menempelkan kantung
karet yang diisi air hangat ke daerah tubuh yang nyeri. Tujuan dari kompres hangat adalah
pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan rasa nyeri, dan
mempelancar pasokan aliran darah dan memberikan ketenangan pada klien (Kimin, 2009).

5.Penyembuhan dengan Pisang Raja

Ekstrak etanol dari buah pisang raja dilaporkan dapat meningkatkan akumulasi eiconosoids
senyawa yang mirip prostaglandin PGE dan PGI 2 serta leukotrien pada organ yang berbeda yang
mengindikasikan dapat beraktivitas antitukak. Mekanisme pengobatan tukak lambung pisang raja
yaitu dengan cara memberi perlindungan pada mukosa lambung (Wahyuningsih, 2012). Pectin
yang sering ditemukan pada daging buah dan phosphatidylcholine pada pisang yang berwarna
hijau dapat memberikan perlindungan pada lapisan mukosa dari gastritis (Imam et al., 2011).
Daging buah pisang raja mempunyai kemampuan merangsang pembentukan lendir dalam
saluran pencernaan. Hasilnya, lapisan lendir di permukaan saluran pencernaan semakin tebal.
Dengan begitu, permukaan saluran pencernaan akan terlindungi dari erosi asam lambung.
Serbuk daging buah pisang raja juga memiliki kemampuan mempercepat penyembuhan tukak
dengan cara mempengaruhi proses pembelahan sel-sel jaringan pada luka (Wahyuningsih, 2012).
Flavanoid dan leucocyanidin pada daging buah pisang raja yang mentah berfungsi untuk
melindungi mukosa lambung dari erosi asam lambung. Leucocyanidin dan analog sintesisnya
(hydroxyethylated leucocyanidin dan tetraallyl leucocyanidin) ditemukan dapat melindungi
mukosa lambung dari penginduksian aspirin yang diujikan pada tikus. Dosis serbuk dari daging
buah yang diadministrasikan pada tikus untuk menurunkan produksi asam lambung yang
berlebihan yaitu sebesar 0,5g/kg BB 2 kali sehari selama 3 hari (Imam et al., 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Ammon, H.P.T., Safayhi, H., Mack, T., and Sabieraj, J., 1993, Mechanism of Anti-inflammatory
Actions of Curcumin and Boswellic Acids, J. Ethnopharmacol., 38 (2), 113-119.

Atmaja, D.A., 2008, Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica) terhadap Gambaran
Mikroskopik Mukosa Lambung Mencit BALB/c yang diberi Parasetamol, Artikel Karya Tulis
Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Dinas Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta, 2009, Profil Kesehatan Provinsi D.I.Yogyakarta
tahun 2008, Dinas Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta, Yogyakarta, p. 32.

Hutapea, J.R., 1993, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (II), Departemen Kesehatan RI Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.

Imam, M.Z., and Akter, S., 2011, Musa paradisiacal L. and Musa sapientum L. : A
Phytochemical and Pharmacological Review, JAPS, 01 (05), 15-16.

Jobin, C., Bradham, C.A., Russo, M.P., Juma, B., Narula, A.S., Brenner, D.A., et al., 1999,
Curcumin Blocks Cytokine Mediated NF-KB Activation and Proinflammatory Gene Expression
by Inhibiting Inhibitory Factor I-KB Kinase Activity, J. Immunol., 163 (6), 3474-3483.

Jusup, L., 2010, Fit for Life Masakan Sehat dan Lezat untuk Penderita Gastritis (Tukak
Lambung/Maag), PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, p. 7.
Kappel, V.D., Cazarolli, L.H., Pereira, D.F., Postal, B.G., Madoglio, F.A., Buss, Z.S., et al, 2013,
Beneficial Effects of Banana Leaves (Musa x paradisiacal) on Glucose Homeostasis: Multiple
Sites of Action, Rev. Bras. Farmacogn. Braz. J. Pharmacogn., 23 (4), 706.

Misnadiarly, 2009, Mengenal Penyakit Organ Cerna (Gastritis atau Penyakit Maag), Edisi 1,
Pustaka Populer Obor, Jakarta, pp. 24-25, 93-96.

Purbaya, J.R., 2003, Mengenal & Memanfaatkan Khasiat Aloe Vera, CV. Pionerjaya, Bandung.

Rajeswari, R., Umadevil, M., Rahale, C.S., Pushpa, R., Selvavenkadesh, S., Kumar, K.P.S., et
al., 2012, Aloe vera: The Miracle Plant Its Medicinal and Traditional Uses in India,
Phytojournal, 1 (4), 123-124.

Rukmana, R., 1995, Kunyit, Kanisius, Yogyakarta, p. 13.

Subekti, T., dan Utami, M.S., 2011, Metode Relaksasi untuk Menurunkan Stres dan Keluhan
Tukak Lambung pada Penderita Tukak Lambung Kronis, Jurnal Psikologi, 38 (2), 148, 150.

Wahyuningsih, I., 2012, Formulasi Tablet Serbuk Pisang Raja (Musa xparadisia AAB) sebagai
Penutup Tukak Lambung pada Tikus, Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 2 (1), 56-57.

Yano, S., Terai, M., Shimizu, K.L., Futagami, Y., Horie, S., Tsuchiya, S., et al, 2000,
Antiallergic activity of Curcuma longa (II) Features of Inhibitory Actions on Histamine Release
from Mast Cells, Nat. Med., 54 (6), 325-329.

Anda mungkin juga menyukai