Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KIMIA KLINIK II

PENANGANAN SAMPEL LIPEMIK

NAMA KELOMPOK : EEN VISWANA (18150009)

ERIKA PUTRI MAHARANI (18150011)

FAJERAH (18150013)

JANNATI (18150016)

JIHAN SABRINA (18150017)

MELDIANA LISTIANI (18150021)

DOSEN PEMBIMBING

J. SIGALINGGING , AMAK,SKM,M.KES

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

UNIVERSITAS KADER BANGSA

TAHUN 2019/2020
PENDAHULUAN

Mutu hasil pemeriksaan laboratorium memberikan konstribusi penting pada praktik


klinik (Calmarza and Cordero, 2011). Mutu hasil laboratorium dipengaruhi olah 3 tipe kesalahan
yaitu kesalahan praanalitik, analitik, dan pascaanalitik (Sukorini dkk, 2010). Kesalahan
praanalitik memberikan konstribusi 61% dari total kesalahan. Sementara kesalahan analitik
memberikan konstribusi 25% dari total kesalahan, dan pada pascaanalitik sebesar 14% (Depkes,
2013).

Kesalahan praanalitik memberikan konstribusi paling besar pada kesalahan laboratorium.


Jenis kesalahan tahap praanalitik sangat dipengaruhi oleh kualitas sampel yang dianalisis
(Roberta, 2010). Salah satu bahan pemeriksaan yang digunakan dalam pemeriksaan laboratorium
yaitu serum. Serum adalah bagian cairan yang tersisa setelah darah menggumpal atau membeku
(Sacher dan McPherson, 2004). Serum yang baik untuk pemeriksaan laboratorium adalah serum
yang jernih, tidak hemolisis, dan tidak keruh atau lipemik (Contois dan Nguyen, 2013).
Hamolisis, ikterik, dan lipemik sangat mempengaruhi akurasi dari sebuah hasil pemeriksaan
laboratorium (Calmarza and Corderro, 2011).

Serum lipemik didefinisikan sebagai kekeruhan pada sampel yang diamati secara
langsung (Thomas dkk, 2010). Penyebab utama terjadinya serum lipemik adalah adanya partikel
besar lipoprotein yaitu chylomicrons. Partikel lipoprotein berukuran sedang sampai kecil seperti
Very Low Density Lipoprotrein (VLDL), Low Density Lipoprotein (LDL), High Density
Lipoprotein (HDL) dan trigliserida (Sacher dan McPherson, 2004). Lipemik mengganggu hampir
semua pengukuran spektrofotometri (Contois dan Nguyen, 2013) dengan menyebabkan
gangguan kromofotrik dalam analisis fotometri karena menyebabkan gangguan pada panjang
gelombang dan hamburan cahaya yang disebabkan oleh adanya partikel lipid (Anderson dkk,
2005).

Standar baku dalam penanganan serum lipemik menurut World Health Organization
(WHO) adalah dengan metode ultrasentrifugasi dan High Speed Sentrifugasi. Pada penelitian
Castro (2018), dilakukan perbandingan penanganan serum lipemik menggunakan
ultrasentrifugasi dan High Speed Sentrifugasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
ultrasentrifugasi dengan volume 1,5 ml dan dengan kecepatan 108. 200xg selama 20 menit tidak
memiliki perbedaan yang bermakna dengan High Speed Sentrifugasi dengan volume sampel 1
ml dan dengan kecepatan 10.000xg selama 15 menit. Namun, metode ini membutuhkan alat
tambahan yang cukup mahal bagi laboratorium kecil (Sharma, dkk., 1990).

PENGERTIAN

Serum adalah bagian darah yang tersisa setelah darah membeku (Gandasoebrata, 2013).
Serum diperoleh dengan cara darah dibekukan pada suhu kamar selama 20 – 30 menit dan
dipusingkan dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 – 15 menit. Cairan serum akan terbentuk dan
terpisah dari sel-sel darah merah. Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan
keruh (Depkes, 2004).

Serum normal berwarna kekuningan-kuningan dan mempunyai sifat antigenik. Serum


yang berwarna keruh mengacu pada kekeruhan dari kadar lemak disebut serum lipemik (Ramali
dan Pamoentjak, 2005). Serum lipemik yang baru dipisahkan tampak seperti susu.

Kekeruhan yang merata pada serum mengisyaratkan peningkatan kandungan VLDL


(Very Low Density Lipoprotein). Terdapat beberapa jenis kekeruhan yang dijumpai menurut
Sacher dan McPherson (2004) yaitu :

1) Uniform berarti peningkatan VLDL tanpa kilomikron yang signifikan

2) Krim di atas suatu bahan pemeriksaan yang keruh berarti peningkatan kilomikron dan VLDL

3) Krim diatas bahan pemeriksaan yang jernih berarti kilomikronemia tanpa VLDL.
CARA MENGHINDARI SERUM LIPEMIK

Serum lipemik perlu dihindari dengan perlakuan sebagai berikut :

1) Pasien harus puasa 12 jam sebelum pengambilan darah.

2) Pasien dengan pemberian infus parenteral dari lipid harus dihentikan terlebih dahulu selama 8
jam sebelum pengambilan darah.

Apabila kedua pendekatan ini tidak memberikan serum yang jernih maka penyebab lain
kekeruhan harus dicurigai (WHO, 2002).

PENANGANAN SERUM LIPEMIK

Metode yang digunakan untuk menghilangkan lemak pada serum adalah dengan
sentrifugasi, ekstraksi lemak dengan pelarut organik dan presipitasi (WHO, 2002).

1) Sentrifugasi
Gold Standar yang direkomendasikan oleh WHO untuk mengatasi sampel lipemik adalah
dengan menggunakan ultrasentrifugasi. Namun karena harganya yang tinggi, peralatan ini
tidak tersedia di banyak laboratorium. Ultrasentrifugasi efektif untuk menangani serum
lipemik. Sampel yang dibutuhkan sebanyak 1,5 ml dengan kecepatan 108.200xg selama 20
menit. Selain metode ultrasentrifugasi, terdapat alat lain yang mampu mengatasi serum
lipemik sebaik ultrasentrifugasi yaitu dengan High Speed Sentrifugasi. Sampel yang
dibutuhkan sebanyak 1 ml dengan kecepatan 10.000xg selama 10 menit (Castro, 2018).
2) Ekstraksi
Metode ekstraksi dengan pelarut organik seperti eter dan kloroform untuk menghilangkan
lipid pada serum manusia, namun penggunaan pelarut organik seperti eter dan kloroform
sudah jarang dipakai karena bahan ini bersifat karsinogenik yang membahayakan teknisi
laboratorium dan lingkungan (Castro, dkk, 2018).
3) Presipitasi
Laboratorium masih menggunakan cara manual yaitu dengan menggunakan Polyethylene
glycol atau menggunakan siklodekstrin yang dapat mengikat lemak. Setelah disentrifugasi,
partikel lemak akan mengalami presipitasi pada dasar tabung dan serum akan menjadi jernih
sehingga pengukuran absorban dapat dilakukan secara tepat (Nikolac, 2013). Ketika
dilakukan penambahan bahan kimia perlu dipastikan tidak mengganggu hasil pemeriksaan
(WHO, 2002).

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1056/4/Chapter%201.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1062/4/Chapter%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai