DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
BAB I.........................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................8
1
3.2.2 Variabel Independen........................................................................28
3.2.2.1 Profitabilitas.............................................................................29
3.2.2.2 Leverage...................................................................................29
3.3.3.2 Sampel......................................................................................30
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
laporan keuangan yang bersangkutan dan faktor-faktor yang mempengaruhi karena
laporan keuangan tahunan dapat memberikan gambaran kinerja selama satu tahun dan
dapat menjelaskan masa depan perusahaan tersebut (Widyastuti, 2002)
Dalam mekanisme pemeriksaan suatu laporan keuangan, butuh didukung
proses audit yang bertujuan untuk memberikan suatu keyakinan tentang laporan
keuangan tersebut bahwa laporan keuangan tidak terdapat salah saji (misstatement)
yang materil serta memberikan keyakinan penuh atas akuntabilitas asset perusahaan.
Menurut Standar Auditing (PSA), salah saji sendiri terdiri dari dua macam yaitu
kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud).
Kasus-kasus skandal kecurangan dalam pelaporan keuangan banyak terjadi di
berbagai sektor baik itu perusahaan public dan sektor privat. Adanya kecurangan ini
memberikan bukti lebih jauh tentang kegagalan audit yang membawa akibat serius
bagi masyarakat bisnis khusunya. Beberapa skandal kecurangan pelaporan keuangan
yang besar yang pernah terjadi adalah kasus Enron, Tyco, Worldcom, Merck, Global
Crossing mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett, Marcuss, Saunders
dan Tehranian, 2006). Di Indonesia, kasus fraud juga pernah terjadi dan dilakukan
oleh PT Kimia Farma Tbk. Sekandal fraud yang dilakukan perusahaan farmasi milik
negara ini dideteksi oleh Kementerian BUMN dan BAPEPAM (BAPEPAM, 2002)
yang dimana menemukan adanya lebih saji (overstatement) pada laporan laba rugi
nya. Selain itu ada juga kasus fraud yang terjadi di indoesia di PT. Lippo Tbk
(Boediono,2005) juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang
berawal dari terdeteksinya adanya manipulasi data (Boediono,2005)
Terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan dapat menyebabkan berbagai dampak pada perusahaan itu sendiri.
Kecurangan pelaporan keuangan akan menurunkan kepercayaan para investornya dan
memicu krisis perekonomian perusahaan.
Sebelumnya, curangnya pelaporan keuangan itu sendiri dapat dideteksi sejak
dini, berikut adalah faktor-faktor yang digunakan oleh seorang auditor untuk
mendeteksi adanya kecurangan dalam pelaporan keuangan (Hutomo, 2012) yakni
melalui pendekatan audit forensik, good corporate governance, manajemen laba,
pendekatan pengendalian internal dan rasio-rasio finansial.
Dari kelima faktor tersebut, penulis ingin mendeteksi kecurangan pelaporan
keuangan dengan faktor Good Corporate Governance dan rasio finansial. Jika
dikaitkan hubungan nya, independensi sebuah perusahaan tersebut itu dinilai dari
4
kinerja seorang komite audit, dimana seorang komite audit bertugas untuk meninjau
hasil keuangan sebuah dan informasi keuangan terkait perusahaan serta menilai
kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang relevan.
Independensi, keahlian keuangan, aktivitas, masa kerja dan komposisi komite
audit menjadi syarat penting dalam pembentukan komite audit. Blue Ribbon
Committee (BRC) pada tahun 1999 merekomendasikan bahwa perusahaan yang
terdaftar dalam bursa efek harus memiliki komite audit yang sepenuhnya independen
dan paling tidak satu ahli keuangan. Sarbanes-Oxley Act (SOX) pada tahun 2002 juga
memberi mandat kepada seluruh perusahaan terdaftar untuk memiliki komite audit
yang sepenuhnya independen dan memiliki paling tidak satu ahli keuangan. (Kartika,
2014)
Selain faktor Good Corporate Governance, ada faktor rasio finansial. Penulis
kini ingin mengambil rasio kategori leverage dan profitabilitas. Dalam Profitabilitas,
rasio Net Profit Margin mengukur tingkat pendapatan bersih sebuah perusahaan
terhadap penjualan yang didapat. Sedangkan untuk leverage, rasio Debt to total asset
mengukur kewajiban sebuah perusahaan terdapat aktiva yang dipunyainya.
Menurut Berghe dan Ridder (1999) menghubungkan kinerja perusahaan
dengan good corporate governance tidaklah mudah dilakukan. Beberapa penelitian
menunjukkan tidak ada hubungan corporate governance dengan kinerja perusahaan,
misalnya penelitian Daily et al. (1998) dan hasil survey CBI, Deloitte dan Touche
(1996) sebagaimana yang dikutip oleh Darmawati et al (2004). Demikian juga dengan
Young (2003) yang menganalisis beberapa penelitian yang menghubungkan
corporate governance dengan kinerja perusahaan. Di lain pihak, berdasarkan
beberapa hasil penelitian, Berghe dan Ridder menyatakan bahwa perusahaan yang
mempunyai poor perfomance disebabkan oleh poor governance. Pernyataan ini
didukung oleh penelitian Gompers et al (2003) dalam Darmawati (2004) yang
menemukan hubungan positif antara indeks corporate governance dengan kinerja
perusahaan jangka panjang.
Menurut Kakabadse et al, (2001) dalam PENGARUH PROFITABILITAS,
LEVERAGE DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KECURANGAN
PELAPORAN KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
perbedaan hasil penelitian tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : 1) perspektif
teoritis yang diterapkan 2) metodologi penelitian, 3) pengukuran kinerja, dan 4)
perbedaan pandangan atas keterlibatan dewan dalam pengambilan keputusan.
5
Walaupun penelitian-penelitian tentang hubungan corporate governance dengan
kinerja perusahaan menunjukkan hasil yang berbeda, namun semuanya menyatakan
bahwa corporate governance mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kinerja
perusahaan.
penelitian yang dilakukan H. Simanjutak (2004) memperoleh bahwa profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan, namun penelitian
yang dilakukan Dewi Agustina (2006) dan Kumala Dewi (2008) membuktikan bahwa
tidak ada pengaruh yang signifikan antara profitabilitas terhadap pengungkapan laporan
keuangan.
Penelitian H. Simanjutak (2004) dan Aida Mardiyah (2006) mengungkapkan
bahwa tingkat leverage perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan laporan
keuangan. Sedangkan penelitian Dewi Agustina (2006) menunjukan bahwa tidak ada
pengaruh antara leverage terhadap pengungkapan laporan keuangan.
Adanya perbedaan hasil penelitian tersebut membuat peneliti tertarik untuk
meneliti mengenai pengaruh mekanisme corporate governance dan leverage terhadap
kinerja keuangan pada bank di Indonesia. Penelitian ini dimotivasi oleh penelitian
Cornett et al. (2006) di Amerika Serikat, dengan objek penelitian pada industri
perbankan di Indonesia. Konsep Indikator mekanisme corporate governance terdiri
dari; ukuran dewan komisaris, dewan komisaris, ukuran komisaris independen,
kepemilikan institusional, komite audit, dan leverage.
Maka, berdasarkan uraian diatas penulis ingin melakukan penelitian mengenail
hak yang berjudul “ PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN KOMITE
AUDIT TERHADAP KECURANGAN PELAPORAN KEUANGAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2015-2017”
6
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah Net Profit Margin ratio mempunyai pengaruh
terhadap kecurangan pelaporan keuangan.
2. Untuk mengetahui apakah Debt to Total Asset ratio mempunyai pengaruh
terhadap kecurangan pelaporan keuangan.
3. Untuk mengetahui apakah Komite Audit Asset ratio mempunyai pengaruh
terhadap kecurangan pelaporan keuangan.
7
mereka berinvestasi serta bagaimaa rasio keuangan yang baik.
5) Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan
perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
pengaruh Rasio Keuangan seperti Net Profit Margin dan Debt to Total Asset
serta Good Corporate Governance terhadap Kecurangan pelaporan keuangan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Jensen & Meckling (1976) teori keagenan (agency theory) adalah
hubungan yang timbul karena adanya kontrak antara prinsipal dan agen serta peran
prinsipal sebagai pemilik saham yang berhak memberikan beberapa wewenang kepada
agen. Pada praktiknya manajer perusahaan berperan sebagai agen dengan tanggung
jawab meningkatkan keuntungan para pemilik (principal), tapi di lain sisi manajer
dapat memungkinkan agen tidak bertindak sesuai kepentingan principal. Hal ini memicu
adanya konflik keagenan (agency conflict), sehingga dapat memicu manajemen untuk
keuangan. Perbedaan kepentingan antara agent dan principal tersebut dapat melahirkan
2.1.2 Profitabilitas
9
menciptakan nilai bagi perusahaan.
membandingkan antara laba setelah pajak dengan total aktiva perusahaan. Menurut
perusahaan dalam mencari keuntungan ”. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan
dari penjualan dan pendapatan investasi. Dengan menggunakan rasio profitablittas ini
dapat menunjukkan tingkat efesiensi suatu perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi
Dalam penelitian ini, penulis mengukur tingkat profitabilitas dengan Net Profit
Margin. Hal ini dikarenakan Net Profit Margin menunjukan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan perusahaan untuk mencerminkan strategi
2.1.3 Leverage
Leverage adalah salah satu rasio keuangan yang menjelaskan sumber dana operasi
maupun asset perusahaan. Menurut Irfan Fahmi (2012:62) rasio leverage adalah rasio
Financial leverage diukur dengan persentase dari total hutang terhadap asset
perusahaan pada suatu periode yang disebut juga Debt to Total Asset Ratio (DAR). DAR
ditunjukkan oleh beberapa bagian Asset sendiri yang digunakan untuk membayar hutang.
10
Selain itu DAR juga dapat memberikan gambaran mengenai modal pinjaman yang
digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi sebuah
perusahaan.
Good Corporate Governance menjadi salah satu tata kelola perusahaan yang
arah kinerja perusahaan (Haruman, 2008). Isu mengenai corporate governance mulai
mengemuka, khususnya di Indonesia pada tahun 1998 ketika Indonesia mengalami krisis
Indonesia disebabkan oleh sangat lemahnya corporate governance yang diterapkan dalam
perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor mulai
Manufaktur, Perbankan dan Jasa Keuangan dan sektor lainnya, 2008:38-41) prinsip-
1. Transparansi (Transparency)
disampaikan perusahaan. Investor percaya pada sebuah perusahaan dan akan sangat
bergantung dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena itu,
sebuah perusahaan dituntut dengan sangat untuk menyediakan informasi yang jelas,
11
akurat, tepat waktu dan dapat diperbandingkan dengan indikator yang sama. Dalam hal
penyampaian informasi kepada publik secara terbuka, benar, kredibelitas dan tepat waktu
akan lebih memudahkan untuk menilai kinerja dan resiko yang dihadapi sebuah
perusahaan.
keputusan dan aktivitasnya yang memiliki dampak atas masyarakat serrta lingkunganya.
Oleh karenanya, yang dituntut adalah keterbukaan yang jelas, akurat dan komplit “clear,
accurate and complete” atas seluruh kebijakan, keputusan dan aktivitas. Untuk menjadi
perusahaan yang dapat dipercayai oleh pemegang saham maka informasi yang
disediakan haruslah material dan relevan dengan cara mudah diakses dan dipahami oleh
tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga
hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan
2. Akuntabilitas (Accountability)
memastikan sistem pengendalian strategis dan monitoring bejalan dengan baik serta
stakeholders. Dewan bertanggung jawab untuk memantau kinerja dan pencapaian target
return bagi pemegang saham, sembari juga mencegah berlarutnya konflik kepentingan
12
3. Responsibilitas (Responsibility)
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mengurangi potensi terjadinya tindakan
tercela di dalam perusahaan diluar ketentuan yang telah disepakati, seperti yang tercatat
perusahaan.
4. Independensi (Independency)
tekanan pihak lain yang tidak sesuai dengan mekanisme korporasi. Prinsip ini merurut
para pengelola perusahaan agar dapat bertindak secara mandiri sesuai dengan peran dan
fungsi yang dimilikinya masing-masing tanda ada tekanan dari pihak manapun yang
tidak sesuai dengan peraturan dan system operasional perusahaan yang berlaku.
kesetaraan dan kewajaran. Prinsip ini menekankan pada jaminan perlindungan hak – hak
para pemegang saham minoritas dan para pemegang asing serta perlakuan yang setara
terhadap semua investor. Praktek kewajaran ini juga mencakup adanya sistem hukum
dan peraturan serta penegakannya yang jelas dan berlaku bagi semua pihak. Hal ini
13
penting untuk melindungi kepentingan pemegang saham khususnya pemegang saham
minoritas dari praktek kecurangan (fraud) dan praktek – praktek insider trading.
hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang
diarahkan untuk menjamin dan mengawasi berjalannya sistem governance dalam sebuah
Walsh (1990) juga menyatakan bahwa terdapat dua mekanisme untuk membantu
menyamakan perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer dalam rangka
serta peraturan yang di tetapkan oleh manajemen dengan tujuan mengamankan harta
cara kerja dan mendorong dipatuhinya kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen.
Dengan demikian, manajer akan termotivasi untuk meningkatkan nilai perusahaan atau
meningkatkan pemegang saham karena hal tersebut juga akan meningkatkan kekayaan
manajer sendiri.
oleh pasar. Menurut teori pasar untuk pengendalian perusahaan (market for corporate
control), pada saat diketahui bahwa manajemen berperilaku menguntungkan diri sendiri,
kinerja perusahaan akan menurun yang direfleksikan oleh nilai saham perusahaan. Pada
14
kondisi tersebut, kelompok manajer lain akan menggantikan manajer yang sedang
memegang jabatan. Dengan demikian bekerjanya market for corporate bisa menghambat
1. Mengurangi Agency Cost yaitu suatu biaya yang harus di tanggung pemegang saham
akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Biaya-biaya ini data berupa
berupa biaya pengawasan yang tibul untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
2. Mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak dari perusahaan yang
baik menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya yang di pinjam oleh
lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberatan dan berbagai strategi dan kebijakan
merekauga mendapat manfaat maksimal dari segala tindakan dan operasi perusahaan
15
a) Faktor Eksternal
Yang di maksud faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar
1. Terdapatnya system hokum yang baik sehingg mampu menjamin berlakunya supremasi
dapat pula melaksanakan Good Corporate Governance dan Clean Governance menuju
3. Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat yang dapat menjadi standard
b) Faktor Internal
praktek GCG yang berasal dari dalam perusahaan, beberapa faktor yang dimaksud antara
lain:
2. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada penerapan
nilai-nilai GCG
GCG.
4. Terdapatnya sitem audit yang efektif dalam perusahaan untuk menghindari setiap
16
5. Adanya keterbukaan informasi bagi public untuk mampu memahami setiap gerak dan
langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan public dapat memahami dan
mengikuti setiap derap lagkah perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke
waktu.
Komite Audit
Komite Audit adalah sekelompok orang yang dipilih dari dewan komisaris
Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit
merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu, komite
audit dianggap penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak
audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit internal)
dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit
Menurut Kep.29/PM/2004, tugas dan tanggung jawab komite audit bertugas untuk
memberikan pendapat kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang
17
1. Melakukan pemilahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan,
dibidang pasar modal dan oerundagna lainnya yang berhubungan dengan kegiatan
perusahaan
5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang
direksi. Tujuan komite audit adalah memungkinkan dewan komisaris untuk memberikan
perusahaan.
