Oleh :
Yuniar Wiranti
NIM 172303101014
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagal nafas merupakan salah satu kondisi kritis yang diartikan sebagai
ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan homeostasis
oksigen dan karbondioksida. Fungsi jalan nafas terutama sebagai fungsi
ventilasi dan fungsi respirasi. Kasus gagal nafas akan terjadi kelainan fungsi
obstruksi maupun fungsi refriktif, akan tetapi dalam keilmuan keperawatan
kritis yang menjadi penilaian utama adalah efek pertukaran gas di dalam unit
paru, antara lain kelainan difusi dan kelainan ventilasi perfusi. Kedua kelainan
ini umumnya menimbulkan penurunan PaO2, peninggian PaCO2 dan
penurunan pH yang dapat menimbulkan komplikasi pada organ lainnya
(Tabrani, 2008).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori pada pasien gagal napas.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien gagal napas.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Dasar Teori
A. Definisi
Gagal napas akut adalah pertukaran gas yang tidak adekuat
sehingga terjadi hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon
dioksida arteri), dan asidosis (Corwin, 2009).
Gagal napas akut adalah memburuknya proses pertukaran gas paru
yang mendadak dan mengancam jiwa, menyebabkan retensi karbon
dioksida dan oksigen yang tidak adekuat (Morton, 2011).
Urden, Stacy dan Lough mendifinisikan gagal napas akut sebagai
suatu keadaan klinis yaitu sistem pulmonal tidak mampu mempertahankan
pertukaran gas yang adekuat (Chang, 2009).
Gagal nafas adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga
terjadi hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbondioksida
arteri) dan asidosis.
Gagal napas merupakan keadaan ketidakmampuan tubuh untuk
menjaga pertukaran gas seimbang dengan kebutuhan tubuh sehingga
mengakibatkan hipoksemia dan atau hiperkapnia. Dikatakan gagal napas
apabila PaCO2 > 45 mmHg atau PaO2< 55mmHg. (Boedi Swidarmoko,
2010: 259)
B. Etiologi
1. Faktor penyebab gagal napas
a. Penyakit paru/ jalan napas instrinsik
C. Tanda Gejala
D. Klasifikasi
a. Berdasarkan penyebab organ yang terganggu dapat dibagi menjadi 2,
yaitu:
1. Kardiak
Gangguan gagal nafas bisa terjadi akibat adanya penurunan PaO2
dan peningkatan PaCO2 akibat jauhnya jarak difusi akibat edema paru.
Edema paru ini terjadi akibat kegagalan jantung untuk melakukan
fungsinya sehinmgga terjadi peningkatan perpindahan cairan dari vaskuler
ke interstitial dan alveoli paru. Terdapat beberapa penyakit kardiovaskuler
yang mendorong terjadinya disfungsi miokard dan peningkatan LVEDV
dan LVEDP yang menyebabkan mekanisme backward-forward sehingga
terjadi peningkatan tekanan hidrostatik kapiler paru, cairan berpindah ke
-Penyakit yang menyebabkan disfungsi miokard : infark miokard,
kardiomiopati, dan miokarditis
d. Hemodinamik: Tipe I
peningkatan PCWP
e. EKG
adanya hipertensi pulmonal dapat dilihat pada EKG yang ditandai
dengan perubahan gelombang P meninggi di sadapan II, III, aVF, serta
jantung yang mengalami hipertrofi ventrikel kanan.
f. Pemeriksaan sputum
yang di perhatikan ialah bau, warna dan kekentalan. Jika perlu
lakukan kultur dan uji kepekatan terhadap kuman penyebab.
b. Breathing
1) Distress pernafasan: pernafasan cuping hidung, takhipnea /
bradipne.
2) Menggunakan otot asesoris pernafasan
3) Kesulitan bernafas: lapar udara, diaforesis, dan sianoasis
4) Pernafasan memakai alat Bantu nafas
c. Circulation
1) Penurunan curah jantung, gelisah, letargi, takikardi
2) Sakit kepala
3) Gangguan tingkat kesadaran: gelisah, mengantuk,
gangguan mental (ansietas, cemas)
Intervensi:
1) Kaji status pernafasan
2) Kaji penyebab adanya penurunan PaO2 atau yang menimbulkan
ketidaknyaman dalam pernafasan
3) Catat adanya sianosis
4) Observasi kecenderungan hipoksia dan hiperkapnia
5) Berikan oksigen sesuai kebutuhan
6) Berikan bantuan nafas dengan ventilator mekanik
7) Kaji seri foto dada
8) Awasi BGA / saturasi oksigen (SaO2)
c. Resiko cidera berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik