Anda di halaman 1dari 3

SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN

REACTION PAPER
“LIFE CYCLE COSTING : Strategic Cost Management And The Value Chain”

Oleh
Kelompok 3

Ghita Tria Meitina 1710532047


Fatma Maulidia 1710532051

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
Secara keseluruhan kami setuju dengan kelompok penyaji mengenai LIFE CYCLE
COSTING : Strategic Cost Management And The Value Chain. Dalam arah perkembangan
akuntansi manajemen yang lebih modern serta kemajuan teknologi, life cycle costing
dianggap sebagai sebuah konsep yang dapat meningkatkan akurasi perhitungan biaya suatu
produk. Life cycle costing merupakan salah satu metode yang ditawarkan dalam rangka
penghitungan biaya yang lebih akurat dan lebih mendukung dalam pengambilan keputusan
serta dapat diaplikasikan baik pada perusahaan manufaktur ataupun perusahaan jasa.
Definisi life cycle costing adalah biaya yang bersangkutan dengan produk selama daur
hidupnya, yang meliputi biaya pengembangan (perancanaan, desain, pengujian), biaya
produksi, (aktivitas pengubahan sumber daya menjadi produk jadi), dan biaya dukungan
logistik (iklan, distribusi, maintenance, dan sebagainya). Sebesar lebih dari 80% biaya yang
bersangkutan dengan produk telah ditentukan selama tahap pengembangan dalam daur
hidup produk.

Product life cycle costing adalah sistem akuntansi biaya yang menyediakan
informasi biaya produk bagi manajemen untuk memungkinkan manajemen memantau biaya
produk selama daur hidup produknya. Perkembangan dalam tiap daur hidup produk
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap biaya yang terjadi. Siklus hidup meliputi
semua tahap, mulai dari perancangan produk dan pembelian bahan baku hingga pengiriman
dan pelayanan atas produk yang sudah jadi.

Adapun pengelompokan elemen biaya dalam life cycle costing dibagi menjadi empat
bagian utama, yaitu non-recurring cost, manufacturing cost, logistic cost, dan customer‟s
post purchase cost. Non-recurring cost meliputi biaya planning, designing, dan testing yang
terjadi pada tahap pengembangan suatu produk. Manufacturing cost meliputi biaya bahan,
biaya tenaga kerja langsung, serta biaya overhead pabrik yang terjadi selama proses
pembuatan produk. Logistic cost meliputi biaya advertensi, biaya distribusi yang terjadi
selama proses pembuatan produk. Sedangkan, customer‟s post purchase cost meliputi biaya
purna jual, garansi, dan maintenance (perawatan) yang terjadi setelah produk ada di
konsumen.

Govindarajan, 1992; Porter 2001, mendefinisikan Value Chain Analyisis, merupakan


alat untuk memahami rantai nilai yang membentuk suatu. Selanjutnya Porter (1985)
menjelaskan, Analisis value-chain merupakan alat analisis stratejik yang digunakan untuk
memahami secara lebih baik terhadap keunggulan kompetitif, untuk mengidentifikasi
dimana value pelanggan dapat ditingkatkan atau penurunan biaya, dan untuk memahami
secara lebih baik hubungan perusahaan dengan pemasok/supplier, pelanggan, dan
perusahaan lain dalam industri. Tujuan dari analisis value-chain adalah untuk
mengidentifikasi tahap-tahap value chain di mana perusahaan dapat meningkatkan value
untuk pelanggan atau untuk menurunkan biaya. Penurunan biaya atau peningkatan nilai
tambah (Value added) dapat membuat perusahaan lebih kompetitif.

Supplier Linkages
Hubungan dengan pemasok merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena
menawarkan banyak kesempatan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan,
baik dalam hal pengurangan cost atau peningkatan kualitas.Hubungan dengan pemasok juga
dapat dilakukan dengan konsep outsourcing, yaitu menjalankan aktivitas di luar perusahaan
yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Banyak perusahaan yang menggunkan jasa
perusahaan di India dan Pakistan untuk menangani sistem informasi, karena mereka
menyediakan jasa dengan harga yang murah. Begitu pula perusahaan komputer Sun
Microsistem, menjalankan konsep outsourcing mulai dari manufaktur sampai dengan
distribusi produknya kepada konsumen . Kegagalan engenai konsep value chain merupakan
hal yang merugikan bagi perusahaan. Perusahaan Amerika yang mencoba mengadopsi
konsep JIT malah menambah biaya karena gagal mengadopsi pemasok yang mampu
menambah nilai bagi perusahaan juga mengidentifikasi hal yang sama pada perusahaan di
Selandia baru. Oleh karena itu perusahaan harus mampu mengidentifikasi nilai dari
hubungan dengan pemasok yang mampu meningkatkan nilai produk.

Anda mungkin juga menyukai