penyajian kembali laporan keuangan yang dipergunakan oleh Ahmed dan Goodwin
18
laba periode sebelumnya yang dilaporkan pada laporan keuangan komparatif periode
berjalan. Penyajian kembali laporan keuangan merupakan proksi untuk penarikan dan
dilakukan dengan acuan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 25 Tahun 2009 Laba
atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan
revisi atau penyajian kembali laporan keuangan ke dalam 3 kelompok sebagai berikut:
adanya estimasi karena tidak dapat diukur secara tepat, misalnya estimasi atas penyisihan
piutang tak tertagih (bad debts), keusangan (impairment), keusangan persediaan, dan
estimasi umur ekonomis aktiva tetap yang dapat disusutkan. Di PSAK No. 25 tahun
2009 mengatur bahwa suatu perubahan dalam estimasi akuntansi harus dimasukkan ke
dalam laba atau rugi bersih periode berjalan jika perubahan tersebut mempengaruhi
periode tersebut dan dimasukkan ke dalam laba atau rugi bersih periode berjalan dan
contoh, perubahan dalam estimasi umur ekonomis aktiva akan mempengaruhi jumlah
beban penyusutan pada periode berjalan dan pada setiap periode selama umur ekonomis
Penerapan standar ini dilakukan secara prospektif. Hal ini dapat dilihat dari pendapat
...perubahan estimasi akuntansi berdasarkan PSAK No. 25 tahun 2009 harus diterapkan
secara prospektif, yang dimana artinya bahwa perubahan yang terjadi diterapkan pada
19
kejadian atau transaksi yang terjadi setelah tanggal perubahan. Tidak ada penyesuaian
yang berhubungan dengan periode sebelumnya yang dilakukan baik pada saldo laba awal
periode (retained earnings) atau dalam pelaporan laba atau rugi bersih untuk periode
Perlakuan akuntansi atas kesalahan mendasar diatur dalam PSAK No. 25 tahun
2009
pada satu atau lebih periode sebelumnya baru ditemukan pada periode berjalan.
Koreksi atas kesalahan tersebut akan dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi
Jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan
menyesuaikan saldo laba awal periode. Dengan kata lain, suatu koreksi atas kesalahan
mendasar dalam pelaporan keuangan harus diterapkan secara retrospektif (dikutip dari
Putra, 2010), diperjelas dalam PSAK No. 25 tahun 2009 paragraf 34 bahwa laporan
tersebut dibuat. Jumlah koreksi yang berhubungan dengan setiap periode dimasukkan
dalam perhitungan laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan. Sedangkan jumlah
koreksi yang berhubungan dengan periode-periode sebelum periode yang tercakup dalam
informasi komparatif, disesuaikan pada saldo laba awal periode dalam periode yang
paling awal.
20
3. Perubahan Kebijakan Akuntansi (Changes in Accounting Policies)
kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya jika penerapan suatu kebijakan akuntansi
yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan atau standar akuntansi keuangan
yang berlaku, atau jika diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan
penyajian kejadian atau transaksi yang lebih sesuai dalam laporan keuangan suatu
ataupun secara prospektif, sesuai dengan yang diatur dalam pernyataan dalam PSAK
Paragraf 42 PSAK No. 25 mengatur bahwa suatu perubahan kebijakan akuntansi yang
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan perubahan dalam PSAK. Jika tidak ada
ketentuan perubahan dan untuk semua perubahan kebijakan akuntansi yang lain,
akuntansi dalam paragraf 45, 48 dan 49 PSAK No.25. Paragraf 45 mengatur bahwa suatu
jumlah setiap penyesuaian yang terjadi yang berhubungan dengan periode sebelumnya
sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode (retained earnings), kecuali jika
jumlah tersebut tidak dapat ditentukan secara wajar. Paragraf 48 menyatakan perubahan
kebijakan akuntansi harus diterapkan secara prospektif jika jumlah penyesuaian terhadap
saldo laba awal periode (retained earnings) yang dijelaskan dalam paragraf 45 tidak
dapat ditentukan secara wajar. Sedangkan paragraf 49 mengatur bahwa jika suatu
atau sebelumnya, atau mungkin juga mempunyai pengaruh material terhadap periode
21
1. Alasan dilakukannya perubahan
Menurut Grant dan Visconti (2005) (dikutip oleh Gertsen dan Berens, 2006) insiden
penyajian kembali laporan keuangan telah mengalami peningkatan pada beberapa tahun
terakhir. Terlebih lagi, penyajian kembali laporan keuangan tidak lagi terbatas di
Amerika saja, namun sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia termasuk ke Indonesia.
pada variabel sistem reward manajemen, fraud, kategori penyajian kembali laporan
keuangan yang hampir bisa dipastikan memicu adanya proses pengadilan (misalnya,
penuntutan perkara oleh pemegang saham), kegagalan auditor yang disebabkan oleh
conflict of interest (misalnya, menjual jasa konsultan), dan pada perincian struktur tata
Dari penyajian kembali laporan keuangan terlihat bahwa laporan keuangan terdahulu
yang telah diterbitkan, dilaporkan kepada publik serta yang telah diarsipkan kepada
sehingga sudah tidak dapat diandalkan. Penyajian laporan keuangan oleh perusahaan go
public merupakan hal yang dipertimbangkan oleh regulator, perusahaan pelapor, dan
auditor dalam menilai kualitas laporan keuangan Palmrose dan Scholz (2004) dalam
22
Retnoasih (2008). Dalam penjelasan lebih lanjut oleh SEC bahwa penyajian kembali
laporan keuangan adalah indikator yang paling mudah dilihat dari akuntansi yang salah
Dalam penyajian laporan keuangan sebuah perusahaan, tidak jarang ditemukan hal-hal
yang menyebabkan laporan keuangan harus direvisi ataupun disajikan kembali, baik itu
Dalam laporan yang dipublikasikan oleh USA GAO (Goverment Accounting Officer)
dikarenakan adanya fraud (kecurangan) dan kesalahan yang meningkat secara signifikan
dalam selang waktu antara bulan Januari tahun 1997 hingga bulan Juni tahun 2002
(Retnoasih, 2008).
Dengan melihat beberapa contoh tersebut, sangat relevan bila dikatakan financial
statement fraud sering kali diawali dengan penyajian kembali laporan keuangan yang
digambarkan melalui salah saji. Dalam penelitian ini, untuk mengukur indikasi
untuk fokus pada sifat kecurangan laporan keuangan dan skema kecurangan terhadap
laporan keuangan yang terjadi dengan menganalisis pada kasus rasio keuangan. Dua
kasus kecurangan pada laporan keuangan dianalisis dari Enron dan WorldCom.
23
Penelitian ini membahas teknik-teknik umum yang digunakan untuk mendeteksi
efektivitas teori Cressey (1953) mengenai kerangka faktor resiko kecurangan yang
diterapkan dalam SAS No. 99 untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Menurut
teori Cressey, pressure, opportunity dan rationalization selalu hadir dalam situasi fraud.
keuangan seperti debt to total asset dan rasio pada profitabilitas untuk mengetahui
Lou dan Wang (2009) melakukan penelitian untuk menguji faktor resiko dari
stakeholder perusahaan dimana tata kelola perusahaan yang baik diuji dengan melihat
pelaporan berhubungan dengan salah satu kondisi berikut: tekanan keuangan dari suatu
perusahaan atau supervisor perusahaan, persentase yang lebih tinggi dari transaksi yang
kompleks
atau penurunan hubungan antara perusahaan dengan auditornya. Sebuah model logistik
sederhana berdasarkan contoh faktor risiko kecurangan ISA 240 dan SAS 99 mengukur
24
2.3 Kerangka Pemikiran
Dari yang sudah di uraikan diatas, maka dapat dibuat sebuah kerangka pemikiran
yang menggambarkan variabel mana yang dapat diambil sebagai penelitian kecurangan
pada pelaporan keuangan. Berdasarakan kerangka dibawah ini, bisa di jelaskan bahwa
mempunyai kewajibannya yang harus dibayar oleh asset yang dipunyainya atau
aktivanya, maka rasio ini perlu diukur untuk mengetahui kecurangan pelaporan
keuangan. Oleh karena itu, perlu juga mengukur komponen Corporate Governance Soft
Structure yaitu Komite Audit dimana penulis disini ingin melihat independensi komite
audit dalam laporan keuanganya dengan cerminan dari jumlah rapat komite audit dalam
setahun.
Profitability:
Net Profit Margin
kecurangan
Leverage:
pelaporan keuangan
Debt to Total Asset
Corporate Givernance:
Komite Audit
25
2.4.1 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Kecurangan Pelaporan Keuangan
Pada sebuah perusahaan yang memiliki net income tinggi, maka sebuah
rasio net profit margin ini, dikarenaka jika profit sebuah perusahaan tinggi makan
lainnya sehingga net income yang didapat oleh perusahaan tersebut tinggi.
Maka dari yang telah diungkapkan oleh penulis diatas, hipotesa nya ialah sebagai
berikut:
H1: Tingkat Net Profit Margin berpengaruh positive terhadap kecurangan laporan
keuangan
Keuangan
Dengan rasio ini yang mengukur asset sebuah perusahaan terhadap kewajiban yang
dimilikinya untuk menilah apakah sebuah perusahaan tersebut dapat memenuhi semua
kewajibannya dengan asset-aset yang dimilikinya serta jika indikasi dari rasio ini ialah
ketika tingginya sebuah kewajiban perusahaan lebih besar dibandingkan dengan asset-
laporan keuangan
26
2.4.3 Pengaruh Komite Audit Terhadap Kecurangan Pelaporan Keuangan
Peranan komite audit yang diperlukan untuk lebih meningkatkan lagi kualitas
informasi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan sesuai dengan tugas-
tugasnya sehingga dapat mengurangi perilaku oportunistik yang dilakukan oleh para
manajer. Oleh karena itu, Rapat komite audit semakin diperlukan demi membahasnya
kualitas laporan sebuah perusahaan. Komite Audit mempunyai peran yang sangat
penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan
Komite Audit secara efektif, maka kontrol terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga
keuangan
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian kami adalah metode kausal
komparatif dan deskriptif analisis. Dalam Metode Kasual Komparatif ini menjelaskan
hubungan sebab akibat antara variabel independen (profitabilitas, leverage, dan Komite
Audit) dengan variabel dependen (kecurangan laporan keuangan). Metode Deskriptif Analisis
adalah suatu metode yang dilakukan dengan mengumpulkan data, serta menganalisis data
yang tersedia.
Unit analisis dan data yang digunakan adalah pooled data. Populasi yang diambil
dalam penelitian ini berupa laporan keuangan dan laporan tahunan dari perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (IDX).
28
3.2.2.1 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan
perusahaan. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Menurut Gitman (2003)
Variabel profitabilitas diukur menggunakan skala rasio Net Profit Margin.
Net Profit Margin = Net Income / Net Sales
3.2.2.2 Leverage
Leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menggunakan
aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (fixed cost assets or funds) untuk memperbesar
tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan atau kemampuan perusahaan untuk
membayar semua hutangnya atau kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Variabel leverage diukur dengan menggunakan skala rasio Debt to Assets Ratio
Debt to Assets Ratio= Total Liabilities/Total Assets
3.2.2.3 Komite Audit
Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan yang
dalam pelaksaannya membantu pemeriksaan serta penelitian yang dianggap perlu terhadap
pelaksanaan fungsi direksi dalam mengelola perusahaan tercatat.
Variabel Komite Audit dalam penelitian ini diukur dengan melihat banyaknya jumlah
rapat yang terlaksana diperusahaan yang dilakukan oleh
komite audit dengan menggunakan skala rasio.
3.3 Prosedur Pengumpulan Data
29
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu laporan
keuangan tahunan dari setiap perusahaan yang merupakan sampel penelitian tahun 2015-
2017. Data yang dibutuhkan dalam penelitian adalah:
1. Neraca,
2. Laporan laba rugi,
3. Catatan atas laporan keuangan,
4. Laporan Tahunan
Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
purposive sampling, yakni metode penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dengan
menggunakan karakteristik sebagai berikut :
a. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan tidak mengalami netloss untuk
periode 2015-2017.
b. Perusahaan tersebut mengungkapkan jumlah rapat komite audit dalam laporan tahunan
c. Memiliki data laporan keuangan yang lengkap dan dapat diakses memalui situs resmi BEI
30
maka model analisis layak untuk digunakan. Langkah-langkah uji asumsi klasik pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
31
3.4.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Kriteria yang
digunakan untuk menyatakan apakah terjadi heteroskedastisitas atau tidak di antara data
pengamatan dapat dijelaskan dengan menggunakan koefisien signifikansi. Koefisien
signifikansi harus dibandingkan dengan tingkat signifikansi sebelumnya (biasanya 5%).
Apabila koefisien signifikansi lebih besar dari tingkat signifikansi yang ditetapkan, maka
dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas (homoskedastisitas). Jika koefisien
signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan, maka dapat disimpulkan
terjadi heteroskedastisitas.
Keterangan:
Y = Variabel Kecurangan Laporan Keuangan
α = Konstanta
β1 = Koefisien regresi variabel independen Profitability
X1 = Variabel Profitability
32
β 2= Koefisien regresi variabel independen Leverage
X2= Variabel Leverage
β 3 = Koefisien regresi variable independen Komite Audit
X3 = Variabel Komite Audit
E = error term
33